“Apa kau bersedia tidur bersamaku di malam pertama kita?” tanya Zafar pada Tia, namun pertanyaan Zafar membuat Tia semakin membencinya.
“Aku tidak ingin kau ada sini,” tolak Tia dengan tegas.Zafar hanya tersenyum mendengar dan melihat Tia memarahinya, saat Tia marah atau membencinya pun tetap terlihat cantik di mata Zafar dan membuat laki-laki itu semakin cinta padanya.Tia tidak tahu jika laki-laki itu sudah jatuh cinta padanya sejak pertama kali ia bekerja di rumah keluarga Tia.Hingga hari ini, dimana Zafar terpaksa harus menikahinya karena tuduhan dari Izora, Zafar tidak tahu harus senang atau sedih.“Kau ingin aku pergi dan tidur dimana Tia?” tanya Zafar dengan sabar.“Ini adalah kamarku dan aku sudah memberikan tempat tidurku untukmu, biarkan aku tidur di bawah,” pinta Zafar sambil membenarkan karpetnya.“Jadi kau ingin menunjukkan kekuasaanmu di rumah kecil ini?” Tia semakin kesal dan menatap Zafar dengan sangat marah. Zafar yang mendengar Tia mengatakan rumahnya kecil pun tidak tersinggung, karena itu memang benar. Tia sudah biasa tidur dan tinggal di rumah ayahnya yang bagus dan mewah, tentu saja rumahnya yang kecil ini membuat wanita itu tidak nyaman.“Sekarang rumah kecil ini adalah rumahmu juga Tia, kamar kecil ini juga sudah menjadi milikmu. Ini sudah malam, tidurlah!” suruh Zafar sambil mematikan lampu kamarnya.Pagi hari Zafar bangun lebih awal dari Tia. Dia berjalan keluar dari kamarnya dengan hati-hati supaya Tia tidak terbangun. Laki-laki itu tahu Tia tidur sudah lewat tengah malam, jika dia harus bangun pagi pasti dia akan lebih sakit karena kurang tidur.“Zafar,” panggil Jahama. “Duduklah,” suruhnya supaya laki-laki itu duduk di sampingnya."Assalamualaikum," sapa Zafar memberikan salam."Waalaikumussalam," jawab Jahama dan Kamal.Zafar hanya menuruti permintaan ibunya untuk duduk disampingnya. Jahama lalu memanggil adik Zafar supaya membuatkan teh juga untuk putranya itu.“Sekarang jelaskan padaku, bagaimana kau bisa membawanya ke rumah ini?” tanya Jahama bemaksud membahas pernikahannya dengan Tia.“Ibu, aku menikahi Tia. Tentu saja aku membawanya ke rumah ini, kemana aku akan membawanya ibu?” tanya Zafar balik.“Zafar aku tidak bodoh, ibumu ini juga tahu kau menikahinya makanya kau membawa dia kemari, tapi kenapa kau tiba-tiba menikah dengannya ha? Apa kau sudah menghamilinya?” Jahama curiga pada Zafar dan bertanya dengan nada tinggi hingga membuat Kamal dan Zafar terkejut.“Jahama, bicaralah dengan baik! Kalau kau tidak mengetahuinya maka kau tidak boleh mencurigainya dengan buruk seperti ini,” ucap Kamal menasehati istrinya.Jahama hanya diam dan mengabaikan apa yang Kamal ucapkan. “Pernikahan Zafar dan Tia sudah terjadi, sekarang terima Tia sebagai menantumu dan kau tidak perlu bertanya yang aneh-aneh lagi. Doakan saja supaya pernikahan anakmu mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangganya,” tutur Kamal lagi.Dia tidak ingin Jahama terus membahas sesuatu yang tidak perlu dibahas. Menurutnya, Zafar menikah dengan Tia entah karena apapun, yang pasti sekarang pernikahan mereka sudah sah terjadi tanpa ada kesalahan seperti yang Jahama tuduhkan.“Aku hanya bertanya Kamal, lagipula kenapa dia membawa gadis itu dengan keadaan yang menyedihkan?” tanya Jahama lagi karena menurutnya ada sesuatu yang tidak beres namun Kamal tidak ingin menceritakan yang sebenarnya padanya.“Tidak ada pengantin dengan wajah penuh lebam dan luka seperti itu. Menikahpun secara tiba-tiba, bagaimana aku tidak curiga?” Jahama terus menggerutu dan dia tidak suka pada kehadiran Tia. Tiba-tiba Zaniraa datang dengan teh hangat di tangannya dan memberikannya pada Zafar.“Terimakasih Zanira,” ucap Zafar.“Kakak, apa kakak ipar belum bangun? Kenapa dia tidak keluar dan berkumpul bersama kita?” tanya Zanira yang ikut duduk bersama.“Tidak Zaniraa, Tia pasti sangat kelelahan, lagipula malam tadi dia tidur lewat tengah malam, biarkan dia istirahat dulu sampai dia sembuh,” jelas Zafar.“Baiklah aku mengerti, tapi kenapa kau tidak mematikan lampu kamarmu? Biasanya kau mematikannya?” tanya Zanira lagi karena hal itu tidak biasa dilakukan oleh Zafar.“Tia tidak bisa tidur tanpa lampu, dia takut kegelapan jadi aku tidak mematikannya.”Mendengar penjelasan dari Zafar membuat Jahama terkejut namun dia tidak bicara. Jahama merasa sangat kesal dengan Tia, hari sudah pagi tapi belum bangun juga lalu Zafar malah membelanya dan membiarkan wanita itu tidur.Dia juga tidak mematikan lampunya dan Jahama pikir biaya listrik akan bertambah jika terus seperti ini. Sedangkan uang yang dia miliki saja serba pas-pasan.“Baru datang saja sudah menyebalkan,” keluh Jahama dengan lirih karena merasa kesal.Hari ini Zafar harus menemui temannya untuk menanyakan apakah dirinya bisa mendapatkan pekerjaan atau tidak. Sudah seharusnya Zafar bekerja lagi setelah dipecat dari rumah Tia.“Zaniraa,” panggil Zafar saat gadis itu sedang mencuci piring di dapur.“Iya kak.”“Aku harus pergi menanyakan pekerjaanku, Tia belum bangun. Sebelum kau berangkat ke kampus tolong kau buatkan makanan untuknya ya! Antarkan ke kamar dan tanyakan apa dia membutuhkan sesuatu,” pinta Zafar pada adiknya.“Baiklah Kak akan aku lakukan.”“Terimakasih,” ucapnya sambil tersenyum.Untung saja ada Zaniraa yang bisa ia mintai pertolongan. Zafar tidak mungkin memina tolong pada ibunya karena pasti dia tidak suka dan nanti malah kesal dengan Tia, jadi laki-laki itu meminta bantuan dari adiknya.Zanira melakukan apa yang Zafar minta. Dia membuatkan sarapan untuk Tia dan membawanya ke kamar. Jahama yang melihat Zanira membawa makanan itu pun penasaran dengannya dan bertanya “untuk apa kau membawa makanan itu Zanira?”“Ibu, kak Zafar memintaku untuk membuatkan sarapan untuk kakak ipar, jadi aku akan mengantarkannya ke kamarnya,” jawabnya.Jahama lagi-lagi tidak suka mendengar itu. Dia pikir Zafar benar-benar keterlaluan karena sudah meminta Zanira melayani Tia seperti seorang Tuan puteri.Jahama semakin ingin marah saja dengan Tia dan berpikir akan memberikan pelajaran pada perempuan itu jika terus membuatnya kesal."Dasar perempuan pemalas, huh."Kali ini Jahamaa masih memakluminya karena Tia baru saja datang ke rumahnya. Lagipula Kamal sepertinya tidak mempermasalahkan pernikahan Zafar dan merestuinya begitu saja. Jahama tidak boleh memperlihatkan ketidaksukaannya pada Tia jika dia tidak ingin suaminya memarahinya.Hampir siang hari Tia baru membuka matanya yang terasa berat. Dia lalu melihat sekelilingnya yang terasa berbeda dan perempuan itu baru menyadari bahwa kini dirinya sudah tidak tinggal di rumahnya lagi.Perempuan itu teringat pada Zafar lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar ini namun dia sudah tidak menemukan laki-laki itu lagi. "Kemana dia pergi?" tanya Tia pada dirinya sendiri.Dia enggan bergerak sedikitpun dari tempat tidurnya. Tia hanya terduduk sambil memeluk kakinya. Pikirannya pun melayang pada ayahnya, setiap hari Tia selalu bisa melihat laki-laki yang ia sayangi selama ini, tapi sekarang ayahnya sudah tidak percaya lagi padanya dan tidak ingin melihatnya lagi."Tidak, ketidakadilan ini hanya sementara Tia. Mereka boleh mengambil apapun dariku saat ini, tapi lihat! Aku akan mengambilnya lagi suatu saat nanti," tuturnya menyemangati dirinya.Tanpa ia sadari sudah banyak air mata yang lolos dari mata indahnya. Sekarang dia merasa sendiri dan tidak memiliki siapapun lagi. Tubuhnya bergetar menahan tangis pilunya. Tia juga merasa benci pada Zafar karena saat itu dia menyelamatkannya dan sekarang menikahinya. Tia melepas paksa perban yang menutupi semua lukanya, dia pikir tidak akan memikirkan luka itu. Dia juga merasa menyesal telah membiarkan Zafar mengobatinya malam tadi. Tia hanya mengabiskan waktunya dengan menangis saat ini."Aku harus pergi dari sini, mencari ibuku dan membalaskan semuanya. Akan aku pastikan kemenangan mereka hanya sementara dan aku akan membalasnya," ujar Tia mencoba mengumpulkan kekuatan dirinya.Hingga sore hari, tiba-tiba dia mendengar suara keributan di ruang tamu, seperti ada orang yang sedang marah namun Tia tidak tahu apa yang terjadi.“Dimana wanita itu?” tanya seseorang yang suaranya tidak asing di telinga Tia.Bersambung."Dimana Wanita itu?"Benar saja, sumber penyebab suara keributan di rumah Zafar adalah Izora yang datang dengan puncak kemarahannya ingin bertemu dengan Tia."Hei, siapa yang kau maksud ha? Kau memasuki rumah orang lain seperti seorang penjahat. Siapa yang kau cari?" tanya Jahama dengan emosi juga.Izora masuk ke rumah Zafar dengan membawa beberapa orang laki-laki yang akan membantunya. Orang-orang itu memeriksa setiap inci rumah Zafar karena tidak menemukan Tia."Katakan dimana kau menyembunyikan wanita itu?" tanya Izora pada Jahama."Wanita siapa?" tanya Jahama masih tidak mengerti, lalu ia pun berpikir sejenak. "Ah iyaaa, dia ada di kamarnya," ucap Jahama akhirnya menyadari siapa yang Izora maksud."Bicaralah yang benar, aku bukan Tuhan yang maha tahu segalanya." Jahama benar-benar kesal dengan tingkah perempuan itu. Izora tidak peduli lalu mencari Tia dan berjanji akan mendapatkan wanita itu dengan kemarahannya."Tiaa, keluar kau penjahat," teriak Izora dengan seluruh kemarahanny
"Apa kau ingin aku menghajarmu juga?” tanya Zafar lagi sambil melihat Izora yang mulai panik.“Setelah ini, baik kau maupun ibumu jangan pernah menyentuh Tia sedikitpun, jika kau berani menyentuhnya maka kau akan berhadapan denganku,” tegas Zafar memperingatkan Izora.Perempuan itu terpaksa harus meninggalkan Zafar dan tidak jadi membawa Tia.Setelah Izora pergi Zafar lalu mendekati Tia yang terduduk lemah. Lagi-lagi dia harus terluka dan menerima sikap buruk dari saudara tirinya.Bahkan kekerasan itu harus terjadi di rumah Zafar, sebagai seorang suami dia merasa gagal menjaga Tia. Mulai saat ini Zafar bertekad akan menjaga Tia dengan lebih baik lagi.“Tia,” panggilnya dengan lembut.Ingin rasanya Zafar mendekap wanita itu dan mengatakan padanya bahwa setelah ini tidak akan ada orang yang akan berbuat seperti ini lagi padanya.Laki-laki itu melihat wajah sendu Tia, perban yang menutupi luka Tia di keningnya pun saat ini sudah tidak ada, dia pikir semua ini karena Izora, gadis itu bahk
Hari ini Zafar mencoba membuat makanan sendiri di dapur. Zanira belum pulang dari kampus, sedangkan dia tidak ingin merepotkan ibunya. Tanpa sengaja Zafar menjatuhkan panci di dapur dan membuat Jahama terkejut mendengarnya.Perempuan itu lalu menuju ke dapur dan melihat Zafar di sana."Apa yang kau lakukan di sini Zafar?" Tanya Jahama."Emm, ibu, sebenarnya aku sangat lapar. Aku ingin membuat makanan–""Oh ya ampun, kenapa kau tidak meminta perempuan yang katanya adalah istrimu itu untuk membuatnya? Kenapa kau melakukan ini sendiri Zafar?" tanya Jahama merasa kesal pada Zafar dan tentu saja pada Tia.Jahama pikir Tia benar-benar pemalas dan tidak bisa melayani suaminya dengan baik."Ibu, aku bisa membuatnya sendiri," kata Zafar membela diri."Bagaimana kau akan membuatnya kalau kau saja menjatuhkan panci tidak bersalah ini? Pergilah, biar aku yang memasaknya untukmu," kata Jahama mengusir Zafar dari dapur."Ayo pergilah, bicaralah pada ayahmu di depan," pinta Jahamaa lagi.Zafar pun
“Zanira,” panggil Zafar sambil mengetuk pintu kamar perempuan itu dan masuk."Assalamualaikum.""Waalaikumussalam. Ada apa Kak?”Zafar pun lalu duduk di tepi ranjang adik kesayangannya itu sambil tersenyum.“Bagaimana kuliahmu? Apa semua berjalan dengan baik?” Zafar mencoba basa basi dengan Zanira adiknya.“Tentu saja, ada banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan dan sebenarnya aku hampir gila karena itu.”“Hahahaha, apa yang kau katakan? Kau adalah calon seorang dokter, bagaimana kau akan mengeluh seperti ini?”Zanira lalu terdiam, dia duduk di kursi belajarnya sambil memandangi semua buku-buku tebal miliknya. Gadis itu hanya memikirkan bagaimana dirinya akan melanjutkan pendidikannya sekarang? Zafar sudah kehilangan pekerjaanya dan sekarang dia juga harus bertanggung jawab pada istrinya. Sebenarnya Zafar dan Zanira masih memiliki satu orang saudara lagi, namanya adalah Tarfan. Sayangnya laki-laki itu tidak tinggal di rumah ini. Tarfan memilih untuk menikmati hidupnya di luar kota
"Katakan pada adikmu tidak perlu mengasihaniku juga."Zafar sudah tidak heran dengan penolakan Tia, dia hampir setiap saat selalu mendengarkan itu dan sekarang sudah tidak kaget lagi."Zanira tidak mengasihanimu Tia, dia hanya meminjamkan ini untukmu. Setelah aku mendapatkan pekerjaan nanti, aku akan membelikan pakaian untukmu," ucap Zafar menjelaskan."Apapun alasannya, aku menolak menerima itu darinya." Tia tetap menolaknya dengan keras kepala.Zafar hanya bisa menghela nafas pelan. "Kau boleh marah pada hidupmu Tia, tapi Zanira tidak bersalah, dia tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini darimu. Sekarang gantilah bajumu dan hargai orang yang masih peduli padamu," kata Zafar sambil meletakkan pakaian milik Zanira di samping Tia. Zafar lalu memandangi Tia. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. "Cobalah untuk mengerti Tia, aku sudah mencabut laporanku pada polisi dan membuat ibu serta saudara tirimu itu berjanji tidak akan berbuat kekerasan lagi padamu. Kau harus melupakan
Tia menunggu Zafar pulang hingga larut malam. Dia tidak habis pikir kemana Zafar pergi dan tidak kembali bahkan ini sudah sangat malam.Meskipun Tia sudah merasa lelah menunggunya, dia tetap akan menunggu hingga laki-laki itu kembali.Sampai akhirnya, Zafar kembali dan membuka pintu kamarnya dengan hati-hati. Tia lalu bersemangat untuk bicara padanya."Tia," panggil Zafar begitu melihat wanita yang ia cintai itu belum tertidur."Kenapa kau belum tidur juga?" tanyanya."Aku menunggumu Zafar."Ada sedikit rasa senang dan membuat hati Zafar sedikit berbunga bunga mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Tia. Ia merasa seakan-akan kata-kata itu merefleksikan Tia yang mencintainya dan menunggu dirinya sebagai suaminya."Tia kau tidak perlu menungguku, ini sudah larut malam, harusnya kau tidur lebih awal.""Aku memang tidak perlu menunggumu Zafar. Tapi aku perlu bicara hal penting padamu," tegas Tia tidak ingin membuat Zafar berharap padanya.Seketika rasa sedikit senang yang hinggap di ha
"Siapa yang menyuruhmu untuk menyentuhku? Atau siapa yang memberimu izin untuk melakukan itu Zafar?" "Hanya karena aku memberimu kesempatan untuk mengobatiku waktu itu, bukan berarti sekarang kau bebas untuk menyentuh diriku," tegas Tia lagi.Dia merasa Zafar sudah melewati batasannya dan merendahkan dirinya."Tia, aku hanya tidak ingin kau tidur dalam keadaan seperti itu. Kau pasti akan sakit dan-""Bahkan kau sampai harus mengatur posisi tidurku Zafar? Apa yang kau pikirkan? Apa kau merasa telah memiliki diriku sepenuhnya dan dapat mengatur semua hidupku?""Jangan salah paham Tia, jika kau terus tidur dalam keadaan salah tubuhmu pasti akan sakit semua.""Apakah sebuah kenyamanan itu adalah kesalahan? Seperti apapun posisi tidurku jika aku merasa nyaman dengan itu, kenapa kau harus mengaturku?"Zafar hanya terdiam lemah mendengar itu. Andai saja Tia bukan wanita yang ia cintai dia tidak akan menanggapinya dan mengalah dalam menghadapinya."Kau tidak tahu Zafar. Saat aku tidur dengan
"Jahama, sudah hentikan. Kau memang benar-benar tidak tahu malu dengan mengatakan semua itu," tutur Kamal memarahi istrinya.Kamal sudah lelah mengingatkan Jahama, namun wanita itu selalu saja mengulanginya. "Zanira, kau hubungi dokter untuk datang kemari," suruh Kamal pada Zanira. Perempuan itu segera menurut apa yang ayahkan katakan.Zafar masih sangat khawatir pada Tia, dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi apa-apa pada Tia.Tidak lama kemudian dokter yang dipanggil pun datang. Jahama masih tidak suka dengan semua ini.Dia sibuk membereskan dapur dan tidak ingin mengetahui apa yang terjadi."Jahama, kenapa kau bersikap seperti ini?" tanya kamal mencoba bicara baik-baik pada istrinya.Perempuan itu menghentikan pekerjaannya dan menatap suaminya."Harusnya aku yang bertanya padamu kenapa kau juga ikut membelanya? Dan tidak peduli pada kondisi kita.""Karena dia adalah menantu kita Jahama-""Kita kau bilang? Aku tidak menerima jenis menantu yang seperti itu, wa
“Apa aku harus memasak untuk Zafar? Lalu bagaimana jika aku sampai melakukan kesalahan hingga membakar rumah ini? Jahama pasti akan membakarku hidup hidup juga,” keluh Tia merasa ragu dengan keinginannya.Akhirnya Tia memberanikan diri untuk pergi ke dapur Jahama, apapun resikonya dia menguatkan hatinya untuk menanggungnya, jika dia sampai melakukan kesalahan lagi dia pikir akan meminta Zafar untuk membelanya.Zanira yang melihat kakak iparnya belajar memasak dan hendak melakukan langkah yang salah dalam memasak pun menegurnya.“Sayuran itu tidak bisa kau masukkan sekarang kak, tunggu dulu sampai airnya mendidih.”Meskipun Zanira masih merasa kesal dan tidak ingin bicara pada Tia tapi dia tidak tega melihat usaha Tia untuk memasak harus sia-sia hanya karena dia tidak tahu langkah-langkahnya.“Emm, eh iya Zanira aku tidak tahu. Sebenarnya aku sudah menonton video tutorialnya tadi, tapi aku sedikit lupa,” ucap Tia merasa sedikit senang karena Zanira mulai bicara padanya.“Lain kali kak
"Tapi saat ini aku masih belum bisa memaafkanmu kak.""Zanira, kau tidak boleh marah padaku.""Kenapa tidak? Kau sudah membuatku kecewa kenapa aku tidak boleh marah padamu?" "Baiklah kau boleh marah padaku," ungkap Zafar akhirnya pasrah. Dia tidak ingin memaksa Zanira lagi dan memilih supaya gadis itu luluh dengan sendirinya.Zanira yang mendengar kakaknya berkata seperti itu seakan merasa dirinya sedikit bersalah."Tapi kau tidak boleh marah pada Tia," ujar Zafar lagi meminta pada adiknya supaya tidak marah pada Tia."Aku tidak marah padanya," elak Zanira."Aku tidak akan memaksamu Zanira. Tapi tolong kau pikirkan lagi, kakak iparmu peduli padamu dan menyayangimu. Kalau kau marah padanya dan merasa kesal padanya siapa yang akan menjadi teman untuknya? Ibu sudah memarahinya hari ini, tapi tolong kau berbaik hatilah pada Tia!"Setelah mengatakan semua itu, Zafar lalu pergi meninggalkan adik perempuannya itu.Perempuan itu memikirkan apa yang kakaknya katakan padanya. Sepertinya tidak
"Apa kau bilang pada kakak bahwa aku yang meminta uang darimu?"Tia benar-benar terkejut mendengar penjelasan dari Zanira. Dia tidak tahu apa yang sudah terjadi pada Zanira."Tapi Zanira ada apa? Kenapa kau menuduhku seperti itu? Aku tidak mengatakan apapun.""Tidak mengatakan apapun kau bilang kak? Kalau kau tidak mengatakan apapun pada kak Zafar lalu kenapa kakak memarahiku semalam? Dia tidak suka aku menerima uang darimu, tapi kau sendiri yang memaksaku kan? Apa kau ingin membuat kakakku sendiri membenciku?"Zanira benar-benar emosi pada Tia saat ini. Gadis itu tidak bisa berbicara lagi dengan baik pada Tia."Dengarkan aku Zanira, aku memang memberinya untukmu dengan senang hati karena aku tidak membutuhkan uang itu–""Tapi setelah itu kau membutuhkannya untuk mengobati tanganmu itu kan? Karena itulah kakak pasti kesal padaku karena menerima uang darimu. Kalau saja kau tidak memberikannya padaku kau bisa menggunakan uangmu itu untuk berobat. Tapi kau memberinya untukku dan sudah ak
"Kalau kau ingin membuatku bahagia maka kau harus segera bisa membuatku bertemu dengan ibuku, meninggalkan rumah ini dan juga dirimu."Itu hanya sebuah kata-kata tapi sakitnya luar biasa. Definisi kebahagiaan bagi Tia yang telah ia ucapkan dengan jelas di depan Zafar saat ini."Aku akan mengusahakannya untukmu Tia, aku tidak akan pernah melupakan itu."Meski perih laki-laki itu tetap tidak ingin menampakkannya pada Tia.Apapun yang menjadi mau Tia akan Zafar usahakan meskipun kemauan itu akan menghancurkan hati Zafar sekalipun.Zafar lalu buru-buru untuk segera berangkat ke kantor dan meninggalkan Tia.Begitu ia ingin keluar dari rumahnya, seperti biasa Jahama akan membawakan bekal untuknya. Walaupun sempat berdebat dengan laki-laki itu karena Zafar membela Tia tapi Jahama tetap menyayanginya."Zafar, tunggu dulu. Ibu belum selesai menyiapkan bekal untukmu," ujar perempuan setengah tua itu menghentikan Zafar."Hari ini kau tidak perlu menyiapkannya untukku ibu aku sudah terlambat."
"HANYA KARENA PEREMPUAN INI KAU MENYALAHKANKU?"Jahama menarik lengan Tia dan menjauhkannya dari Zafar."SEJAK KAPAN KAU MEMPENGARUHI PUTRAKU UNTUK MEMBENCI DAN MELAWAN IBUNYA SENDIRI TIAA? KATAKAN PADAKU SEJAK KAPAN?""IBU SUDAH IBU, JANGAN BICARA LAGI PADANYA!""Jadi kau sudah berani bicara dengan nada tinggi pada ibumu dan mengatakan kalau ibumu ini salah?""Jadi sejak kemarin kau memarahi adikmu dan sekarang berani juga padaku hanya karena kau membela perempuan ini Zafar? Kau menentang keluargamu sendiri hanya karena wanita ini? Ya Tuhan, apa sekarang putraku tidak akan menghormati ibunya lagi?"Zafar tidak akan membiarkan ibunya berbuat kasar lagi pada Tia karena itulah dia berani membelanya karena menurutnya sudah keterlaluan. "Dengar ibu, aku menyayangimu, tapi saat ini kau salah karena sudah berbicara buruk pada Tia. Mungkin menurut ibu Tia memang salah, tapi tidak sepantasnya ibu memarahinya seperti ini, apalagi berkata buruk padanya. Apa ibu tidak bisa bicara dengan lebih b
"Ada apa Zafar? Kenapa kau bicara tidak baik pada adikmu?" tanya Jahama penasaran sambil mendekatinya.Zanira merasa kecewa dengan kakaknya dan tidak ingin bicara lagi padanya."Zanira, ada apa? Katakan padaku!""Sebaiknya ibu tanyakan sendiri padanya, kenapa dia memarahiku?"Zanira tidak ingin menceritakannya pada Jahama, dia sudah kecewa dan malas bicara.Gadis itu lalu pergi ke kamarnya dan meninggalkan ibunya yang penasaran."Kenapa Zafar?" Sekarang hanya Zafar harapan Jahama supaya laki-laki itu mau bercerita padanya."Kenapa kau berdebat dengan adikmu?" "Tidak ada ibu, aku hanya bicara padanya."Zafar juga tidak ingin bercerita pada Jahama. Kamal pun tidak terlalu ingin tahu apa masalahnya, karena merasa lelah, dia pun langsung masuk saja.Hanya Jahama yang penasaran dengan apa yang Zafar bahas dengan adiknya."Kau bicara soal apa dengan adikmu itu?""Tidak ada ibu, aku baik-baik saja. Sekarang kau pasti lelah kan? Ayo segera makan dan istirahatlah, ini sudah malam. Aku juga h
"Kenapa kau menyembunyikan hal sebesar ini dariku Tia? Apa yang kau lakukan hingga menyakiti tanganmu sendiri seperti ini?"Zafar benar-benar merasa marah karena Tia tidak memberitahunya, dia benar-benar sangat Khawatir pada perempuan itu. Sekarang Zafar baru mengerti kenapa Tia menolak untuk makan, karena dia tidak bisa makan dengan tangan seperti ini."Apa untungnya kau tetap diam dan tidak memberitahuku? Apa dengan diammu itu akan segera menyembuhkan lukamu ini?" Zafar tetap memarahi Tia karena kekhwatirannya."Sekarang ayo kita pergi ke dokter, aku tidak ingin membiarkanmu seperti ini." "Tidak Zafar tidak masalah. Ini akan sembuh nanti.""Jangan keras kepala Tia. Apa kau pikir aku akan suka dengan penolakanmu ini?" "Tapi ini sudah malam Zafar, kau tidak perlu membawaku ke dokter, kalau kau ingin menolongku, obati saja di rumah, tidak perlu ke dokter.""Tapi aku bukan dokter, bagaimana aku akan melakukannya? Jangan menolakku, sekarang bersiap-siaplah."Tia benar-benar tidak ing
"Aaaww." Tia merintih kesakitan dan takut berada di dapur, dia pun meninggalkan dapur dan menangis ketika melihat tangannya yang terluka karena minyak panas itu."Ya Tuhan apa yang aku lakukan?" tanyanya pada dirinya sendiri.Perempuan itu tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia hanya merasa ketakutan dan tidak ingin pergi ke dapur lagi. "Aku memang benar tidak berguna, aku hanya tau semua orang melayaniku selama ini tanpa tahu bahwa memasak akan sesulit ini."Tia mengurungkan niatnya untuk memasak dan dia memilih untuk tidak makan hari ini."Aku tidak akan membahayakan diriku sendiri, biarkan saja aku mati kelaparan daripada mati mendadak karena memasak," ucapnya.Cukup lama Tia menangis ketakutan dan meninggalkan dapur dengan kompor yang masih menyala.Tiba-tiba dia mencium bau sesuatu yang gosong. Tia pun membelalakkan mata kaget karena baru teringat dia belum mematikan kompornya.Dia semakin ingin tambah menangis karena tidak tahu harus berbuat apa. Jika dirinya pergi ke dap
"Iya Zanira, kakakmu itu telah berbohong padamu," ucap Tia.Zafar yang mendengar itu pun terkejut. Dia tidak ingin Tia mengatakan yang sebenarnya juga pada Zanira. "Emm, Zanira kau harus segera pergi ke kampus kan? Ayo cepat bersiap-siap, atau ibu akan memarahimu?"Zafar bermaksud untuk membuat Zanira pergi dan tidak mendengarkan Tia lagi."Iya ini sudah selesai," jawab gadis itu."Jadi kakak, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Zanira pada Tia. Dia ingin mendengar cerita dari versi Tia juga.Zafar benar-benar merasa kesal dengan Zanira dan tidak ingin dia mengetahuinya."Zaniraaa."Saat Tia hendak bicara tiba-tiba Jahama memanggil Zanira dan membuat gadis itu harus fokus pada ibunya. Zafar merasa berterimakasih pada Jahama karena kali ini telah menyelamatkan dirinya."Berhentilah membahas itu Tia, kau tidak perlu mengatakannya pada Zaniraajuga," ujar Zafar pada istrinya saat Zanira sudah pergi."Siapa yang membicarakannya? Apa aku mengatakan semuanya padanya? Lain kali berhentilah