Share

Tamu tak diundang

Author: Nainamira
last update Last Updated: 2021-12-05 21:29:12

Rahma melajukan motornya tanpa menghiraukan hujan lebat yang mengguyur sekujur tubuhnya. Sampai di rumahnya, dia langsung mandi keramas, berulang kali keningnya disabun bahkan digosok agar bekas kecupan lelaki itu hilang. Karena kehujanan begitu lama membuat tubuhnya menggigil kedinginan. Setelah mandi dia segera memakai kaos kaki dan sweater hangat berbahan wol, selanjutnya dia hanya meringkuk di bawah selimut untuk menghangatkan tubuh.

Masih terbayang adegan di bawah guyuran hujan tadi seperti adegan di film India. Berulang kali dia beristigfar,

'Ya Allah ... dosanya diri ini. Bagaimana aku akan menghadapi laki-laki itu, apakah bersikap biasa saja? Atau menghindari bertemu dengannya? Atau ... Ah ya, lebih baik aku menghindarinya. Kalau sore di usahakan selesai kerja sebelum laki-laki itu datang,' batinnya.

Sore ini dia memasak untuk Bastian dari rumahnya saja. Dia membuat sop daging sapi di iris tipis-tipis karena persediaan di kulkas tinggal 1 ons, dicampur sayuran wortel dan brokoli, tidak lupa membuat bawang goreng. 

Udara sore yang dingin selepas hujan membuat Rahma sedikit pusing, apalagi tadi habis hujan-hujanan. Segera dia menjerang air untuk membuat wedang bandrek, mem-blender jahe merah dan disaring airnya. Memasukkan ke panci ditambah gula merah, kayu manis, kapulaga, susu coklat, dan sedikit kopi. Tak butuh waktu lama, wedang jahe bandrek sudah siap disajikan. Tiba-tiba Rahma teringat pria itu, dia juga kehujanan tadi, pasti kondisinya juga tidak baik. Segera diambil termos kecil memasukkan bandrek tersebut. Untuknya gampanglah, dia bisa membuat lagi. 

Rahma memesan ojek online untuk mengantar makanannya. Sepertinya dia memang harus menghindar dari lelaki itu, sekarang tiap pagi akan menyewa jasa pengantaran saja.

****

Huajizhh ...

Berkali-kali Bastian bersin setelah kehujanan. Seumur hidup baru pertama kali dia bermain hujan. Walau berakibat bersin-bersin tetapi hatinya kini berbunga-bunga. Dia benar-benar bahagia, senyumannya tak lekang sepanjang sore ini. Sudah lama dia tidak tersenyum seperti ini. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Bastian.

'Bagaimana keadaan perempuan itu sekarang? Mungkinkah perasaannya tidak sama denganku? Ah, aku menyadari perasaan apa yang kuberikan untuknya. Sebuah perasaan khusus, ingin memiliki, ingin melindungi, ingin membuatnya bahagia. Ah, apakah ini yang dinamakan cinta? Perasaan ini berbeda sekali dengan perasaan yang kumiliki untuk mantan istriku lima tahun yang lalu. Perasaan ini lebih indah'

Diraih ponselnya di atas meja, dengan ragu-ragu memencet nomor wanita itu.

'Ah, kirim SMS saja, biarlah tidak dibaca, pesanku juga sudah biasa diabaikan perempuan itu,' batinnya

(Apa kau baik-baik saja?)

Wah, pesannya dibaca, seketika wajah Bastian berbinar-binar.

(Bos makanannya sudah saya kirim lewat ojol) SMS balasan dari perempuan itu.

'Kenapa dia tidak menjawab pertanyaanku? Ya sudahlah yang penting dia mau berkomunikasi denganku sudah cukup,' batin Bastian.

(Terima kasih ya ...) hanya itu yang di ketik Bastian, pesannya semua dibaca oleh Rahma, itu membuat Bastian cukup senang.

Namun Rahma benar-benar dongkol dengan lelaki itu.

"Apa ya dia tidak meminta maaf atas tindakannya tadi pagi? Apa gak merasa bersalah, gitu?" gumam Rahma.

Ting

Satu pesan masuk,

(Aku tidak menyesali yang terjadi tadi pagi, jadi aku tidak minta maaf. Kuharap kau juga tidak menyesali kejadian itu) SMS dari Bastian.

'Apa? Kenapa dia menulis pesan seperti ini? Seolah-olah tahu apa yang kupikirkan, batin Rahma. Maksudnya dia tidak merasa bersalah? Kenapa? Why?. Ah, sudahlah tidak perlu lagi memikirkan orang itu,'batin Rahma.

Namun ternyata semakin dia acuh terhadap pria itu justru pikirannya semakin mengarahkannya pada lelaki itu.

Rahma segera mengambil album foto di dalam lemari, dipandanginya sebuah foto kenangan sepuluh tahun yang lalu, selama ini hanya pria di foto itulah satu-satunya pria yang pernah dekat dengannya. Foto itu diambil ketika mereka pulang kuliah bersama dan mampir ke studio foto. Saat itu menjadi momen yang paling indah, karena pria itu menyatakan isi hatinya. Foto itu menjadi saksi bisu kisah cinta diantara mereka berdua. Namun ketika Rahma tidak lagi kuliah, pria itu tidak pernah datang. Kadang Rahma berharap pria itu mengunjunginya, namun sampai saat ini, dia tidak pernah bertemu dengannya.

"Ah, Fauzan ... entah lari kemana perasaan yang kupunya dahulu, mungkin hancur digilas roda kehidupan yang terus berputar" gumam Rahma membelai wajah pria di foto itu.

Selama bersama Fauzan, tidak sekalipun Rahma bersentuhan dengan pria itu, walau hanya jabatan tangan. Perasaannya memang bergetar tatkala bertemu dengannya, namun dengan Bastian ... pria itu seperti menyalakan kembang api dari ujung jari kakinya, menjalar keseluruh tubuhnya hingga meledak ketika mencapai kepala dengan cahaya yang berwarna-warni. Sekarang dia tidak mampu menemui lelaki itu, namun hatinya berkhianat merindukannya. 

****

Bastian menikmati makan malam yang dikirim Rahma lewat ojol. Hatinya bersorak ketika mendapati bandrek panas, wanita itu memang selalu tahu apa yang dibutuhkannya. Dihirupnya minuman panas dan pedas itu, lumayanlah bisa meredakan gejala pilek yang menyerangnya. Sop panas yang dibuat Rahma mampu mengusir hawa dingin di tubuh laki-laki itu. Kedatangan makanan itu tidak mampu meredakan kerinduannya pada wanita yang memasaknya. Baru tadi siang bertemu, tetapi dia ingin bertemu lagi. Ah ... dia tidak bisa kalau begini, dia bisa insomia seperti tadi malam kalau tidak bertemu wanita itu.

Bastian segera meraih kunci mobilnya, dengan modal nekat, dia harus melihat wajah ayu wanita itu. Dikemudikan mobilnya ke daerah gotong royong, hanya itu alamat yang dia tahu. Di sana ada sebuah perumahan tipe 36, pasti salah satunya rumah perempuan itu. Bastian bertanya pada satpam yang berjaga.

"Mas, tahu rumahnya Bu Rahmah?" tanya Bastian.

"Bu Rahmah yang guru itu ya, Mas?" tanya Satpam itu

"Ah, iya ...."

"O, rumahnya di blok B no 2, Mas. Mas lurus aja, nanti ada belok kanan rumah no 2" kata Satpam

"Makasih ya, Mas ..."

 

'Ah, rupanya tidak sulit mencari rumahmu, Rahma...,' batin Bastian.

Tok ... tok ... tok...

Terdengar suara ketukan pintu, Rahma yang tengah rebahan terbangun, siapa yang malam-malam datang? Selama ini tidak pernah dia kedatangan tamu selain Pak Rt yang menagih uang keamanan dan sampah. Tapi pak Rt kemarin malam sudah kemari.

Tok ... tok ... tok ....

Sekali lagi suara ketukan pintu itu terdengar. Rahma bergegas membukakan pintu setelah memakai jilbab sarungnya.

"Pak Bos?" Alangkah terkejutnya melihat siapa yang berada di balik pintu.

Bastian tersenyum simpul, beberapa saat tidak ada yang bersuara, mereka hanya saling pandang-pandangan.

'Ya Ampun, baru saja aku kangen sama pria ini, kok sekarang sudah nongol di depanku? Apa ini yang dinamakan cemistry?' batin Rahma.

'Rahma, aku rindu padamu ...,' batin Bastian 

"Aku ... tidak disuruh masuk?" tanya Bastian memecah kebisuan diantara mereka.

"Oh ... iya ... si ...  silahkan masuk." Rahma begitu gugup, rumahnya masih berantakan belum sempat merapikan pasca masak besar kemarin.

"Pak Bos, mau minum apa?"

"Tidak usah, aku kemari tidak untuk minum," kata Bastian sambil duduk di atas sofa.

"Pak Bos mau apa ke sini? Kok bisa tahu rumahku di sini?" Rahma masih berdiri di dekat pintu

"Aku kemari hanya untuk melihatmu, kalau tidak melihatmu aku tidak akan tidur nyenyak." 

Rahma terperangah mendengar perkataan Bosnya. 

"Apa mak ... maksud perkataanmu, Bos?" tanya Rahma gugup.

"Aku merindukanmu, Rahma ..., " kata Bastian memandang lekat pada bola mata Rahma. 

Rahma hanya terpaku mendengar perkataan bosnya, mendadak lidahnya kelu, tak mampu mengucapkan kata apapun.

"Ah, sudah. Karena sudah bertemu denganmu, aku pulang dulu."

Bastian bangkit dari sofa, melangkah ke pintu dan berbisik ke arah Rahma

"Istirahatlah ... selamat tidur, mimpikan aku." 

Pria itu berlalu, dengan bersiul riang dia masuk ke mobil, melajukannya dengan hati yang gembira.

Rahma menelan salivanya, dia benar-benar shock dengan apa yang terjadi barusan.

"Apa-apaan itu? Datang cuma ngomong gitu doang? Ah, kenapa aku senang sekali?" guman Rahma, seulas senyum menghiasi bibir mungilnya.

****

Sesampainya di rumah dihempaskan tubuhnya diatas kasur empuknya. Perasaannya sudah lega sekarang. Sebenarnya banyak yang akan dia katakan pada wanita itu, namun jantungnya bertalu-talu dengan cepat, dengan segenap kemampuan Bastian memberanikan diri mengatakan itu.

'Ah, segitu juga sudah prestasi,' batinnya.

Bastian meraih ponselnya, ada seseorang yang harus tahu perasaannya, dia tidak ingin membuatnya kecewa dan terluka.

"Halo, Bro!" kata suara di seberang sana

"Rom, aku harus mengatakan sesuatu padamu," kata Bastian.

"Apa? Soal Rahma? Sudahlah Bro, kejar perempuan itu sampai dapat," kata-kata Romi membuat Bastian terlonjak.

"Jadi, elu sudah tahu, Bro?" 

"Bas ... Bas, gue kenal elu sejak SMA. Bahasa tubuh lu, bahasa mata lu, gue apal semua. Mulut elu bisa bohong, tapi mata elu gak bisa bohong, Bro. Elu cinta mati sama pembokat elu sendiri," kata Romi sambil terkekeh membuat Bastian tersenyum malu.

"Terus, gimana sama elu, Bro?"

"Gak usah pikirin gue, gue sadar bukan gue yang nemu berlian itu duluan. Gue gak bakal jadi penghianat yang nikung elu, Bro. Gue akan terus jadi malaikat yang membayangi langkah hidup elu," kata Romi sambil tertawa, membuat Bastian lega.

Romi, dia selalu seperti itu, setia menjaga persahabatan dan persaudaraan.

Ning nong ... ning nong ... ning nong ...

Bel rumah dipencet oleh seseorang dari luar, sepertinya Bastian kedatangan tamu. Bergegas Bastian membukakan pintu utama.

"Bastian ... anak Mama ... Mama datang!" kata wanita setengah baya itu memeluknya erat. 

Bastian terkejut dengan kedatangan wanita itu. Terutama pada perempuan di belakang Mamanya.

"Mas, apa kabar?"  Perempuan itu tersenyum sumringah, kecantikannya tidak berubah dengan dandanan yang sempurna. seperti foto model papan atas.

"Mau apa kalian ke sini?"

Comments (9)
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
siapa perempuan itu bos
goodnovel comment avatar
Efrizon Siep
terimah kasih untuk penulis,,
goodnovel comment avatar
Sandra Diba
suka banget sm alur cerita nya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Romi saudaraku

    "Mau apa kalian ke sini?" tanya Bastian dengan suara keras, rahangnya bahkan mengeras menahan amarah. "Kok pertanyaanmu begitu, Sayang? Tentu saja Mama kangen sama kamu." Virda, Mama Bastian melepaskan pelukan pada putranya itu. Rambutnya yang disanggul rapi terkena rintikan air hujan. "Kenapa Mama bawa perempuan ini ke sini?" tanya Bastian menunjuk perempuan cantik yang datang bersama Mamanya. "Ya Ampun, Sayang ... bukankah kau rindu padanya selama ini?" ujar Mamanya. Wanita cantik itu hanya terdiam di depan pintu. "Ayo, masuk. Bawa semua koper kita ke kamar tamu," kata Virda menyuruh wanita itu. "Kalian mau menginap di sini? Kenapa tidak di hotel saja?" kembali Bastian protes. "Bastian, kami capek baru datang dari Paris, biarkan kami istirahat dulu," kata Virda memotong ucapan Putranya. "Baiklah, silahkan malam ini kalian tidur di ini. Besok pagi silahkan tinggalkan rumah ini. Jangan tidur di kamar tamu, sudah

    Last Updated : 2021-12-06
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Mantan Istri Bos

    Bastian terbangun dari tidurnya, badannya rasanya sakit semua karena dia tidur di sofa. Apartemen Romi yang hanya memiliki satu ranjang tidak bisa menampung mereka berdua. Bastian tidak mau, dulu dia pernah tidur seranjang dengan Romi, tapi tidur anak itu lasak bukan main. Bahkan Bastian pernah juga dicium bertubi-tubi karena dia bermimpi mencium seorang gadis. Romi sudah menawari jika dia saja yang tidur di sofa, tapi Bastian yang merasa menumpang bersikeras jika dia saja yang tidur di sofa.Dilihatnya jam dinding diruangan itu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Dia baru ingat kalau jam segitu pasti Rahma sudah pergi mengantar bekal makan siangnya. Ditelponnya Rahma berkali-kali tapi tidak diangkat, akhirnya dia kirim SMS saja.(Aku menginap di rumah Romi. Bekalnya antar ke kantorku saja, jika aku belum sampai titip pada Satpam)Bastian segera mandi super kilat dan memakai bajunya dengan buru-buru. Dia lupa tidak membawa mobil tadi malam.

    Last Updated : 2021-12-06
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Jangan Ganggu Pembantuku

    Bastian terus menelpon Rahma tetapi wanita itu tak juga menjawab panggilannya, SMS yang sudah dia kirim belum ada satupun yang di baca."Rahma ... di mana kamu?"Bastian tidak jadi melajukan mobil Romi menuju kantor, dia putar balik menuju rumahnya, jika SMS nya belum Rahma baca, pasti wanita itu langsung ke rumahnya."Semoga dua iblis betina itu tidak membuat ulah, jika sampai dia menyakiti Rahma, bisa mati mereka berdua," gumam Bastian sambil memukul stir mobil.Sesampainya di rumah, Bastian mendapati kedua wanita itu tengah menyantap bekal makan siangnya di meja makan."Kenapa kalian makan bekal makan siangku? Lancang kalian!" teriaknya.Dilihatnya bekal makan siang itu adalah makanan kesukaannya, ikan nila bakar dan sambal goreng terasi. Dia benar-benar meradang, makanan yang sudah dimasak oleh perempuan yang dikasihinya dimakan begitu saja oleh wanita yang dibencinya sampai mendarah daging."Bastian, bilang sama pemba

    Last Updated : 2021-12-06
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kesedihan Rahma

    Rahma selalu ingat betul penggalan peristiwa kehidupannya yang pilu, saat itu usia Alif baru dua minggu, semalaman bayi yang masih merah itu menangis tidak juga berhenti. Rahma yang sudah kelelahan karena seharian belum sempat makan dan istirahat hanya bisa ikut menangis, dia begitu bingung tidak tahu harus berbuat apa, bayi itu hanya digendongnya saja. Usianya yang masih belia baru menginjak 20 tahun, membuatnya tidak memiliki pengalaman apapun dalam merawat bayi. Ketika para gadis di usianya tengah bergembira menggapai asa, bersenda gurau dengan teman-temannya atau tengah asyik berkencan, Rahma justru sibuk mencari nafkah dan mengurus bayi yang notabene bukan bayinya. Perasaan nelangsa beberapa kali menyelusup dalam hatinya, membuatnya meratap dan menangis dalam diam tanpa mengeluarkan air mata.Bukde Marni yang juga ikut kerepotan membantu merawat Alif ikut kebingungan, maklum dia yang sudah berumahtangga selama sepuluh tahun juga belum punya pengalaman mengurus bayi karen

    Last Updated : 2021-12-06
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Pelarian Rahma

    Tiba-tiba ponsel Rahma berdering, mau diangkat Fitri gak berani, didiamkan kok manggil terus kalau panggilan penting gimana?"Ah, angkat aja, ha? Pak Bos? Ini pasti majikan Mbak Rahma," gumam Fitri setelah melihat nama yang tertera di layar ponsel."Halo ...," sapa Fitri"Halo? Rahmah?""Eh, saya bukan Rahmah, Pak. Bu Rahmahnya sekarang sedang di ruang Kepala Sekolah," kata Fitri."Oiya, Bu ..., sekolah Ibu di mana ya? Saya mau langsung ketemu Rahma," kata Bastian"Oo ... di SMK 4, Pak. Yang berada di lorong pembangunan," kata Fitri"Oiya, saya OTW ke sana.""Baik, Pak."Fitri segera mengirim nomor telpon Bastian melalui SMS ke handphonenya, siapa tahu kelak berguna.****"Fit, aku pergi ke Dinas ya?" kata Rahma.'Cepat sekali dari ruang Kepsek? Padahal Aku baru masang mukena,' batin Fitri."Iya, mbak ...," jawab Fitri'nah gimana ini kalau Majikan Mbak Rahma ke sini?' pikir

    Last Updated : 2021-12-08
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kepergian Rahma

    "Itu aku sudah mengirim kontak temannya Rahma, tolong kau temui dia, sepertinya ada yang penting yang akan dia bicarakan," kata Bastian sebelum sampai di rumahnya"Oke," jawab Romi singkat."Oya, kenapa kau tidak langsung menemui Rahma atau menelponnya?" tanya Romi."Kau tahu kenapa kau tidak bisa menghubungiku?" Romi hanya menggeleng."Itu karena aku terus mencoba menelponnya, tapi perempuan itu gak mengangkat telponnya," kata Bastian kesal.Wajah Bastian terlihatbterlihat kusut, rambutnya yang biasanya selalu rapi kini habis diacak-acaknya."Kau kirim SMS-lah," kata Romi.Ah ... Bastian harus lebih banyak menahan emosi hari ini, perkataan Romi membuatnya bertambah jengkel lagi."Gak perlu kau ajari sudah kukirim itu pesan sampai jariku pegal mengetiknya," katanya sewot."Ya, sudah. Entar juga dia baca SMS-nya.""Aku gak yakin, palingan pesanku sudah dia hapus tanpa membacanya. Sekarang nomorku sudah diblok

    Last Updated : 2021-12-08
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kau tidak bangkrut, Bas.

    Hari ini hari ketiga Rahma di sini, sehabis makan siang dia akan beristirahat sebentar untuk salat zuhur di kamarnya, dia segera menuju ke tempat resepsionis di mana dia menitipkan kunci kamarnya. Ketika melewati lobi, tampak sesosok pria yang familiar baginya tengah duduk di sofa lobi. Wajahnya yang tegas ditumbuhi cambang tipis dan kumis tipis, alis matanya yang tebal dengan mata elang, dahulu selalu membuat hatinya berdesir. Dia segera menghampiri pria itu sekedar menyapanya."Mas Fauzan? Benarkah kau Mas Fauzan?""Rahma! Kau Rahma, kan?" tanyanya sambil berdiri dari tempat duduknya menatap Rahma dengan mata berbinar."Apa kabar, Mas? Sedang apa di sini?" sapa Rahma."Ooh ... aku ada acara dari kantor, kamu sendiri sedang apa di sini?" tanya lelaki itu tersenyum sumringah."Aku ada workshop, Mas," jawab Rahma singkat."Workshop? Workshop apa kalau boleh tau?" tanya Fauzan sambil mengernyitkan dahi"Workshop guru BK, Mas. Sekarang a

    Last Updated : 2021-12-10
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Cinta lama belum selesai

    "Halo, Assalamualaikum," Rahma menerima panggilan telepon "Rahma ... ini aku, Fauzan." Suara di seberang telepon. "Oo Mas Fauzan. Iya ada apa, Mas?" "Kau masih sibuk?" "Ini baru masuk kamar hotel, Mas." "Baru jam sembilan, ayo kawani aku ngopi di restauran hotel," kata suara lelaki itu "Baiklah, saya ke sana," jawab Rahma. Sebenarnya Rahma merasa senang bukan lantaran Fauzan adalah mantan kekasihnya dulu, tapi dia senang karena di kota ini ada seseorang yang dikenalnya. Kegiatan workshop yang padat membuat dia tidak bisa sekedar berekreasi sejenak menikmati suasana Jogja. Sesampainya di lobi hotel ternyata Fauzan sudah menunggunya. "Ayo, Mas. Kalau mau ke resto" ajak Rahma pada pria itu. "Em, Rahma. Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Malioboro?" kata pria itu. "Tapi ini sudah malam?" "Suasana malam malah asyik loh ...," kata pria itu tersenyum menggoda.

    Last Updated : 2021-12-10

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Hidupku sudah sempurna

    Malam itu menjadi malam paling membahagikan bagi Rahma sejak kehamilan pertamanya. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan berjalan-jalan berdua dengan Bastian. Bastian sengaja mematikan ponselnya agar qualty time dengan istrinya tidak terganggu.Hingga sampai pulang seorang perawat dari rumah sakit menunggunya di rumahnya."Maaf, Pak. Saya jadinya ke mari, karena Bapak tidak bisa dihubungi, saya akan mengabarkan satu jam yang lalu, Bu Virda menghembuskan napas terakhir.""Apa?" Bastian kaget sekali mendengar kabar itu.Dia hanya berjalan-jalan dengan istrinya selama tiga jam dari kepulangannya dari rumah sakit, jika dia tahu Mamanya akan meninggal tentu dia akan bersikeras tidak meninggalkan Mamanya, walau Mama Virda memaksanya untuk pulang. Bastian terduduk lesu di sofa ruang tamu. Dia juga menyesali kenapa dia musti mematikan ponselnya"Ya, Allah ... Innalilahi wa Inna ilaihi rojiun ...," u

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Bunda Asti pergi Umroh

    "Bunda pergi dulu, ya ... Jagalah Mama kalian dengan baik," kata Bunda Asti ketika berada di Bandara.Bastian, Rahma, Fitri dan Alif turut mengantar kepergian mereka ke tanah suci."Bunda ... Tolong do'akan agar Mama lekas sembuh," kata Bastian."Iya, tentu saja Bunda akan mendo'akan Mama Virda. Jaga baik-baik istrimu dan anakmu, ya?""Iya, itu pasti," Bastian mencium punggung tangan Bunda Asti."Bunda, do'akan kehamilan Rahma lancar dan sehat ya ... Do'akan juga Alif cepat sembuh dan cepat berjalan dan tolong do'akan juga suamiku agar ingatannya kembali lagi," Rahma memeluk Bunda Asti."Iya, sayang ... Semua keluarga Bunda nanti Bunda do'akan satu persatu.""Aku berangkat dulu, Bro. Nanti akan aku do'akan agar ingatanmu cepat kembali. Agar kau bisa mengingat kembali momen di mana kau bucin banget sama istrimu itu, agar kau bisa mengingat malam pertama kalian," kata Romi sambil terkekeh.Bastian memeluk saudaranya itu dan

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Luka hati, tak terasa sakit lagi

    "Bunda ... Bunda dari mana?" suara Alif menyambut kedatangan Rahma dan Baatian dari rumah sakit."Alif? Kenapa belum tidur, Nak? Ini sudah malam loh," kata Bastian membelai rambut Alif.Alif terpukau dengan perkataan Bastian, lelaki itu biasanya selalu bersikap masa bodoh, cuek bahkan menampakkan wajah tak ramah padanya. Namun, sekarang lelaki dihadapannya ini rela berlutut hingga wajahnya bisa menatapnya dengan jelas, mata lelaki itu penuh kehangatan seperti Ayah Bastian yang dulu."Alif belum ngantuk, Yah. Ayah Sama Bunda dari mana?""Ayah sama Bunda dari Rumah sakit" jawab Rahma"Ke Rumah sakit? Siapa yang sakit, Bun?""Yang sakit Mamanya Ayah," jawab Bastian."Maksudnya Nenek Bunda Asti? Dia di rumah kok," kata Alif polos"Bukan sayang, Ayah juga sama dengan Alif, punya dua orang Ibu. Yang sakit itu Mama kandung Ayah, seperti Mama Santi, dia ibu kandung Alif, kan?""OOO gitu? Ternyata kita punya nasib yang sama

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Telepon dari Rumah sakit

    "Nanti malam kita makan di luar, yuk? Untuk meresmikan hari jadian kita," kata Bastian setelah salat AsharRahma yang tengah membereskan tempat tidur tersenyum ceria."Hari inikan bukan hari jadi kita? Kita menikah baru dua bulan, Mas!""Bukan hari pernikahan kita, tetapi hari jadian kita saat aku Amnesia, kalau kenangan masa lalu bersamamu aku lupa, maka mulai hari ini aku akan membuat kenangan baru, ingatan baru bersamamu," Bastian memeluk Rahma dari belakang.Derrrttt ... Derrrrtttt ...."Mas, itu ponselmu bergetar," seru Rahma menunjuk ponsel Bastian di atas nakas.Bastian segera mengambil ponselnya dan menggeser tanda panggilan di layar."Halo? Iya ... Apa? Oiya ... Iya, saya akan segera ke sana,"Bastian menutup teleponnya dengan menghembuskan napas berat."Ada apa, Mas? Siapa yang nelpon?" tanya Rahma penasaran."Dari rumah sakit, katanya Mama pingsan dan sekarang masuk rumah sakit."

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kau Istimewa

    Suasana sore itu membuat mereka tertidur sambil berpelukan. Semua baju basah mereka ditumpuk di kamar mandi. Rahma terjaga dari tidurnya setelah mendengar suara ramai.'Ah, mereka pasti sudah pulang dari belanja,' batinnya.Rahma segera bangkit dari pembaringan dan memakai pakaian lengkap, tak lupa memakai jilbab kaosnya. Diperhatikan dengan seksama suaminya yang tengah terlelap dengan tubuh ditutupi selimut tebal. Rahma harus segera ke kamar lelaki itu untuk membawa baju ganti. Dia segera keluar dari kamar tak lupa mengunci kamarnya dari luar."Alif sudah pulang?" tanya Rahma antusias melihat putranya tengah membawa mobilan remot."Bunda, lihat deh. Om Romi membelikan Alif mobil-mobilan remote," serunya"Iya, bagus ya? Sudah bilang terima kasih belum?""Sudah.""Sekarang Alif mandi, sudah itu salat Ashar. Selanjutnya makan ya?"

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Hujan Romantis

    "Rahma, kamu kenapa, Sayang?" seru Bunda Asti ketika melihat Rahma muntah-muntah di kamar mandi."Nggak tahu, Bunda. Perutku rasanya mual banget," kata Rahma."Ya, Ampun ... Kamu sudah mulai emesis. Ya sudah kamu istirahat saja, tidak usah ikut belanja. Nanti biar Bik Wati menemanimu.""Iya, Bunda ... Aku gak bisa ikut, takutnya mualku kambuh di sana."Ketika mau berangkat, Alif ternyata bersikeras untuk ikut. Rahma meminta Bik Wati agar ikut belanja bersama mereka, untuk membantu keperluan Alif. Walau Romi dan Fitri bersikeras mereka yang akan menjaga Alif, namun Rahma ingin agar pasangan muda itu lebih bebas menjalin kedekatan diantara mereka.Setelah mereka pergi, Rahma hanya berbaring di ranjang sembari membaca novel.****Setelah jam makan siang tiba, Bastian tidak sabar membuka bekal makan siangnya. Setelah dibuka, aromanya tercium begitu sedap

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Bekal untuk Bastian

    Hari ini terpaksa Bastian menghubungi Romi, untuk mengantarnya menjemput Rahma. Dia menduga Romi akan mengejeknya habis-habisan tetapi ternyata tidak. Saudaranya itu malah antusias menemaninya, dia berulang kali bersyukur karena Allah telah menyadarkannya.Sesampainya di rumah Rahma, Romi segera menyampaikan maksudnya disaksikan Fitri, sedang Bastian hanya menundukkan kepala tidak berani menatap kedua wanita itu."Maksud Abang ke sini mau menjemputmu, Rahma. Pulanglah ke rumah suamimu sekarang, dia memintamu. Iya kan, Bas?"Bastian hanya mengangguk pelan."Kok Bang Romi yang bilang? Kenapa bukan suaminya langsung," kata Fitri.Mendengar perkataan Fitri, Bastian spontan mendongakkan kepalanya menatap kedua wanita di hadapannya dengan tatapan jengah."Iya, pulanglah." Hanya itu kata yang mampu terucap dari bibir Bastian."Apa? Cuma gitu? Kemaren waktu ngusir panjang lebar, gak ada permintaan maaf, gitu? Apa ...," gerutu Fitr

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kesayanganku

    Yadi datang setelah lima tujuh menit berlalu. Bastian segera masuk dan duduk di sampingnya."Kita mau ke mana, Pak?""Ke cafe atau apapun, cari tempat sepi buat mengobrol," kata Bastian."Bapak janji mau bertemu seseorang?""Tidak, saya hanya ingin membicarakan beberapa hal denganmu.""Tentang masalah apa, Pak?" ucap Yadi, dia merasa kuatir, selama ini Bosnya tidak pernah ingin berbicara dengannya, apakah ini soal pekerjaannya?"Tidak perlu kuatir, ini bukan tentang kamu, ini tentang diriku sendiri," kata Bastian seolah tahu apa yang dipikirkan Yadi.Yadi tersenyum lega, dia segera membawa bosnya di warung Bakso di dekat taman. Mereka memilih duduk di bangku taman yang agak sepi."Ada apa, Pak?" tanya Yadi membuka percakapan."Yadi ... Aku mengenalmu, kau sudah bekerja pada Papa berapa lama?" tanya Bastian memastikan."Sudah hampir dua tahun, Pak. Makanya Bapak mengenal saya, Bapak hanya lupa peristiwa

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Penyesalan Santi

    "Ini Pak rumahnya," kata Yadi"Kamu yakin ini rumahnya?""Yakin dong, Pak. Saya sudah sering kemari mengantar Bu Rahma. Ini rumah peninggalan Almarhum Ayahnya, Pak.""Oo" hanya itu yang keluar dari mulut Bastian.Bastian tidak menyangka kalau Rahma memiliki rumah warisan yang begitu mewah, berarti benar kata Bunda, Rahma anak orang kaya."Pak Yadi pulang saja, saya tidak mau Rahma mengetahui saya datang jika pakai mobil," kata Bastian,Sebenarnya dia hanya ingin tahu ada perlu apa Santi menemui Rahma, jika dia masuk memakai mobil, pasti tidak bisa menyelidiki semua itu."Terus Bapak nanti pulangnya bagaimana? Atau Bapak mau menginap?" kata Yadi tersenyum simpul."Nanti kukabari." Bastian segera turun dari mobil dan memencet bel pagar.Dari dalam muncul seorang Satpam dan segera membuka pintu pagar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status