Home / Romansa / Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga / Ini siapa? Pembantu baru?

Share

Ini siapa? Pembantu baru?

Author: Nainamira
last update Last Updated: 2021-12-26 22:16:30

Bastian pulang diantar Pak Maman supirnya dan beberapa bodyguard yang mengawalnya. Sepanjang jalan dia selalu protes pada Bundanya kenapa dia musti dikawal dengan ketat.

"Romi yang meminta kau untuk dikawal. Kau percaya kan pada Romi?" kata Bunda Asti, dia tidak tahu bagaimana menjelaskan pada Bastian.

"Aih, kenapa Romi musti repot-repot nyewa pengawal segala. Kayak nyawaku dalam bahaya saja," keluhnya.

"Kau memang dalam bahaya, Bas. Kau baru celaka," kata Bunda Asti menekannya.

"Bahaya? Ah, Bunda ini ada-ada saja. Aku hanya kecelakaan kecil tidak usah berlebihan," kata Bastian menertawakan perkataan Bunda Asti.

"Apa? Kecelakaan kecil? Kepalamu itu bocor, Bas. Nyawamu hampir melayang!"  Bunda Asti kaget dengan reaksi Bastian.

"Maksud Bunda apa? Apanya yang bocor? Kepalaku bocor? Bunda jangan mengada-ada," kata Bastian heran dengan perkataan Bunda Asti.

Bunda Asti sendiri justru lebih heran dengan perkataan Bastian, akhirnya dia h

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
dedesutrisna381
dih males banget deh kalo ceritanta udah di perpanjang kaya gini kaya sinetron aja.hadeuuh maaf tor ah jd males baca nya
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
semoga dengan perlahan-lahan Bastian ingat Rahma
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Terpaksa menjadi pembantu lagi

    "Akibat luka di kepalanya itu Pak Bastian mengalami Amnesia Parsial, Bu. Amnesia yang terjadi pada Pak Bastian adalah hilang ingatan sebagian. Dia tidak dapat mengingingat kejadian satu tahun belakangan ini. Sehingga orang-orang yang dikenalnya satu tahun ini tidak dapat diingatnya. Kabar buruknya, dia tidak bisa dipaksa atau memaksakan diri mengingatnya jika dia dipaksa mengingat maka pembuluh darah di luka jahitan kepalanya akan pecah dan nyawa Pak Bastian akan dalam bahaya, bisa mengakibatkan kematian" jawab Dokter Samir.Keterangan Dokter Samir membuat Rahma, Bunda Asti dan Romi shock. Rahma bahkan hampir limbung mendengarnya."Bunda ... aku tidak ingin kehilangan suamiku. Biarlah dia tidak mengingatku, asalkan dia masih hidup sudah cukup bagiku. Sekarang aku akan pindah dari kamar kami, biarlah dia menganggapku pembantunya. Tidak mengapa aku jadi pembantunya, aku dulu juga pembantunya. Mungkin dengan aku menjadi pembantunya dia akan mengingatku sedikit demi

    Last Updated : 2021-12-27
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Ingatan Bastian

    "Dicoba dulu, siapa tahu suka. Ya sudah, Bos, saya mau nyuci di belakang."'Rahma berlalu ke belakang, sebelum tiba di dapur, Rahma berhenti dan mengintip ke arah Bastian "Hm, kita lihat apakah kau masih suka sop iga, Mas?" gumamnya. Bastian membuka tutup panci, aroma masakan itu sangat menggoda. Diambilnya sendok dan mencicipi masakan itu. 'Hmm enak, aku kok seperti familiar dengan masakan ini, kayak pernah makan, tapi di mana?' batinnya. Segera disendoknya nasi ke piringnya dan menuang sop iga itu di atasnya. Dia makan dengan lahap, seperti berhari-hari tidak makan. Rahma tersenyum dengan puas melihat suaminya masih suka dengan masakannya. Dia sangat rindu melihat suaminya makan seperti itu. Dia yakin, hanya ingatan suaminya saja yang hilang, namun perasaan dan hati suaminya masih tetap sama. Dia segera pergi untuk mencuci pakaian suaminya. Romi dan Bunda Asti datang ke meja makan hampir bersamaan. "Bas ... kau sudah sadar?" tanya Romi sambil duduk di hadapannya. "Sadar? Kau pi

    Last Updated : 2021-12-27
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Siapa wanita yang di foto ini?

    "Sekarang tenangkan dirimu, Bas. Kau harus rileks, banyak tanggung jawab yang sudah menantimu. Kau harus mengurus perusahaan peninggalan Papa," kata Romi memotivasi Bastian."Dari tadi kau bilang Perusahaan peninggalan Papa. Memangnya Papa ke mana?" kata Bastian dengan nada kesal."Bas ... Papa sudah nggak ada, Sayang. Sudah setengah bulan lebih dia pergi meninggalkan kita selama-lamanya," kata Bunda Asti menjelaskan dengan hati-hati agar anak tirinya itu tidak shock."Maksud Bunda tidak ada itu gimana?" tanya Bastian, tidak yakin dengan apa yang didengarnya."Papa sudah meninggal dunia, wafat ...." kata Bunda Asti sambil mengelus lengan lelaki itu agar anaknya lebih tenang."Apa? Papa sudah meninggal dunia? Dan aku tidak tahu?" Bastian benar-benar terguncang, sudut-sudut matanya mengalir banyu bening."

    Last Updated : 2021-12-27
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kehamilan Rahma

    Rahma dan Bunda Asti pergi ke rumah sakit diantar Yadi, sebelum ke dokter kandungan mengunjungi Alif di ruang ICU. Empat orang pengawal masih berjaga di depan ruang ICU."Bagaimana keadaan Alif, Bang?" tanya Rahma pada salah satu pengawal."Belum sadar juga, Bu. Kemarin dan tadi pagi dokter memeriksanya. Nanti jika ada perkembangannya saya kabari," kata salah satu pengawal itu."Iya, saya akan melihatnya dulu." Rahma segera memasuki ruang ICU setelah memakai baju khusus.Di dalam tampak Alif masih berbaring dengan di topang berbagai alat, wajah bocah lelaki itu tampak begitu pucat. Rahma segera menghampiri dan membelai wajah anaknya. Dikecup beberapa kali pipi bocah itu. Air mata tak terasa sudah membasahi pipinya."Alif sayang, bangun Nak. Ayo bangun, sayang. Bunda kangen sama Alif. Kangen sama celotehan Alif. Bunda tidak mau Alif pergi lagi dari Bunda. Bertahanlah,

    Last Updated : 2021-12-28
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kembalinya sikap arogan Bastian

    Rahma dan Bunda Asti pulang dengan membawa camilan yang dibeli di toko roti. Mendengar Rahma ingin makan roti, Bunda Asti langsung memborong camilan di toko roti tersebut. Pak Yadi membawa satu kantong untuk dibagi para pelayan dan pekerja di rumah itu. Rahma menaruh di meja makan, meminta Bik Wati membuat susu hamil.Bik Wati sudah menghidangkan susu hangat ketika Romi menuju ke arah mereka. Rahma menyeruput susu dan mencelupkan roti tawar ke dalam gelas susu, mengunyah dengan mulut penuh. Bunda menyemil bolu lapis Surabaya dan meminum secangkir teh."Hmm, enak-enak ini kuenya," kata Romi sambil mencomot kue lapis Surabaya di atas piring."Den Romi mau dibuatin teh apa kopi?" tawar Bik Wati."Nggak usah, Bik. Barusan kan aku ngopi di atas sama Bastian," kata Romi sambil mengunyah."Mas Bas ngopi?" tanya Rahma heran."Biarinlah ... diakan gak sadar kalau punya penyakit pencernaan. Sepertinya tingkah laku dia balik lagi seperti setahun

    Last Updated : 2021-12-28
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Memangnya kau bapak bayi itu?

    Hari minggu pagi pertama Bastian ketika dia hilang ingatan. Setelah bangun pagi, ada yang terasa hilang dalam dirinya. Itu yang membuatnya termenung mengingat-ingat apa yang hilang pada dirinya. Bagaimanapun dia berpikir tetapi dia tidak ingat juga dengan apa yang membuatnya merasa galau.Setiap bangun pagi Bastian kini punya kebiasaan baru, dia akan menyibak tirai jendela dan membukanya. Membiarkan hembusan angin pagi menerobos kamarnya di lantai atas. Menikmati hangatnya cahaya matahari di ufuk timur. Dia akan berlama-lama menatap matahari terbit, menikmati semerbak aroma bunga mawar yang bermekaran di taman belakang.Tampak di bawah seorang wanita yang tengah mengangkat seember cucian dan menjemurnya. Bukankah wanita itu tengah hamil? Kenapa dia mengangkat berat-berat begitu? batinnya. Melihat wanita itu menjemur pakaian seperti dia tengah menonton sebuah adegan yang pernah dilihatnya, de javu.Wanita itu kesulitan me

    Last Updated : 2021-12-28
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Dia Istrimu, Bas.

    Sembarangan kalau ngomong kamu, Bas. Romi itu hanya berusaha menjaganya, karena suaminya tidak bisa menjaganya," kata Bunda Asti membuat Bastian semakin penasaran."Dia wanita bersuami, Rom. Biar saja suaminya yang jagain. Atau ... diam-diam kau suka pada perempuan itu? Kalian sudah berhubungan, kan? Wanita itu sudah memanggilmu Abang." Bastian kembali menyerang, muka Romi sudah merah mendengar kata-kata Bastian, dia berusaha sabar."Aku dulu memang menyukai wanita itu, Bas. Kau tahu soal itu. Tetapi aku merelakan dia, aku berusaha menghapus perasaanku padanya. Kini, perasaanku pada wanita itu hanya sebatas kakak dan adik. Rahma itu sudah seperti adik bagiku. Makanya aku akan menjaganya," kata Romi berusaha tenang mengatakannya."Adik? Zaman sekarang mana ada istilah Kakak Adik antara wanita dan pria. Kalau kau menyukai wanita itu, segera kau cari suaminya untuk mentalaknya atau kau suruh wanita itu menggugat di pe

    Last Updated : 2021-12-28
  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Konsultasi dengan Dokter Samir

    Rahma benar-benar tidak sabar untuk menemui Alif. Pertanyaan Bastian tentang Alif tidak sempat dijawabnya. Dia segera berlari menuju mobil."Nanti kujelaskan, Bas. Sekarang kami sedang terburu-buru," kata Romi berlari menyusul Rahma."Bas, kau di rumah saja. Sebentar lagi Dokter Samir datang, katakan kondisimu dengan jujur padanya, ya? Bunda pergi dulu," kata Bunda Asti sambil meraih tasnya di atas nakas.Bastian terduduk kembali di meja makan, setelah sebelumnya dia berdiri menyaksikan seluruh keluarganya terlihat panik, ah tidak ... bukan panik, tetapi gembira sekaligus panik.Bastian segera melanjutkan sarapannya, dia memasukkan ke mulut nasi goreng telur ceplok itu, mengunyah dengan pelan.'Ah, sepertinya aku pernah memakan nasi goreng seperti ini, tapi di mana?' batinnya."Hmmm, rasanya gurih, enak dan nampol banget pedesnya. Aku pernah memakannya, apakah Bik Wati yang membuatnya?" gumamnya sambil terus menikmati sarapan paginya.

    Last Updated : 2021-12-29

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Hidupku sudah sempurna

    Malam itu menjadi malam paling membahagikan bagi Rahma sejak kehamilan pertamanya. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan berjalan-jalan berdua dengan Bastian. Bastian sengaja mematikan ponselnya agar qualty time dengan istrinya tidak terganggu.Hingga sampai pulang seorang perawat dari rumah sakit menunggunya di rumahnya."Maaf, Pak. Saya jadinya ke mari, karena Bapak tidak bisa dihubungi, saya akan mengabarkan satu jam yang lalu, Bu Virda menghembuskan napas terakhir.""Apa?" Bastian kaget sekali mendengar kabar itu.Dia hanya berjalan-jalan dengan istrinya selama tiga jam dari kepulangannya dari rumah sakit, jika dia tahu Mamanya akan meninggal tentu dia akan bersikeras tidak meninggalkan Mamanya, walau Mama Virda memaksanya untuk pulang. Bastian terduduk lesu di sofa ruang tamu. Dia juga menyesali kenapa dia musti mematikan ponselnya"Ya, Allah ... Innalilahi wa Inna ilaihi rojiun ...," u

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Bunda Asti pergi Umroh

    "Bunda pergi dulu, ya ... Jagalah Mama kalian dengan baik," kata Bunda Asti ketika berada di Bandara.Bastian, Rahma, Fitri dan Alif turut mengantar kepergian mereka ke tanah suci."Bunda ... Tolong do'akan agar Mama lekas sembuh," kata Bastian."Iya, tentu saja Bunda akan mendo'akan Mama Virda. Jaga baik-baik istrimu dan anakmu, ya?""Iya, itu pasti," Bastian mencium punggung tangan Bunda Asti."Bunda, do'akan kehamilan Rahma lancar dan sehat ya ... Do'akan juga Alif cepat sembuh dan cepat berjalan dan tolong do'akan juga suamiku agar ingatannya kembali lagi," Rahma memeluk Bunda Asti."Iya, sayang ... Semua keluarga Bunda nanti Bunda do'akan satu persatu.""Aku berangkat dulu, Bro. Nanti akan aku do'akan agar ingatanmu cepat kembali. Agar kau bisa mengingat kembali momen di mana kau bucin banget sama istrimu itu, agar kau bisa mengingat malam pertama kalian," kata Romi sambil terkekeh.Bastian memeluk saudaranya itu dan

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Luka hati, tak terasa sakit lagi

    "Bunda ... Bunda dari mana?" suara Alif menyambut kedatangan Rahma dan Baatian dari rumah sakit."Alif? Kenapa belum tidur, Nak? Ini sudah malam loh," kata Bastian membelai rambut Alif.Alif terpukau dengan perkataan Bastian, lelaki itu biasanya selalu bersikap masa bodoh, cuek bahkan menampakkan wajah tak ramah padanya. Namun, sekarang lelaki dihadapannya ini rela berlutut hingga wajahnya bisa menatapnya dengan jelas, mata lelaki itu penuh kehangatan seperti Ayah Bastian yang dulu."Alif belum ngantuk, Yah. Ayah Sama Bunda dari mana?""Ayah sama Bunda dari Rumah sakit" jawab Rahma"Ke Rumah sakit? Siapa yang sakit, Bun?""Yang sakit Mamanya Ayah," jawab Bastian."Maksudnya Nenek Bunda Asti? Dia di rumah kok," kata Alif polos"Bukan sayang, Ayah juga sama dengan Alif, punya dua orang Ibu. Yang sakit itu Mama kandung Ayah, seperti Mama Santi, dia ibu kandung Alif, kan?""OOO gitu? Ternyata kita punya nasib yang sama

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Telepon dari Rumah sakit

    "Nanti malam kita makan di luar, yuk? Untuk meresmikan hari jadian kita," kata Bastian setelah salat AsharRahma yang tengah membereskan tempat tidur tersenyum ceria."Hari inikan bukan hari jadi kita? Kita menikah baru dua bulan, Mas!""Bukan hari pernikahan kita, tetapi hari jadian kita saat aku Amnesia, kalau kenangan masa lalu bersamamu aku lupa, maka mulai hari ini aku akan membuat kenangan baru, ingatan baru bersamamu," Bastian memeluk Rahma dari belakang.Derrrttt ... Derrrrtttt ...."Mas, itu ponselmu bergetar," seru Rahma menunjuk ponsel Bastian di atas nakas.Bastian segera mengambil ponselnya dan menggeser tanda panggilan di layar."Halo? Iya ... Apa? Oiya ... Iya, saya akan segera ke sana,"Bastian menutup teleponnya dengan menghembuskan napas berat."Ada apa, Mas? Siapa yang nelpon?" tanya Rahma penasaran."Dari rumah sakit, katanya Mama pingsan dan sekarang masuk rumah sakit."

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kau Istimewa

    Suasana sore itu membuat mereka tertidur sambil berpelukan. Semua baju basah mereka ditumpuk di kamar mandi. Rahma terjaga dari tidurnya setelah mendengar suara ramai.'Ah, mereka pasti sudah pulang dari belanja,' batinnya.Rahma segera bangkit dari pembaringan dan memakai pakaian lengkap, tak lupa memakai jilbab kaosnya. Diperhatikan dengan seksama suaminya yang tengah terlelap dengan tubuh ditutupi selimut tebal. Rahma harus segera ke kamar lelaki itu untuk membawa baju ganti. Dia segera keluar dari kamar tak lupa mengunci kamarnya dari luar."Alif sudah pulang?" tanya Rahma antusias melihat putranya tengah membawa mobilan remot."Bunda, lihat deh. Om Romi membelikan Alif mobil-mobilan remote," serunya"Iya, bagus ya? Sudah bilang terima kasih belum?""Sudah.""Sekarang Alif mandi, sudah itu salat Ashar. Selanjutnya makan ya?"

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Hujan Romantis

    "Rahma, kamu kenapa, Sayang?" seru Bunda Asti ketika melihat Rahma muntah-muntah di kamar mandi."Nggak tahu, Bunda. Perutku rasanya mual banget," kata Rahma."Ya, Ampun ... Kamu sudah mulai emesis. Ya sudah kamu istirahat saja, tidak usah ikut belanja. Nanti biar Bik Wati menemanimu.""Iya, Bunda ... Aku gak bisa ikut, takutnya mualku kambuh di sana."Ketika mau berangkat, Alif ternyata bersikeras untuk ikut. Rahma meminta Bik Wati agar ikut belanja bersama mereka, untuk membantu keperluan Alif. Walau Romi dan Fitri bersikeras mereka yang akan menjaga Alif, namun Rahma ingin agar pasangan muda itu lebih bebas menjalin kedekatan diantara mereka.Setelah mereka pergi, Rahma hanya berbaring di ranjang sembari membaca novel.****Setelah jam makan siang tiba, Bastian tidak sabar membuka bekal makan siangnya. Setelah dibuka, aromanya tercium begitu sedap

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Bekal untuk Bastian

    Hari ini terpaksa Bastian menghubungi Romi, untuk mengantarnya menjemput Rahma. Dia menduga Romi akan mengejeknya habis-habisan tetapi ternyata tidak. Saudaranya itu malah antusias menemaninya, dia berulang kali bersyukur karena Allah telah menyadarkannya.Sesampainya di rumah Rahma, Romi segera menyampaikan maksudnya disaksikan Fitri, sedang Bastian hanya menundukkan kepala tidak berani menatap kedua wanita itu."Maksud Abang ke sini mau menjemputmu, Rahma. Pulanglah ke rumah suamimu sekarang, dia memintamu. Iya kan, Bas?"Bastian hanya mengangguk pelan."Kok Bang Romi yang bilang? Kenapa bukan suaminya langsung," kata Fitri.Mendengar perkataan Fitri, Bastian spontan mendongakkan kepalanya menatap kedua wanita di hadapannya dengan tatapan jengah."Iya, pulanglah." Hanya itu kata yang mampu terucap dari bibir Bastian."Apa? Cuma gitu? Kemaren waktu ngusir panjang lebar, gak ada permintaan maaf, gitu? Apa ...," gerutu Fitr

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Kesayanganku

    Yadi datang setelah lima tujuh menit berlalu. Bastian segera masuk dan duduk di sampingnya."Kita mau ke mana, Pak?""Ke cafe atau apapun, cari tempat sepi buat mengobrol," kata Bastian."Bapak janji mau bertemu seseorang?""Tidak, saya hanya ingin membicarakan beberapa hal denganmu.""Tentang masalah apa, Pak?" ucap Yadi, dia merasa kuatir, selama ini Bosnya tidak pernah ingin berbicara dengannya, apakah ini soal pekerjaannya?"Tidak perlu kuatir, ini bukan tentang kamu, ini tentang diriku sendiri," kata Bastian seolah tahu apa yang dipikirkan Yadi.Yadi tersenyum lega, dia segera membawa bosnya di warung Bakso di dekat taman. Mereka memilih duduk di bangku taman yang agak sepi."Ada apa, Pak?" tanya Yadi membuka percakapan."Yadi ... Aku mengenalmu, kau sudah bekerja pada Papa berapa lama?" tanya Bastian memastikan."Sudah hampir dua tahun, Pak. Makanya Bapak mengenal saya, Bapak hanya lupa peristiwa

  • Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga   Penyesalan Santi

    "Ini Pak rumahnya," kata Yadi"Kamu yakin ini rumahnya?""Yakin dong, Pak. Saya sudah sering kemari mengantar Bu Rahma. Ini rumah peninggalan Almarhum Ayahnya, Pak.""Oo" hanya itu yang keluar dari mulut Bastian.Bastian tidak menyangka kalau Rahma memiliki rumah warisan yang begitu mewah, berarti benar kata Bunda, Rahma anak orang kaya."Pak Yadi pulang saja, saya tidak mau Rahma mengetahui saya datang jika pakai mobil," kata Bastian,Sebenarnya dia hanya ingin tahu ada perlu apa Santi menemui Rahma, jika dia masuk memakai mobil, pasti tidak bisa menyelidiki semua itu."Terus Bapak nanti pulangnya bagaimana? Atau Bapak mau menginap?" kata Yadi tersenyum simpul."Nanti kukabari." Bastian segera turun dari mobil dan memencet bel pagar.Dari dalam muncul seorang Satpam dan segera membuka pintu pagar

DMCA.com Protection Status