Reza menyipitkan matanya sambil melihat Celine, seakan-akan sedang mencari tahu apa yang Celine pikirkan.Tapi seperti pikiran Andreas yang tidak bisa ditebak, dia lebih tidak bisa menebak pikiran Celine."Coba bilang." Reza tetap tertarik.Meski tidak bisa menebak Celine, dia bisa mendapatkan informasi dulu dari Celine baru mempertimbangkan kemungkinannya.Terlebih lagi Celine baru saja minum air yang dia beri, kesadarannya tidak seperti orang normal. Apalagi Celine juga berdarah banyak. Saat ini, wajah Celine sangat pucat, sama sekali tidak bisa menyerang, kalaupun Reza mau melakukan sesuatu, Celine tidak punya tenaga untuk melawan.Reza pun menurunkan kewaspadaannya.Jadi, saat Celine berbicara terlalu kecil karena tidak bertenaga, meski Reza agak kesal karena tidak bisa mendengar dengan jelas, tapi dia mencondongkan tubuhnya ke arah Celine."Kamu tahu, nggak? Andreas ...."Celine mengernyit, seperti sedang menahan rasa sakit dan pusing, napasnya juga semakin tidak stabil.Rasa pena
Celine berusaha berdiri lalu hendak berjalan keluar.Reza menyadari apa yang Celine pikirkan."Celine, kamu pikir kamu bisa kabur?" Reza tertawa terbahak-bahak. "Waktu aku mengendarai kapal ini, aku nggak pernah berpikir mau kembali. Aku sudah merusak alat-alat di kokpit. Kamu nggak bisa balik lagi!"Nggak bisa balik ....Celine tidak percaya Reza tidak menyiapkan jalur untuknya sendiri.Celine tidak memedulikan Reza.Dia menopang dirinya berusaha keluar dari dalam kapal ke arah kokpit yang ada di bagian depan kapal. Namun, dia tidak menyadari niat membunuh yang ada di mata Reza.Celine masuk ke dalam kokpit.Dia memeriksa alat-alat di sana, sudah rusak seperti yang dikatakan Reza.Namun, Celine tidak ingin diam menunggu mati.Dia ingin mencari cara untuk menghubungi dunia luar, tapi tubuhnya tidak bisa bertahan lagi. Dia bersandar di dinding, berusaha bertahan agar tidak pingsan.Angin di luar semakin kencang.Di telinganya hanya terdengar suara angin dan ombak. Setelah entah berapa l
Kobaran api itu sangat mencolok.Sekoci Reza masih belum terlalu jauh, jadi dorongan ombak karena ledakan itu hampir membuat sekocinya terbalik.Karena kaget, dia tidak menyadari keanehan di belakang kobaran api itu.Reza berusaha menstabilkan sekocinya lalu melihat kobaran api akibat ledakan itu. Setelah tertegun sejenak, wajahnya yang penuh noda darah dan matanya dipenuhi dengan kegilaan.Di rencana aslinya, orang yang mati di sini seharusnya adalah Andreas.Sekarang jadi Celine, tapi juga sama saja."Celine, Celine, kamu jangan salahkan aku. Siapa suruh Paman Andreas nggak datang menyelamatkanmu? Hahaha ...."Reza tertawa terbahak-bahak.Dia tetap belum puas.Meski Celine sudah mati, Andreas dan Lily masih baik-baik saja!Di benaknya muncul sosok dua orang itu. Karena kabar Celine mati dalam ledakan itu, tekad Reza untuk balas dendam semakin kuat.Saat ini, dia bahkan tidak merasakan kesakitan di kakinya lagi.Dia mencengkeram sekocinya sambil memikirkan rencana selanjutnya.Tiba-ti
Namun waktu dia sudah bisa melihat orang yang berdiri di bagian depan kapal, di mata Reza langsung muncul ketakutan.Itu ... itu Andreas!"Mana mungkin?"Andreas jelas-jelas sudah meninggalkan Celine, kenapa bisa muncul di sini?Reza menelan ludahnya, dalam hati dia tahu dengan adanya Celine di tangannya lalu membuat jebakan, dia baru punya harapan mengendalikan Andreas.Namun sekarang ....Di bawah kobaran api, terlihat ekspresi orang yang berdiri di kapal itu sangat suram, seperti malaikat kematian yang datang mencabut nyawa.Meski masih jauh, Reza tetap bisa merasakan tatapan Andreas yang tertuju padanya.Reza tiba-tiba merinding, pikiran yang muncul pertama kali adalah kabur.Namun, perahu yang dia pakai hanya sekoci. Kalaupun dia pakai seluruh tenaganya untuk mendayung, kecepatannya juga seperti siput kalau dibandingkan dengan orang di belakangnya.Kapal di belakang semakin dekat.Meskipun dia membelakangi orang itu, Reza masih bisa merasakan tekanan yang seakan-akan mau menelanny
Muncul adegan saat kapal meledak tadi. Andreas pun menghirup napas dalam-dalam."Tuan, orang ini bagaimana?"Terdengar suara Owen yang penuh amarah.Kalau bukan karena Tuan ingin mengurusnya sendiri, tadi dia pasti sudah membalikkan kapal Reza agar dia mati tenggelam.Andreas menutup matanya.Ketika dia kembali membuka matanya, seluruh perasaannya sudah menghilang.Dia berbalik dan melihat Reza.Tatapan itu sangat dingin, seperti panah ataupun pisau yang menembus tubuhnya. Reza diam-diam gemetar dan langsung memohon ampun."Paman, tolong ampuni aku. Kamu bukannya nggak mencintai Celine? Sekarang dia sudah mati, dia nggak bakal mengganggumu lagi. Kamu tahu, nggak? Tadi setelah telepon ditutup, Celine bahkan memarahimu.""Benar, dia bilang kamu berdarah dingin, tapi sebenarnya dia juga hanya berpura-pura denganmu. Dia ...."Reza berusaha untuk mengadu domba mereka berdua.Namun, dia malah melihat ekspresi Andreas yang semakin menakutkan.Bahkan Owen juga sudah malas mendengar karangannya
Untungnya kata-katanya menarik perhatian Andreas.Andreas memberi kode pada Owen.Owen pun menarik Reza ke atas. Setelah akhirnya menyentuh pembatas, Reza langsung menggenggamnya dengan erat. Setelah dia kembali ke kapal, Owen baru sadar bagian dada sampai celana Reza basah.Kemudian, dia mencium bau yang menusuk hidung.Owen pun melihat Reza dengan jijik.Namun saat ini, Reza sama sekali tidak merasa tidak nyaman.Dia segera melihat Andreas dan berkata, "Paman, kalau kamu melepaskanku, aku bakal kasih tahu semua yang kutahu."Andreas malah hanya tersenyum sinis. "Menurutmu sekarang kamu masih berhak negosiasi denganku?"Jantung Reza seakan-akan berhenti berdetak.Dia tidak berhak.Orang di depannya ini adalah Andreas Jayadi.Kalaupun tidak bukan darinya, asalkan Andreas tahu ada orang yang mau mencelakai Celine, dia pasti bisa menemukan orang itu.Reza terlalu meremehkan Andreas.Makanya dia lagi-lagi tertangkap oleh Andreas."Heh ...." Reza tiba-tiba tertawa putus asa. Dia mana puas
Saat berpikir, dia tiba-tiba mendengar suara dari belakang.Jeremy menoleh dan tertegun saat melihat orang itu. "Kakek ...."Orang itu adalah Richard.Saat ini, Richard duduk di kursi roda, di wajahnya tidak ada ekspresi apa pun. Kedua matanya juga datar, tidak terlihat perasaannya saat ini.Dia juga seakan-akan tidak mendengar panggilan Jeremy.Namun, Jeremy yakin Richard mendengar kata-kata Reza tadi.Setelah terdiam sejenak, Richard berbalik tanpa mengatakan apa-apa."Kakek ...."Jeremy ingin mengejarnya, tapi tiba-tiba mendengar Reza melanjutkan."Paman, Lily adalah orang yang nggak akan menyerah sebelum tujuannya tercapai. Kamu harusnya balas dendam ke dia. Kebenciannya terhadap Celine jauh lebih besar daripada aku. Kamu seharusnya menariknya untuk menemani Celine."Meski begitu, tetap tidak bisa menutupi hal yang terjadi tadi.Dia yang meledakkan Celine di lautan.Mata Andreas sangat gelap, terus menatap Reza tanpa mengatakan apa-apa. Reza pun makin lama makin putus asa.Kelihata
Andreas hanya melihat Jeremy sekilas.Dia tahu ini adalah anak dari putri angkat Keluarga Nadine.Dia tidak takut kata-katanya tadi didengar Jeremy. Asalkan Jeremy berani melakukan sesuatu, dia pasti bakal dibalas oleh Andreas.Jeremy juga tahu jelas.Andreas menarik kembali tatapannya, seakan-akan sama sekali tidak menganggap Jeremy.Namun, orang yang seperti itu langsung melunak begitu masuk ke kapal dan melihat Celine.Di saat itulah, Jeremy sepenuhnya menyingkirkan perasaannya kepada Celine yang perlahan-lahan tumbuh.Dengan adanya Andreas, dia mana mungkin punya kesempatan?Pantas saja, sejak dia bertemu Celine, Celine selalu menjaga jarak. Tidak seperti Lily yang selalu berusaha mendekat.Seseorang yang sudah punya gunung, tidak mungkin menginginkan bukit.Di dalam kapal,Andreas menggenggam tangan Celine sambil menatap Celine.Hatinya terus dipenuhi dengan ketakutan. Hanya dengan menggenggam tangan Celine, merasakan suhu tubuhnya, memastikan dia masih hidup, ketakutan itu baru m
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta
Di area yang ditentukan Owen ada banyak rumah kecil.Di sekitar tidak ada CCTV, jadi mereka hanya bisa bertanya ke satu-satu rumah.Begitu turun mobil, Celine langsung mengikuti nalurinya berjalan ke sebuah rumah lalu tidak bisa bergerak lagi."Celly, ada apa?" Albert mengikuti dia dari belakang.Dylan yang sedang menanyakan proses pencarian ke Owen juga segera menghampiri mereka waktu menyadari keadaan Celine."Kak Celine, ada apa?"Mereka berdua jelas terlihat khawatir.Celine melihat rumah di depannya dan berkata, "Dia ... ada di sini."Celine terdengar sangat yakin.Albert dan Dylan saling menatap lalu mengikuti arah pandang Celine.Mereka percaya dengan naluri Celine.Dylan langsung memanggil Owen dan berkata, "Kalian sudah cek rumah ini?""Waktu pagi-pagi tadi sudah ke sini, tapi pintunya tertutup. Jadi kita cuma coba panggil, seorang wanita bilang nggak bisa buka pintu. Kita juga nggak punya alasan untuk masuk.""Tadi waktu ke sini lagi, di dalam kayaknya nggak ada orang."Owen
...Di Kompleks Tiara.Sejak semalam datang, Albert dan Dylan tetap di sini.Mereka terus melihat rekaman CCTV berulang kali.Celine sudah tidak tidur semalaman, mereka berdua juga sama.Setiap setengah jam, Owen menyampaikan informasi terbaru.Mereka menemukan sopir taksi yang dinaiki Andreas dari plat mobil yang tertangkap di CCTV.Menurut informasi yang diberikan sopir taksi, penumpangnya turun di depan jalan area perumahan di pinggiran kota.Waktu menyusuri jalan itu, mereka tiba di sebuah perumahan pribadi dengan halaman.Bawahan Owen hanya memeriksa setiap rumah secara kasar, tapi mereka tidak menemukan Andreas.Waktu Celine mendapat informasi ini, detak jantung Celine bertambah cepat."Di sana, dia pasti di sana." Celine tidak percaya orang sebesar itu bisa tiba-tiba hilang.Hanya ada satu kemungkinan, yaitu pencariannya tidak cukup teliti."Aku mau ke sana, aku mau mencarinya."Waktu Celine menyampaikan keputusannya ini pada Dylan dan Albert, tatapannya sangat penuh tekad.Seja
"Kamu masih ingat hal-hal aneh lainnya, nggak?"Hal-hal aneh?Andreas mengernyit, lalu berpikir sejenak dan akhirnya bertanya dengan ekspresi bingung, "Hal aneh apa?"Berarti dia sudah lupa!Bagus sekali!Lala sangat puas.Lala pun mencari alasan untuk menjawab kebingungan Andreas. "Nggak apa, cuma semalam pas demam, kamu mengatakan hal-hal nggak jelas. Kayaknya kamu mimpi buruk.""Tapi sekarang kamu sudah sembuh."Lala akhirnya lega.Namun tiba-tiba, Andreas menemukan sesuatu di sakunya.Waktu Lala melihat Andreas mengeluarkan kalung itu, ekspresinya langsung mengeras. Dia juga pernah belajar desain perhiasan.Selama ini, dia juga selalu mengawasi Grup Nadine dan juga Perusahaan Perhiasan Nadine.Hanya lihat sekilas saja dia sudah tahu kalau ini adalah karya jadi dari desain yang Andreas gambar kemarin.Ternyata kemarin Andreas buru-buru keluar untuk membuat kalung ini?Namun ....Lala melihat ukiran di liontin kalung itu. Bagaimana Andreas bisa tahu pola itu?Lala pernah melihat pola
Dalam beberapa saat, orang di atas kasur itu perlahan-lahan tidak memberontak lagi.Suara Gion bergema di dalam kamar dan masuk ke telinga Andreas."Tuvin, kamu itu Tuvin. Setelah bangun, kamu hanya Tuvin Sarwen. Orang yang kamu cintai adalah Lala, kamu bergantung padanya dan mencintainya. Tujuan hidupmu adalah membahagiakannya.""Di hidupmu hanya ada satu wanita, yaitu dia. Nggak ada orang lain."Orang di atas kasur sudah tidak memberontak, seperti sudah tertidur.Juga seperti sudah menerima setiap kata-kata.Gion mengulang kata-katanya berkali-kali sampai akhirnya berhenti.Lala tidak sabar ingin tahu hasilnya. "Begini saja ... sudah bisa?""Iya," jawab Gion datar.Lala pun tersenyum puas. Dia tahu kemampuan Gion, Gion bilang sudah, berarti sudah.Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. "Dia ... bakal jadi gila?"Waktu menanyakan pertanyaan ini, di matanya terlihat kekhawatiran. Melihat ini, Gion pun mencibir di dalam hati.Sangat rendahan.Dia bukannya tidak peduli Andreas jadi gila atau t