Harus ada orang yang menjadi pelampiasan amarah Nona Carla, mungkin saja tidak salah apa-apa mereka bakal jadi orang yang sial itu.Saat ini, entah siapa yang memberanikan diri mengetuk pintu kantor Carla."Nona, di luar ada seseorang mencari Anda, katanya ... katanya suruh Anda pergi menemui dia."Carla pun teringat dengan Lily.Muncul kilatan dingin di matanya, kemudian Carla tiba-tiba tersenyum sambil berjalan keluar kantor.Melihat Carla menghampirinya, Lily awalnya berencana baik di permukaan, tapi teringat dia mau bersikap galak pada Carla supaya bisa menunjukkan identitasnya di sini.Oleh karena itu, Lily terus memasang ekspresi dingin.Bahkan ketika Carla sudah di depannya, dia tetap berkata kesal, "Kenapa lama sekali?"Carla terdiam.Setelah melihat Lily sekilas, Carla langsung tahu apa yang Lily pikirkan.Dia tahu Lily mau menginjaknya untuk menunjukkan kekuasaannya.Biasanya, dia tidak mungkin mengikuti keinginan Lily.Namun, teringat kejadian tadi, Carla tiba-tiba berubah p
Direktur Desain?Lily benar-benar nggak malu-malu!Carla tersenyum sinis, ekspresi orang-orang juga berubah.Kalau hari ini Celine tidak datang, mereka tidak merasa ada yang aneh. Namun, tadi Celine baru saja datang dan terjadi hal yang lumayan besar.Seketika, mereka tidak tahu apa yang terjadi saat ini.Oleh karena itu, semua orang refleks melihat ke Carla.Lily juga melihat Carla.Menunggu jawaban darinya.Lily tersenyum, dalam hati sudah sembilan puluh persen yakin. Tadi Carla yang duluan membiarkannya memilih sendiri.Dia sudah memilih seperti yang dikatakan Carla, Carla tidak ada alasan menolaknya."Tentu saja boleh."Seperti dugaannya, Carla menyetujuinya.Lily bergembira dalam hati. Namun, sebelum dia sempat bergembira terlalu lama, Carla kembali berkata, "Tapi ...."Lily mengernyit. "Tapi apa?"Carla menggenggam tangan Lily dan memasang wajah serius, tapi dia berusaha tersenyum seakan-akan sedang kesusahan.Setelah beberapa saat, Carla akhirnya berkata, "Tadi Perusahaan Lane d
"Kecelakaan Nona Celine terjadi di Desa Kenanga, meski CCTV di sekitar ada yang rusak ada yang hilang. Bahkan bagaimana kecelakaan itu terjadi juga masih sebuah teka-teki, sangat aneh.""Di rumah sakit Desa Kenanga juga tidak ada catatan pengobatan Nona Celine. Tapi saat memeriksa dari pihak Perusahaan Lane, saya mendapat satu informasi ...."Carla duduk dengan tegang. "Apa?""Pak Albert sedang mencari tahu efek samping dari lupa ingatan akibat kecelakaan ...."Lupa ingatan?Celine lupa ingatan?Carla sangat terkejut.Teringat dengan aksi Celine di perusahaan hari ini, Carla juga lebih percaya dengan kesimpulan ini.Celine seharusnya lupa ingatan karena kecelakaan di Desa Kenanga itu!"Heh ...." Carla tertawa senang. Setelah berpikir sejenak, dia mencari cara agar informasi ini bisa sampai ke telinga Lily.Lily juga sedang menyelidiki alasan Celine bersikap aneh.Hanya saja, dia baru saja diterima di Keluarga Nadine, jadi sumber daya di tangannya tidak sebanyak Carla, kecepatannya juga
Andreas menjelaskan dengan penuh kesabaran.Dia berulang kali mengingatkan. "Baik Lily ataupun Carla bukanlah orang baik. Lain kali melihat mereka lagi, jauhi mereka. Kalau nggak bisa menghindar, harus telepon aku! Mengerti?"Sikap Andreas sangat serius, hanya berhenti setelah mendengar Celine berkata, "Mengerti."Teringat kejadian hari ini di Perusahaan Perhiasan Nadine, Andreas merasa begini saja tidak cukup membuatnya tenang.Setelah berpikir sekian lama, dia akhirnya memutuskan. "Kelihatannya mulai sekarang kamu harus ada pengawal."Celine tertegun.Keluarga apa sampai pakai pengawal?Celine teringat dengan sekelompok tim medis yang datang ke Perusahaan Perhiasan Nadine tadi. Sampai sekarang dia masih terkejut.Tim medis itu berasal dari Rumah Sakit Gladius ini.Satu telepon darinya sudah bisa mendatangkan pasukan sebesar itu. Sebenarnya apa identitas suaminya ini?Celine menatap Andreas dengan tatapan menyelidik.Andreas merasa canggung ditatap Celine.Tak lama kemudian, Celine ti
Bahkan ingin membuatnya kesal.Orang yang bisa membuat Andreas kesal hanya Celine.Albert jelas tahu hal ini, jadi dia sengaja berjalan ke sisi Celine dan merangkul bahu Celine.Celine tidak membenci sentuhan tubuh, malah merasa akrab dengan Albert.Namun, Albert lebih tinggi satu kepala dari Celine, tubuh Albert yang sering olahraga juga lebih besar hampir dua kali dari Celine, tapi Albert malah bersandar ke Celine dan mulai bersikap manja."Celly, aku nggak mau dipanggil Tuan Albert."Celine terdiam.Vicky juga terdiam.Mereka berdua bertatapan dengan senyuman membeku di wajah mereka lalu bulu kuduk mereka berdiri.Celine bahkan ingin berteriak meminta tolong.Namun Vicky malah mengangkat alisnya seakan-akan berkata, "Kamu selesaikan masalahmu sendiri!"Celine berusaha mempertahankan senyumannya. Albert sudah menyelamatkannya, Celine refleks merasa dekat dengannya. Namun, firasatnya memberi tahu dia kalau mereka sebenarnya berkenalan tidak lama.Kalau bukan panggil Tuan Albert, pangg
Celine "pingsan" tanpa tanda-tanda, membuat dua pria itu panik.Mereka langsung membatalkan perkelahian mereka dan Andreas pun menggendong Celine berbaring di kasur lalu memanggil dokter dan perawat. Setelah diperiksa, mereka tidak menemukan keanehan, tapi Andreas dan Albert tidak percaya."Tidak jarang terjadi orang pingsan karena terlalu banyak tekanan."Seorang perawat tiba-tiba berkata. Perawat ini adalah perawat yang tadi datang mengantarkan obat tapi mundur karena takut dengan suasana di dalam kamar.Di situasi seperti tadi, justru aneh kalau tidak "pingsan".Perawat melihat Celine yang berbaring di kasur, dia tahu Celine sedang berpura-pura. Untungnya dokter juga tidak mengekspos kebohongan nona ini. Jadi, perawat itu memutuskan untuk membantu Celine.Ketika hendak keluar, perawat itu berusaha menekan rasa takut yang dia rasakan kepada kedua pria ini dan berkata, "Jangan terlalu banyak orang di sini, pasien jadi nggak bisa istirahat dengan tenang. Semuanya keluarlah."Setelah di
Vicky percaya Andreas tulus terhadap Celine.Sementara Albert ....Namun, kekecewaan di hatinya hanya muncul sekilas. Sebelum perasaan itu menyebar, Vicky sudah menekan semua perasaan itu dengan kendali dirinya yang sangat kuat.Dia dan Albert tidak mungkin berakhir bahagia.Sementara saat ini, di lantai paling atas rumah sakit.Setelah meninggalkan kamar pasien, Andreas pergi ke sana, Albert juga mengikutinya tanpa banyak berpikir.Mereka berdua seakan-akan adalah musuh bebuyutan, bahkan berdiri saja harus terpisah jauh."Aku sangat mencintai Celine."Tiba-tiba Andreas berkata.Nadanya sangat serius, membuat Albert sedikit kaget. Dia sudah tahu kalau Andreas suka Celine, tapi cinta .... Cinta ini sudah sampai ke tingkat mana?"Dia memang sangat pantas dicintai." Di benak Albert muncul sosok Celine.Senyuman di wajahnya menjadi lembut.Namun, Andreas malah semakin gusar. Dia melihat Albert dan berkata, "Kamu baru saja kenal dengannya. Heh, Albert, kalau kamu mau mencari masalah dengank
Hanya masalah waktu.Mereka berdua saling bertatapan tanpa mengatakan apa-apa.Namun, dalam hati mereka sudah menjalin hubungan kerja sama.Celine hanya tangan terbakar, tapi Andreas malah heboh, tidak membiarkan Celine keluar dari rumah sakit.Celine memberontak. "Cuma luka bakar doang, tinggal ikut kata dokter, datang sesuai jadwal untuk ganti obat. Nggak usah rawat inap ... 'kan?"Jelas-jelas yang dia katakan sangat biasa, tapi di bawah tatapan Andreas, Celine malah perlahan-lahan kehilangan percaya diri.Andreas memasang ekspresi serius."Apanya Cuma luka bakar? Melepuh sampai sebesar itu, bagaimana kalau sampai berbekas?""Bagaimana kalau sakit?""Bagaimana kalau kena air terus lukanya makin parah, infeksi ....""Bagaimana kalau ....""Iya, iya, aku nginap di sini. Puas?" sela Celine tak berdaya.Kalau membiarkan Andreas terus bicara, mungkin dia bakal jadi orang cacat dan mati.Celine tidak tahan tidak memutar bola matanya.Sementara Andreas mengelus kepala Celine dan berkata, "A
Tubuh mereka hanya terpisah oleh dua lapis pakaian.Andreas seharusnya segera melepaskan diri, tapi saat itu, tubuh Andreas membeku, dia bahkan berhenti bernapas.Di telinganya terngiang kata-kata wanita ini tadi, yaitu "Akhirnya pulang juga".Dia bisa merasakan dengan jelas penantian dan kerinduan wanita ini. Teringat dengan kata-kata staf hotel tadi, muncul kilatan di mata Andreas.Wanita ini sedang bertengkar dengan suaminya.Orang yang dia tunggu dan rindukan juga sudah pasti adalah suaminya.Kenapa dia bisa-bisanya merasa kalau itu dia? Seakan-akan yang ditunggu wanita ini adalah dia.Namun, mana mungkin?Andreas tertawa pahit, dia menekan rasa cemburu yang muncul di hatinya. Dia ingin melepas lengan yang memeluk pinggangnya, tapi lengan itu malah memeluknya semakin erat.Seakan-akan takut dia menghilang.Suaranya seperti kucing kecil menangis, terdengar sangat sedih. "Jangan tinggalkan aku lagi, Andreas ...."Hati Andreas seketika melunak.Meski tahu orang yang dimaksud wanita in
Andreas menggelengkan kepala untuk menyingkirkan perasaan aneh itu.Setelah mengurus pria yang pingsan itu, dia hendak menutup pintu, tapi malah kembali mendengar suara wanita itu."Andreas, tolong ...."Suaranya terdengar sangat menderita.Andreas mengira wanita itu dalam bahaya, jadi dia yang tadinya mau menutup pintu akhirnya merasa khawatir.Dia memberi tahu dirinya sendiri, dia akan pergi setelah memastikan wanita itu baik-baik saja.Andreas pun membuka lampu di kamar dan memastikan tidak ada orang lain, dia hanya melihat samar-samar ada orang yang berbaring di sofa.[Tuan Andreas ambil saja, Nyonya ada di kamar.]Kata-kata staf hotel tadi terngiang-ngiang di benaknya.Orang yang berbaring di sofa harusnya adalah "nyonya" yang dia maksud.Pada akhirnya, rasa penasaran Andreas menang dan dia pun berjalan ke sofa.Selangkah, dua langkah, tiga langkah ....Langkahnya sangat ringan, tapi detak jantungnya malah semakin cepat.Sampai waktu dia melihat wajah orang yang berbaring di sofa
Benar ada Tuan Andreas!Dia tahu, suami istri biasanya pasti baikan, apalagi Tuan Andreas dan istrinya.Meski dia sudah sering melihat orang-orang yang suka selingkuh, Tuan Andreas dan istrinya benar-benar saling mencintai.Seperti yang dia duga, baru beberapa saat saja Tuan Andreas sudah menemukan lokasi Nyonya dan datang ke sini untuk berbaikan.Manajer itu berlari menghampiri Andreas dan berkata, "Tuan Andreas kenapa ada di sini?"Bukannya harusnya pergi ke kamar?Melihat Andreas mengernyit, dia akhirnya mengerti. "Tuan nggak bawa kartu kamar? Tuan, ini ...."Manajer itu menyerahkan sebuah kartu kepada Andreas dengan penuh hormat.Andreas melihat kartu itu, tapi tidak mengambilnya.Manajer pun terdiam.Kemudian, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. "Tuan jangan salah paham, kartu ini biasanya hanya dipakai waktu keadaan darurat. Tuan tenang saja, staf hotel kami nggak akan masuk ke kamar tamu sembarangan."Andreas bingung.Namun, orang ini memanggilnya "Tuan Andreas".Dilihat dari eks
Mata Celine bergetar.Orang-orang bisa melihat betapa Andreas mencintainya. Teringat dengan kenangan-kenangan masa lalu, Andreas memang sangat mencintai dia."Aku mana mungkin marah padanya." Dia juga sangat mencintai Andreas!Dia ingin sekali Andreas bisa langsung muncul di hadapannya.Manajer tidak mengerti dengan ekspresi di wajah Celine, dia pun segera turun untuk meminta orang mengantarkan buah-buahan untuk Celine.Langit perlahan-lahan berubah gelap.Di luar Hotel Binara.Di sebuah mobil biasa yang berhenti di tepi jalan, Lala sedang mencengkeram setir mobil sambil melihat Andreas turun dari sebuah mobil lalu berjalan masuk ke hotel.Melihat sosok Andreas yang tidak terlihat lagi, cengkeraman Lala semakin kuat.Andreas ....Dia jelas-jelas tidak suka dengan acara seperti ini, tapi hari ini dia malah menghadiri pesta ini.Selama dua hari ini, Lala memperhatikan semua gerak-gerik Andreas. Dia yakin kalau Celine tidak tahu Andreas ada di Binara, sementara Andreas kalaupun melihat Ce
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran