Samuel bangun dari tidurnya di sofa ruang tamu rumah Erika. Ia melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 06.00. Ia menguap dan merasa lelah setelah semalam tidak bisa tidur nyenyak. Ia masih bingung dengan keadaan yang ia hadapi semalam.Suasana berubah canggung antara dirinya dan Olivai. Pagi ini saja ia tidak tahu apa yang harus dia lakukan jika bertemu Olivia. Kejadian semalam memang sebuah kegilaan nya.Samuel melemparkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Di sana ia melihat foto Arka. Entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan Arka, sesuatu yang membuatnya teringat pada dirinya sendiri.Ia berdiri dari sofa dan berjalan menuju kamar mandi. Ia ingin segera mandi dan pulang ke Jakarta. Ia tidak bisa lebih lama tinggal di rumah ini. Ia pastinya sadar, kalau keberadaannya di sini membuat Olivia dan Erika merasa tidak nyaman.Tapi untuk pergi, dia sendiri masih enggan karena ia merasa mereka menyembunyikan sesuatu darinya. Ia ingin mengetahui kebenaran, tapi ia jug
Olivia dan Arka sedang menikmati sore hari di taman. Mereka bermain ayunan, seluncuran, dan jungkat-jungkit. Olivia tersenyum melihat anaknya yang berusia lima tahun itu begitu ceria dan polos."Arka, sayang, ayo kita pulang sekarang. Sudah hampir maghrib," kata Olivia sambil menggendong Arka."Ah, tidak mau, Bu. Masih mau main," protes Arka."Besok kita main lagi, ya. Sekarang kita harus pulang sebelum gelap. Mama Erika pasti sudah menunggu kita di rumah," bujuk Olivia."Baiklah, Bu. Tapi boleh kan main sebentar lagi?" pinta Arka."Boleh, sayang. Tapi cuma sebentar, ya," kata Olivia.Olivia meletakkan Arka di dekat ayunan dan mengayunkannya perlahan. Arka tertawa girang. Olivia ikut tertawa. Dia merasa bahagia bersama anaknya.Tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Olivia merasakan ada yang tidak beres. Dia melihat dua orang laki-laki berbadan besar dan berpakaian hitam-hitam mendekat ke arah mereka. Mereka memakai topi dan kacamata hitam. Mereka terlihat mencurigakan."Arka,
Samuel terus mengamati Olivia yang masih di taman bersama Arka. Kata siapa dia benar-benar pulang ke Jakarta. Dia tidak akan kemana-mana, sebab satu persatu segala hal membangunkan rasa keingintahuannya atas segalanya.Samuel terpaksa mengawasi Olivia dari dalam mobil sebab takut Olivia marah karena Samuel nekat mengikuti nya.Karena bosan menunggu Olivia dan Arka selesai, Samuel pun menelpon ayahnya bertanya kemajuan penyelidikan mereka mengenai orang-orang yang terus mengawasi Olivia.Cukup lama Samuel berbicara melalui telpon dengan sang ayah hingga tak terasa sejam pun telah berlalu.Samuel melihat jam tangannya. "ini sudah sejam Olivia dan Arka di dalam taman tapi kenapa mereka lama sekali?" Seru Samuel panik.Samuel merasakan firasat yang tidak enak. Dia pun bergegas untuk turun dari mobil dan menyusun Olivia ke dalam taman. Saking terburu-buru nya Samuel meninggalkan ponselnya di dalam mobil.Padahal Jai dan Max sudah mencoba menghubungi nya sedari tadi tapi tidak tersambung ka
"Bagaimana apa kau sudah menemukan keberadaan Richard?" tanya Samuel pada Dion begitu masuk ke ruangan kerja nya."Bos yakin yang menculik Olivia adalah Richard?" Ujar Dion pada Samuel."Aku memang tidak melihat langsung. Tapi feeling ku mengatakan Olivia pergi bersama pria yang bernama Richard. Lalu di pesan yang Erika kirimkan pada ku juga tertera jelas bahwa Olivia menghilang begitu saja" Ucap Samuel dengan raut wajah bingung."Memangnya ada apa kau menanyakan hal ini Dion?!" Samuel balik bertanya.Dion menarik nafas dan memperlihatkan foto di ponsel nya."Ini yang dikirim kan oleh orang-orang kita setelah aku minta mencari posisi Richard saat ini." Dion menyodorkan ponselnya.Samuel mengambil ponsel itu dan menskrol satu-satu foto yang ada di ponsel Dion."Dia sedang rapat? Tapi bagaimana mungkin?!" seru Samuel tidak percaya."Richard sudah rapat dari pagi Samuel. Dan kalau dia sedang membawa Olivia bagaimana cara nya dia ada di kantor nya di saat yang bersamaan." Tukas Dion yang
"Samuel kau dimana saja?!!" teriak Kenzo pada putra nya begitu Samuel mengangkat telpon itu."Aku sedang di tempat Richard ayah. Olivia-""Aku sudah tahu! Olivia di culik tapi bukan Richard pelakunya. Ini semua ulah mantan pacar mu yang gila itu." Ujar Kenzo yang langsung membuat tangan Samuel menjadi lemah hingga ponsel itu terjatuh."Bos...? Bos!!!" seru Dion sambil menggoyang-goyangkan pundak Samuel yang terpaku karena saking shock nya ayah nya tahu soal itu.Dion mengambil ponsel Samuel dan berbicara dengan Kenzo."Ya tuan besar, ini Dion." Ujar Dion."Dion, Kau dan Samuel harus bergegas. Aku telah mengirimkan alamat tempat penculik itu membawa Olivia ke ponselnya Samuel. Datang dengan semua orang-orang kita kesana." Tukas Kenzo lalu mematikan telepon itu.Dion membuka pesan di ponsel Samuel untuk melihat alamat yang di kirimkan oleh ayahnya Samuel.Dan ternyata ada dua pesan yang berisi alamat yang sama."Bos...ayo! Kita harus segera ke tempat itu!" ucap Dion sambil memukul pun
"Arya? Seru Olivia begitu mendengar suara orang yang menariknya.Olivia langsung menoleh begitu tangan yang menarik dan membekap nya itu terlepas dari dirinya."kamu itu ngapain pakai topeng-topeng beginiaan segala!!!" Tukas Olivia sambil menanggalkan topeng hitam itu dari wajah pria yang dia seratus persen yakin adalah sahabat suaminya, Arya.Arya hanya bisa tersenyum Pepsodent."Aku tadi nya memang mau ngikuti acara pesta topeng, tapi seperti aku salah masuk gedung dan tersesat, deh..." Ujar Arya, asal."Pesta topeng?" tanya Olivia heran, sejak kapan pesta topeng diadakan jam segini. Biasa pesta seperti itu malam hari."Iya ... ini teman-teman ku memang random aja ngadain pesta seperti ini." Jawab Arya dengan wajah lugu nya."Tapi kau sendiri ngapain pakai baju OK gini? Sejak kapan baju OK jadi trand centre pakaian? Dan ini tu gedung apaan sih... aku dari masuk tadi liat nya orang pakai baju kayak kakak. Karena penasaran akhirnya aku rencananya mau tanya, maka tanya narik orang seca
"Dion, bawa Olivia dan Arya ke tempat yang aman." Perintah Samuel pada Dion."Kau mau kemana bos?!" tanya Dion yang curiga Samuel akan pergi mengejar Maria ke dalam rumah sakit."Aku akan mengejar Maria." Seru Samuel."Samuel no!!!" Seru Olivia sambil memeluk pinggang Samuel."Kau tidak perlu mengejar wanita gila itu!!!" Cetus Olivia.Olivia tidak ingin terjadi apa-apa pada Samuel."Tidak Olivia. Aku harus menghabisi hama itu. Jika tidak maka dia akan selalu mengincar mu! Kau tidak tahu seberapa gelap nya masalah ini." ucap Samuel sambil melepaskan tangan Olivia."Aku mohon Samuel tidak!! Demi anak kita jangan pergi menyusul pria itu. Aku takut!!" Rengek Olivia dengan air mata yang mulai keluar di sudut-sudut mata nya.“Anak?” seru Samuel rasa tidak percaya dengan apa yang baru saja Olivia katakan.“Iya sayang. Anak kita.” Ulang Olivia penuh keraguan. Ragu apakah keputusan nya mengataka ini pada Samuel tepat atau tidak.“Kau hamil sayang?” tanya Samuel di situasi genting itu.“Aku aka
Jam sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam, tapi para dokter masih keluar masuk ruangan operasi nya Samuel."Bagaimana keadaan Samuel,” tanya Richard yang ternyata tidak mengalami luka parah sama sekali karena saat truk itu mendekat Samuel memutar stir dengan keras hingga mobil itu sempat berputar sebelum akhirnya menabrak tepian tebing dan terbalik.Karena hal ini kondisi Richard baik-baik saja sedangkan Samuel sangat parah."Aku tidak tahu." Jawab Olivia yang sudah terlihat sangat pucat dengan air mata yang terus meleleh di kedua pipi Olivia."Samuel pasti akan segera membaik Olivia." Richard mengusap bahu Olivia untuk menguatkannya."Terus berdoa sayang! Ayah yakin Samuel pasti akan bisa melewati operasi berat ini." Kenzo pun ikut menguatkan Olivia.Saat semua orang tengah sibuk menguat Olivia, saat itu seseorang yang tidak di kenal lewat tanpa ada yang mengetahui telah masuk ke dalam ruangan operasi nya Samuel."Mr.D...akhirnya kau datang juga." Ucap salah seorang dokter."heemm.
Arka yang tidak tahu kalau Yixin akan kembali ke inggris, tidak ada melakukan pergerakan apapun. Dia senang Yixin masuk kerja seperti biasanya.Melihat Yixin dari kejauhan merupakan kesenangan baru bagi Arka saat ini."Apa yang sebenarnya kau lihat disana? Sampai kau tidak menyadari ayah mu masuk sedari tadi sempat mengambil foto mu beberapa kali." Ujar Samuel sambil menyilangkan kaki nya setelah ia duduk di sofa yang berada di tengah ruangan kerja Arka."Daddy? Kapan datang?" tanya Arka menyembunyikan kepanikannya."Sejak perang dunia kedua,." Jawab Samuel asal.Arka mengatur mimik wajahnya setenang mungkin. Jangan sampai ayahnya tahu kalau dia tidak kerja sedari tadi. Satu-satunya hal yang dia lakukan hanya mengintip dari gorden dan melihat Yixin beraktivitas."Daddy aku sangat sibuk hari ini. Jika kedatangan daddy ke kantor hanya untuk membuat ku mendengarkan semua sarkasme daddy itu, sebaik nya aku lanjut kerja saja." Ungkap Arka, dengan wajah no ekspresinya seperti biasa sambil m
"Aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi aku sangat yakin, Tian tidak akan bersedia menemui mu bila ada hubungannya dengan hal tersebut. " Jawab Tang Shuya semakin membuat perasaan Yixin semakin buruk."Baiklah. Aku paham. Aku akan kembali ke Inggris satu minggu lagi kak. Akan aku selesaikan pekerjaan ku dulu di sini. Baru setelah nya aku akan pulang ke Inggris. Kakak pulang lah lebih dulu. Jangan khawatirkan aku. Adik mu ini tidak akan bunuh dirihanya karena hal itu." Ujar Yixin kemudian berdiri dari duduknya.Dia pergi meninggalkan Tang Shuya."Aku antar." Ucap Tang Shuya yang lebih mirip dengan perintah yang wajib untuk di taati."Apa aku boleh menolak?" tanya Yixin, sambil tersenyum."Tentu saja tidak." Jawab Tang Shuya dan kemudian berjalan bersama Yixin.***Dari kejauhan Bee mengernyitkan dahinya. Dia tentunya tidak salah orang. Toh wajah gadis yang ada di ujung sana, sama persis dengan wajah gadis di foto yang di tunjukan oleh Arka. "Kenapa gadis itu bisa bersama Shuya? Apa j
"Mau sampai kapan kau menunggunya di sini Tang Yixin?" Panggil Tang Shuya pada adik nya, yang sedang duduk bermenung di sebuah taman."Sampai dia datang kak." Jawab Yixin, pelan dan sangat kental dengan rasa harapan yang memudar."Christian tidak akan datang. Sudah! Sudahi saja semua ini Yixin. Pulanglah ke Inggris. Tidak ada gunanya lagi kau mengejar Tian hingga kemari." Bujuk Tang Shuya.Selama ini Tang Shuya memang terlihat tidak peduli pada adik perempuan satu-satunya itu. Tapi jauh di dalam hatinya, dia sangat menyayangi Yixin. Selain itu, tanpa Yixin ketahui, Tang Shuya acap kali membantu Yixin. Yixin tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh kakaknya. Dia tahu benar, bahwa setiap kata yang kakaknya katakan, tidak ada yang salah. Tapi Christian adalah crush landing cintanya. TIdak ada pria lain yang mampu menghapus nama Christian Cook itu hingga saat ini. TIdak ada.Lalu, bagaimana bisa kakak nya memintanya untuk berhenti? Disaat dirinya tahu persis dia tidak tahu bagaimana c
“Kau ini benar-benar…” Arka menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. “Baiklah, lakukan apa yang kau mau. Tapi ingat, jangan sampai berita ini sampai ke telinga orang tua kita.”Bee tertawa kecil, menunjukkan ekspresi kemenangan di wajahnya. “Tenang saja kak, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Lagipula, ini kan demi kebaikanmu juga. Siapa tahu gadis ini bisa membuatmu lebih manusiawi.”Arka hanya bisa mendengus kesal mendengar ucapan adiknya. Dia tahu Bee hanya bercanda, tapi entah kenapa, kali ini leluconnya terasa begitu menyakitkan. Mungkin karena objek leluconnya adalah perasaannya, atau mungkin karena objek leluconnya adalah Yixin, gadis yang entah kenapa berhasil membuatnya merasa tidak nyaman dan nyaman dalam waktu yang sama.“Baiklah, aku akan pergi sekarang. Jangan khawatir, aku akan menyelesaikan tugas ini secepat mungkin.” Bee berdiri dari kursinya, mempersiapkan diri untuk pergi.“Dan satu lagi,” tambah Bee sebelum benar-benar meninggalkan ruangan. “Jangan terla
"Ini, selidiki semua tentang nya." Arka melempar foto Yixin ke atas meja. Gayanya yang bossy sama sekali tidak pilih pilih orang. Bahkan pada adiknya Bee sekalipun dia tidak mengecualikannya. "Apa ini?" tanya Bee penasaran, kemudian mengambil foto Yixin. "Seorang gadis?" Serunya diikuti dengan tatapan mata penuh kecurigaan. "Apa dia adalah gadis yang dari pagi hingga malam mommy selalu cerita kan di rumah? Kau tahu, topik tentang seorang gadis yang mandi berdua dengan mu tenang malam sedang hangat di mansion ayah dan ibu. Jangan bilang ini dia orang nya." Ujar Bee panjang kali lebar dengan nada menggoda. "Siapa pun dia kau tidak perlu tahu. Kau cukup mencari tahu tentang dirinya dan latar belakangnya. Serta kemana dia saat ini. Dia sudah beberapa hari tidak masuk kerja. Dan tidak ada kabar sama sekali darinya." Jelas Arka. "Nah! Nah! Nah! Benar kan? Dia adalah gadis yang buat kan mengusir mommy dan daddy tengah malam. Wah kau sungguh seorang anak yang durhaka Arka Ruiz. Tapi tida
"Joy? Yixin kemana?" tanya Arka pada salah satu managernya yang merupakan sahabatnya Yixin. Semenjak pulang dari rumah Arka waktu itu, Yixin tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali. Dia tidak masuk kantor tiga hari, termasuk hari ini. Tidak mungkin dia sakit kan? Arka cukup terganggu akan hal itu."Yixin? Dia-.." Joy yang tadinya ingin menjelaskan kemana pergi nya si makhluk ajaib bernama Tang Yixin itu, malah tidak meneruskan kalimatnya. Dia memandang Arka dengan pandangan penuh curiga. Seingat Joy, hubungan Arka tidak lah seharmonis itu sehingga Arka sampai bersusah payah menanyakn yixin di mana pada dirinya."Ada bos mencari si biang onar?" Tembaknya tanpa basa basi."Ehm! Dia kan adalah salah satu karyawab ku. Aku rasa bukan hal yang aneh bila aku menanyakan keadaannya." Jawab Arka gelagapan. Dia mau jawab apa lagi coba kalau bukan jawaban diplomatis seperti itu."Ooh.." Bukan nya melanjutkan kalimat nya yang tadi, Joya malah hanya ber- Oo ria saja, seolah sengaja menungg
Pandangan mereka beradu. Detak suara jantung saling menabuh di dalam dada mereka masing-masing seolah sedang berpacu satu dengan lainnya. "Aku lupa. Sepertinya aku lupa mematikan kompor." Ujar Yixin beralasan agar bisa kabur. Tapi tentunya Arka sudah tahu kalau itu tidak lebih dari sebuah alasan belaka. Lagian mana mungkin Yixin lupa mematikan kompor. Kalau itu benar maka sudah pasti terbakar rumah Arka sedari tadi. "Apa kau mau kabur?" Tanya Arka, menatap dalam mata Yixin. "Kabur? Kabur kemana? Aku tidak berniat kabur kemana pun. Lagi pula untuk apa aku kabur, sudah jelas pekerjaan ku masih banyak di sini." Ocehnya tidak tentu arah alias asal jawab saja. "Kalau kau memang benar tidak ingin kabur, kenapa kau buru-buru untuk pergi? Apa kau tidak nyaman duduk di atas pangkuan ku?" Tanya Arka penuh jebakan. Bagaimana mungkin ini bukan pertanyaan jebakan. Karena apapun jawaban yang Yixin berikan sudah pasti membuat nya salah. Jika dia katakan dia nyaman, maka apa kabar dunia. Nam
"Ayo buka mulut mu. Ini tidak mudah membuatnya. Aku harus mencuci beras berkali-kali, dan memasaknya sepenuh hati agar tidak gosong." Bak sudah berteman akrab, Yixin memerintah Arka sesukanya. Arka menuruti Yixin. Dia membuka mulutnya dan menerima suapan pertama yang Yixin arahakan ke mulut Arka. Tapi tentu saja bubur itu tidak bisa melewati kerongkongan Arka. Baru masuk ke dalam mulut saja, Arka langsung melepehnya karena terlalu panas. "Kau ingin membunuh ku?" Teriak Arka menyala sepanas bubur yang Yixin masukan ke dalam mulut Arka. "Tentu saja tidak. Kau saja yang bereaksi berlebihan tuan Arka Ruiz. Baru kena senggol bubur hangat saja lebaynya membumi dan melangit." Celoteh Yixin mengejek. Sebenarnya Yixin mengetahui kalau dirinya memang salah langsung memberikan suapan itu begitu saja. Hanya saja dia pikir Arka lah yang akan menghembus bubur itu sendiri, bukan langsung melahap saja. "Sudah-sudah. Aku ingin tidur. Kau pulang lah. Aku sudah tidak ingin makan lagi." Lagi da
"Menjauh dari ku." Perintah Arka, menghindari Yixin. Tapi bukan Tang Yixin nama nya kalau dia akan menuruti perintah seseorang begitu saja. Perintah ayahnya saja dia lawan, apatah lagi hanya perintah seorang Arka Ruiz.“Arka, kau harus mau dibantu. Aku tidak akan meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Aku akan mencari handuk atau selimut untukmu. Kau harus mengeringkan badanmu dan beristirahat.” Kata Yixin dengan nada bersahabat.“Kau tidak perlu repot-repot. Aku baik-baik saja. Aku hanya perlu tidur sebentar. Kau bisa pergi saja. Aku tidak butuh bantuanmu.” Jawab Arka dengan suara dingin.“Apa kau marah padaku? Aku tahu, semalam kau yang telah menyelamatkan ku. Meski kau juga yang telah menyebabkan aku terjatuh ke kolam. Aku tetap menganggap aku berhutang budi padamu. At least pada akhirnya, kau telah menyelamatkanku dari tenggelam di kolam renang. Dan ini, lihatlah baju ku! ini perbuatan mu juga kan> Sementara kau membiarkan diri mu kedinginan sepanjang malam.” Ucap Yixin dengan