Entah karena kelelahan atau apa, Olivia sampai saat ini masih tertidur. Bahkan saat Samuel mengangkat tubuh Olivia yang terbungkus selimut ke dalam villa nya yang super mewah, Olivia masih betah dalam dunia mimpi nya.Samuel membaringkan tubuh istrinya itu di atas ranjang bulat di kamar.Lalu Samuel turun ke lantai bawah untuk memasak.Meski Samuel adalah seorang CEO tapi untuk memasak Samuel lebih suka melakukan nya sendiri.Dan itu lah yang saat ini Samuel sedang lakukan di dapur. Samuel sedang memasak beberapa jenis makanan untuk sang istri tercinta.Samuel menaikan lengan kemeja nya dan membuka satu kancing kemeja bagian atas baju nya, lalu Samuel mulai mengambil beberapa bahan makanan dari dalam kulkas.Samuel pun dengan lihai mulai mengeksekusi semua bahan -bahan itu hingga aroma makanan lezat pun mulai tercium dari arah dapur tempat Samuel memasak.Di saat Samuel sibuk memasak, Dion sibuk mengatur memposisikan semua anak buah nya di luar Villa Samuel.Ada yang berjaga di halama
Samuel takut kalau Olivia yang memegang kendali dalam permainan ini,dengan cepat membopong tubuh Olivia ke sofa di ruangan itu.Samuel menurunkan Olivia pelan dan bermaksud untuk membaringkan Olivia disana untuk melanjutkan fore play mereka.Tapi saat Samuel ingin menaikan kaki Olivia ke atas sofa, Olivia menahan tangan Samuel, kemudian Olivia pun duduk."No...it's still my turn* Tidak..ini masih giliran ku." Ucap Olivia yang tetap terdengar seksih di telinga Samuel.Olivia pun mulai menci umi sekitar pu sar Samuel, seakan belum puas memberikan motif macam tutul di sana."apa kau suka Sam?" Kini giliran Olivia yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sebetulnya tidak perlu untuk ditanyakan lagi begitu melihat ekspresi wajah Samuel yang sudah menuju puncak akademi fantasi."Ini belum seberapa sayang." Bisik Olivia pelan, menambah seksi suaranya.Olivia dengan sengaja menyentuh Samuel dengan ujung kuku nya.Mulai dari leher, turun ke dada yang sudah bermotif polkadot di sana sini, turu
Sepanjang malam Samuel kesulitan memejamkan matanya."Bagaimana pun, aku harus berterus terang pada Olivia."Samuel pun keluar dari ruang kerjanya dan pergi ke ruang tengah, tempat di mana dia bercinta dengan Olivia tadi."Kau dari mana saja Sam..?" Tanya Olivia begitu melihat Samuel di pintu masuk ruangan itu."Kau sudah bangun sayang?" Sapa Samuel duduk di dekat Olivia."Aku baru saja bangun." Jawab Olivia, sambil mengambil kemeja nya di lantai dan mengenakan dengan santai di depan Samuel."Apa kau ke suatu tempat tadi?" Tanya Olivia sambil memasang satu persatu kancing kemeja nya."Tidak.." Jawab Samuel yang sudah tiba di depan Olivia dan membantu Olivia memasang kancing kemeja Olivia."Lantas mengapa kau tidak ada saat aku membuka mata tadi?" tanya Olivia sambil memegang tangan Samuel yang sedang memasang kancing kemeja itu, menyebabkan Samuel tidak bisa meneruskan memasang kancing yang terakhir."Bisa kah kita membicarakan hal itu nanti saja?" Pinta Samuel, sambil merayu."Sam...
Samuel menghirup wangi tubuh Olivia yang jelas-jelas belum mandi sama sekali sejak mereka sampai di villa tadi. "Olivia kau belum mandi?" Tanya Samuel yang bisa-bisa di saat yang begitu tegang atas bawah menanyakan hal sekoplak itu. Tentu saja hal itu membuat nya mendapatkan satu cubitan cinta yang berbisa di pinggang nya. "Aaaoww!!" Seru Samuel, kesakitan karena pinggang di cubit oleh Olivia. "Kau ini!!! bisanya di tengah-tengah situasi serius seperti ini kau sempat -sempat nya menanyai ku sudah mandi atau belum." Ujar Olivia plus dengan mulut yang manyun." Jangan kan mandi, turun dari sofa ini saja aku tidak kau izinkan." Tukas Olivia. Samuel tersenyum lalu turun dari sofa itu. Kemudian dia menggendong tubuh Olivia yang polos bak bayi itu menuju ke suatu tempat . "Hei.. kita mau kemana?" Tanya Olivia, terkejut Samuel mendadak menggendong nya. "Mandi.." Jawab Samuel singkat. "Tapi kan cerita nya belum selesai Sam!" Seru Olivia. "Cerita nya masih bisa di lanjutkan nanti, tapi
Jhon, berpakaian seperti tukang kebun, berjalan menuju Vila dengan percaya diri. Dia melihat beberapa pengawal yang berpatroli, tetapi dia tetap tenang dan fokus. Dia melihat sebuah jendela terbuka di lantai dua dan yakin itu adalah kamar Olivia.Tiba-tiba, suara Deri terdengar di earpiece-nya, “Jhon, apakah kamu sudah menemukan Olivia? Kita tidak punya banyak waktu.” Jhon menjawab dengan tenang, “Sudah, boss. Aku akan masuk sekarang.”Jhon meletakkan sekop dan sekamnya, mengambil pistolnya dan menyelipkannya di pinggangnya. Dia melihat tangga lipat di gudang, mengambilnya dan membawanya ke dekat jendela. Dia memastikan tidak ada pengawal yang melihatnya.Dia menempelkan tangga itu ke dinding dan mulai memanjat dengan cepat. Dia sampai di jendela dan melihat Olivia yang sedang tidur. Dia mengusir pikiran buruknya dan fokus pada misinya.Dengan hati-hati, Jhon membuka jendela dan masuk ke dalam kamar. Dia mendekati tempat tidur Olivia dan mengeluarkan sehelai kain yang sudah dibasahi d
Setelah beberapa menit berkendara, Deri dan Jhon tiba di sebuah gudang terpencil. Mereka membawa Olivia ke dalam dan meletakkannya di sebuah tempat tidur yang telah disiapkan.“Kita harus menghubungi Samuel,” kata Deri, “Kita harus memberi tahu dia bahwa kita memiliki Olivia.”Jhon mengangguk, “Ya, boss. Tapi kita harus berhati-hati. Kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan.”Sementara itu, di Vila, Samuel sedang berbicara dengan pengawalnya. “Cari Olivia,” perintahnya, “Cari dia di mana pun. Dan cari tahu siapa yang telah melakukan ini.”Pengawalnya bergegas keluar dari ruangan, meninggalkan Samuel sendirian dengan pikirannya. Dia merasa marah dan takut, tetapi dia tahu dia harus tetap tenang. Dia harus menemukan Olivia.Kembali di gudang, Deri sedang berbicara di telepon. “Samuel,” katanya, “Kami memiliki Olivia. Jika kamu ingin dia kembali, kamu harus melakukan apa yang kami minta.”Di ujung telepon, Samuel merasa darahnya membeku. Dia tahu dia tidak punya pilihan. Dia harus melak
Setahun kemudian, Samuel dan Olivia hidup bahagia di Vila. Mereka telah berhasil mengalahkan Deri dan pengikutnya, dan kini menikmati kehidupan yang damai dan harmonis.Samuel sangat mencintai Olivia, dan Olivia juga sangat mencintai Samuel. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, melakukan hal-hal yang mereka sukai, seperti menonton film, bermain game, atau sekadar bersantai di taman.Namun, ada satu hal yang membuat Samuel curiga pada Olivia. Setiap bulan, Olivia selalu pergi ke Solo, terkadang Olivia pergi tanpa memberi tahu Samuel alasan yang jelas. Dia hanya bilang bahwa dia harus mengurus sesuatu, dan dia akan kembali dalam beberapa hari.Samuel tidak tahu apa yang Olivia lakukan di Solo. Dia bertanya-tanya apakah Olivia punya rahasia yang tidak mau dia bagikan. Apakah dia punya keluarga yang dia sembunyikan? Apakah dia punya urusan ekerjaan yang dia rahasiakan? Atau, yang lebih buruk, apakah dia punya orang lain yang dia temui di sana?Samuel tidak bisa menahan rasa penasarann
Olivia baru saja turun dari pesawat di bandara Solo. Dia bergegas mencari taksi yang bisa mengantarnya ke rumah Erika. Dia tidak sabar ingin bertemu dengan Arka, anaknya yang sudah lama tidak dia lihat. Dia juga tidak sabar ingin bercerita kepada Erika tentang masalahnya dengan Samuel, suaminya yang tidak tahu bahwa Arka bukan anaknya.Olivia menaiki taksi yang sudah menunggunya di depan pintu keluar. Dia memberitahu alamat rumah Erika kepada sopir taksi. Dia kemudian mengeluarkan ponselnya dari tasnya dan mengirim pesan singkat kepada Erika."Kak, aku sudah sampai Solo. Aku mau ke rumahmu sekarang. Ada yang mau aku ceritakan. Tolong siapkan Arka ya. Aku kangen banget sama dia."Erika membaca pesan dari Olivia. Dia tersenyum dan mengangkat alisnya. Dia tahu pasti ada sesuatu yang terjadi antara Olivia dan Samuel. Dia sudah sering mendengar Olivia mengeluh tentang Samuel yang sering marah-marah tanpa alasan. Dia juga sudah sering mendengar Olivia berbohong kepada Samuel tentang alasan
Arka yang tidak tahu kalau Yixin akan kembali ke inggris, tidak ada melakukan pergerakan apapun. Dia senang Yixin masuk kerja seperti biasanya.Melihat Yixin dari kejauhan merupakan kesenangan baru bagi Arka saat ini."Apa yang sebenarnya kau lihat disana? Sampai kau tidak menyadari ayah mu masuk sedari tadi sempat mengambil foto mu beberapa kali." Ujar Samuel sambil menyilangkan kaki nya setelah ia duduk di sofa yang berada di tengah ruangan kerja Arka."Daddy? Kapan datang?" tanya Arka menyembunyikan kepanikannya."Sejak perang dunia kedua,." Jawab Samuel asal.Arka mengatur mimik wajahnya setenang mungkin. Jangan sampai ayahnya tahu kalau dia tidak kerja sedari tadi. Satu-satunya hal yang dia lakukan hanya mengintip dari gorden dan melihat Yixin beraktivitas."Daddy aku sangat sibuk hari ini. Jika kedatangan daddy ke kantor hanya untuk membuat ku mendengarkan semua sarkasme daddy itu, sebaik nya aku lanjut kerja saja." Ungkap Arka, dengan wajah no ekspresinya seperti biasa sambil m
"Aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi aku sangat yakin, Tian tidak akan bersedia menemui mu bila ada hubungannya dengan hal tersebut. " Jawab Tang Shuya semakin membuat perasaan Yixin semakin buruk."Baiklah. Aku paham. Aku akan kembali ke Inggris satu minggu lagi kak. Akan aku selesaikan pekerjaan ku dulu di sini. Baru setelah nya aku akan pulang ke Inggris. Kakak pulang lah lebih dulu. Jangan khawatirkan aku. Adik mu ini tidak akan bunuh dirihanya karena hal itu." Ujar Yixin kemudian berdiri dari duduknya.Dia pergi meninggalkan Tang Shuya."Aku antar." Ucap Tang Shuya yang lebih mirip dengan perintah yang wajib untuk di taati."Apa aku boleh menolak?" tanya Yixin, sambil tersenyum."Tentu saja tidak." Jawab Tang Shuya dan kemudian berjalan bersama Yixin.***Dari kejauhan Bee mengernyitkan dahinya. Dia tentunya tidak salah orang. Toh wajah gadis yang ada di ujung sana, sama persis dengan wajah gadis di foto yang di tunjukan oleh Arka. "Kenapa gadis itu bisa bersama Shuya? Apa j
"Mau sampai kapan kau menunggunya di sini Tang Yixin?" Panggil Tang Shuya pada adik nya, yang sedang duduk bermenung di sebuah taman."Sampai dia datang kak." Jawab Yixin, pelan dan sangat kental dengan rasa harapan yang memudar."Christian tidak akan datang. Sudah! Sudahi saja semua ini Yixin. Pulanglah ke Inggris. Tidak ada gunanya lagi kau mengejar Tian hingga kemari." Bujuk Tang Shuya.Selama ini Tang Shuya memang terlihat tidak peduli pada adik perempuan satu-satunya itu. Tapi jauh di dalam hatinya, dia sangat menyayangi Yixin. Selain itu, tanpa Yixin ketahui, Tang Shuya acap kali membantu Yixin. Yixin tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh kakaknya. Dia tahu benar, bahwa setiap kata yang kakaknya katakan, tidak ada yang salah. Tapi Christian adalah crush landing cintanya. TIdak ada pria lain yang mampu menghapus nama Christian Cook itu hingga saat ini. TIdak ada.Lalu, bagaimana bisa kakak nya memintanya untuk berhenti? Disaat dirinya tahu persis dia tidak tahu bagaimana c
“Kau ini benar-benar…” Arka menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. “Baiklah, lakukan apa yang kau mau. Tapi ingat, jangan sampai berita ini sampai ke telinga orang tua kita.”Bee tertawa kecil, menunjukkan ekspresi kemenangan di wajahnya. “Tenang saja kak, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Lagipula, ini kan demi kebaikanmu juga. Siapa tahu gadis ini bisa membuatmu lebih manusiawi.”Arka hanya bisa mendengus kesal mendengar ucapan adiknya. Dia tahu Bee hanya bercanda, tapi entah kenapa, kali ini leluconnya terasa begitu menyakitkan. Mungkin karena objek leluconnya adalah perasaannya, atau mungkin karena objek leluconnya adalah Yixin, gadis yang entah kenapa berhasil membuatnya merasa tidak nyaman dan nyaman dalam waktu yang sama.“Baiklah, aku akan pergi sekarang. Jangan khawatir, aku akan menyelesaikan tugas ini secepat mungkin.” Bee berdiri dari kursinya, mempersiapkan diri untuk pergi.“Dan satu lagi,” tambah Bee sebelum benar-benar meninggalkan ruangan. “Jangan terla
"Ini, selidiki semua tentang nya." Arka melempar foto Yixin ke atas meja. Gayanya yang bossy sama sekali tidak pilih pilih orang. Bahkan pada adiknya Bee sekalipun dia tidak mengecualikannya. "Apa ini?" tanya Bee penasaran, kemudian mengambil foto Yixin. "Seorang gadis?" Serunya diikuti dengan tatapan mata penuh kecurigaan. "Apa dia adalah gadis yang dari pagi hingga malam mommy selalu cerita kan di rumah? Kau tahu, topik tentang seorang gadis yang mandi berdua dengan mu tenang malam sedang hangat di mansion ayah dan ibu. Jangan bilang ini dia orang nya." Ujar Bee panjang kali lebar dengan nada menggoda. "Siapa pun dia kau tidak perlu tahu. Kau cukup mencari tahu tentang dirinya dan latar belakangnya. Serta kemana dia saat ini. Dia sudah beberapa hari tidak masuk kerja. Dan tidak ada kabar sama sekali darinya." Jelas Arka. "Nah! Nah! Nah! Benar kan? Dia adalah gadis yang buat kan mengusir mommy dan daddy tengah malam. Wah kau sungguh seorang anak yang durhaka Arka Ruiz. Tapi tida
"Joy? Yixin kemana?" tanya Arka pada salah satu managernya yang merupakan sahabatnya Yixin. Semenjak pulang dari rumah Arka waktu itu, Yixin tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali. Dia tidak masuk kantor tiga hari, termasuk hari ini. Tidak mungkin dia sakit kan? Arka cukup terganggu akan hal itu."Yixin? Dia-.." Joy yang tadinya ingin menjelaskan kemana pergi nya si makhluk ajaib bernama Tang Yixin itu, malah tidak meneruskan kalimatnya. Dia memandang Arka dengan pandangan penuh curiga. Seingat Joy, hubungan Arka tidak lah seharmonis itu sehingga Arka sampai bersusah payah menanyakn yixin di mana pada dirinya."Ada bos mencari si biang onar?" Tembaknya tanpa basa basi."Ehm! Dia kan adalah salah satu karyawab ku. Aku rasa bukan hal yang aneh bila aku menanyakan keadaannya." Jawab Arka gelagapan. Dia mau jawab apa lagi coba kalau bukan jawaban diplomatis seperti itu."Ooh.." Bukan nya melanjutkan kalimat nya yang tadi, Joya malah hanya ber- Oo ria saja, seolah sengaja menungg
Pandangan mereka beradu. Detak suara jantung saling menabuh di dalam dada mereka masing-masing seolah sedang berpacu satu dengan lainnya. "Aku lupa. Sepertinya aku lupa mematikan kompor." Ujar Yixin beralasan agar bisa kabur. Tapi tentunya Arka sudah tahu kalau itu tidak lebih dari sebuah alasan belaka. Lagian mana mungkin Yixin lupa mematikan kompor. Kalau itu benar maka sudah pasti terbakar rumah Arka sedari tadi. "Apa kau mau kabur?" Tanya Arka, menatap dalam mata Yixin. "Kabur? Kabur kemana? Aku tidak berniat kabur kemana pun. Lagi pula untuk apa aku kabur, sudah jelas pekerjaan ku masih banyak di sini." Ocehnya tidak tentu arah alias asal jawab saja. "Kalau kau memang benar tidak ingin kabur, kenapa kau buru-buru untuk pergi? Apa kau tidak nyaman duduk di atas pangkuan ku?" Tanya Arka penuh jebakan. Bagaimana mungkin ini bukan pertanyaan jebakan. Karena apapun jawaban yang Yixin berikan sudah pasti membuat nya salah. Jika dia katakan dia nyaman, maka apa kabar dunia. Nam
"Ayo buka mulut mu. Ini tidak mudah membuatnya. Aku harus mencuci beras berkali-kali, dan memasaknya sepenuh hati agar tidak gosong." Bak sudah berteman akrab, Yixin memerintah Arka sesukanya. Arka menuruti Yixin. Dia membuka mulutnya dan menerima suapan pertama yang Yixin arahakan ke mulut Arka. Tapi tentu saja bubur itu tidak bisa melewati kerongkongan Arka. Baru masuk ke dalam mulut saja, Arka langsung melepehnya karena terlalu panas. "Kau ingin membunuh ku?" Teriak Arka menyala sepanas bubur yang Yixin masukan ke dalam mulut Arka. "Tentu saja tidak. Kau saja yang bereaksi berlebihan tuan Arka Ruiz. Baru kena senggol bubur hangat saja lebaynya membumi dan melangit." Celoteh Yixin mengejek. Sebenarnya Yixin mengetahui kalau dirinya memang salah langsung memberikan suapan itu begitu saja. Hanya saja dia pikir Arka lah yang akan menghembus bubur itu sendiri, bukan langsung melahap saja. "Sudah-sudah. Aku ingin tidur. Kau pulang lah. Aku sudah tidak ingin makan lagi." Lagi da
"Menjauh dari ku." Perintah Arka, menghindari Yixin. Tapi bukan Tang Yixin nama nya kalau dia akan menuruti perintah seseorang begitu saja. Perintah ayahnya saja dia lawan, apatah lagi hanya perintah seorang Arka Ruiz.“Arka, kau harus mau dibantu. Aku tidak akan meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Aku akan mencari handuk atau selimut untukmu. Kau harus mengeringkan badanmu dan beristirahat.” Kata Yixin dengan nada bersahabat.“Kau tidak perlu repot-repot. Aku baik-baik saja. Aku hanya perlu tidur sebentar. Kau bisa pergi saja. Aku tidak butuh bantuanmu.” Jawab Arka dengan suara dingin.“Apa kau marah padaku? Aku tahu, semalam kau yang telah menyelamatkan ku. Meski kau juga yang telah menyebabkan aku terjatuh ke kolam. Aku tetap menganggap aku berhutang budi padamu. At least pada akhirnya, kau telah menyelamatkanku dari tenggelam di kolam renang. Dan ini, lihatlah baju ku! ini perbuatan mu juga kan> Sementara kau membiarkan diri mu kedinginan sepanjang malam.” Ucap Yixin dengan