Milla hanya menunduk menimbang-nimbang apakah dia harus berbicara jujur kepada Eddy atau tidak? Kalau dia memilih jujur artinya secara tidak langsung dia mengungkapkan kepada pria di hadapannya ini kalau dia memiliki perasaan khusus kepadanya. Sedangkan kalau dia menggunakan alasan lain, Milla tidak tahu alasan apa yang harus dia buat, kalau Eddy hanya orang baru baginya atau seperti mantannya yang sama sekali tidak mengenalnya, dia masih bisa mengatakan bahwa alasannya adalah urusan keluarga. Alasan tersebut tidak akan mungkin dapat Milla pakai saat ini karena Eddy tahu persis kalau dirinya tidak memiliki keluarga lain. Sebab, kalau dia punya keluarga kandung, tidak mungkin dirinya akan tinggal di pondok kecil papanya seorang diri. Eddy menunggu dengan sabar jawaban Milla sambil menyesap kopinya. Dia yakin gadis di hadapannya ini pasti memiliki alasan kuat hingga ingin berhenti dari kerja sama mereka. Eddy sempat berpikir apakah Milla akan kembali lagi kepada mantan kekasihnya?
Tadinya Milla berharap dia akan melihat kemarahan di mata Eddy namun, di luar dugaannya pria itu malah sedang tersenyum lebar dan menatapnya dengan pandangan mata yang berbinar-binar. Gadis itu mengerutkan kening merasa aneh dan sedikit tersinggung. Milla merasa Eddy seperti sedang menertawakan dirinya karena begitu mudah jatuh cinta pada orang yang baru saja dikenalnya seperti Eddy. "Syukurlah," kata Eddy sambil tersenyum lebar. Dia menatap gadis yang selama beberapa bulan terakhir ini menjungkirbalikan dunianya dan membuatnya tidak enak makan serta tidak enak tidur karena selalu melihat bayangan wajahnya di manapun dia memandang. Eddy merasa lega karena ternyata gadis yang sedang ditaksirnya ini juga jatuh hati kepadanya. Padahal tadinya Eddy sempat bertanya-tanya, apakah mungkin Milla bisa mencintainya dari hati setelah dia merasakan patah hati karena dibohongi dan putus dari pria yang saat ini sudah menjadi mantan kekasihnya. "Apa maksudmu?" tanya Milla sambil mengerutkan k
Eddy langsung membayangkan apa yang selama ini sering diimpikannya tentang Milla. Dia sering bermimpi kalau gadis di hadapannya ini sudah menjadi istrinya dan mereka melakukan banyak hal bersama-sama termasuk tidur bersama. "Aku mimpi tidur di kasur yang sama denganmu," kata Eddy sambil mengerlingkan matanya ke arah Milla, nakal. Milla tidak dapat berkata-kata mendengar pengakuan pria yang saat ini ada di hadapannya. "Aku mimpi memelukmu dan .... " "Stop!" potong Milla dengan wajah yang memerah seperti tomat. Entah kenapa dia jadi merasa malu sendiri mendengar apa yang dikatakan oleh Eddy. "Kenapa? Apakah Kamu belum pernah melakukannya dengan mantan pacarmu itu?" tanya Eddy heran. Bukankah ini zamannya serba bebas? Sudah banyak yang masih gadis tapi bukan perawan, walaupun begitu mereka seperti tidak ada malunya untuk mengatakan bahwa diri mereka sudah tidak perawan lagi dan bebas melakukan hubungan intim dengan pria manapun yang menjadi kekasihnya. "Apakah Kamu pikir Aku se
"Apakah Aku boleh merubah bagian dalam vila?" tanya Milla sambil duduk di samping Eddy. Dia benar-benar harus mendapatkan persetujuan pria di hadapannya ini sebagai ahli waris yang sah dari vila yang saat ini sedang dia renovasi. "Tentu saja Kamu boleh merubahnya, bukankah Aku sudah mempercayakan semuanya kepadamu?" tanya Eddy sambil bersandar di sofa kecil yang saat ini sedang dia duduki. Milla mengacungkan jempolnya. "Apakah Kamu mau kopi?" tanya Milla kepada Eddy sebelum dia beranjak ke dapur. "Boleh." Eddy merasa nyaman dengan posisinya sekarang, walaupun sofa ini tidak sebesar sofa di rumahnya. Namun, rasanya tidak kalah nyaman dari sofa miliknya tersebut. Milla tersenyum melihat sikap nyaman Eddy ketika duduk di sofa kecil rumahnya saat ini. "Tunggu sebentar," kata Milla sambil berjalan ke arah dapur. Eddy pikir jangankan hanya dalam vila bahkan seluruh vila pun jika Milla ingin merombaknya akan Dia izinkan. Sebab, Milla saat ini telah menjadi kekasihnya dan sepertinya dia
Eddy terkekeh melihat rona merah di wajah kekasihnya ketika digoda. Dia memeluk Milla erat dan meletakan wajahnya di bahu gadis itu. Entah mengapa dia merasa lebih tenang saat menghirup harum rambut gadis yang telah menjadi kekasihnya tersebut. Eddy tidak pernah melupakan bagaimana mimpi-mimpinya di dalam tidur tentang Milla. Itu sangat memabukkan dan indah sekali, dia jadi tidak sabar untuk melanjutkan hubungan mereka ketahap yang lebih serius lagi agar dirinya benar-benar bisa memiliki Milla seutuhnya. Milla merasa merinding dan geli mendapatkan perlakuan mesra yang sama sekali belum pernah dia rasakan dari pria manapun bahkan dengan pria yang saat ini telah menjadi mantan pacarnya. Sikap Eddy yang terus mengendus lehernya dan menggoda kupingnya membuat Milla jadi merasa kewalahan. Gadis itu benar-benar tidak menyangka kalau kekasihnya itu akan sedemikian beraninya padahal mereka baru saja resmi menjadi sepasang kekasih. Eddy sendiri merasa tidak mengerti mengapa dia jadi sep
"Janji Kamu tidak akan marah jika Aku berterus terang?" tanya Eddy lagi untuk kesekian kalinya. Milla merasa heran ketika mendengar pertanyaan yang sama terus diulang-ulang oleh kekasihnya tersebut. Apakah kue itu benar-benar tidak enak? Milla jadi ikut kembali bertanya-tanya di dalam hati. Untuk meyakinkan Eddy, Milla hanya bisa mengangguk dengan hati berdebar menantikan penilaian kekasih yang saat ini sedang memangkunya. "Jujur sebenarnya Aku tidak begitu suka kue-kue seperti ini, Aku lebih suka kue basah namun, Aku tidak keberatan untuk memakan kue seperti ini asalkan tidak terlalu sering," jawab Eddy hati-hati sambil memandangi wajah gadisnya serius. Dia merasa lega saat melihat senyum di bibir merah alami kekasihnya ketika mendengar jawabannya. Dengan gemas dia mengecupnya cepat bibir Milla hingga membuat kekasihnya itu terbelalak kaget. Eddy hanya meringis ketika pinggangnya dicubit oleh Milla. "Kamu cari kesempatan!" gerutu Milla. "Kamu menggemaskan!" kata Eddy mengik
Milla mengerutkan kening mendengar pertanyaan Eddy. Takut kah dia? Yah, kalau boleh berkata jujur, Milla memang takut untuk tinggal bersama Eddy. Dia merasa tidak siap jika seandainya kekasihnya itu menginginkan lebih dari apa yang biasa mereka lakukan. Saat ini saja Eddy begitu berani menggodanya, Milla tidak dapat membayangkan apa saja yang akan dilakukan oleh kekasihnya ini jika mereka tinggal satu atap. Bukankah orang-orang tua selalu mengatakan jika sepasang anak manusia tinggal di tempat yang sunyi berdua-duaan maka yang ketiganya adalah syetan? Milla menggelengkan kepalanya untuk mengusir bayangan buruk yang kini menghantuinya. Hubungan mereka baru saja dimulai, dia tidak ingin mereka melakukan hubungan terlarang di saat-saat awal hubungan mereka sedang berjalan. Namun, tidak mungkin Milla mengatakan hal seperti ini keras-keras. Iya kalau Eddy benar-benar seperti yang dia pikirkan, kalau ternyata dia tidak seperti yang ada dipikirannya bukankah itu hanya akan mempermaluk
"Mengapa bisa seperti itu? Selama ini Aku merasa aman-aman saja tinggal di sini," kata Milla tidak dapat menyembunyikan rasa anehnya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Eddy. Sebelum mereka menjadi sepasang kekasih, Milla telah tinggal di pondok ini seorang diri dan itu baik-baik saja, mengapa sekarang setelah dirinya menjadi kekasih Eddy pondok ini jadi berubah tidak aman dalam pandangan kekasihnya tersebut? Milla merasa benar-benar tidak mengerti pada apa yang sedang dipikirkan oleh Eddy saat ini tentang pondok yang dia tinggali sekarang. Dia telah tinggal di pondok ini sejak kecil bahkan terkadang dirinya hanya tinggal seorang diri dan itu aman-aman saja walaupun saat itu ayahnya sedang bertugas ke luar kota untuk mengantar papanya Eddy bekerja. "Kamu mungkin nyaman tapi Aku merasa sangat tidak nyaman ketika membiarkan Kamu tinggal di sini seorang diri," sahut Eddy serius. Sebenarnya bukan sekarang saja Eddy merasa tidak nyaman membiarkan Milla tinggal di pondok kecil ini
Namun, semua itu berusaha ditepis olehnya karena rasanya tidak mungkin kalau salah satu di antara mereka mandul ... baik dirinya dan Eddy, mereka berdua benar-benar sehat dan bugar."Para tetua di keluarga suamiku mengatakan kalau kita kebanyakan melakukan hubungan suami istri kabarnya bisa membatalkan pembuahan," kata Nining seolah bisa membaca pikiran Milla."Ah! Benarkah?" tanya Milla membelalakkan matanya terkejut.Apakah dia lama tidak hamil karena dirinya dan Eddy terlalu banyak berhubungan? 'Jika benar seperti itu, Aku harus mengingatkan Eddy agar lebih menahan diri,' tekad Milla dalam hati.Mungkin mereka harus puasa selama beberapa hari dulu untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Nining tidak tahu kalau informasi yang dia katakan kepada Milla itu pada akhirnya akan membuat Milla menyiksa suaminya sendiri dengan menyuruhnya menahan.Sikap Milla yang selalu menghindar ketika diajak berhubungan suami istri benar-benar membuat Eddy kacau.Semua orang di kantor terkena imbasnya t
"Tante?" potong Eddy bertanya heran.Dia cemberut mengingat Sinta. Apakah wanita itu yang melaporkan dirinya dan Milla?"Iya, Dia mengaku sebagai Tante dari Nona Milla, Dia bilang Dia adik dari papanya Nona Milla.""Ck! Wanita itu hampir ditangkap polisi karena mengaku-ngaku sebagai kerabat istriku sementara istriku sama sekali tidak mengenalnya dan Dia juga tidak memilki bukti yang menunjukkan kalau Dia benar-benar adik dari almarhum papa mertuaku.""Jadi Dia penipu?" "Iya, istriku tinggal di sini sejak lahir dan orang yang mengaku kerabat itu sama sekali tidak pernah muncul bahkan di hari pemakaman kedua orang tua istriku ... Entah apa ide yang ada di dalam pikiran wanita itu hingga tiba-tiba datang ke sini dan mengaku sebagai Tante istriku.""Maaf, Kami benar-benar tidak tahu kalau wanita itu adalah seorang penipu.""Tidak apa, Aku dan istriku memang baru saja menikah dan belum sempat membuat acara pesta ... kejadian ini mengingatkan kami untuk segera menggelar acara pesta agar ti
"Maaf ini hanya kesalahpahaman semata, kami mengakui orang yang salah ... kami akan pergi dari sini sekarang juga," katanya sambil memegang tangan Sinta dan Leni, bersiap untuk berlalu dari tempat itu."Apakah anda ingin meneruskan kasus ini?" tanya polisi kepada Eddy."Kalau mereka tetap bersikeras, Aku akan meneruskan masalah ini hingga ke meja hijau," kata Eddy mendominasi."Tidak! ... kami tidak akan lama-lama di sini, sekarang juga kami akan pamit," kata Romy tegas. "Jaga dirimu baik-baik," katanya lagi kepada Milla.Eddy dan Milla hanya memutar bola matanya bosan. Apakah sudah tidak terlambat untuk mengkhawatirkan Milla? Kemana saja mereka selama ini?"Jangan mengkhawatirkan istriku, Aku lebih tau cara menjaganya ketimbang orang-orang yang mengaku sebagai kerabatnya seperti kalian!" kata Eddy sinis.Romy mengakui kebenaran kata-kata Eddy, tanpa banyak kata dia meninggalkan tempat tersebut dengan membawa istri dan anaknya di kedua tangannya."Apakah ada yang lain yang bisa kami
"Ck! Sepertinya mereka tidak akan mau pergi secara sukarela," kata Eddy kepada Milla tidak bisa menyembunyikan nada sinis dalam suaranya."Sepertinya begitu, apakah Kamu punya ide?" tanya Milla serius."Aku akan menelepon polisi untuk mengeluarkan mereka dari sini."Eddy mengambil ponselnya dari kantong."Stop! Jangan menelepon polisi, kami akan keluar sekarang juga," kata Romy berusaha mencegah Eddy menghubungi polisi.Jika Meraka sampai di usir dengan menggunakan aparat itu pasti akan sangat memalukan sekali.Walaupun dirinya hanya pengusaha kecil tapi ini semua menyangkut nama baiknya, apa kata klien dan koleganya jika dia bersama keluarganya sampai diusir dengan tidak hormat dari vila keponakannya sendiri?"Pa!"Sinta dan Leni memprotes kata-kata Romy dengan nada tidak puas."Apa? Apa kalian ingin diangkut oleh pihak kepolisian karena tidak mau keluar dari sini?" tanya Romy melotot kesal."Dia tidak akan berani, itu hanya ancaman, bagaimanapun Aku tante kandungnya, apa kata tetang
Leni yang terlalu yakin pada kemampuannya sendiri sama sekali tidak menyadari kalau dia benar-benar tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk merebut Eddy dari Milla karena sepupunya itu tidak akan pernah membiarkan dia tinggal di vila miliknya.Eddy sendiri sebagai targetnya merasa sangat muak dan jijik mendapati tatapan Leni kepada dirinya. Selain Milla di mata Eddy semua perempuan tidak ada bedanya dengan laki-laki.Dia benar-benar tidak menyukai wanita yang mengaku sebagai sepupu istrinya ini."Milla sayang, bolehkah kami menginap di sini barang seminggu dua Minggu? Tante tahu Kamu tidak mengingat kami tapi siapa tahu dengan menginapnya kami di sini Kamu akan kembali mengingat kami," bujuk Sinta tanpa malu-malu.Eddy cemberut mendengar keluarga istrinya yang entah datang dari mana ini meminta tinggal di vila yang telah diberikannya kepada Milla.Dia menoleh ke arah istrinya untuk melihat keputusan apa yang akan diambil olehnya saat ini. Walaupun dirinya tidak menyukai keluarga
Milla dan Eddy kembali ke vila dan menemui orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Milla."Ah! Milla ... syukurlah Nak, Kamu sehat-sehat saja ...."Milla mengerutkan kening ketika wanita setengah baya yang datang ke rumahnya dengan penuh semangat memeluk dirinya.Eddy melepaskan Milla dari pelukan wanita tersebut dan membiarkannya berada di belakang dirinya."Siapa Kamu?" tanya Eddy tanpa membunyikan rasa tidak sukanya."Aku tantenya ... Milla ini Tante sayang, masa Kamu lupa sama Tante Sinta," kata wanita setengah baya itu dengan nada mengeluh sedih."Tante?" tanya Eddy sambil mengangkat sebelah alisnya.Eddy menoleh ke arah istrinya dan melihat Milla tampak tidak bergeming ataupun mengakui kalau dia mengenal wanita yang mengaku bernama Sinta tersebut."Iya, Aku adik Papa Milla ... lalu siapa Kamu?" tanya Sinta sambil menatap Eddy serius.Sinta merasa pria muda yang berbicara dengannya ini sepertinya bukan pria biasa-biasa saja. Auranya benar-benar membuat Sinta harus berpikir ber
Milla rasanya ingin memukul Eddy untuk keinginan yang tidak pernah ada habisnya itu. Namun, selalu saja dia menjadi luluh ketika suaminya mengeluh pusing jika tidak dapat melepaskan seluruh hasratnya kepada Milla. Beberapa jam kemudian pondok itu kembali dipenuhi suara-suara ambigu dari pergulatan musim semi Milla dan Eddy. Milla rasanya ingin pingsan saja dari pada terus merasakan kegembiraan suaminya yang tidak pernah ada puasnya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu pondok, Milla mengambil kesempatan itu untuk melepaskan diri dari cengkraman suaminya. "Ada orang!" kata Milla sambil mendorong Eddy. "Biarkan!" kata Eddy tidak peduli dan meneruskan kegiatannya memegangi Milla. "Tidak! Bagaimana kalau itu penting? ... Ahh!" kata Milla terbata-bata di sela serangan Eddy pada titik-titik sensitifnya. "Bu Milla, Pak Eddy! Permisi ... apakah kalian ada di dalam? Di vila utama ada kerabat Bu Milla yang ingin bertemu!" kata tukang taman dari luar pondok. Eddy dan Milla menghenti
Tidak lama kemudian dari arah kamar mandi terdengar suara-suara yang membuat telinga siapapun memerah. Milla merasa hampir pingsan karena harus merasakan serangan suaminya dengan berbagai posisi yang membuat wajahnya memerah karena malu. Milla sampai ke puncak dengan tubuhnya yang bergetar hebat sementara Eddy masih dengan telaten membersihkannya. Malam ini terasa sangat melelahkan bagi Milla dan terasa sangat panjang karena suaminya sama sekali tidak ingin melepaskannya sedikitpun. Setelah dari kamar mandi, Eddy bukannya berhenti malah melanjutkan kembali kegiatan musim semi mereka di atas tempat tidur hingga membuat Milla mengeluh dan memprotes karena tidak tahan lagi terus menerus diombang ambingkan oleh suaminya. "Sudah cukup ...," keluh mila tanpa daya. "Sekali lagi ...." "Kamu pendusta!" kata Milla mengeratkan gigi grahamnya kesal karena Eddy terus berkata sekali lagi dan lagi. Eddy baru benar-benar melepaskan Milla setelah dirinya merasa puas. Dia menatap istrinya yang p
Milla yang kekurangan kasih sayang keluarga merasa hidupnya kini sangat penuh dan bahagia karena Eddy pria yang dicintainya, ternyata sangat mencintainya juga. Sekarang mereka telah menikah, salahkah jika Milla masih belum ingin berbagi kasih sayang suaminya dengan yang namanya anak? Sekalipun itu adalah anak kandungnya sendiri. Dia ingin ketika dia hamil dan melahirkan nanti, dirinya sudah benar-benar siap untuk menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya. Untuk saat ini dia hanya ingin menikmati kebersamaannya dengan Eddy tanpa gangguan siapa pun. Jika mereka memiliki anak, pasti perhatian dan kasih sayang mereka akan terpecah menjadi dua, antara pasangan dan anak-anak mereka. "Bolehkah jika Aku ingin menunda untuk memiliki anak?" tanya Milla kepada Eddy. "Mengapa?" tanya Eddy tidak mengerti. Bukankah setiap perempuan biasanya setelah menikah ingin cepat-cepat memiliki anak? Mengapa Milla malah ingin menundanya? Eddy benar-benar tidak mengerti mengapa istrinya ini ingi