Home / Rumah Tangga / Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku / Mengetahui Rencana Licik Arhan

Share

Mengetahui Rencana Licik Arhan

last update Last Updated: 2025-01-09 10:17:39

Ketika Ranty tersadar, pintu kamar mandi sudah menutup rapat. Sayup-sayup terdengar suara manja Renata dari dalam kamar mandi. Arhan menyahutinya dengan erangan kenikmatan.

Ranty menggigit bibirnya kuat-kuat. Darah segar sudah memenuhi bibirnya yang terluka. Kemudian menetes dan terjatuh ke lantai yang dingin di samping kakinya. Siapa yang tidak perih hatinya melihat suaminya bercumbu dengan adiknya?

Dadanya menyesak bersamaan dengan isak tangis yang sulit ia kendalikan. Ia tidak sanggup membayangkan tubuh semampai Renata bergelayut manja di dada kekar Arhan. Atau, keduanya bersenggama panas di dalam bathtub miliknya.

Arghh!

Apa yang ia dengar ini cukup menakutkan baginya. Seluruh tubuhnya menggigil hebat. Ini kesempatannya membongkar semua, tapi, ia pun sudah tidak lagi memiliki kekuatan untuk menggerebek keduanya di dalam kamar mandi.

Ranty berlari ke kamar.

Namun, karena terburu-buru atau karena tidak memperhatikan jalannya, ia menubruk rak buku di depan kamarnya.

Suara yang cukup keras itu menarik atensi dua orang yang tengah bermain panas di dalam kamar mandi. Terbukti dengan suara pintu kamar mandi yang beberapa detik kemudian dibuka. Di susul suara Arhan memanggilnya.

"Dik..."

Rasa jijik dan takut bergantian menyerang pikirannya. Ranty beringsut dari tempatnya jatuh ke dalam kamar. Kemudian segera menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Rasa penasaran membuat Arhan mengikutinya sampai ke kamar. Mungkin untuk memastikan dirinya di dalam kamar.

"Dik, kamu tidur?"

Ranty mendengarnya, bahkan ketika Arhan menyibakkan selimutnya, ia berpura-pura tertidur lelap.

Berasa baru mengalami mimpi buruk, sampai pagi Ranty tidak bisa memejamkan mata. Ia mendengar kegiatan apa di luar kamar, dan tahu kapan Arhan baru masuk kamar.

Hatinya belum begitu tenang namun ia harus bangun. Setelah merias diri ia keluar kamar. Sejenak duduk di meja makan. Ia masih memperhatikan tetes darah dari bibirnya yang sudah membeku di lantai.

Ia termenung sangat lama. Ia menyadari tidak ada gunanya lagi mempertahankan pernikahannya dengan Arhan. Pria yang ia anggap sangat mencintainya itu telah melupakan janjinya.

Mirisnya, sampai detik ini ia masih sangat mencintainya. Dan tidak ada yang berubah.

"Kamu mau ke mana, Dik?" tanya Arhan menyempatkan mencium pipinya.

Ranty tidak tahu kapan Arhan duduk di sampingnya. Ranty menoleh, sesaat memperhatikan wajah Arhan yang kuyu dengan mata sayu seperti seseorang yang kurang tidur.

"Aku ada urusan keluar, Mas." Tenang ia menjawab. "Mas, masuk kerja pukul berapa hari ini?"

"Mas ambil cuti seminggu ini, Dik."

"Cuti? Cuti untuk apa, Mas?" Heran Ranty bertanya. Biasanya Arhan mengambil cuti di akhir tahun atau kalau ada hal yang sangat penting.

"Bukan apa-apa. Mas masih harus fokus membawa Renata menjalani kemo ke rumah sakit, Dik."

"Kemo? Kan, ada aku, Mas! Aku bisa menemaninya ke sana! Tak perlu memaksakan diri Mas sampai-sampai harus cuti seminggu." Ranty menunjukkan rasa tidak senangnya.

"Sudahlah, Dik. Kamu kan tahu adik kamu sedang sakit serius sekarang. Mas kasihan padanya. Mas juga sudah menganggapnya sebagai adik Mas. Jadi---"

"Maaf, Mas. Aku harus berangkat sekarang. Kasihan teman arisan aku kelamaan menunggu," potong Ranty muak dengan sandiwara Arhan.

"Oh iya, Mas antar ya?"

"Tidak perlu, Mas. Aku sendiri saja. Nanti bilang ke Renata aku keluar ya, Mas."

Rasa tidak nyaman membuatnya tidak betah di rumah berlama-lama.

***

Sampai siang Ranty cuma duduk-duduk di kursi taman. Ia tidak melakukan apapun sejak keluar dari rumah. Kadang ia berpikir bagaimana nasib pernikahannya. Kadang ia menangis karena rasa cintanya yang besar kepada Arhan. Ia bertingkah seperti seseorang yang baru saja putus cinta.

Ia pun meninggalkan tempat itu, tujuannya adalah pulang lagi ke rumah. Namun, pemandangan tadi malam masih meninggalkan trauma dalam dirinya.

Ranty berpikir pergi ke rumah sakit, ia masih penasaran mengapa pihak rumah sakit mengizinkan Renata pulang.

Di sana ia menemui dokter yang menangani Renata. Untungnya ia menyimpan semua data-data medis Renata di ponselnya.

"Sakit kanker? Kami tidak memberikan diagnosa seperti itu, Bu."

Ranty ternganga mendengarnya. Ia tidak mungkin salah memberikan data Renata, atau mungkin ada nama pasien yang sama.

"Mungkin anda salah memberikan informasi tentang adik saya, Dokter. Renata Laurence," ucap Ranty memperjelas.

"Yah, itu benar. Renata Laurence, usia 26 tahun. Anda bisa melihat ini kalau saya tidak salah memberikan informasi pasien." Ranty mengikuti jari telunjuk dokter ke monitor laptopnya.

"J-jadi adik saya sakit apa, Dokter?" Kaget setengah mati, Ranty sampai tergugu.

"Sebenarnya sakit pasien ini tidak begitu serius. Dia cuma mengalami migran dan alergi saja. Namun, suami pasien meminta kami tetap merawatnya di sini, dengan alasan pasien rentan terkena alergi."

GLEKK

Suami? Siapa maksudnya, Arhan?

Untuk kesekian kalinya, bagai disambar petir di siang bolong, Ranty memegangi dadanya yang terasa perih. Ia sudah tidak bisa mengungkapkan bagaimana rasa kaget dan sakitnya saat ini. Ternyata selama tiga bulan ini, Arhan dan Renata sudah membohonginya.

Ranty meninggalkan rumah sakit. Ia tidak sabar ingin bertemu dengan Arhan dan Renata. Ia harus bisa memaksa keduanya mengakui kebohongan mereka selama ini.

Ranty juga akan menuntut uangnya puluhan juta dari Renata selama dia berada di rumah sakit.

Hatinya masih memanas, sepanas terik matahari di siang ini. Di tambah lagi jalanan begitu macet. Berkali-kali Ranty mengeluarkan ponselnya, bingung antara harus menelepon Arhan, memakinya sampai puas, atau menunggu sampai di rumah.

Di per sekian detik sebuah telepon masuk di ponselnya, ia segera mengangkatnya. Tanpa melihat panggilan dari siapa.

"Tunggu di sana dan jangan ke mana-mana! Kalian akan membayar mahal untuk semua ini!" Ranty spontan memberi ancaman keras.

Sementara pria muda di seberang kaget mendengar ancamannya. "Ibu Ranty, ini saya Hendra. Apa bisa kita bertemu sekarang? Ada hal penting yang ingin saya beritahu kepada anda."

Segera rasa bersalah membuatnya sesak, Ranty meminta maaf karena tidak bisa mengontrol emosi dalam dirinya.

Bukan karena penasaran hal penting apa yang mau diberitahu Hendra, Ranty setuju bertemu dengannya, sejenak untuk menenangkan dirinya sebelum pulang ke rumah.

Baru saja tiba di sana, Hendra sudah langsung memberinya sebuah map dari tangannya.

Ranty tidak tertarik. Tentu itu bukti-bukti perselingkuhan Arhan dengan Renata. Dan, semua itu tidak penting lagi baginya.

"Kenapa ibu Ranty diam saja?"

Merasa didesak, malas Ranty berdiri sambil membuka-buka isi map. Sebelum kemudian mengembalikannya kepada Hendra.

"Tapi, ibu Ranty belum membaca semuanya," desak Hendra menunjuk beberapa kertas yang sama sekali tidak dibukanya.

"Itu bukti-bukti yang sama, kan? Saya lagi tidak tertarik dengan berita murahan itu," ujarnya cuek.

"Bukan, ini berkas pengalihan nama pemilik harta kekayaan pak Hendra dari nama ibu Ranty Louisa menjadi nama Renata Laurence."

Awalnya ia memang tidak begitu tertarik, tetapi mendengar itu wajahnya langsung memucat.

"Darimana kamu mendapatkan ini?" tanyanya kembali terduduk tidak berdaya di kursinya.

Baru beberapa menit yang lalu ia dikagetkan pengakuan dokter, sekarang berkas di depan matanya membuatnya hampir pingsan.

"Saya menemukannya di dalam lemari di ruangan pak Arhan, Bu."

"Dan yang ini berkas pernikahan pak Arhan dengan Renata Laurence. Bahkan di sini ditulis mereka sudah menikah sejak tahun---"

"Berikan padaku!" Histeris Ranty menyambarnya.

Pernikahan?

Seketika Ranty merasakan langit runtuh dan menimpanya, ia pingsan. Setelahnya ia tidak mengingat apapun lagi. Saat membuka matanya ia sudah berada di sebuah kamar, di sana ada Arhan dan Renata.

"Di mana Hendra?" tanyanya.

***

Related chapters

  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Difitnah

    Sekilas Ranty mengedarkan pandangan ke sekitar. Ia tengah berbaring di ranjang di dalam kamarnya. Entah kapan ia tiba di rumah. Seingatnya ia dan Hendra ada di kafe tadi.Dokumen itu!Suasana dalam kamar mereka sekarang ini juga membuatnya sedikit heran. Karena tidak biasanya Arhan yang selalu cuek keadaan rumah itu, mengobrak-abrik isi kamar mereka."Mana lemari pakaianku, Mas?" tanyanya tidak melihatnya ada di sana.Tatapannya kembali ke Arhan, suaminya itu juga tengah menatapnya dingin, kemudian pandangannya bergeser ke Renata.Ranty menampakkan raut wajah tidak senang melihat Renata ada di dalam kamarnya. Adiknya itu sudah terlalu berani masuk ke kamarnya. "Renata, kenapa kamu ada di sini?" tanyanya datar."Seharusnya kamu berterimakasih kepada Renata, Dik! Kalau bukan karena Renata, mungkin kamu sudah tidak pernah ada di sini lagi!" Dingin Arhan menjawab.Hahk! Apa maksudnya berkata seperti itu? Ranty benar-benar tersinggung, jelas-jelas ia melihat pembelaan Arhan kepada Renat

    Last Updated : 2025-02-09
  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Kamu Puas Sekarang, Mas?

    Ranty tidak bisa menahan airmata yang berdesakan hendak menumpah. Berulang kali menengadahkan wajahnya ke atas untuk mencegah airmatanya menumpah. Namun, rasa sakit dan sesak membuatnya kewalahan menahan-nahannya. Alhasil airmatanya menumpah tanpa bisa ditahan lagi. "Kamu yang berubah, Mas," jawab Ranty menangis sejadi-jadinya. Ranty menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, dan menutupi tubuh sampai wajahnya dengan selimut. Ia menumpahkan semua tangisannya di dalam selimut. Menyadari ucapannya yang sudah membuat Ranty menangis, Arhan mendekatinya dan duduk di sisi ranjang. Perlahan mengelus pundak Ranty seolah-olah ingin menenangkannya yang masih terdengar menangis sesenggukan. "Maafkan Mas, ya. Mas sangat takut kehilanganmu, Dik," ujarnya sangat lembut. "Mas hanya tidak suka kamu dekat-dekat dengan Hendra, Dik. Karena Mas sudah sangat mengenalnya, dia itu pria buruk yang suka menggoda wanita dengan parasnya yang tampan. Dia tak segan-segan membawa wanita yang dia rayu itu

    Last Updated : 2025-02-09
  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Titip Rena Ya

    Sejenak terjadi keheningan di dalam kamar. Ranty meneguk liur kesulitan menahan rasa yang sulit ia jelaskan. Sebenarnya baru kali inilah mereka berdebat selama lima tahun menikah.Namun, hati siapa yang tidak sakit difitnah oleh suami dan adik sendiri? Semuanya terasa tiba-tiba, seolah-olah takdir dengan mudahnya memutar balikkan kebahagiaannya."Mas bilang Renata yang membawaku dari bar dengan keadaan mabuk."Segera disahuti anggukan kecil dari Arhan."Apa Mas lebih percaya Renata daripada istrimu sendiri?" Ranty mengangkat sedikit dagunya, tatapannya tegas di wajah Arhan, suaminya itu terlihat mulai gelisah. Hatinya semakin teriris mengingat kalau Renata juga istri Arhan. Tapi, mau tak mau ia tetap harus menyangkalnya, demi rasa cintanya yang besar kepada Arhan."Mas sudah mengenal dan menganggap Renata seperti adik Mas, Dik. Mana mungkin dia berboho---""Yah, 'sudah seperti adik, Mas', itu benar, Mas. Sampai Mas lupa sebenarnya alkohollah yang membuat orang mabuk bukan fitnah!"R

    Last Updated : 2025-02-10
  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Dibohongi Sang Suami

    Sekilas tampak ketegangan di raut wajah Ranty. Matanya yang melotot tidak lepas dari wajah Hendra, seolah-olah tidak sabar menunggu jawaban dari bibir pria muda di depannya.Baru setelah Hendra menganggukkan kepala, ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih tenang. Bagaimanapun ia tidak mau Arhan sampai tahu, apa yang sudah ia lakukan selama ini. Disamping ia takut kehilangan Arhan, ia sangat tahu apa yang akan terjadi kalau sang suami tahu ia sudah memata-matainya. Perceraian!"Saya bilang kebetulan saja bertemu dengan Ibu Ranty di sana."Gantian Ranty yang menghela nafas lega dan mengangguk-angguk kecil."Apa pak Arhan mengatakan sesuatu yang buruk tentang saya kepada anda, Buk Ranty?" Hendra bertanya karena sempat memergokinya perubahan diraut wajah Ranty."Ng ... b-bukan, aku cuma khawatir aja Mas Arhan sampai tahu rencana kita selama ini," bohong Ranty tergugu. "Yang aku takutkan sebenarnya Mas Arhan sudah pasti memecat kamu."Ranty membuang wajahnya yang memanas. Harusnya ia juj

    Last Updated : 2025-02-13
  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Ranty Mandul Dan Renata Hamil?

    Malas, Ranty mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Pikirnya palingan panggilan dari Arhan. Seperti biasanya, sang suami selalu menanyakan keberadaannya, agar Arhan bisa mengatur waktunya memadu kasih dengan Renata. Namun ... "Hendra, kenapa lagi dia?" Kaget Ranty bergumam. Padahal ia sudah memperingatkan pria muda itu agar tidak sembarang meneleponnya. Mau tak mau Ranty terpaksa mengangkat teleponnya. Sekaligus untuk mengingatkan pria muda itu dengan aturan yang sudah ia buat. "Lain kali jangan pernah mene---" "Buk Ranty, apa anda sudah di rumah sekarang?" Dari tempat lain dengan lancang Hendra memotong ucapannya. Sialan! Ini tidak bisa dibiarkan! Urusannya apa, aku di mana? Lama-lama dia semakin lancang dan tidak tahu aturan! Ranty mendengus kesal. "Aku sudah memperingatkan kamu agar jangan meneleponku sembarang!" Ketus Ranty menjawab. "Untung ini aku masih di jalan, bagaimana kalau sudah di rumah? Kamu mau membuat Mas Arhan menuduhku yang macam-macam lagi?"

    Last Updated : 2025-02-14
  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Mas, Nakal!

    Ranty tahu semua itu cuma alasan Arhan. Untuk apa membeli obat untuk Renata, jelas adiknya itu tidak sakit! "Mbak, maafin aku, ya. Aku yang meminta Mas Arhan mengantar aku ke klinik tadi," ucap Renata dengan suara yang parau. "Rena baru sadar stok obat Rena sudah habis," lanjutnya seakan-akan ingin meluruskan kesalahpahaman di antara mereka. "Hmm, tidak apa-apa, Rena. Bukankah bagi Mas Arhan kamu itu sudah seperti adiknya? Jadi, tidak perlu merasa tidak enakan begitu," kata Ranty dengan raut wajahnya yang dibuat-buat senang. Meski tidak melihat Arhan di balik punggungnya, Ranty bisa menebak perubahan sikap dan warna wajah sang suami. "Bukankah begitu, Mas?" tanya Ranty memutar kepalanya melihat Arhan. "I-iya, Dik. I-itu benar, Renata. Jadi tidak perlu merasa tidak enakan, ya," kata Arhan tampak gugup seperti seseorang yang kepergok mencuri. "Iya, terimakasih Mbak Ranty, Mas Arhan. Rena ke kamar dulu, ya," ujar Renata menggenggam erat tas kecil di tangannya Tas tangan ke

    Last Updated : 2025-02-14
  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Menguping Pembicaraan Sang Suami

    Beberapa menit kemudian, Ranty mulai merasakan ada yang aneh dengan dirinya. Tiba-tiba saja ia merasa sangat mengantuk, sebabnya beberapa kali mulutnya terbuka lebar. "Kamu mengantuk, ya, Dik?" tanya Arhan menariknya bahunya. Ranty membiarkan kepalanya jatuh di bahu Arhan. "Iya. Entah, tiba-tiba saja mataku terasa sangat berat dan mengantuk, Mas. Mungkin karena udaranya dingin kali, ya." Ranty memaksakan matanya tetap terbuka, sembari merapatkan tubuhnya ke tubuh sang suami. Membiarkan tubuhnya yang menggigil menyerap kehangatan dari dalam tubuh Arhan. "Jadi gimana, Dik? Kita pulang ke rumah saja atau masih mencari makan untuk kamu?" tanya Arhan mulai merapat ke jalur sisi jalan dan memperlambat laju mobil. Perutnya terasa sangat lapar sekarang, jadi ia harus mengisi perutnya sebelum istirahat nanti. Ia tidak mau di tengah malam nanti terbangun dan mengacak-acak isi lemari dapur. "Kita cari makan saja, Mas, aku sangat lapar. Tadi ... cuma ... makan sedikit ... saja." Ia

    Last Updated : 2025-02-17
  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Lakukan Untukku Mas

    "Please, hentikan kegilaanmu ini, Mas," desisnya semakin terbakar api cemburu. Giginya mengerat, ingin rasanya ia ke sana untuk menghentikan kegilaan keduanya. Namun, ia merasakan seolah-olah kedua lututnya gemetar dan tidak berdaya berjalan. Seperti biasa Ranty cuma bisa mematung dalam membisu, membiarkan rasa sakit bersarang di sudut hatinya. Entah sampai kapan ia sanggup bertahan melihat pemandangan yang terus-terus menyakitkan hatinya. "Mas, jawab aku! Apa kamu takut meninggalkan Ranty?" Renata merapat dirinya ke dada bidang Arhan. Hingga tampak seperti tidak ada jarak diantara keduanya. Ranty mendengus kasar. Nafasnya memburu. Jelas ia tidak rela tempatnya bermanja-manja dipakai orang lain. Sampai kapanpun ia tidak akan mau mengakui Renata sebagai istri pertama Arhan! "Iya, Sayang. Mas juga sudah tidak sabar bisa berduaan saja dengan istri tercinta Mas ini. Tapi, kita tidak boleh terburu-buru dan malah membuat Ranty curiga nanti." Arhan menjawab seraya meletakkan puntung

    Last Updated : 2025-02-19

Latest chapter

  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Lakukan Untukku Mas

    "Please, hentikan kegilaanmu ini, Mas," desisnya semakin terbakar api cemburu. Giginya mengerat, ingin rasanya ia ke sana untuk menghentikan kegilaan keduanya. Namun, ia merasakan seolah-olah kedua lututnya gemetar dan tidak berdaya berjalan. Seperti biasa Ranty cuma bisa mematung dalam membisu, membiarkan rasa sakit bersarang di sudut hatinya. Entah sampai kapan ia sanggup bertahan melihat pemandangan yang terus-terus menyakitkan hatinya. "Mas, jawab aku! Apa kamu takut meninggalkan Ranty?" Renata merapat dirinya ke dada bidang Arhan. Hingga tampak seperti tidak ada jarak diantara keduanya. Ranty mendengus kasar. Nafasnya memburu. Jelas ia tidak rela tempatnya bermanja-manja dipakai orang lain. Sampai kapanpun ia tidak akan mau mengakui Renata sebagai istri pertama Arhan! "Iya, Sayang. Mas juga sudah tidak sabar bisa berduaan saja dengan istri tercinta Mas ini. Tapi, kita tidak boleh terburu-buru dan malah membuat Ranty curiga nanti." Arhan menjawab seraya meletakkan puntung

  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Menguping Pembicaraan Sang Suami

    Beberapa menit kemudian, Ranty mulai merasakan ada yang aneh dengan dirinya. Tiba-tiba saja ia merasa sangat mengantuk, sebabnya beberapa kali mulutnya terbuka lebar. "Kamu mengantuk, ya, Dik?" tanya Arhan menariknya bahunya. Ranty membiarkan kepalanya jatuh di bahu Arhan. "Iya. Entah, tiba-tiba saja mataku terasa sangat berat dan mengantuk, Mas. Mungkin karena udaranya dingin kali, ya." Ranty memaksakan matanya tetap terbuka, sembari merapatkan tubuhnya ke tubuh sang suami. Membiarkan tubuhnya yang menggigil menyerap kehangatan dari dalam tubuh Arhan. "Jadi gimana, Dik? Kita pulang ke rumah saja atau masih mencari makan untuk kamu?" tanya Arhan mulai merapat ke jalur sisi jalan dan memperlambat laju mobil. Perutnya terasa sangat lapar sekarang, jadi ia harus mengisi perutnya sebelum istirahat nanti. Ia tidak mau di tengah malam nanti terbangun dan mengacak-acak isi lemari dapur. "Kita cari makan saja, Mas, aku sangat lapar. Tadi ... cuma ... makan sedikit ... saja." Ia

  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Mas, Nakal!

    Ranty tahu semua itu cuma alasan Arhan. Untuk apa membeli obat untuk Renata, jelas adiknya itu tidak sakit! "Mbak, maafin aku, ya. Aku yang meminta Mas Arhan mengantar aku ke klinik tadi," ucap Renata dengan suara yang parau. "Rena baru sadar stok obat Rena sudah habis," lanjutnya seakan-akan ingin meluruskan kesalahpahaman di antara mereka. "Hmm, tidak apa-apa, Rena. Bukankah bagi Mas Arhan kamu itu sudah seperti adiknya? Jadi, tidak perlu merasa tidak enakan begitu," kata Ranty dengan raut wajahnya yang dibuat-buat senang. Meski tidak melihat Arhan di balik punggungnya, Ranty bisa menebak perubahan sikap dan warna wajah sang suami. "Bukankah begitu, Mas?" tanya Ranty memutar kepalanya melihat Arhan. "I-iya, Dik. I-itu benar, Renata. Jadi tidak perlu merasa tidak enakan, ya," kata Arhan tampak gugup seperti seseorang yang kepergok mencuri. "Iya, terimakasih Mbak Ranty, Mas Arhan. Rena ke kamar dulu, ya," ujar Renata menggenggam erat tas kecil di tangannya Tas tangan ke

  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Ranty Mandul Dan Renata Hamil?

    Malas, Ranty mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Pikirnya palingan panggilan dari Arhan. Seperti biasanya, sang suami selalu menanyakan keberadaannya, agar Arhan bisa mengatur waktunya memadu kasih dengan Renata. Namun ... "Hendra, kenapa lagi dia?" Kaget Ranty bergumam. Padahal ia sudah memperingatkan pria muda itu agar tidak sembarang meneleponnya. Mau tak mau Ranty terpaksa mengangkat teleponnya. Sekaligus untuk mengingatkan pria muda itu dengan aturan yang sudah ia buat. "Lain kali jangan pernah mene---" "Buk Ranty, apa anda sudah di rumah sekarang?" Dari tempat lain dengan lancang Hendra memotong ucapannya. Sialan! Ini tidak bisa dibiarkan! Urusannya apa, aku di mana? Lama-lama dia semakin lancang dan tidak tahu aturan! Ranty mendengus kesal. "Aku sudah memperingatkan kamu agar jangan meneleponku sembarang!" Ketus Ranty menjawab. "Untung ini aku masih di jalan, bagaimana kalau sudah di rumah? Kamu mau membuat Mas Arhan menuduhku yang macam-macam lagi?"

  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Dibohongi Sang Suami

    Sekilas tampak ketegangan di raut wajah Ranty. Matanya yang melotot tidak lepas dari wajah Hendra, seolah-olah tidak sabar menunggu jawaban dari bibir pria muda di depannya.Baru setelah Hendra menganggukkan kepala, ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih tenang. Bagaimanapun ia tidak mau Arhan sampai tahu, apa yang sudah ia lakukan selama ini. Disamping ia takut kehilangan Arhan, ia sangat tahu apa yang akan terjadi kalau sang suami tahu ia sudah memata-matainya. Perceraian!"Saya bilang kebetulan saja bertemu dengan Ibu Ranty di sana."Gantian Ranty yang menghela nafas lega dan mengangguk-angguk kecil."Apa pak Arhan mengatakan sesuatu yang buruk tentang saya kepada anda, Buk Ranty?" Hendra bertanya karena sempat memergokinya perubahan diraut wajah Ranty."Ng ... b-bukan, aku cuma khawatir aja Mas Arhan sampai tahu rencana kita selama ini," bohong Ranty tergugu. "Yang aku takutkan sebenarnya Mas Arhan sudah pasti memecat kamu."Ranty membuang wajahnya yang memanas. Harusnya ia juj

  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Titip Rena Ya

    Sejenak terjadi keheningan di dalam kamar. Ranty meneguk liur kesulitan menahan rasa yang sulit ia jelaskan. Sebenarnya baru kali inilah mereka berdebat selama lima tahun menikah.Namun, hati siapa yang tidak sakit difitnah oleh suami dan adik sendiri? Semuanya terasa tiba-tiba, seolah-olah takdir dengan mudahnya memutar balikkan kebahagiaannya."Mas bilang Renata yang membawaku dari bar dengan keadaan mabuk."Segera disahuti anggukan kecil dari Arhan."Apa Mas lebih percaya Renata daripada istrimu sendiri?" Ranty mengangkat sedikit dagunya, tatapannya tegas di wajah Arhan, suaminya itu terlihat mulai gelisah. Hatinya semakin teriris mengingat kalau Renata juga istri Arhan. Tapi, mau tak mau ia tetap harus menyangkalnya, demi rasa cintanya yang besar kepada Arhan."Mas sudah mengenal dan menganggap Renata seperti adik Mas, Dik. Mana mungkin dia berboho---""Yah, 'sudah seperti adik, Mas', itu benar, Mas. Sampai Mas lupa sebenarnya alkohollah yang membuat orang mabuk bukan fitnah!"R

  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Kamu Puas Sekarang, Mas?

    Ranty tidak bisa menahan airmata yang berdesakan hendak menumpah. Berulang kali menengadahkan wajahnya ke atas untuk mencegah airmatanya menumpah. Namun, rasa sakit dan sesak membuatnya kewalahan menahan-nahannya. Alhasil airmatanya menumpah tanpa bisa ditahan lagi. "Kamu yang berubah, Mas," jawab Ranty menangis sejadi-jadinya. Ranty menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, dan menutupi tubuh sampai wajahnya dengan selimut. Ia menumpahkan semua tangisannya di dalam selimut. Menyadari ucapannya yang sudah membuat Ranty menangis, Arhan mendekatinya dan duduk di sisi ranjang. Perlahan mengelus pundak Ranty seolah-olah ingin menenangkannya yang masih terdengar menangis sesenggukan. "Maafkan Mas, ya. Mas sangat takut kehilanganmu, Dik," ujarnya sangat lembut. "Mas hanya tidak suka kamu dekat-dekat dengan Hendra, Dik. Karena Mas sudah sangat mengenalnya, dia itu pria buruk yang suka menggoda wanita dengan parasnya yang tampan. Dia tak segan-segan membawa wanita yang dia rayu itu

  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Difitnah

    Sekilas Ranty mengedarkan pandangan ke sekitar. Ia tengah berbaring di ranjang di dalam kamarnya. Entah kapan ia tiba di rumah. Seingatnya ia dan Hendra ada di kafe tadi.Dokumen itu!Suasana dalam kamar mereka sekarang ini juga membuatnya sedikit heran. Karena tidak biasanya Arhan yang selalu cuek keadaan rumah itu, mengobrak-abrik isi kamar mereka."Mana lemari pakaianku, Mas?" tanyanya tidak melihatnya ada di sana.Tatapannya kembali ke Arhan, suaminya itu juga tengah menatapnya dingin, kemudian pandangannya bergeser ke Renata.Ranty menampakkan raut wajah tidak senang melihat Renata ada di dalam kamarnya. Adiknya itu sudah terlalu berani masuk ke kamarnya. "Renata, kenapa kamu ada di sini?" tanyanya datar."Seharusnya kamu berterimakasih kepada Renata, Dik! Kalau bukan karena Renata, mungkin kamu sudah tidak pernah ada di sini lagi!" Dingin Arhan menjawab.Hahk! Apa maksudnya berkata seperti itu? Ranty benar-benar tersinggung, jelas-jelas ia melihat pembelaan Arhan kepada Renat

  • Ternyata Aku Istri Kedua Suamiku    Mengetahui Rencana Licik Arhan

    Ketika Ranty tersadar, pintu kamar mandi sudah menutup rapat. Sayup-sayup terdengar suara manja Renata dari dalam kamar mandi. Arhan menyahutinya dengan erangan kenikmatan. Ranty menggigit bibirnya kuat-kuat. Darah segar sudah memenuhi bibirnya yang terluka. Kemudian menetes dan terjatuh ke lantai yang dingin di samping kakinya. Siapa yang tidak perih hatinya melihat suaminya bercumbu dengan adiknya? Dadanya menyesak bersamaan dengan isak tangis yang sulit ia kendalikan. Ia tidak sanggup membayangkan tubuh semampai Renata bergelayut manja di dada kekar Arhan. Atau, keduanya bersenggama panas di dalam bathtub miliknya. Arghh! Apa yang ia dengar ini cukup menakutkan baginya. Seluruh tubuhnya menggigil hebat. Ini kesempatannya membongkar semua, tapi, ia pun sudah tidak lagi memiliki kekuatan untuk menggerebek keduanya di dalam kamar mandi. Ranty berlari ke kamar. Namun, karena terburu-buru atau karena tidak memperhatikan jalannya, ia menubruk rak buku di depan kamarnya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status