Lelaki yang mengenakan jas koko itu segera menyalami seorang wanita paruh baya, begitu kakinya menjejak lantai marmer rumah Kiai Abdullah. "Bagaimana, Bed? Sudah berhari-hari Raudah tak ada kabar." Ummi Aisyah bertanya dengan memasang wajah cemas, begitu Ubed masuk ke dalam rumah dan bertemu dengannya.Ubed mendesah panjang. Ditatap benda pipih di tangan kiri. Berharap nomor yang sebelumnya digunakan Raudah untuk menghubungi, akan meneleponnya lagi, atau setidaknya nomor tersebut aktif dan menjawab semua pesan-pesannya.Lelaki berjambang tipis itu menghela. "Afwan, Mi." Langkah pria itu terus berjalan masuk diikuti sang ibu. "Apa kita minta bantuan teman-teman abah saja, Bed. Umi dengar Raudah sudah berhasil kabur. Siapa tau dia sengaja tidak mau pulang." Umi Aisyah mengutarakan firasat yang dirasakannya beberapa hari ke belakang.Langkah Ubed memelan mendengar pernyataan wanita yang melahirkannya. Ia sama sekali tak berpikir sejauh itu. Apa mungkin Raudah tak mau berkumpul lagi den
"Kamu sudah menikah dengan pria lain, Li! Kamu tidak mencintaiku!"Suara Fay meninggi, ia menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya lantaran emosi Untuk beberapa waktu, dia lupa sesuatu yang buruk bisa saja menimpa Liana setelah tahu semua."Siapa lelaki itu?" Wanita berparas ayu itu menyelidik dengan tatapan menyipit. Mata Liana tampak basah menggenang dan pipi penuh jejak air mata. Tak bisa lagi ia narasikan rasa yang berkelindan dalam hati. Terkejut, rasa bersalah, sedih dan ... takut.Hanya saja ketakutan mendominasi dalam diri, ia terlampau takut kalau-kalau ingatan akan menjauhkannya dari Fay.Lalu sekarang, Liana harus kuat dan mengalahkan rasa takut tersebut jika ingin mendapat jawaban.Perempuan dengan mata sembab itu sangat ingin tahu, lelaki macam apa yang bisa membuatnya jatuh cinta dan melepaskan Fay? Lelaki yang menurutnya seorang kekasih sempurna dari banyak lelaki yang pernah dikenal dan dimilikinya.Pria yang berkali-kali memandang langit-langit kamar itu terdia
Bondan yang tengah memandangi aktifitas orang-orang di bawah sana, menoleh kala seorang wanita berpakaian seksi tiba-tiba datang berdiri di depan pintu kamarnya. Ia tinggalkan teras balkon kamar, dan mendekat pada wanita itu."Ya? Ada apa?" tanya lelaki berbadan gempal, usai melepas asap yang berada di mulut."Polisi itu datang lagi, Tuan." Perempuan dengan senyum mempesona itu menjawab."Hem. Suruh dia masuk, Rebecca!" titah Bondan, dipadamkan rokok ke dalam asbak dengan menekannya hingga hancur. Ia lalu berjalan ke arah almari, melepas pakaian handuk di tubuh, berniat ganti pakaian sebelum bertemu sang tamu."Baik." Rebecca mengangguk kecil dengan seulas senyum di wajah cantiknya. Lalu keluar.Kini langkah pria yang sudah mengenakan pakaian rapi tersebut turut meninggalkan kamar tidur luas dan mewah. Sambil bersiul senang, kaki Bondan menuruni anak tangga satu demi satu. Jalan yang menjadi akses turun itu tampak terang kala terpantul cahaya dari kaca besar di sepanjang tangga.Bond
'Hewan saja bahkan punya naluri keibuan untuk anaknya, tapi aku ....' Liana mengutuk diri sendiri. Liana menciumi pipi Alhesa yang kemerahan, tak peduli batita itu terganggu dan menangis. Ia juga tak peduli pada reaksi dua orang lain di kamar tersebut."Maafkan, umi, Sayang."Namun, bukannya gadis itu tenang berada dalam dekapan sang ibu, yang merindukan dan menyesali keadaannya. Ia yang seharusnya merasakan naluri dan getaran seorang ibu kala bertemu dengan sang anak. Sosok mungil itu justru menangis lebih kencang lantaran terganggu tidurnya.Indra mendesah beberapa kali. Inilah yang harusnya terjadi. Lambat laun Liana pasti tahu, dan memang ia harus tahu bahwa ada Alhesa yang membutuhkan sosok ibu di sampingnya. Sosok kecil yang perlu didekap dan diberi ketenangan. Bukan hanya pengasuhan fisik, buah hati dengan pernikahan pertamanya itu memerlukan kasih sayang yang menjaga emosinya.Fay mendekat menyerahkan botol susu yang baru dibuat, karena botol sebelumnya telah habis tak bers
"Fay?" Suara itu meluncur begitu saja dari lisan Kiai Abdullah, kala menatap ponakannya yang berdiri di depan pintu bersama Liana. Wanita itu tampak tak nyaman, persis seperti saat masih tinggal di rumahnya dulu. Mungkinkah Liana sudah ingat semua, Hingg memutuskan datang pada mereka?Kenyataanya jantung Liana memang berdebar hebat. Bahkan sejak nama Ubed disebut oleh Fay, dan mereka berencana menemuinya. Sang suami yang sadar dengan itu, menggenggam tangan Liana hingga membuat wanita itu sedikit tenang.Lelaki tua itu sontak menatap pada Ubed, ingin tahu bagaimana reaksi puteranya. Ubed pasti tak enak dengan suasana ini. Benar saja, lelaki tampan itu tengah mengalihkan pandangan lain. Tak mau jika tatapannya menjadi panah-panah iblis yang menyeretnya pada zina mata. Lantaran jelas-jelas meski ikhlas ia belum bisa melupakan Liana."Eum. Ya, masuklah, Fay," ucap kiai, setelah menyerahkan tangan yang diraih oleh Fay untuk dicium punggungnya."Bagaimana kabarmu, Fay?" tanya kiai, yang d
"Apa mereka juga mengatakan apa yang Kang Fay lakukan sebelum kita menikah dulu?" Dua mata Ubed menyorot. Semua orang sangat terkejut dengan pertanyaannya.Meski tak berani secara langsung menatap ke arah Liana. Ia masih cukup tahu diri, siapa wanita di hadapan. Seseorang yang tak pantas dilihat berlama-lama apalagi dengan menyimpan rasa dalam hati. Ia tak akan berani menoreh dosa yang disengaja dan akan hadir kala menikmati wajah Liana, yang membuat rasa dalam dada bergemuruh.Ubed tak menyerah begitu saja. Kalau saja Liana tahu, dulunya wanita itulah yang memaksanya menjatuhkan talak. Dan ia mengucap hanya karena emosi sebagai seorang manusia biasa. Tidak bisakah itu dimaklumi? Bahkan semua itu hanya karena salah paham. Bukan karena dirinya yang benar-benar bersalah.Dan kini, ia yang berusaha ikhlas melepas Liana, harus berhadapan dengan ancaman jauh dari Alhesa. Satu-satunya yang tersisa dari seluruh cintanya selama ini. Kenapa pula Fay seolah tak mau memahami itu, dan malah mendu
Liana sudah mencari namanya ke setiap sudut hati, dan tak menemukannya. Namun, ketika nama pria itu disebut ... ia bisa merasakan kehangatan yang menjalar ke hati. 💔💔💔"Em, afwan, Mbak saya gak bermaksud buat Mbak sedih begini." Raudah jadi tak enak hati. Sambil membenarkan posisi bayi di gendongan, wanita dengan pakaian lebar itu mengusap pundak mantan istri pertama suaminya.Meski wanita bercadar itu sudah menenangkannya, dan Liana tersenyum, tetap saja hatinya teremas sakit. Hingga membuat matanya terasa pedih. Digerakkan pundak kanan menjauh dari tangan yang terbalut handshock hitam nyaris menutup seluruh tapak tangan, dan hanya tampak jari-jari yang bersih keputihan.Liana menggeleng, menatap pada Raudah dengan mata yang dipenuhi kaca-kaca. Mata sayu itu seolah menjadi bendungan yang tengah menahan genangan agar tak tumpah. Namun, mau dibendung sekuat apapun air mata itu menitik juga meninggalkan jejak di pipi. Ia hanya tak mengerti, sekelam apa kisahnya dengan Fay sampai
"Ke Pesantren? Ke-kenapa ke sana?" Dahi Fay berkerut-kerut karena bingung.Ia tak mengerti kenapa dengan ekspresi itu Liana memintanya ke pesantren. Padahal baru saja mereka ngobrol di pesawat, liburan kali ini rumah mamanya yang akan dituju lebih dulu. Karena mereka berusaha adil antara orang tua Liana dan mamanya. Sebab selama ini mereka selalu tinggal di rumah Liana, saat berada di Indonesia, jadi akan sangat adil jika rumah sang mama yang dituju. Setidaknya untuk satu malam.Namun, sekarang Liana dengan wajah sembabnya mengatakan ingin langsung ke pesantren saja. Ada apa sebenarnya? Pasti terjadi sesuatu.Liana membeku, ia tak tega mengatakan bahwa nama Ubed sangat mengganggunya sekarang. Lagi pula mana pantas seorang istri, menyimpan perasaan untuk pria lain. Wanita itu tak mengerti, apakah harus menyalahkan Fay dan semua keluarganya, atau menyalahkan takdir yang membuat keluarganya enggan bercerita mengenai masa lalunya.Jika keduanya adalah hal yang salah ... itu artinya ia ha
Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind
“Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam
Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang
Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den
“anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me
Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky
Alex yang baru saja keluar ruangan seketika langsung melenggang tanpa menengok ke belakang. Dirinya kaget ketika Alhesa mengantarkannya sampai pada pintu ruangan.“hati-hati” ujarnyaAlex langsung berhenti dan mengobrol dengannya seketika.“kamu begitu menyayangi kedua orang tuamu ya, sampai-sampai berkata pun tidak keluar tadi.”“ya begitulah, mereka yang membesarkanku susah payah terutama suamiku yang aku tahu perjuangannya yang tidak mudah. Jadi di hari tua nanti aku ingin mereka damai tanpa memikirkan apapun. Hidup nyaman dan aman. ““keren ah kamu ini, gimana kalau makan bareng ya? Kamu kan juga belum makan sama sekali?” Tanya alexAlhesa tampak berpikir sejenak dan menengok ke belakang. Akhirnya dia setuju tapi harus minta izin kepada abi dan uminya.“oke, sekalian beliin ummi sepertinya beliau juga belum makan, aku izin dulu ya. Tunggu!”Alex hanya menganggukkan kepalanya dan Alhesa langsung masuk ke dalam lagi.“abi, ummi , alhesa beli makan dulu ya baeng sam alex. Nanti sek
“Tentu saja tidak, melihat abi yang terus dalam bahaya. Lalu ummi yang begitu khawatirnya aku selalu diam dan mengatasinya sendiri.”“Kalau seperti tadi aku tidak datang kau mati disini juga tidak masalah kalau keluargamu juga tidak tahu?’’“Ya mungkin saja begitu, toh juga abi sudah siuman.” Jawabnya dengan enteng.Alex hanya terkagum dengan wanita yang sedang dibopongnya ini. Karena dari depan yang terlihat anggun, kalem dan cuek dirinya memiliki sikap kokoh dan sangat berprinsip.Alhesa tidak sadar bahwa dirinya sedang dibopong oleh laki-laki asing yang itupun pertama kalinya. Karena dirinya tengah asyik ngobrol panjang lebar. Sedangkan alex yang sadar akan tindakannya hanya berpura-pura diam hingga Alhesa sadar dan dirinya jika thu minta turun seketika akan diturunkan seketika.Di saat itu juga seluruh tim mleihat kemesraaan dan keindahan pemandangan sang big bos dan wanita yang meman ayu dan terlihat sangat cerdas.‘cantik bener rek, kayak yuki kato. Tahu begini ya benar saja bos
Alex langsung pergi ke kantor rahasianya untuk mengirim beberapa senjata yang harus dikirimkan oleh para tim ke tim yang berada di lapangan. Seketika juga dirinya pergi tanpa pamit karena kondisi sangat tepat untuk melangkah maju ke strategi selanjutnya.Setelh sampai di lokasi dirinya memilih baju-baju dan senjata yang harus dibawa ketika nanti ke tahap strategi selanjutya. Karena di tahap itu seharusnya ada ranah-arah yang harus segera diwaspadai karena dirinya juga berada di titik vital. Saat strategi sudah berjalan dengan sangat baik. Dirinya merasa ada insting tidak enak, karena sesuatu yang mudah di awal pasti akan ada hal yang diluar dugaan. Tapi dirinya terus fokus dan meneliti setiap step agar bisa menjaga sisi rawan-rawan tertentu.Tiba-tiba ada telepon dari penjaga di rumah sakit bahwa Alhesa tidak kunjung ada di rumah sakit. Dan dari tim yang berada di sasaran kembali menelpon bahwa sedang melihat seorang wanita berkerudung dibawa masuk ke lokasi.Dan alex langsung menangk