"Bagus sekali... Sepertinya percobaan bodohmu itu telah benar-benar merusak otakmu bukan? Menodongkan pisau buah pada calon suamimu sendiri. Apa kamu sekarang merasa bahwa kamu itu semacam pembunuh bayaran yang tidak kenal takut Nola?!"
Maya benar-benar enggan untuk menatap mata Sarah ketika wanita itu akhirnya berani memarahinya lagi setelah Evan dan temannya sudah benar-benar pergi kali ini. Wanita itu benar-benar melukai kuping Maya dengan segala caciannya. Maya mengerutkan keningnya dengan jelas. Dia tidak percaya, Finola benar-benar bisa menahan semua cacian itu sepanjang hari di masa lalunya.Mungkin itu salah satu kelebihan gadis itu di antara segala kekurangannya. Ketika gadis itu mendengarkan Sarah terus bicara omong kosong, Maya benar-benar tengah mencoba menahan tangannya untuk tidak menyayat wanita itu dengan pisau buah yang sama saat ini."Maya! Apa kamu mendengarkan aku?!""Lalu kamu ingin aku bagaimana?"Sarah menatap tidak percaya saat Maya dengan tenang berani menepis tangannya yang hendak memukul gadis itu seperti biasanya. Dari awal gadis itu siuman, Sarah memang menemukan bahwa gadis itu tiba-tiba saja bersikap seperti orang yang benar-benar berbeda saat ini. Tidak ada gadis lugu mudah menangis yang Sarah kenal sejak dulu. Finola di depannya ini tampak berbahaya. Tampilan gadis itu terlihat acuh tidak acuh, seakan gadis itu tidak lagi memiliki ketakutan apa pun padanya mulai saat ini."Jangan lupa bahwa yang membiayai pengobatanmu saat ini adalah kami, anak tidak tahu diri! Bagaimana cara kamu membayar kami setelah ini? Kami bahkan harus membayar para wartawan yang penasaran dengan masalah ini, hanya karena keputusan bodohmu semata!"Walaupun Finola saat ini terlihat tidak takut pada siapa pun, Sarah tetap percaya bahwa gadis itu tetap akan sadar pada tempatnya sendiri jika dia membongkar tentang masalah ini. Namun dugaannya terpatahkan dengan cepat ketika Finola tetap diam ketika dia terus-menerus mengungkapkan kekesalannya. Gadis itu malah asik memakan buah yang Sarah simpan di sana hanya sebagai pemanis setelah dia tahu Evan akan datang untuk melihat Finola sebelumnya. Gadis itu memakan buah itu seperti dia tidak pernah memakan satu selama beberapa tahun. Sesekali gadis itu akan bergumam senang, ketika dia mengambil buah lainnya untuk dia makan."Cukup Finola! Berhenti makan seperti babi dan dengarkan aku sekarang! Karenamu-""Aku sudah cukup membayar kalian dengan tidak menuntut kalian atas penyiksaan terhadap anak saat ini. Ah, tunggu. Mari kita ambil dari yang terbaru. Menurutmu, kira-kira apa yang akan terjadi jika aku melapor pada Evan bahwa aku dipaksa bertunangan dengannya karena kalian memaksaku untuk mengambil alih kekayaannya di masa depan? Atau aku juga mungkin bisa memberi tahu para wartawan, bahwa aku mencoba bunuh diri karena orang tuaku sendiri mencoba menjualku pada seorang pria lumpuh yang umurnya hampir sepuluh tahun lebih tua dari umurku sendiri."Maya memotong ucapan Sarah dengan tenang ketika dia mengambil buah lain dari keranjang buah yang ada di dekatnya. Setelah mendapati ingatan-ingatan dari 'Finola', Maya bersyukur akhirnya sakit kepala yang mendera kepalanya perlahan reda juga dengan sendirinya. Sekarang yang tersisa hanyalah denyutan ringan yang bisa Maya tahan dengan muda. Kemungkinan besar dipicu karena dia harus terus-menerus mendengar suara nyaring Sarah yang sangat tidak enak didengar.Kali ini, Sarah benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi karena dia tidak bisa percaya dengan apa yang gadis itu katakan sebenarnya. Wajah Sarah yang ditutupi polesan make up berubah merah padam karena emosi yang bisa kapan saja meledak karena profokasi dari Maya. Wanita itu menunjuk Maya dengan penuh kebencian, walau wanita itu sendiri tidak berani mencaci maki gadis itu lagi karena ancaman yang dilontarkan oleh Maya."Lihat apa yang akan ayahmu lakukan jika aku melaporkan hal ini padanya!"Pada akhirnya, Sarah hanya bisa mengancam Maya saat wanita itu akhirnya keluar dari ruang rawat Maya dengan amarah yang membuncah di hati gelapnya. Maya sendiri, gadis itu akhirnya bisa sedikit lebih bersantai setelah Sarah memutuskan untuk pergi dari ruangannya dengan kemauan dari wanita itu sendiri. Maya dengan tatapan bosan melirik pintu ruangannya yang ditutup kasar oleh Sarah. Jika zombie menyerang dunia ini juga, Maya bertekad dia tidak akan pernah mencoba menyelamatkan wanita itu tidak peduli apa pun yang terjadi.Berbicara tentang zombie, karena keributan yang terus terjadi semenjak Maya kembali membuka matanya, gadis itu sama sekali belum memiliki kesempatan untuk mengecek dunia macam apa yang dia tempati saat ini. Maya dengan berat hati meninggalkan buah-buahan segar yang dia jadikan camilan sedari tadi. Gadis itu beranjak memencet tombol bantuan, lalu menunggu sampai seorang suster mendatangi ruangannya tidak lama kemudian."Silahkan masuk."Maya dengan tenang memberi ijin saat seseorang mengetuk pintu ruang rawatnya. Seorang suster muda masuk tidak lama kemudian. Suster tersebut menatap terkejut seisi ruangan, yang tampak seperti baru saja terkena badai karena kekacauan yang Maya lakukan ketika dia baru saja sadar sebelumnya."Nona, infusmu..."Tapi sebagai seorang tenaga kesehatan, gadis itu lebih dahulu mengecek keadaan Maya sebelum memanggil petugas lain untuk membantunya membereskan kekacauan yang baru saja terjadi. Suster muda itu dengan telaten mengganti infus Maya dengan yang baru, sebelum mulai membantu petugas kebersihan untuk membereskan kekacauan yang sebelumnya Maya perbuat."Tolong maafkan aku..."Melihat seseorang harus susah karena perbuatannya, Maya langsung meminta maaf pada petugas kebersihan sekaligus perawat yang tengah membereskan ruangannya. Awalnya mereka pikir Maya hanyalah orang kaya sombong yang kadang kala memang membuat kerusuhan di rumah sakit. Toh menurut rumor yang beredar, Maya sampai dikirim ke rumah sakit juga karena gadis itu mencoba mengambil hidupnya sendiri hanya karena masalah sepele.Namun setelah melihat wajah bersalah Maya, rasanya tidak mungkin gadis yang mengkhawatirkan mereka merupakan gadis yang berani mencoba menghabisi hidupnya sendiri hanya karena masalah sepele. Perawat dan petugas kebersihan itu tersenyum saat mereka selesai membereskan ruangan Maya. Dihadapkan dengan pasien yang sopan, mereka secara tidak sadar mulai bersikap lebih sopan dengan cara yang tulus selanjutnya."Tidak apa-apa. Apa Nona baik-baik saja? Ingin aku membawakan Nona sesuatu?" tawar perawat itu ramah. Di mata perawat itu, Maya mungkin hanya frustasi karena bahkan setelah percobaan bunuh dirinya, tetap tidak ada satu pun sanak keluarga yang mau menemaninya di ruang rawat luas ini. Perlahan perawat itu mulai simpati pada Maya, apalagi ketika Maya yang masih pucat harus melakukan banyak hal seorang diri di ruangan itu.Orang bilang keluarga gadis itu selalu memperlakukan anak mereka dengan baik. Tapi perawat itu mulai berubah pikiran sekarang, setelah dia melihat Maya sendirian di ruangan besar itu.Sekalipun gadis memang mencoba mengambil hidupnya karena masalah sepele, meninggalkannya sendirian setelah apa yang dia lalui tetap saja bukan perbuatan yang benar. Perawat itu merubah rasa simpatinya menjadi rasa marah, yang ditunjukan pada keluarga Finola yang selalu dinilai baik selama ini.Di sisi lain, setelah mendengar tawaran perawat itu, mata Maya segera bersinar saat dia sudah bisa memutuskan apa yang dia mau dengan cepat. "Bisakah aku meminta... Koran? Jika ada, koran yang baru saja terbit hari ini. Lalu, bisakah aku menyalakan televisi? Aku tidak bisa menemukan remotenya sedari tadi," ujar Maya memberi tahu.Perawat itu tersenyum setelah mendengar permintaan Maya. "Tentu saja Nona. Aku akan mencoba untuk menbawakanmu koran terbaru yang mungkin dimiliki oleh satpam di rumah sakit ini. Lalu... Remote televisi ruangan ini biasanya berada di dalam laci. Biar aku ambilkan untukmu Nona," ujarnya sambil hendak berjalan ke tempat yang dia maksud. Akan tetapi, Maya buru-buru mencegahnya. "Tidak apa-apa. Aku bisa mengambilnya sendiri. Aku sudah cukup merepotkanmu," ujarnya. Awalnya perawat itu sedikit tidak setuju. Namun setelah melihat bahwa gadis itu tampaknya memang tidak memiliki masalah untuk sekedar berjalan-jalan di sekitar ruangannya, dia akhirnya menyerah dan ikut pergi keluar bersama dengan petugas kebersihan yang membawa bekas-bekas kekacauan yang sebelumnya Maya timbulkan.Mulai sekarang aku berencana untuk update tiap hari. Jangan lupa untuk memberi rate, komentar, dan masukan cerita ini ke perpustakaan untuk mendukung penulis^^
Begitu semua orang telah ke luar, Maya segera menyeret selang infusnya agar dia bisa mencapai laci yang dimaksud perawat itu sebelumnya. Matanya berbinar saat dia melihat remote yang benar-benar ada di dalam laci tersebut. Ekspresi halusnya sama sekali tidak bisa menyembunyikan wajah seriusnya, ketika Maya menyalakan televisi dengan alis yang sedikit berkerut.Dalam keheningan, Maya terus mencari siaran yang kira-kira tengah menyiarkan berita terbaru. Walaupun sudah lima tahun berlalu semenjak meteor jatuh dan mengubah tatanan dunia, Maya masih ingat dengan jelas tanggal berapa meteor itu jatuh dan berbagai peristiwa penting dari kehidupannya sebelum ini. Maya mencoba mencari informasi sekecil apa pun dari lingkungan sekitarnya kini. Dia harus tahu dia berada di mana, tahun berapa sekarang ini, dan apakah dunia ini benar-benar sama atau tidak dengan dunia yang sebelumnya dia tempati.Karena jika Maya memang hanya mengulang waktu dengan tubuh yang berbeda, Maya jelas ha
"Kamu bilang, anak itu berani mengancam Evan menggunakan pisau ketika pria itu akhirnya mau mengunjungi anak itu?!" Di sebuah kamar, raungan seorang pria terdengar setelah pria itu selesai mendengarkan laporan yang diberikan oleh istrinya. Napas pria itu sedikit terengah-engah, setelah dia baru saja menumpahkan amarahnya secara tiba-tiba di umurnya yang sudah tidak muda lagi. Sang istri dengan perhatian berusaha menenangkan amarah suaminya dengan memeluk lengan pria itu. Wajah cantiknya yang dipoles oleh make up berusaha dibuat sesedih yang dia bisa, saat wanita itu berucap pada suaminya dengan nada yang menyedihkan. "Aku memang berhasil membuatnya berhenti. Namun setelahnya, dia malah melepaskan kemarahannya padaku Sayang. Nola biasanya tidak seperti ini. Aku tidak tahu apa yang salah, sampai dia harus menentang pertunangan ini begitu keras ketika kita hanya mencoba memikirkan kebaikannya."Pria itu dengan cepat meraih tangan istrinya ketika w
Di depan sebuah rumah sakit besar, berdiri seorang gadis yang tampak seperti baru saja mencapai usia remaja. Sosoknya kurus, setengah lengannya terlihat dari kemeja sedikit kebesaran yang kini gadis itu gunakan. Kulitnya benar-benar putih seolah-olah gadis itu tidak memiliki darah. Beberapa helai rambut berantakan yang menutupi wajah cantik gadis itu menambah kesan memikat dari gadis pendiam itu. Satu-satunya yang membuktikan bahwa dia bukan boneka hanyalah mata cerahnya yang menatap ke segalanya arah. Tampaknya tengah berusaha keras, untuk menyembunyikan perasaan tidak sabarnya untuk saat ini. "Nola, kamu akan kedinginan jika kamu hanya memakai pakaian tipis itu. Mengapa kamu tidak memakai jaket pemberian Mama? Kamu baru saja sembuh. Tidak baik bagimu untuk terkena angin ketika kamu baru saja keluar dari rumah sakit begini." Maya melirik Sarah yang berusaha bersikap baik padanya di depan orang-orang saat ini. Padahal sebelum ini, wanita itu tidak mau repot-repot men
Maya kembali terbangun ketika dia mendengar seseorang mencoba untuk membuka pintu kamarnya sendiri. Ketika Maya membuka matanya dan melihat langit-langit putih, dia tertegun sejenak saat dia sendiri tidak percaya dia bisa tidur selelap itu. Butuh beberapa saat baginya untuk bereaksi, sebelum dia dengan malas bangun dari posisi tidurnya. "Kenapa kamu tidak menjawabku jika kamu sudah bangun? Ingin berpura-pura mati lagi setelah Mama menguncimu di dalam kamar?" Maya baru saja duduk di tempat tidur ketika pintu kamarnya didorong terbuka oleh seseorang. Seorang gadis cantik dengan penampilan mewah berjalan ke tempat tidur dan mengerutkan kening padanya. Sosoknya yang cantik, benar-benar tidak cocok dengan temperamen buruknya yang sangat menyebalkan. Gadis itu mendengus saat dia melihat Maya baru saja bangun dari tidurnya. "Berpura-pura mati? Jangan mencoba untuk mati di rumah kami lagi jika kamu memang ingin mati. Kamu telah membuat Mama dan Papa melalui ha
Ya, bagus sekali. Maya mengangguk puas saat dia menatap pantulan dirinya sendiri di cermin yang ada di kamarnya. Walaupun Maya tidak mengerti tren pakaian di dunia ini, gadis itu setidaknya puas Finola memiliki beberapa pakaian pantas di lemari kecilnya itu. Tampilannya saat ini benar-benar tidak terlalu buruk menurut Maya. Maya tahu, dia harus bisa tampil baik jika dia ingin bertemu dengan Evan kali ini. Kesan pertamanya di benak pria itu sudah pasti benar-benar kacau. Maya hanya bisa memperbaiki kesannya di pertemuan kedua ini. Dia tidak boleh mengacau, atau keluarganya yang kacau ini akan benar-benar mencoba mengakhiri hidupnya. Namun untungnya, saat tengah menjelajahi ruangan Finola, Maya menemukan barang bagus yang mungkin bisa dia gunakan untuk melawan keluarga Finola di saat terdesak. Mata Maya memerhatikan benda yang kini ada di tangannya. Dia tersenyum, saat dia menyimpan benda itu di saku pakaiannya yang sekiranya tersembunyi. Tepat setelah
Melihat gadis yang baru saja datang ke rumahnya, Evan kesulitan untuk menentukan siapa di antara mereka yang sebenarnya lebih rapuh. Evan sadar dia mungkin memang sakit-sakitan dan duduk di kursi roda. Namun gadis yang ada di depannya ini memiliki tampilan yang sangat buruk karena kekurangan gizi selama bertahun-tahun. Bahkan dengan pakaian indah yang Maya gunakan, Evan masih bisa melihat tulang-tulang Maya yang terlihat menyedihkan. Dahi Evan sedikit berkerut ketika dia akhirnya bisa menatapi calon istrinya dengan benar. Calon istrinya itu seharusnya anak dari keluarga yang cukup terkemuka di kota mereka. Namun tampilannya, bahkan lebih buruk dari anak yatim piatu yang Evan temukan di salah satu panti asuhan yang pernah dia kunjungi.Walaupun tubuhnya memang kurus dibandingkan anak-anak seumurannya, gadis itu memiliki sepasang mata yang terlalu kontras dengan tampilannya yang menyedihkan. Cerah dan penuh dengan kekuatan. Mata itu terlihat begitu menawan sampai Evan sen
Ruangan hening menyambut Maya saat dia kembali bangun dari tidurnya. Melihat jam yang ada di kamar itu, Maya tahu bahwa dia tidak tidur terlalu lama kali ini. Maya ingat dia tidur melebihi tengah malam setelah sibuk membahas persiapan pernikahan mereka yang mendadak bersama dengan Evan dan juga Kevin. Namun ketika dia bangun, langit masih saja gelap sementara Maya belum bisa mendengar keramaian apa pun dari daerah di sekitar kamar barunya ini. Jam menunjukan pukul lima pagi. Memang masih terlalu dini baginya untuk bangun. Namun Maya, tidak ragu sedikit pun saat dia bangun untuk memulai latihan yang telah dia rencanakan sejak kemarin. Setelah menghabiskan waktu bertahun-tahun di mana hanya yang kuat yang bisa bertahan di dunia itu, Maya merasa bahwa tubuh yang dia gunakan saat ini terlalu lemah untuk menjadi tubuhnya sendiri. Dia hampir kehabisan napas hanya karena berlari seratus meter, dan hampir pingsan hanya karena dia mencoba memaksakan tubuhnya untuk berolahraga
Maya baru tersadar kembali saat dia terjatuh dan menabrak seseorang ketika dia tengah berlari tidak tentu arah. Melihat tangannya yang bergetar, Maya akhirnya sadar bahwa dia telah berlari karena ketakutan sebelumnya. Dia takut untuk sesuatu yang tidak nyata. Sesuatu yang sudah menghilang. Sesuatu yang hanya tersisa berupa kenangan, yang tidak akan bisa melukainya di masa depan.Karena tubuhnya sendiri memang tidak terbiasa dipaksakan berlari seperti yang Maya lakukan sebelumnya, tubuhnya seketika lunak saat Maya tidak memiliki kekuatan untuk kembali berdiri setelah dia akhirnya bisa berhenti berlari. Gadis manis itu terengah-engah di tanah, saat dia sendiri tengah berusaha menenangkan kembali pikirannya yang sebelumnya sempat kacau hanya karena dia melihat tempat yang gelap.Padahal Maya yakin dia tidak merasa takut sedikit pun bahkan menjelang kematiannya. Wanita itu tidak takut pada zombie, apalagi kegelapan sampai berlari tidak beraturan seperti tadi. Namun perasaa
Setelah diyakinkan oleh Evan, suasana hati Maya membaik dengan pesat sampai gadis itu tidak keberatan untuk membalas sapaan orang-orang yang ditunjukan padanya. Sepanjang acara Maya tersenyum, menyebarkan aura positif yang juga memengaruhi Evan yang semula sedikit kesal karena gadis-gadis penggosip tersebut. Di bawah hiburan Maya, Evan akhirnya memiliki wajah yang lebih bersahabat saat mereka memasuki ruang bioskop sambil berpegangan tangan. Keduanya duduk di bangku yang telah disiapkan. Evan mengusap tangan Maya pelan, saat dia berbisik lagi pada gadis itu. "Kamu bisa memberi tahuku kapan pun kamu merasa jika film ini mulai membuatmu tidak nyaman. Ingat, kebahagiaanmu adalah prioritasku saat ini."Maya tersenyum saat dia membalas bisikan suaminya. "Aku mengerti. Terima kasih, Evan," ucapnya dengan tulus. Evan mengangguk untuk membalas ucapan istrinya tersebut. Wajahnya sangat lembut, ketika dia menatap wajah istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Setelah semua tamu memasuki ruangan
Ketika waktunya telah tiba, Maya pergi ke tempat pemutaran perdana itu dengan Evan dan seorang supir. Karena mereka harus bersiap sebelum waktu kerja Evan habis, Kevin terpaksa tidak bisa menemani mereka untuk menyelesaikan tugas yang ditinggalkan oleh Evan. Melihat Kevin bekerja keras, Maya tanpa sadar merasa kasihan dan mulai bercanda bahwa Evan harus memberi Kevin apresiasi atas apa yang pria itu lakukan untuk mereka selama ini. Namun tanpa disangka, Evan benar-benar mengangguk untuk menanggapi ucapannya itu. Hanya ketika mereka telah berada di mobil, Evan akhirnya buka mulut tentang maksud dari anggukannya tersebut. "Aku berencana memindahkan dua puluh lima persen kekayaan keluargaku atas namanya. Aku sebenarnya ingin memberi lebih banyak. Namun melihat kepribadiannya, dia pasti akan marah jika aku memberinya terlalu banyak. Aku belum membicarakan tentang pemindahan kekayaan ini padanya. Aku ingin meminta pendapatmu terlebih dahulu. Apa kamu keberatan jika aku melakukannya, Maya?
[Kebangkitan Pewaris Tunggal Keluarga Orlando.]Maya membaca berita itu dengan alis sedikit berkerut. Bukan isi beritanya yang kali ini membuatnya kesal. Namun komentarnya, benar-benar membuat Maya kesal saat gadis itu membacanya satu per satu. Ketika Evan sakit, semua orang menilai kisah cinta mereka dengan cara yang relatif negatif. Sebagian menganggap Maya hanya menikah demi kekayaan Evan. Sementara yang lain, merasa kasihan karena Maya harus menikah dengan pria sekarat seperti Evan. Hanya sedikit orang yang benar-benar tulus mendoakan kebahagiaan hubungan mereka. Namun ketika berita kesembuhan Evan telah menyebar, orang sepertinya mulai berlomba-lomba menghapus komentar mereka yang sebelumnya dan mulai memuji mereka sebagai pasangan paling bahagia di muka bumi. Beberapa bahkan mengaku mengenalnya atau Evan, dan memuji keserasian mereka walaupun aslinya Maya tidak mengenal orang-orang itu. Sekarang Maya tahu mengapa Evan begitu terisolasi dari dunia luar selama ini. Di masa ketik
Begitu mereka sampai di rumah sakit, Diana sudah selesai diperiksa dan tengah beristirahat di ruang rawat bersama dengan teman-temannya. Kejadian itu tampaknya terlalu mengejutkan untuk gadis-gadis muda itu, hingga tidak ada yang bicara sampai Maya masuk ke dalam ruangan bersama dengan Evan dan juga Kevin. "Maaf kami datang terlambat. Bagaimana keadaan kalian saat ini?"Mata Diana langsung memerah saat dia ingat Maya lagi-lagi telah menyelamatkan nyawanya. Maya yang sadar dengan perasaan Diana segera menghampiri gadis itu. Maya membiarkan Diana memeluknya erat, sebari menangis sementara dia sendiri berusaha menenangkan Diana dengan mengelus punggungnya dengan lembut. "Tidak apa-apa. Kamu sudah aman sekarang..."Maya berbisik pelan sementara matanya menatap Evan dan Kevin yang diajak keluar oleh dua teman Diana. Maya tahu keduanya kemungkinan besar akan membicarakan tentang hasil pemeriksaan Diana atau sekedar memberi Diana ruang untuk menumpahkan perasaannya. Ya mana juga baik-baik
"Kalau begitu, Saya harap kalian bersedia mendengarkan saran dari Saya."Sementara Maya tengah berlari ke mana-mana untuk mencari Diana, Evan dan Kevin baru saja selesai bicara dengan para petinggi universitas dan sedang diantar untuk keluar dari ruangan. Mereka baru saja hendak membuka pintu, saat kepala keamanan universitas masuk dengan tergesa-gesa sampai hampir saja menabrak Evan yang berada di depan pintu. "Gawat Pak, seseorang baru saja berkelahi di dalam gudang!"Wajah orang-orang memerah karena malu saat kepala keamanan itu melaporkan masalah ketika Evan dan Kevin masih ada di ruangan itu. Mereka baru saja berjanji akan meningkatkan keamanan di dalam lingkungan universitas. Dan sekarang, seseorang malah melaporkan bahwa baru saja terjadi pertengkaran di lingkungan kampus. "Apa yang kamu katakan? Jika para mahasiswa mulai berselisih lagi, kamu bisa membawanya kemari tanpa menimbulkan keributan yang tidak perlu!"Rektor universitas memarahi sebelum Evan atau Kevin semakin menc
Di tempat lain, Diana kembali jatuh dengan keras saat seseorang menendangnya tepat di bagian perut. Temannya Evelyn dan Josephine, hanya bisa menangis saat keduanya ditahan oleh anak-anak lain agar tidak bisa membantu Diana. Sejak Diana datang ke kampus, gadis itu sudah tidak dapat menghitung berapa banyak cacian yang sudah dia dapatkan hari ini. Namun perlakuan yang dia terima dari kakak tingkatnya ini, merupakan yang terparah dari semua orang. Ketika Diana tiba di kelasnya, dia tiba-tiba saja diseret keluar oleh orang-orang kuat ini. Pakaian indah pemberian ayahnya sudah kacau karena kotoran dan sampah yang sebelumnya dilempat ke tubuhnya. Diana menatap tanah dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu, ini merupakan hukumannya karena memiliki ayahnya yang sudah menghancurkan kehidupan banyak orang dengan tindakannya. "Ya ampun, lihatlah. Putri terhormat Tuan Anton yang luar biasa tampak seperti kotoran berjalan saat ini."Anak-anak lain tertawa saat salah satu dari mereka menghina Diana sa
"Diana memberi tahumu bahwa dia akan kembali masuk kuliah? Bagus kalau begitu. Aku akan bertemu dengan kalian di universitas nanti.""Ah, masalah universitas biar aku saja yang menangani. Katakan saja pada Diana untuk fokus menjalani studinya." "Tidak, aku hanya melakukan apa yang memang seharusnya aku lakukan sebagai keluarga. Terima kasih karena telah memberi tahuku. Sampai bertemu di kampus nanti."Evan menyaksikan saat Maya asik menelepon salah satu kenalan Diana. Setelah acara pemakaman yang dilangsungkan kemarin, Maya akhirnya yakin dia akan memulai kuliahnya pada hari ini. Gadis itu sudah siap untuk berangkat kuliah, saat salah satu teman Diana menelepon istrinya itu. "Diana akhirnya bersedia menghadiri kuliahnya lagi?" tanya Evan penasaran. Maya mengangguk. "Ya. Diana memberi tahu teman-temannya bahwa dia sudah siap masuk kuliah lagi hari ini. Aku pikir pertemuan kemarin benar-benar berhasil membuatnya lega. Aku berencana untuk menemuinya di kampus nanti. Sejak kemarin, kita
"Apa menurutmu Evan akan datang? Ini memang pemakaman pamannya. Namun orang yang mengaku sebagai pamannya ini telah membunuh orang tuanya bahkan hampir membunuh istrinya juga tidak lama ini. Aku sebenarnya tidak yakin dia akan benar-benar datang.""Ah ya... Namun aku sendiri tidak pernah menyangka Tuan Anton yang terlihat baik dan lembut sebenarnya..."Diana mendengarkan bisikan demi bisikan itu dengan bibir yang tertutup rapat. Ini jelas merupakan hari pemakaman ayahnya. Namun hampir semua tamu undangan, hanya datang untuk menjelekan ayahnya dan menertawakan keluarganya secara diam-diam. Hampir semua orang sudah tahu bahwa Anton merupakan seorang penjahat sekarang. Karena keluarganya telah jatuh, Diana tahu beberapa orang sengaja datang hanya untuk menertawakan penderitaan mereka. Kebanyakan dari mereka merupakan saingan ayahnya di masa lalu. Atau seseorang yang berusaha menjilat Evan, dengan membenci Anton secara terang-terangan. Karena terdapat banyak tamu tidak diundang dalam aca
"Nah, kamu sudah tampan sekarang."Evan diam-diam mencuri ciuman di pipi istrinya ketika Maya selesai membantunya untuk bersiap. "Kamu juga sangat cantik," bisiknya pelan saat dia melihat Maya yang menggunakan pakaian hitam serasi dengannya. Mereka akan menghadiri acara pemakaman Anton sore ini. Evan melakukannya demi sang bibi dan Diana, sekaligus sebagai awal kemunculan resminya dengan tubuh yang sudah sembuh. Selain Anton, sebagai pebisnis, Evan juga memiliki banyak musuh yang memanfaatkan sakitnya untuk mencuri beberapa proyek perusahaannya. Evan akan muncul untuk memberi mereka peringatan. Bahwa keluarganya belum hancur. Dan dia, tidak mati seperti yang diinginkan oleh orang-orang itu. "Apa kamu yakin ingin ikut denganku saat ini? Sejak kamu diterima di universitas, kamu belum juga datang untuk menghadiri kelas pertamamu. Dan sekarang... Kamu harus menunda waktu studimu lagi demi menemaniku."Maya tertawa ketika dia mendengar kekhawatiran yang dirasakan suaminya itu. "Mari kita