Evan menyaksikan saat Maya menyingkirkan tangannya dengan lembut. Gadis itu tersenyum lembut, saat dia menatap Evan dengan tatapan sedih.
"Aku percaya. Aku juga, percaya padamu Evan. Dan tenang saja, aku gadis ajaib yang tidak akan bisa dia kalahkan dengan mudah. Ah tidak. Aku tidak akan pernah kalah darinya. Kamu tidak perlu khawatir. Dan maaf... Aku tidak pernah tahu kamu menderita seperti ini selama ini."
Evan terdiam saat Maya berusaha menenangkannya dengan suaranya yang lembut. Di bola matanya yang cantik, Evan lagi-lagi bisa melihat tekad yang mampu membuat orang bisa percaya pada ucapannya. Maya memang gadis yang sangat aneh. Bahkan kemampuan dan sikapnya selama ini saja, memang sudah membuktikan bawa Maya tidak sama dengan orang-orang yang selama ini dia temukan.
Maya berbeda. Dan perbedaan itulah yang telah berhasil menyelamatkan Evan berkali-kali.
"... Maaf aku menciummu tanpa ijin sebelumnya."
Wajah Maya tiba-tiba memerah saat pemb
Mata Anton menatap dingin berkas tentang Finola yang ada di tangannya. Semenjak gadis lugu itu tiba-tiba memutuskan hubungannya dengan keluarganya sendiri, Anton memang mulai mewaspadai keberadaan gadis itu. Namun Anton tidak benar-benar berpikir, bahwa perubahan gadis itu bisa sampai ke titik di mana gadis yang biasanya hanya bisa bicara dengan nada terbata-bata berani memprovokasinya secara langsung seperti tadi. Bukan hanya memprovokasi. Bagi Anton, gadis itu telah berusaha untuk mengancamnya di pesta pernikahan tadi. Gadis yang asal-usulnya sederhana itu berani melawannya secara terang-terangan, ketika keponakannya sendiri saja tidak pernah lagi berani untuk melakukan hal itu. Anton tidak pernah suka memiliki bidak catur yang bukan hanya memiliki pemikirannya sendiri, tetapi juga senang melawan rencananya. Anton menyimpan berkas itu di meja kerjanya, sebelum mengambil ponselnya untuk menghubungi sebuah nomor. "Aku ingin kamu menghancurkan sarang lebah. Alamatnya akan aku kirim s
Maya melangkah dengan hati-hati saat setiap langkahnya dilakukan dengan banyak perhitungan. Karena Maya telah menyerahkan pistol jarahannya pada Evan sebagai alat perlindungan diri, Maya hanya bisa mengandalkan pisau sebagai senjatanya saat ini. Hal yang paling dia takuti saat ini bukanlah pembunuh yang bisa menyergapnya kapan saja. Dia juga harus memperhitungkan tentang kemungkinan adanya penembak jarak jauh yang sudah mengambil posisinya, dari tempat yang tidak Maya tahu di rumah Evan yang terlampau luas. Karena ketika menghadapi ancaman, Maya selalu ingat bahwa dia harus tetap memikirkan kemungkinan yang terburuk. Akan tetapi, kekhawatiran itu tidak terlalu menjadi prioritas Maya saat ini. Mengingat rumah Evan yang jauh dari keramaian, jika mereka memang memiliki penembak jitu, mereka setidaknya harus mengetahui letak musuh mereka dengan jelas terlebih dahulu sebelum mereka bisa memiliki kesempatan untuk menembak. Anggaplah salah satu pelayan Evan berkhianat dan memberi tahu para
Sambil terhuyung-huyung, Kevin akhirnya berhasil bangkit juga setelah mereka selesai dengan persiapan mereka. Baik Kevin maupun Maya dengan hati-hati beranjak keluar dari ruangan, setelah keduanya memastikan bahwa lingkungan di sekitar mereka masih aman terkendali. "Ikuti aku," ujar Kevin sambil berbelok ke arah tangga yang menghubungkan antara lantai dua dan lantai tiga tempat Evan berada saat ini. Namun pria itu kembali berhenti saat Maya tidak mengambil belokan yang sama dengannya. Gadis itu berhenti di depan pintu, saat dia malah memperhatikan arah lain dengan ekspresi serius. "Seperti yang aku pikirkan, aku tidak bisa menunggu selama itu. Kamu pergilah untuk mengobati lukamu di kamar Evan. Hati-hati saja ketika membuka kamar mandi karena aku menyimpan tawanan di dalam sana. Aku akan menghabisi sisa pembunuh yang masih hidup. Bersembunyi saja tidak akan menambah peluang kita untuk tetap hidup."Alis Kevin berkerut ketika dia mendengar ucapan Maya. Pria itu mendekat untuk menceng
Ketika Maya berlari dengan seluruh kekuatannya untuk menjauhkan bom dari rumah Evan, gadis itu ditangkap tidak siap saat dia menerima tembakan dari arah yang tidak diketahui. Maya dengan cepat bersembunyi saat matanya menatap liar wilayah sekitar rumah Evan. Maya menatap cemas bom yang hanya memiliki waktu dua menit lagi untuk meledak, lalu mengumpat ketika otaknya bekerja keras untuk mencari jalan keluar dari situasi gentingnya saat ini. Jika Maya memaksakan untuk menjauh dari rumah Evan, penembak jitu itu pasti akan menembak mati dia dari arah yang belum bisa Maya ketahui. Namun jika dia hanya diam dan bersembunyi, bom yang dia bawa juga bisa menghancurkannya sampai berkeping-keping. Maya hampir saja kehilangan harapan, saat dia berhasil melihat kilapan singkat dari alat bidik senapan yang dipakai oleh penembak jarak jauh tersebut.Maya hanya bisa bertaruh saat ini. Senyumnya berubah pahit saat dia menyadari apa yang dia pertaruhkan dalam pikirannya. Tidak di kehidupan dulu maupun
Ketika polisi datang, mereka hanya bisa tercegang melihat pemandangan kacau yang ada di rumah terpencil terkenal milik Evan. Darah berceceran di mana-mana, sementara bekas bom terlihat mengerikan di salah satu sudut halaman besar rumah tersebut. Kemarin rumah itu terlihat seperti istana indah karena pernikahan Maya dan Evan. Namun di hari selanjutnya, rumah terpencil itu seperti baru saja dilanda perang besar yang hampir menghancurkan rumah indah tersebut. Hanya ada beberapa orang yang tersisa setelah polisi membereskan mayat-mayat yang tertinggal. Baik Evan, Kevin, maupun Maya ditanyai tanpa terkecuali. Para polisi yang mendengar penjelasan ketiganya antara percaya dan tidak saat mereka mendengarkan kesaksian masing-masing dari mereka. Beberapa polisi senang mendengarkan kabar gosip yang ada di kalangan atas. Dan baru kali ini mereka tahu, anak haram dari keluarga Max memiliki kemampuan bertarung yang sangat luar biasa, seakan gadis itu memang terbiasa berada dalam pertempuran. Jik
"Hah..."Seorang petugas polisi menghela napas panjang, saat dia menatap bercak darah yang menggenang di bawah kakinya. Menurut informasi, penyerangan ini terjadi tepat di hari pernikahan pemilik rumah. Seakan tidak bisa mencari hari lain, para pembunuh itu benar-benar menghancurkan rumah Evan di hari yang spesial itu. Bahkan saat polisi memeriksa ruangan-ruangan lain, mereka masih bisa menemukan setumpuk hadiah masih ada di salah satu kamar tanpa tersentuh sedikit pun. Menurut Nina, kepala keuangan pelayan yang ditinggalkan di rumah ini untuk membantu proses penyelidikan mereka, hadiah itu seharusnya dibuka oleh Maya setelah pesta selesai. Namun karena Evan sakit, hadiah itu jadi ditinggalkan sebelum Maya bisa melihatnya. Kejutannya gagal, dan rumahnya diserang oleh orang-orang asing di malam pernikahan mereka. Polisi itu benar-benar bersimpati, pada nasib buruk yang lagi-lagi menimpa Evan. Mungkin benar kata-kata yang menyatakan, bahwa orang kaya belum tentu hidupnya bahagia. Tida
"Hah... Rasanya bosan sekali jika aku tidak bisa berolahraga di tempat sebaik ini..."Maya bergumam dengan nada murung saat gadis itu menatap sedih halaman indah di depan villa Evan. Rencana Maya untuk berolahraga seperti biasa di pagi hari langsung hancur saat Evan bersikeras mencegahnya untuk keluar dari rumah dan beristirahat saja selama beberapa hari. Maya telah memaksakan tubuhnya terlalu jauh dalam penyerangan yang terjadi di rumahnya. Dokter menyarankan bahwa Maya tidak terlalu memaksakan tubuhnya dulu untuk beberapa minggu. Gadis itu bahkan masih menggunakan penyangga untuk menopang bahunya yang mengalami dislokasi. Namun dengan wajah bersemangat, gadis itu sudah ingin lari lagi saja pagi ini. Tampaknya makanan ajaib yang Maya buat telah membuat gadis itu menganggap luka di tubuhnya sendiri bukanlah masalah yang besar. Mata Evan berubah kusam, saat perasaannya benar-benar rumit saat dia berpikir ke arah sana. Namun bagi Maya yang terbiasa hidup dalam bahaya, gadis itu hanya
Setelah Maya memperhatikan lingkungan di sekitarnya dengan seksama, Maya tiba-tiba menyadari sesuatu ketika dia kembali menatap Evan yang ada di sebelahnya. "Aku menyadari satu hal semenjak kita memasuki villa ini. Tempat ini, terlihat sangat indah dan nyaman Evan. Tempat ini memang tidak sehebat rumahmu di pinggir kota. Namun suasana di tempat ini, terasa jauh lebih hangat bukan?" komentar Maya tulus. Tidak seperti rumah Evan yang dingin dan besar di kota, villa di pedesaan ini dibuat simpel dan mengutamakan kehangatan dalam pembuatannya. Hanya dengan berada di sana saja sudah cukup untuk membuat Maya tahu, bahwa Evan pasti memiliki banyak kenangan indah di tempat hangat semacam ini. Mungkin... Jika Maya juga bisa kembali ke dunia lamanya tanpa zombie, Maya juga akan merasakan perasaan nostalgia yang sama ketika dia mengunjungi rumah kecil keluarganya yang terletak di desa. Melihat tatapan Maya yang tiba-tiba berubah rumit, Evan berhenti menjalankan kursi rodanya dan fokus untuk m
Setelah diyakinkan oleh Evan, suasana hati Maya membaik dengan pesat sampai gadis itu tidak keberatan untuk membalas sapaan orang-orang yang ditunjukan padanya. Sepanjang acara Maya tersenyum, menyebarkan aura positif yang juga memengaruhi Evan yang semula sedikit kesal karena gadis-gadis penggosip tersebut. Di bawah hiburan Maya, Evan akhirnya memiliki wajah yang lebih bersahabat saat mereka memasuki ruang bioskop sambil berpegangan tangan. Keduanya duduk di bangku yang telah disiapkan. Evan mengusap tangan Maya pelan, saat dia berbisik lagi pada gadis itu. "Kamu bisa memberi tahuku kapan pun kamu merasa jika film ini mulai membuatmu tidak nyaman. Ingat, kebahagiaanmu adalah prioritasku saat ini."Maya tersenyum saat dia membalas bisikan suaminya. "Aku mengerti. Terima kasih, Evan," ucapnya dengan tulus. Evan mengangguk untuk membalas ucapan istrinya tersebut. Wajahnya sangat lembut, ketika dia menatap wajah istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Setelah semua tamu memasuki ruangan
Ketika waktunya telah tiba, Maya pergi ke tempat pemutaran perdana itu dengan Evan dan seorang supir. Karena mereka harus bersiap sebelum waktu kerja Evan habis, Kevin terpaksa tidak bisa menemani mereka untuk menyelesaikan tugas yang ditinggalkan oleh Evan. Melihat Kevin bekerja keras, Maya tanpa sadar merasa kasihan dan mulai bercanda bahwa Evan harus memberi Kevin apresiasi atas apa yang pria itu lakukan untuk mereka selama ini. Namun tanpa disangka, Evan benar-benar mengangguk untuk menanggapi ucapannya itu. Hanya ketika mereka telah berada di mobil, Evan akhirnya buka mulut tentang maksud dari anggukannya tersebut. "Aku berencana memindahkan dua puluh lima persen kekayaan keluargaku atas namanya. Aku sebenarnya ingin memberi lebih banyak. Namun melihat kepribadiannya, dia pasti akan marah jika aku memberinya terlalu banyak. Aku belum membicarakan tentang pemindahan kekayaan ini padanya. Aku ingin meminta pendapatmu terlebih dahulu. Apa kamu keberatan jika aku melakukannya, Maya?
[Kebangkitan Pewaris Tunggal Keluarga Orlando.]Maya membaca berita itu dengan alis sedikit berkerut. Bukan isi beritanya yang kali ini membuatnya kesal. Namun komentarnya, benar-benar membuat Maya kesal saat gadis itu membacanya satu per satu. Ketika Evan sakit, semua orang menilai kisah cinta mereka dengan cara yang relatif negatif. Sebagian menganggap Maya hanya menikah demi kekayaan Evan. Sementara yang lain, merasa kasihan karena Maya harus menikah dengan pria sekarat seperti Evan. Hanya sedikit orang yang benar-benar tulus mendoakan kebahagiaan hubungan mereka. Namun ketika berita kesembuhan Evan telah menyebar, orang sepertinya mulai berlomba-lomba menghapus komentar mereka yang sebelumnya dan mulai memuji mereka sebagai pasangan paling bahagia di muka bumi. Beberapa bahkan mengaku mengenalnya atau Evan, dan memuji keserasian mereka walaupun aslinya Maya tidak mengenal orang-orang itu. Sekarang Maya tahu mengapa Evan begitu terisolasi dari dunia luar selama ini. Di masa ketik
Begitu mereka sampai di rumah sakit, Diana sudah selesai diperiksa dan tengah beristirahat di ruang rawat bersama dengan teman-temannya. Kejadian itu tampaknya terlalu mengejutkan untuk gadis-gadis muda itu, hingga tidak ada yang bicara sampai Maya masuk ke dalam ruangan bersama dengan Evan dan juga Kevin. "Maaf kami datang terlambat. Bagaimana keadaan kalian saat ini?"Mata Diana langsung memerah saat dia ingat Maya lagi-lagi telah menyelamatkan nyawanya. Maya yang sadar dengan perasaan Diana segera menghampiri gadis itu. Maya membiarkan Diana memeluknya erat, sebari menangis sementara dia sendiri berusaha menenangkan Diana dengan mengelus punggungnya dengan lembut. "Tidak apa-apa. Kamu sudah aman sekarang..."Maya berbisik pelan sementara matanya menatap Evan dan Kevin yang diajak keluar oleh dua teman Diana. Maya tahu keduanya kemungkinan besar akan membicarakan tentang hasil pemeriksaan Diana atau sekedar memberi Diana ruang untuk menumpahkan perasaannya. Ya mana juga baik-baik
"Kalau begitu, Saya harap kalian bersedia mendengarkan saran dari Saya."Sementara Maya tengah berlari ke mana-mana untuk mencari Diana, Evan dan Kevin baru saja selesai bicara dengan para petinggi universitas dan sedang diantar untuk keluar dari ruangan. Mereka baru saja hendak membuka pintu, saat kepala keamanan universitas masuk dengan tergesa-gesa sampai hampir saja menabrak Evan yang berada di depan pintu. "Gawat Pak, seseorang baru saja berkelahi di dalam gudang!"Wajah orang-orang memerah karena malu saat kepala keamanan itu melaporkan masalah ketika Evan dan Kevin masih ada di ruangan itu. Mereka baru saja berjanji akan meningkatkan keamanan di dalam lingkungan universitas. Dan sekarang, seseorang malah melaporkan bahwa baru saja terjadi pertengkaran di lingkungan kampus. "Apa yang kamu katakan? Jika para mahasiswa mulai berselisih lagi, kamu bisa membawanya kemari tanpa menimbulkan keributan yang tidak perlu!"Rektor universitas memarahi sebelum Evan atau Kevin semakin menc
Di tempat lain, Diana kembali jatuh dengan keras saat seseorang menendangnya tepat di bagian perut. Temannya Evelyn dan Josephine, hanya bisa menangis saat keduanya ditahan oleh anak-anak lain agar tidak bisa membantu Diana. Sejak Diana datang ke kampus, gadis itu sudah tidak dapat menghitung berapa banyak cacian yang sudah dia dapatkan hari ini. Namun perlakuan yang dia terima dari kakak tingkatnya ini, merupakan yang terparah dari semua orang. Ketika Diana tiba di kelasnya, dia tiba-tiba saja diseret keluar oleh orang-orang kuat ini. Pakaian indah pemberian ayahnya sudah kacau karena kotoran dan sampah yang sebelumnya dilempat ke tubuhnya. Diana menatap tanah dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu, ini merupakan hukumannya karena memiliki ayahnya yang sudah menghancurkan kehidupan banyak orang dengan tindakannya. "Ya ampun, lihatlah. Putri terhormat Tuan Anton yang luar biasa tampak seperti kotoran berjalan saat ini."Anak-anak lain tertawa saat salah satu dari mereka menghina Diana sa
"Diana memberi tahumu bahwa dia akan kembali masuk kuliah? Bagus kalau begitu. Aku akan bertemu dengan kalian di universitas nanti.""Ah, masalah universitas biar aku saja yang menangani. Katakan saja pada Diana untuk fokus menjalani studinya." "Tidak, aku hanya melakukan apa yang memang seharusnya aku lakukan sebagai keluarga. Terima kasih karena telah memberi tahuku. Sampai bertemu di kampus nanti."Evan menyaksikan saat Maya asik menelepon salah satu kenalan Diana. Setelah acara pemakaman yang dilangsungkan kemarin, Maya akhirnya yakin dia akan memulai kuliahnya pada hari ini. Gadis itu sudah siap untuk berangkat kuliah, saat salah satu teman Diana menelepon istrinya itu. "Diana akhirnya bersedia menghadiri kuliahnya lagi?" tanya Evan penasaran. Maya mengangguk. "Ya. Diana memberi tahu teman-temannya bahwa dia sudah siap masuk kuliah lagi hari ini. Aku pikir pertemuan kemarin benar-benar berhasil membuatnya lega. Aku berencana untuk menemuinya di kampus nanti. Sejak kemarin, kita
"Apa menurutmu Evan akan datang? Ini memang pemakaman pamannya. Namun orang yang mengaku sebagai pamannya ini telah membunuh orang tuanya bahkan hampir membunuh istrinya juga tidak lama ini. Aku sebenarnya tidak yakin dia akan benar-benar datang.""Ah ya... Namun aku sendiri tidak pernah menyangka Tuan Anton yang terlihat baik dan lembut sebenarnya..."Diana mendengarkan bisikan demi bisikan itu dengan bibir yang tertutup rapat. Ini jelas merupakan hari pemakaman ayahnya. Namun hampir semua tamu undangan, hanya datang untuk menjelekan ayahnya dan menertawakan keluarganya secara diam-diam. Hampir semua orang sudah tahu bahwa Anton merupakan seorang penjahat sekarang. Karena keluarganya telah jatuh, Diana tahu beberapa orang sengaja datang hanya untuk menertawakan penderitaan mereka. Kebanyakan dari mereka merupakan saingan ayahnya di masa lalu. Atau seseorang yang berusaha menjilat Evan, dengan membenci Anton secara terang-terangan. Karena terdapat banyak tamu tidak diundang dalam aca
"Nah, kamu sudah tampan sekarang."Evan diam-diam mencuri ciuman di pipi istrinya ketika Maya selesai membantunya untuk bersiap. "Kamu juga sangat cantik," bisiknya pelan saat dia melihat Maya yang menggunakan pakaian hitam serasi dengannya. Mereka akan menghadiri acara pemakaman Anton sore ini. Evan melakukannya demi sang bibi dan Diana, sekaligus sebagai awal kemunculan resminya dengan tubuh yang sudah sembuh. Selain Anton, sebagai pebisnis, Evan juga memiliki banyak musuh yang memanfaatkan sakitnya untuk mencuri beberapa proyek perusahaannya. Evan akan muncul untuk memberi mereka peringatan. Bahwa keluarganya belum hancur. Dan dia, tidak mati seperti yang diinginkan oleh orang-orang itu. "Apa kamu yakin ingin ikut denganku saat ini? Sejak kamu diterima di universitas, kamu belum juga datang untuk menghadiri kelas pertamamu. Dan sekarang... Kamu harus menunda waktu studimu lagi demi menemaniku."Maya tertawa ketika dia mendengar kekhawatiran yang dirasakan suaminya itu. "Mari kita