Sherry menatap punggung Miana yang berjalan pergi dan mendesah panjang.'Padahal hamil anak kembar, tapi kehilangan salah satunya.''Entah bagaimana Mia menjalani hari-harinya selama beberapa tahun ini.'Sherry merasa sedih untuk Miana.Miana yang sudah tiba di atas, dengan pelan membukan pintu kamar Nevan.Di dalam kamar, Nevan sedang duduk di atas karpet sambil menatap laptop yang layarnya dipenuhi bahasa pemrograman.Miana tidak langsung masuk, melainkan mengangkat tangannya dan mengetuk pintu.Mendengar suara ketukan, Nevan segera menutup laptopnya dan melihat ke arah Miana sambil tersenyum cerah. "Ibu mencariku ada perlu sesuatu?"Miana menyadari kepanikan kecil di wajah Nevan, tetapi tidak mengungkapkannya."Bibi Amanda mengundang kita makan bersama, cepat siap-siap," ujar Miana sambil melirik laptop yang tergeletak di lantai.'Apa yang dilakukan anak ini tadi?'Nevan segera bangkit, berlari, dan melompat ke pelukan Miana. Dia menatap Miana dengan mata berbinar seperti bintang di
"Dia cubit pipi aku, menarik tanganku dengan kuat, dan juga meneriaki aku. Pokoknya, dia sangat galak," ujar Nevan sambil menunjuk pipinya dan mengangkat pergelangan tangannya untuk menunjukkannya kepada Miana. "Bukankah Ibu sudah tahu sebelumnya?"Mendengar itu, Miana baru teringat insiden kecil di bandara. Giyan sudah pergi menyelidikinya, tetapi belum mengabarinya.'Mungkinkah Giyan nggak berhasil menyelidiki siapa orang itu?'"Tapi, aku sudah membalas perbuatannya. Bu, aku nggak mencelakainya, hanya memberinya peringatan agar nggak mengganggu gadis kecil itu lagi!" lanjut Nevan dengan bangga.Miana memelototi Nevan. "Apa yang sudah kamu lakukan?""Aku hanya memasang sesuatu di ponselnya, yang akan selalu mengingatkannya untuk nggak menindas orang lain!" ujar Nevan dengan senyum lebar.Mendengar itu, Miana tidak bertanya lebih lanjut.Meskipun Nevan masih kecil, dia tahu batasan dan tidak akan sembarangan menindas orang lain.Nevan hanya memberi peringatan setelah wanita itu meninda
Ibu menjadi terhormat karena anaknya."Kamu ingin hamil, jadi kamu terus bertemu pria? Kalau kamu hamil anak orang asing, begitu lahir, semua orang akan tahu bahwa anak itu bukan anak Henry!" Felica mendengkus dingin. "Anak kampungan memang nggak punya otak! Kalau kamu terus bodoh seperti ini, aku hanya bisa menganggapmu sebagai pion yang dibuang! Jangan datang menangis padaku nanti!""Tapi, bukankah kamu menyuruh Rania memanggilku 'Mami'? Kalau aku menghilang, dia pasti akan mencariku!" Celine panik hingga berbicara dengan tidak jelas.Felica memandang Celine dengan jijik. "Rania adalah anak Henry, meskipun dia baru berusia tiga tahun, kamu mungkin nggak bisa mengalahkannya!""Bagaimanapun juga, aku sudah menjadi ibu Rania selama tiga tahun. Kalau aku tiba-tiba menghilang, orang lain pasti akan merasa aneh! Selain itu, Kakek juga akan menanyakannya!" Celine takut Felica akan membuangnya, jadi dia berusaha keras mencari alasan."Bagaimana Rania datang, hanya langit, bumi, kamu, dan aku
Celine menatap Pram yang tampak panik, mengernyit, dan bertanya, "Kamu membawa wanita ke rumah lagi, ya?"'Sudah tua, tapi sepanjang hari hanya memikirkan hal-hal di atas ranjang.''Sungguh menjijikkan!'Pram merasa malu dan marah karena ketahuan. "Celine, apa yang kamu bicarakan!"Celine masih kesal setelah dimarahi oleh Felica. Saat ini, melihat sikap Pram terhadapnya seperti itu, dia langsung marah, dan melemparkan tasnya ke wajah Pram."Kalau kamu nggak bisa mengendalikan dirimu, aku akan menyeretmu ke rumah sakit dan menjadikanmu kasim! Dengan begitu, kamu nggak akan memikirkan hal-hal itu lagi!" teriak Celine penuh dengan amarah.Jika bukan karena Pram menghabiskan uang untuk menghidupi wanita dan anak haram, Grup Senora tidak akan bangkrut.Kening Pram terluka dan berdarah karena tas yang dilempar Celine. Kata-kata Celine membuat amarah di hati Pram seketika melonjak. Dia langsung menarik rambut Celine, lalu menamparnya dengan keras. "Beraninya kamu bicara kasar seperti itu deng
Selama tiga tahun ini, Evina sering teringat bahwa dia dulu sering memukul dan memarahi Miana, pasti sangat menyakitkan!Bagaimana Miana bisa bertahan hidup setelah bertahun-tahun dipukul dan dimarahi mereka?Setiap kali Evina memikirkan hal tersebut, dia merasa sangat sedih.Keadaannya sekarang, bisa dianggap sebagai hukuman dari Tuhan.Karma!"Bu, kamu bisa bicara?" Mata Celine memerah, suaranya bergetar hebat."Ya." Meski hanya satu kata, sangat sulit bagi Evina untuk mengatakannya."Kamu dipukul olehnya?" tanya CelineSebenarnya dia sudah tahu jawabannya.Namun, dia tetap bertanya."Biarkan dia memukulku, lagi pula hidupku penuh dosa." Setiap kali Pram memukulnya, Evina selalu merasa telah mengurangi satu utang pada Miana.Sayangnya, Miana sudah meninggal, dan tidak akan pernah tahu penyesalannya."Aku akan mencari perhitungan dengannya!" seru Celine sambil mengepalkan tangannya, ekspresinya terlihat sangat marah.Evina menggeleng pelan dan berkata, "Nggak perlu, aku nggak apa-apa.
Henry tiba-tiba tidak bersuara.Celine merasa cemas.'Henry nggak akan mengabaikanku, 'kan?'"Henry ...."Celine memanggil lagi.Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk bisa dekat dengan Henry.Setelah itu, dia akan mencari cara untuk tidur dengan Henry dan berharap segera hamil anak Henry."Aku akan mengirim Wiley untuk mengurus semuanya," ujar Henry dengan suara dingin, lalu bersiap untuk menutup telepon."Henry, nggak bisa kamu yang datang?" Celine masih belum menyerah."Rania demam, sekarang lagi di rumah sakit. Dia bukan demam setelah pulang, 'kan? Kenapa kamu nggak beri tahu aku kalau dia sedang demam?" Suara Henry terdengar menjadi lebih tegas.Celine panik. "Apa? Rania demam? Aku nggak tahu!"Dia sibuk bertemu pria selama di luar negeri, dan Rania diasuh oleh pembantu.Karena itulah dia sama sekali tidak tahu kondisi Rania.Menyadari pertanyaannya bisa menimbulkan kecurigaan, dia segera menambahkan, "Beberapa hari lalu dia memang demam, dan aku sudah membawanya ke rumah sak
Saat Celine mulai mengerti pada masa kecilnya, dia sering kali mendengar ayahnya berbicara tentang rencana mengirimnya ke keluarga lain dan memiliki anak laki-laki baru. Ibunya tidak setuju dengan rencana itu, jadi ayahnya marah pada ibunya.Sejak saat itulah dia tahu betul bahwa hanya salah satu dari mereka, dia atau Miana, yang bisa tetap tinggal di rumah.Pada usia lima tahunnya, dia mencari pedagang manusia untuk menjual Miana.Walaupun usianya baru lima tahun, kecerdasannya sangat mengesankan. Setelah bernegosiasi dengan pedagang manusia, dia dengan senang hati membawa Miana ke lokasi yang sudah ditentukan.Namun, pada saat itu, dia hanya pergi ke toilet sebentar, dan ketika kembali, dia mendapati Miana sudah tidak ada.Karena tidak bisa menangkap Miana, pedagang manusia akhirnya membawanya pergi. Sejak dia dibawa pergi, kehidupannya yang bagaikan mimpi buruk pun dimulai.Itulah sebabnya dia sangat membenci Miana selama bertahun-tahun.Dia bahkan berpikir bahwa sejak awal Miana su
Pram sangat ketakutan sekarang.Celine baru berusia lima tahun pada saat itu, tetapi sudah bisa memikirkan ide yang begitu jahat."Jangan khawatir, nasibmu akan lebih buruk daripada Miana!"Mendengar itu, Pram langsung pingsan karena sangat ketakutan.Celine hanya menatap Pram dengan ekspresi jijik.'Begini saja sudah pingsan.'"Aku ... aku hanya dipanggil oleh ayahmu untuk melayaninya, aku nggak tahu apa-apa!" Wanita itu buru-buru menjelaskan.Celine berjalan mendekat, menginjak kaki wanita itu sambil berkata, "Kamu sungguh rendahan!"Wanita itu suka melakukannya, bahkan tidak keberatan melakukannya dengan beberapa orang sekaligus.Celine merasa jijik terhadap wanita yang melakukan prostitusi.Pada saat ini, bel pintu berbunyi.Celine segera menarik kakinya, merapikan pakaiannya, lalu berjalan menuju pintu.Melihat wajah Wiley di layar interkom, dia segera masuk kembali untuk mengambil pisau dan menyayat kakinya sendiri. Setelah itu, dia berjalan ke pintu dengan menyeret kakinya yang
Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan
Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m
Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera
Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan
Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl
"Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"
Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva
Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M
Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,