Miana mengangguk dan berkata, "Ya, aku mengerti. Pergilah, aku masuk dulu."Sherry berbalik dan berjalan beberapa langkah, lalu kembali untuk memeluk Miana lagi dan berkata dengan tergesa-gesa, "Mia, aku minta bantuan dia agar kamu bisa pindah ke rumah sakit lain. Dengan begini, kamu nggak perlu khawatir ada orang menyelinap ke kamar inap untuk mencelakaimu lagi!"Setelah mengatakan itu, Sherry langsung berlari pergi.Miana menatap punggung Sherry dengan mata yang seketika merah berkaca-kaca.Padahal Sherry sudah susah payah melarikan diri dari pria itu. Sekarang, Sherry kembali mencari pria itu demi dirinya.Miana sudah dewasa, tentu saja tahu transaksi apa yang telah disepakati mereka.Sherry bodoh!....Rumah Sakit Tresna, di kamar inap VIP.Wajah Janice masih bengkak, tampak agak menyedihkan.Racun ular di tubuhnya sudah dibersihkan, tetapi tubuhnya masih tidak bertenaga.Selama dua hari ini, dia khawatir terjadi sesuatu pada bayinya karena perutnya terasa tidak nyaman.Dia menyala
Mendengar itu, Janice terkejut dan refleks menggenggam erat seprai.'Bukankah Henry dan Miana nggak akur?''Kenapa Henry membelanya!''Miana pasti diam-diam menggoda Henry di belakangku!''Dasar nggak tahu malu!'"Kamu sekarang perlu banyak istirahat. Setelah sembuh baru boleh keluar rumah sakit. Aku sudah bilang pada Ibu, kamu akan tinggal bersamanya. Aku nanti akan mencari ahli gizi dan perawat, jadi kamu nggak perlu khawatir," ujar Henry, lalu berbalik hendak pergi.Akhir-akhir ini perusahaannya sangat sibuk.Ada tender pemerintah yang harus dikejar.Perusahaan cabang luar negeri juga sedang mempersiapkan penawaran umum perdana."Henry, aku nggak ingin tinggal bersama Ibu, bisakah aku tinggal sendiri?" Dia benar-benar tidak ingin tinggal dengan Felica.Lagi pula, Felica bukan orang yang mudah dibodohi.Seiring berjalannya waktu, dia khawatir Felica akan tahu.Di samping itu, bayi di dalam perutnya ....Bukanlah anak Zeno!Mendengar itu, Henry menoleh dan bertanya, "Kenapa?"Henry in
Tentu saja dia tidak berani mengatakan pemikirannya itu kepada Henry.Setelah kembali ke ruang kantornya, Wiley menutup pintu dan menelepon Giyan.Selesai menelepon, dia menghela napas lega dan pergi ke ruangan Henry untuk melapor.Dia segera kembali melakukan pekerjaannya setelah memberikan laporannya.Gajinya memang tinggi setiap bulan, tetapi intensitas pekerjaannya juga besar. Dia harus selalu siap sedia dua puluh empat jam sehari.Dia sibuk dan lelah. Akhir-akhir ini, karena emosi Henry sedang tidak stabil, dia sering lembur sampai larut malam. Gara-gara ini, rambutnya rontok banyak. Dia sekarang khawatir mungkin sebelum umur tiga puluh, dia sudah akan botak.Saat jam makan siang tiba, dia langsung menghentikan perkerjaannya, mematikan komputer, lalu pergi ke kantor CEO."Pak Henry, apakah sekarang kita bisa pergi?"Giyan sudah reservasi ruang VIP di sebuah restoran untuk bertemu pukul dua belas siang. Sebelumnya, pihak Giyan sudah menelepon untuk memberi tahu lokasi dan waktu ber
Perkataan Henry itu seketika membuat Giyan merasa kesulitan untuk bernapas, bahkan tangannya yang sedang memegang cangkir refleks mengerat.Henry dapat mengembangkan Grup Eskaria menjadi salah satu dari 500 perusahaan top dunia dan masuk dalam daftar Forbes dalam beberapa tahun tidak mungkin tanpa taktik.Orang seperti Henry, berdarah dingin dan kejam, jadi jangan berharap dia memiliki belas kasihan.Dengan bersama dengan orang seperti Henry, Miana sudah menderita. Jika Henry melampiaskan kemarahannya terhadap dia kepada Miana, Miana akan makin menderita.Hanya memikirkannya saja sudah membuat hatinya sakit hingga sulit bernapas.Bagaimana dia tega membiarkan Miana menanggung penderitaan seperti itu!Setelah mengatur napasnya, Giyan pun bertanya, "Apa yang Pak Henry inginkan?"Melihat Giyan tampak menderita, Henry merasa gelisah!Giyan begitu menderita karena istrinya!Giyan benar-benar mencintai Miana!"Kudengar Grup Ferno juga ikut dalam tender proyek pemerintah yang akan berlangsung
Miana mengatupkan bibirnya sejenak dan berkata, "Bagaimana kalau sekarang aku temani Bibi makan siang?"Yang meneleponnya adalah ibu Giyan, orang yang pernah memberinya banyak kasih sayang.Miana selalu menyukai dan sangat berterima kasih pada Yunita.Namun, karena berbagai alasan, mereka sudah lama tidak saling menghubungi.Yunita tiba-tiba meneleponnya pasti ada sesuatu yang ingin dibicarakan."Kamu ingin makan apa? Bibi akan reservasi tempat," tanya Yunita dengan suara lembut, seakan-akan berbicara terlalu keras akan mengganggu Miana."Aku ingat Bibi suka makanan pedas asam, bagaimana kalau di restoran di Jalan Iskandar?" Miana dulu sering makan di rumah keluarga Ferno, jadi tahu betul apa yang disukai setiap anggota keluarga Ferno."Sudah begitu lama nggak bertemu, kamu masih ingat saja! Oke, kita makan di restoran di Jalan Iskandar," ujar Yunita dengan santai. Dari nada suaranya, samar-samar dapat terasa rasa senangnya.Yunita benar-benar menyukai Miana, juga ingin Miana menantuny
Mendengar suara Miana, Yirana segera berbalik.Dia refleks bertanya kepada Miana yang masuk dari pintu, "Bukankah kamu sudah pergi? Kenapa kembali lagi!"Miana berjalan ke meja kerja, mengambil kamera tersembunyi dari pot bunga di atas meja sambil berkata, "Aku melihatmu datang, tentu saja harus kembali!""Kamu memasang kamera di meja kerjamu?" Yirana segera menoleh ke Amanda dan berseru, "Lihatlah! Dia mengawasimu! Dia sama sekali nggak percaya padamu!"Amanda tertawa kecil dan berkata, "Itu meja kerja Kak Miana, jadi dia berhak meletakkan apa pun yang dia mau! Jangan coba-coba mengadu domba kami!"Akhir-akhir ini, orang-orang di firma hukum memiliki motif tersembunyi untuk memperoleh keuntungan pribadi.Satu-satunya orang yang dia percayai adalah Miana.Dia akan selalu mendukung apa pun keputusan Miana!"Yirana, kamu sudah dicepat, jadi jangan pernah berpikir punya kesempatan menggunakan kantorku!" ujar Miana sambil tersenyum, lalu mengeluarkan ponsel dan menelepon Henry.Yirana meny
"Nona Miana, ayo jalan, Nyonya sudah menunggumu," ujar Bibi Wita dengan suara kecil kepada Miana.Bibi Wita telah melayani Yunita selama lebih dari dua puluh tahun, tetapi tidak bisa memahami mengapa suasana hati Yunita hari ini begitu buruk."Oke, ayo jalan," sahut Miana.Bibi Wita kemudian memimpin jalan dan mengantarnya masuk.Yunita adalah orang yang lembut, temperamen Giyan juga mirip dengannya.Saat kecil, Miana sering bersama Yunita, tahu bahwa Yunita menyukainya.Setelah jatuh cinta pada Henry, dia jarang menemui Yunita lagi. Hal in membuat dia selalu merasa bersalah atas kebaikan Yunita selama ini.Selama tiga tahun setelah menikah dengan Henry, dia juga tahu Giyan menghilang, tetapi tidak pergi ke rumah keluarga Ferno untuk menanyakan kabar Giyan.Dia sengaja menjaga jarak dengan keluarga Ferno.Tidak hanya karena keluarga Senora mengawasinya, tetapi juga karena dia tidak ingin Henry tahu tentang hubungannya dengan keluarga Ferno. Henry bukanlah orang yang baik hati. Dia khaw
Setelah melihat reaksi Miana, Yunita merasa Miana tidak sedang berbohong.Jika Miana tidak tahu masalah tersebut, lalu mengapa kedua orang itu bertemu?"Setelah makan, aku akan ke rumah sakit untuk menjenguknya." Miana menuangkan teh untuk Yunita, lalu bertanya dengan lembut, "Bibi sudah memesan makanan? Kalau belum, aku akan pesan sekarang.""Ya, kamu yang pergi pesan saja," ujar Yunita sambil lambaikan tangannya.Miana berdiri dan berjalan keluar.Sambil menatap punggung Miana, Yunita mengernyit, hatinya masih gelisah.Dia sangat mengenal putranya. Meskipun di luar tampak lembut, sebenarnya sangat keras kepala. Setelah bertahun-tahun, putranya masih menyimpan perasaan pada Miana.Dia khawatir putranya akan melakukan hal yang berlebihan demi Miana.Tiga tahun lalu, ketika berita Miana tidur dengan Henry tersebar, jika bukan karena tiba-tiba pingsan, putranya itu pasti akan membawa kabur Miana.Mungkin seumur hidup tidak akan kembali ke Kota Jirya.Selama tiga tahun putranya berobat di
"Oke, aku akan telepon Ibu nanti," ujar Giyan dengan senyuman yang makin lebar.Miana bersedia bertemu dengan orang tuanya, dan hal itu tentu membuat Giyan senang, meskipun mereka sudah sering bertemu dalam dua puluh tahun terakhir.Namun, hubungannya dengan Miana kini berbeda dari yang dulu."Pergilah ke kantor sekarang. Setelah urusanmu selesai, kita bisa pulang lebih cepat," ujar Miana sambil mendorong Giyan keluar.Miana merasa sangat santai ketika bersama Giyan, karena dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu berusaha terlalu keras.Ketika mereka turun ke bawah, Nevan sedang duduk di atas matras bermain, dengan serius menyusun Lego.Giyan menunduk dan mencium kening Miana, lalu berkata lembut, "Aku pergi ke kantor dulu, nanti setelah pulang kerja aku akan menjemput kalian."Miana mengangguk, tersenyum sambil berkata, "Ya, kami tunggu kamu pulang!"Giyan berdeham sebelum memanggil, "Nevan, Ayah pergi kerja dulu, kamu bermainlah dengan baik bersama Ibu di rumah!"Nevan segera me
"Mia, apa yang terjadi?" tanya Giyan, mempercepat langkahnya ke arah Miana, lalu duduk di sampingnya.Miana menoleh, mendesah panjang sebelum berkata, "Rekening luar negeri Nevan tiba-tiba bertambah empat ratus miliar. Setelah aku cek, ternyata uang itu berasal dari perusahaan Grup Eskaria!"Anak nakal itu benar-benar hebat!Setelah mendengar itu, Giyan langsung mengerti apa yang telah terjadi.Giyan menutup laptop Miana, tersenyum, dan berkata, "Dulu ada kamu yang bekerja gratis untuk memperkuat firewall perusahaan. Sekarang, tanpa kamu, keamanan sibernya bahkan bisa diserang oleh anak tiga tahun seperti Nevan. Ini hanya menunjukkan betapa tidak bergunanya Departemen TI Grup Eskaria!"Miana tertawa dan merespons, " Nevan yang menyuruhmu datang untuk menghiburku? Anak nakal itu benar-benar pintar!""Dia khawatir kamu marah dan sakit, tapi nggak tahu bagaimana cara menghiburmu, jadi aku yang menawarkan diri untuk melakukannya!" Giyan baru merasa tenang setelah melihat senyum di wajah Mi
"Baik, baik, segera kirimkan nomornya padaku!" Eddy menutup telepon dengan sangat bersemangat.Henry mengirimkan nomor ponsel Miana yang baru ditemukan oleh Wiley kepada Eddy.Sesaat setelah mengirim nomor tersebut, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.'Miana, aku nggak percaya kamu akan tega mengabaikan Kakek.'Pada saat ini, panggilan Rumordi datang."Henry, ada kabar baik dan kabar buruk, mau dengar yang mana dulu?" Suara Rumordi terdengar sangat bersemangat, seolah-olah menemukan sesuatu yang luar biasa."Kabar baik," jawab Henry tanpa berpikir panjang."Kabar baiknya, aku menemukan kalau CEO Grup Arca adalah Miana!" Ketika Rumordi menyebut nama Miana, wajah dingin Miana dengan aura kuat langsung terbayang dalam pikirannya."Apa?" Henry mengernyit.'Perusahaan yang selama dua tahun ini bersaing dengan Grup Eskaria dan merebut bisnis ternyata milik Miana?''Wanita ini, selama beberapa tahun, apa saja yang telah dia lakukan di belakangku?'"Sedangkan kabar buruknya adalah pr
"Bawa Nevan ke sini!"Kepala sekolah terkejut hingga tubuhnya gemetar sejenak.'Bagaimana Nevan bisa membuat marah pria kejam ini?''Ada dendam?'"Bu kepala sekolah, ... Pak Henry ingin bertemu dengan Nevan, apa yang harus kita lakukan?"Kepala sekolah tersadar, melihat ke arah guru yang berdiri di depannya, lalu menenangkan diri dan berkata, "Pergi lihat apakah Nevan sudah dibawa pulang oleh orang tuanya atau belum." Pada saat yang sama, dia mengedipkan mata kepada guru tersebut.Dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah di depan mata terlebih dahulu."Oh, baik, aku akan segera melihatnya!" Guru itu mengusap keringat dingin dan buru-buru pergi.Kepala sekolah merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk."Pak Henry, sore, saya adalah ...."Kepala sekolah ingin memperkenalkan diri, tetapi terhenti karena tatapan dingin yang dia rasakan membuat punggungnya seketika merinding.'Tekanan yang dipancarkan pria ini sangat kuat.''Pantas saja orang-orang di Kota Jirya secara diam-diam menjul
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere
Di taman kanak-kanak, Nevan selalu bersikap sangat baik dan patuh. Setelah makan siang, dia mulai tidur siang.Beberapa anak kecil menangis dan tidak mau tidur.Beberapa lainnya hanya bisa tidur sambil minum susu formula.Alhasil, tiga guru di taman kanak-kanak sangat sibuk.Saat para guru tidak memperhatikan, Nevan diam-diam meninggalkan kelas dengan tasnya.Dengan sinar matahari yang redup tertutup awan, menebarkan bayangan bercorak yang menambah suasana tenang dan misterius. Nevan berjalan sendirian di sekitar sekolah.Akhirnya, dia tiba di sudut terpencil yang terlupakan, dipenuhi semak-semak dan bunga liar yang tumbuh dengan gigih dari celah-celah, seakan menyambut kedatangannya.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Nevan dengan cepat melepaskan tas berat dari bahunya. Isinya bukan mainan, melainkan laptop yang sangat canggih.Dengan cekatan, dia menyalakannya, dan layar laptop langsung menyala dengan cahaya biru ungu yang mencolok.Konsentrasinya segera menjadi sangat t
"Aku mau merokok," jawab Farel.Perasaan sakit di hatinya tidak tertahankan.Miana mengangguk, membiarkan Farel pergi, lalu berjalan ke sisi ranjang. Ketika melihat kondisi Sherry, dia merasa sangat sedih hingga air mata pun mengalir. "Sherry!" panggilnya.Sherry juga menangis. "Mia, aku sekarang sudah cacat!""Nggak, kamu masih bisa berdiri dan berjalan seperti biasa, menjalani kehidupan normal!" Miana mencoba menenangkan."Aku nggak punya kaki lagi!" tangis Sherry. Walaupun nanti menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa lagi memakai rok pendek atau celana pendek seperti dulu. Hidupnya pasti akan lebih sulit."Sher ...." Miana memeluknya dengan erat, ada banyak yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil terucap.....Setelah bangun dan menyadari tidak ada orang di rumah, Nevan mencuci muka dan sikat gigi dengan tenang. Dia lalu mengambil roti dan susu dari kulkas, makan, dan naik ke atas untuk menyiapkan tas sekolahnya. Saat turun ke ruang tamu, dia terkejut