"Mia, aku sudah menemukan buktinya. Kamu sekarang di mana? Ayo kita bertemu," ujar Giyan dengan suara yang lembut.Miana tertegun sejenak sebelum balik bertanya, "Bukti apa?"Apakah bukti tentang kecelakaan mobil Janice?Namun, Miana tidak pernah memberi tahu siapa pun masalah tersebut.Bahkan, Sherry pun tidak tahu."Bukti kecelakaan mobil kakak iparmu."Seketika, Miana merasa sangat terkejut.Seperti yang dia tebak sebelumnya.Namun, bagaimana Giyan bisa tahu?"Jangan khawatir, bukti ini diperoleh melalui jalur resmi dan tanpa menggunakan cara ilegal." Giyan sangat memahami Miana, jadi segera menjelaskannya terlebih dahulu. Namun, mengenai cara apa yang dia gunakan dan bagaimana dia mendapatkannya, dia tentu tidak akan mengatakannya."Aku punya urusan penting yang harus ditangani sekarang, bisa tunggu aku menghubungimu kembali?" Miana sangat yakin, sekalipun dia memperlihatkan bukti tersebut kepada Henry sekarang, Henry tetap tidak akan percaya bahwa Janice yang melakukannya, hanya a
Miana menjawab sambil tersenyum, "Baik, Kek."Eddy pun pergi dengan perasaan puas.Dia tidak peduli apa yang dilakukan Henry. Selama itu membuat Miana Bahagia, itu sudah cukup.Setelah Eddy keluar dari kamar, Janice segera berkata, "Henry, kamu keluarlah dulu, aku ingin bicara dengan Miana berdua saja."Saat Henry ingin mengatakan sesuatu, Miana mendahuluinya, "Jangan keluar, kamu harus menjadi saksi!"Janice sangat licik. Jika nanti dia tidak mengakui bahwa Miana sudah meminta maaf, Henry pasti akan mencari perhitungan dengannya lagi.Mata hitam Henry menatap Miana.'Apa maksud wanita ini?'Miana merapikan rambutnya ke belakang telinga, berjalan dengan anggun mendekati ranjang rumah sakit Janice, lalu menatapnya dan berkata, "Aku minta maaf!"Sebelum masuk, dia pikir akan sulit untuk mengucapkan tiga kata itu, tetapi sekarang dia menyadari tidak begitu sulit.Cukup membuka mulut dan semuanya selesai.Janice mendongak menatapnya, wajahnya yang agak pucat masih ada bekas air mata, lalu
Henry menghentikan Janice yang hendak turun sambil berkata, "Sudah terluka masih saja bergerak-gera, berbaringlah dengan tenang! Lagi pula, kamu nggak salah, kenapa harus meminta maaf padanya!" Dari nada bicaranya, samar-samar dapat terdengar rasa prihatinnya.Miana memandang suaminya sedang merawat wanita lain dengan hati-hati, hatinya tentu saja sangat sakit, tetapi dia tidak mengatakan apa pun dan berbalik pergi.Melihat Miana hendak pergi, Janice segera mendorong Henry dan bergegas turun dari tempat tidur.Dia langsung berlutut di lantai, menatap punggung Miana dengan mata yang merah berkaca-kaca sambil berkata, "Miana, maafkan aku, semuanya salahku, nggak seharusnya aku memintamu untuk meminta maaf padaku! Kamu jangan marah pada Henry, oke?" Janice pun mulai menangis dengan tampak yang menyedihkan.Miana berhenti sejenak, mengernyit, mengabaikannya, dan terus berjalan ke depan.Janice sangat pandai berakting. Miana tidak ingin berdebat dengannya karena ada Henry di sini, jadi lebi
Henry mendengkus dingin dan berkata, "Aku sudah bilang, kandungannya nggak stabil, jadi kamu seharusnya mengalah padanya, jangan membuatnya marah. Kalau terjadi sesuatu pada anak di perutnya, lihat saja bagaimana aku akan memberimu pelajaran!"Tatapan Henry begitu dingin dan menakutkan, membuat tubuh Miana merinding, hatinya terasa sakit dan ingin menangis.Miana sedikit mendongak, menahan air matanya agar tidak mengalir. Ketika dia menatap Henry lagi, sudah tidak ada emosi apa pun yang terlihat dari matanya."Henry, pernahkah kamu menganggapku sebagai istrimu? Pernahkah kamu menghormatiku? Sudah tiga tahun aku menikah denganmu, tapi perlakuan yang kudapatkan lebih buruk daripada seorang wanita simpanan!" Miana tahu, tidak sedikit pria yang bermurah hati pada wanita simpanan mereka, memberikan bunga, perhiasan, mobil, rumah, bahkan membawa mereka ke acara sosial.Sementara dia, sama sekali tidak mendapatkan satu pun perlakuan spesial seperti itu.Henry menyipitkan matanya dan berkata,
Meskipun berpikir demikian, Miana juga tahu bahwa Kakek baru akan merasa tenang setelah meminta maaf padanya. Karena inilah Miana tidak menyangkal dan hanya mendengarkan.Sesampainya di firma hukum, Miana berpamitan dengan Kakek.Setelah mobil pergi, Miana berbalik dan melihat Yirana berdiri tidak jauh di belakangnya sambil tersenyum sinis."Wah, Bu Miana sungguh nggak pilih-pilih, bahkan mau berhubungan dengan seorang kakek-kakek!"Saat Miana turun dari mobil, dia melihat jelas Eddy yang duduk di dalam mobil. Dia pun berpikir bahwa Miana benar-benar tidak memiliki harga diri dan batasan hanya demi mendapatkan promosi dan uang.Bisa-bisanya Miana memiliki hubungan dengan kakek setua itu.Miana malas meladeni Yirana, langsung berjalan masuk.Setiap kali Yirana mencari masalah, Miana akan memarahi diri sendiri, mengapa dulu dia begitu bodoh memperlakukan orang seperti ini dengan begitu baik.Melihat Miana diam, Yirana pun berpikir dia telah menyentuh titik lemah Miana dan sindirannya mak
Menyadari perubahan raut wajah Miana, Amanda segera meninggalkan ruang kantor.Setelah panggilan telepon itu masuk untuk ketiga kalinya, Miana baru mengangkatnya.Begitu diangkat, terdengar suara marah, "Miana, berani sekali kamu nggak mengangkat teleponku!"Ekspresi Miana menegang, lalu bertanya dengan ketus, "Ada apa?"Yang menelepon adalah adik kandungnya, Celine Senora, yang hilang pada saat kecil, dan setelah ditemukan selalu mencari masalah dengannya.Sebelum menikah, kehidupan Miana di keluarga Senora sangat menderita."Giyan barusan datang ke rumah untuk membatalkan pertunangan denganku! Miana kamu sungguh jalang! Berani-beraninya kamu menggoda Giyan di belakangku!" umpat Celine dengan sangat kasar, sama sekali tidak terlihat seperti putri dari keluarga terpelajar.Setelah mendengar tuduhan Celine, yang langsung muncul di benak Miana adalah bahwa sebelumnya Giyan meneleponnya untuk bertemu guna memberikan bukti kecelakaan. Namun, alasan itu hanyalah umpan, tujuan sebenarnya ada
Setelah mengatakan semuanya, Celine langsung menutup telepon.Henry terlalu menakutkan, jadi dia takut.Namun, dia senang bisa membuat Henry memberi pelajaran kepada Miana.Setelah panggilan telepon terputus, wajah Henry seakan-akan diselimuti lapisan es.'Berani sekali kamu, Miana!'Pada saat ini, pintu ruang ICU terbuka.Henry melangkah maju dan bertanya pada dokter, "Bagaimana kondisinya?""Kondisinya nggak terlalu baik." Dokter menghela napas sebelum melajukan ucapannya, "Kalau terus begini, anak di dalam perutnya kemungkinan besar nggak akan selamat!"Benar-benar belum pernah melihat ibu hamil yang terjatuh, mengalami kecelakaan mobil, dan berakhir di ruah sakit setiap tiga hari.Ditambah lagi, usia kehamilan belum sampai tiga bulan. Jika terus seperti ini, cepat atau lambat akan terjadi sesuatu.Henry melirik wanita yang terbaring di ranjang rumah sakit, mengatup-ngatupkan bibirnya sebelum berkata, "Aku akan memperhatikannya."Dokter hanya menggelengkan kepala dan pergi.Seorang
Henry mengambil dokumen itu dengan wajah masam, membacanya dengan cepat, lalu tersenyum dingin dan berkata, "Nyonya Jirgan sungguh nggak tahu malu, nggak hanya menginginkan saham Grup Eskaria, tapi juga menginginkan rumah di Ruellia! Kupikir orang keras kepala sepertimu akan langsung bercerai tanpa meminta apa pun!"Miana mengusap lehernya, mendongak, menatap mata Henry dan berkata, "Aku seorang pengacara. Ketika bercerai, aku tentu harus melindungi hak-hakku! Lagi pula, dalam pernikahan ini, kamulah yang bersalah, jadi tuntutanku itu nggak berlebihan!"Dia tidak tahu apa yang dikatakan Celine kepada Henry, tetapi dia tahu Henry pasti akan marah setelah mendengarnya.Oleh karena itu, setelah Celine menutup telepon, dia segera menyusun surat perceraian tersebut. Dia sengaja ingin mengalihkan amarah Henry, menghindari membahas Giyan.Apa yang dia lakukan itu sangat berisiko.Namun, metode itu kelihatannya berguna."aku yang bersalah? Apa yang sudah kulakukan?" Henry menatap Miana dengan
"Baik, baik, segera kirimkan nomornya padaku!" Eddy menutup telepon dengan sangat bersemangat.Henry mengirimkan nomor ponsel Miana yang baru ditemukan oleh Wiley kepada Eddy.Sesaat setelah mengirim nomor tersebut, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.'Miana, aku nggak percaya kamu akan tega mengabaikan Kakek.'Pada saat ini, panggilan Rumordi datang."Henry, ada kabar baik dan kabar buruk, mau dengar yang mana dulu?" Suara Rumordi terdengar sangat bersemangat, seolah-olah menemukan sesuatu yang luar biasa."Kabar baik," jawab Henry tanpa berpikir panjang."Kabar baiknya, aku menemukan kalau CEO Grup Arca adalah Miana!" Ketika Rumordi menyebut nama Miana, wajah dingin Miana dengan aura kuat langsung terbayang dalam pikirannya."Apa?" Henry mengernyit.'Perusahaan yang selama dua tahun ini bersaing dengan Grup Eskaria dan merebut bisnis ternyata milik Miana?''Wanita ini, selama beberapa tahun, apa saja yang telah dia lakukan di belakangku?'"Sedangkan kabar buruknya adalah pr
"Bawa Nevan ke sini!"Kepala sekolah terkejut hingga tubuhnya gemetar sejenak.'Bagaimana Nevan bisa membuat marah pria kejam ini?''Ada dendam?'"Bu kepala sekolah, ... Pak Henry ingin bertemu dengan Nevan, apa yang harus kita lakukan?"Kepala sekolah tersadar, melihat ke arah guru yang berdiri di depannya, lalu menenangkan diri dan berkata, "Pergi lihat apakah Nevan sudah dibawa pulang oleh orang tuanya atau belum." Pada saat yang sama, dia mengedipkan mata kepada guru tersebut.Dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah di depan mata terlebih dahulu."Oh, baik, aku akan segera melihatnya!" Guru itu mengusap keringat dingin dan buru-buru pergi.Kepala sekolah merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk."Pak Henry, sore, saya adalah ...."Kepala sekolah ingin memperkenalkan diri, tetapi terhenti karena tatapan dingin yang dia rasakan membuat punggungnya seketika merinding.'Tekanan yang dipancarkan pria ini sangat kuat.''Pantas saja orang-orang di Kota Jirya secara diam-diam menjul
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere
Di taman kanak-kanak, Nevan selalu bersikap sangat baik dan patuh. Setelah makan siang, dia mulai tidur siang.Beberapa anak kecil menangis dan tidak mau tidur.Beberapa lainnya hanya bisa tidur sambil minum susu formula.Alhasil, tiga guru di taman kanak-kanak sangat sibuk.Saat para guru tidak memperhatikan, Nevan diam-diam meninggalkan kelas dengan tasnya.Dengan sinar matahari yang redup tertutup awan, menebarkan bayangan bercorak yang menambah suasana tenang dan misterius. Nevan berjalan sendirian di sekitar sekolah.Akhirnya, dia tiba di sudut terpencil yang terlupakan, dipenuhi semak-semak dan bunga liar yang tumbuh dengan gigih dari celah-celah, seakan menyambut kedatangannya.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Nevan dengan cepat melepaskan tas berat dari bahunya. Isinya bukan mainan, melainkan laptop yang sangat canggih.Dengan cekatan, dia menyalakannya, dan layar laptop langsung menyala dengan cahaya biru ungu yang mencolok.Konsentrasinya segera menjadi sangat t
"Aku mau merokok," jawab Farel.Perasaan sakit di hatinya tidak tertahankan.Miana mengangguk, membiarkan Farel pergi, lalu berjalan ke sisi ranjang. Ketika melihat kondisi Sherry, dia merasa sangat sedih hingga air mata pun mengalir. "Sherry!" panggilnya.Sherry juga menangis. "Mia, aku sekarang sudah cacat!""Nggak, kamu masih bisa berdiri dan berjalan seperti biasa, menjalani kehidupan normal!" Miana mencoba menenangkan."Aku nggak punya kaki lagi!" tangis Sherry. Walaupun nanti menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa lagi memakai rok pendek atau celana pendek seperti dulu. Hidupnya pasti akan lebih sulit."Sher ...." Miana memeluknya dengan erat, ada banyak yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil terucap.....Setelah bangun dan menyadari tidak ada orang di rumah, Nevan mencuci muka dan sikat gigi dengan tenang. Dia lalu mengambil roti dan susu dari kulkas, makan, dan naik ke atas untuk menyiapkan tas sekolahnya. Saat turun ke ruang tamu, dia terkejut
"Apa kamu bilang?" tanya Miana terkejut.Amanda mengambil napas panjang, kemudian berkata dengan tegas, "Henry meminta aku menjadi pengacaranya untuk memenangkan Nevan!"Miana sekarang mendengar dengan jelas dan menyadari situasinya. Wajah dinginnya menegang seketika. "Bilang padanya untuk mencari pengacara lain untuk merebut anakku. Dia pengadilan nanti, aku akan meminta sidang disiarkan secara langsung, dan lihat bagaimana aku mempermalukannya di depan seluruh penduduk Kota Jirya!"Henry berani sekali mencoba merebut anaknya!"Aku sudah menolaknya, tapi dia mengancam akan menghancurkan karirku di dunia hukum di Kota Jirya!" Amanda sekarang adalah seorang pengacara terkenal dengan penghasilan besar, jadi dia tidak takut pada Henry.Dengan Miana sebagai pendukungnya, apa yang perlu dia takutkan?"Beritahu dia, silakan lakukan itu! Lihat bagaimana aku akan mempermalukannya!" Miana berbicara dengan dingin. "Kalau dia masih mencarimu, suruh dia datang langsung padaku!"Miana ingin melihat
Giyan berjalan ke sofa dan duduk di samping Miana.Dia merasa senang dan seluruh tubuhnya rileks.Ada perasaan bahagia yang mendalam saat Miana berada di sisinya.Pagi-pagi sekali keesokan harinya, Miana membuka mata, secara refleks mengulurkan tangan untuk meregangkan tubuhnya, lalu tersadar bahwa dia memukul seseorang.Dia tertegun."Sudah bangun?"Detik berikutnya, matanya bertemu dengan sepasang mata yang penuh cinta."Giyan, kenapa kamu ada di tempat tidurku?" Dia ingat berbaring di sofa semalam dan tertidur.Setelah itu, dia tidak ingat apa-apa lagi."Kamu ketiduran di sofa, jadi aku menggendongmu ke kamar. Saat menaruhmu di tempat tidur, kamu memeluk pinggangku dan nggak mau melepaskannya, jadi aku akhirnya tidur di sini," jelas Giyan dengan suara lembut. "Kamu tidur larut sekali, jadi tidurlah sebentar lagi. Aku akan bangun dulu untuk menyiapkan sarapan. Nanti, kalau sudah siap, aku akan membangunkanmu."Baru saja Miana hendak berbicara, ponselnya berdering.Dia cepat-cepat mer