"Apa? Cerai? Kamu jangan sembarangan bicara, Sayang! Aku tidak mau mendengar kalimat itu lagi. Kamu tahu'kan siapa aku?!" Steve menatap dalam bola mata Linda yang menantangnya. Ada kekuatan serta kekuasaan di sana yang membuat Linda tidak bisa berkutik. Steve akan menjadi sangat berbahaya tanpa bisa kita tebak.
"Aku tahu dan aku bosan! Aku manusia, aku wanita, aku ingin punya anak, aku ingin dipuaskan dan kamu itu suami egois!" Linda tidak mau kalah berdebat. Ia menunjuk dada suaminya, lalu berjalan dengan penuh kemarahan keluar dari kamar.
Brak!
Suara pintu dibanting membuat Tangguh yang tengah menikmati sarapannya menjadi tersedak.
Huk! Huk!
Ia mengambil air yang sudah disediakan Linda, lalu meneguk ya dengan cepat. Kedua kakinya melangkah ke pintu depan untuk melihat suara gaduh yang terjadi. Nampak punggung Linda keluar dari pagar, lalu disusul Steve yang berlari menyusul istrinya.
Tangguh menutup pintu, lalu berlari menyusul
"Bang, ini saya kasih ongkosnya, istri saya tidak akan pergi ke mana-mana," ketus Steve sambil memberikan dua lembar uang merah pada sopir taksi online. Tangannya mencengkeram kuat lengan Linda hingga wanita itu meringis kesakitan. Tangguh ingin menolong, ia tidak tegas melihat Linda yang sorot matanya seakan meminta tolong padanya."Pak, itu ... Bu Linda ke ....""Jangan ikut campur, Tangguh! Selesaikan saja pekerjaanmu!" tukas Steve marah dan menarik kasar tangan Linda untuk masuk ke dalam rumah."Lepas! Kau menyakitiku, Steve!" teriak Linda tidak terima, namun sayang, ucapannya hanya bagaikan angin lalu, Steve menggotong Linda bak karung beras; membawanya ke dalam rumah. Tak lupa mengunci pintu dan bergegas masuk ke dalam kamar.Brak!"Aw!" Linda memekik kaget sekaligus kesakitan saat tubuhnya terhempas di kasur dengan kuat."Tidak ada perceraian Linda!" ujar Steve dengan suara penuh penekanan. Pria dewasa itu melepas satu per
"Sayang, syukurlah kamu sudah sadar. Maafkan aku ya, aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Sayang, tadi kata dokter kamu sepertinya hamil dan dokter tadi minta kamu periksa urin besok pagi." Wajah Steve berbinar dengan intonasi penuh semangat. Linda yang baru saja siuman, tentu menanggapi ucapan Steve biasa saja. Kepalanya masih sedikit pusing dan juga organ kewanitaannya masih terasa begitu perih. Kenapa bisa perih? Karena Steve tidak benar-benar bercinta dengannya, tetapi lebih kepada memperkosanya."Aku lapar," lirih Linda dengan suara lemas.Tok! Tok!"Permisi, Pak, Bu, ini saya," suara Tangguh di luar sana membuat hati Linda berdebar sekaligus membuncah senang. Ingin sekali ia berlari memeluk Tangguh dan meminta pemuda itu untuk membawanya pergi jauh dari Steve, tapi keadaan sangat tidak memungkinkan karena ada banyak hal yang menjadi pertimbangannya."Masuk," kata Steve mempersilakan. Tangguh membuka pintu kamar perlahan dengan sebela
Edisi Malam Jum'atSelamat MembacaKeesokan harinya, Linda sudah bisa turun dari tempat tidur, walau jalannya masih tertatih;paling tidak untuk ke kamar mandi, ia tidak perlu bantuan Steve lagi.Dengkuran Steve begitu nyaring walau matahari pagi sudah mulai naik. Linda baru saja keluar dari kamar mandi setelah mandi dan membersihkan organ kewanitaannya dengan air hangat. Ia menoleh ke arah Steve, lalu memutar bola mata malas. Hilang sudah rasa cintanya. Tak ada lagi yang tersisa untuk suaminya, apalagi kejadian semalam membuatnya semakin mantap menjatuhkan perasaannya pada Tangguh.Begitu ingat nama Tangguh, Linda berjalan keluar dari kamar dengan perlahan, lalu ia berdiri tegak di depan teras rumah sambil menghirup udara pagi yang teramat segar. Gembok pagar sudah terbuka dan begitu ia menoleh ke belakang, memanjangkan lehernya untuk melihat rumah Tangguh. Wanita itu mengulum senyum saat mendapati lampu rumah yang sudah padam. I
Sudah tiga hari Steve dirawat di rumah sakit. Linda dan Tangguh bergantian menunggui Steve di rumah sakit. Tidak ada gelagat yang berbeda dari keduanya, semua aman terkendali seperti biasa.Steve sangat beruntung memiliki istri yang sayang padanya dan juga pekerja yang totalitas membantunya dengan sepenuh hati. Pria dewasa itu tersenyum begitu hangat melihat Linda yang tengah merapikan pakaiannya di dalam tas, karena dokter mengatakan hari ini Steve sudah boleh pulang. Ada masalah sedikit dengan ginjal Steve, tetapi sudah lebih baik.Baju dress yang dikenakan Linda berleher rendah, belahan dadanya sedikit muncul dan sangat menantang. Steve yang biasanya dua hari sekali mandapat jatah ranjang, tentulah sangat tergoda untuk mencumbu Linda kembali di kamar mereka."Apa kamu sedang menggodaku, Sayang?" Steve meraih pinggang istrinya dengan tangan kanan, karena tangan kirinya masih tertancap jarum infus. Linda berjengkit kaget dengan perlakuan Steve
Pria dewasa itu mengulang-ngulang adegan di dalam video yang tengah diputar. Istri tercintanya mendesah dengan begitu nikmat bahkan nampak mencapai puncaknya berkali-kali di bawah seorang pemuda yang sangat tangguh. Ya, Tangguh memang tangguh dan ia benar-benar tertipu.Linda meliuk bak cacing kepanasan saat disentuh oleh Tangguh dari ujung kepala hingga jempol kaki istrinya. Hal yang tidak pernah ia lakukan pada Linda. Hatinya menjadi semakin panas, dadanya berdebar tidak karuan dengan keringat yang mengalir sangat deras.Berkali-kali Steve menelan ludah melihat adegan demi adegan panas yang dilakukan istri dan juga pekerjanya. Secara tidak langsung, menonton adegan Linda seperti tengah menonton film blue. Ingin, tapi sangat menjijikkan.Prak!Steve membanting ponselnya dengan amarah yang memuncak.Cklek!"Suara apa itu, Pa?" tanya Linda yang tiba-tiba membuka pintu kamar dan melihat suaminya seperti tengah menahan s
"Pa, kenapa bengong? Itu di belakang sudah menyalakan klakson. Ayo, maju!" Linda menepuk pundak suaminya. Steve tersadar. Wajahnya berkeringat dingin saat ia seperti benar-benar melakukan hal mengerikan pada Tangguh. Menabrakkan mobil ini pada pemuda itu. Benarkah ia harus melakukannya?Steve menyalakan mesin mobil, lalu melaju perlahan ke arah minimarket, tempat Tangguh masuk di dalamnya. Linda sibuk memperhatikan keadaan di luar, seperti tidak sabar menanti Tangguh keluar dari tempat itu. Steve semakin merasa pedih di dalam hatinya mendapati Linda yang ternyata sangat memperhatikan Tangguh. Mengapa ia bisa kecolongan seperti ini? Lagi-lagi Steve membatin.Tangguh keluar dari minimarket sambil membawa botol minuman pesanan majikannya. Di minimarket sudah tidak menyediakan kantung plastik, sehingga ia memilih memegangnya saja agar lebih praktis.Tangguh membuka pintu mobil, lalu masuk dan duduk di samping Steve yang bersiap mengemudi."I
Tangguh menutup ponselnya, lalu memasukkannya ke dalam saku. Ia baru saja menerima telepon dari Cita;adiknya yang mengatakan bahwa hari Sabtu ini keluarga Arnan akan datang memberikan uang untuk pesta pernikahan. Rucita meminta Tangguh untuk pulang walau beberapa hari saja agar bisa menemaninya bertemu dengan keluarga pacar adiknya itu.Tangguh keluar dari rumah, lalu menutup pintu. Steve nampak sedang menyiram tanaman yang baru saja ia beli, tetapi ia tidak melihat Linda di dekat Steve. Biasanya Linda ikut berbincang bersama suaminya di taman kecil mereka. Apa kekasihku sakit? Batin Tangguh.Semenjak berpacaran dengan Linda, ia tidak pernah sama sekali mengirimkan pesan terlebih dahulu pada wanita itu, karena ia tidak mau sampai Steve membaca pesan darinya. Tangguh berjalan mendekati Steve untuk mengatakan keinginannya pulang kampung."Pagi, Pak, wah ... tanaman baru lagi ya?" tanya Tangguh sekedar berbasa-basi."Iya, Guh, ada apa?" tan
Tangguh dan Steve berangkat dari rumah menuju Garut pukul sepuluh pagi. Linda mengantar kedua lelaki itu sampai hilang di ujung blok jalan rumah mereka.Dua hari ini ia terbebas dari Steve sekaligus harus menahan rindu pada Tangguh, tapi karena bekal yang Tangguh berikan padanya semalam, ia merasa akan kembali lapar dua hari lagi. Sungguh sebuah petualangan percintaan yang begitu menegangkan.Linda masuk ke dalam pekarangan rumah sambil mengunci pagar. Hari ini ia berencana untuk ke salon untuk melakukan perawatan tubuh dan juga organ intimnya. Ia harus berusaha memberikan yang terbaik bagi Tangguh. Lalu Steve? Suaminya itu tidak pernah tahu rasanya tempat terbaik, karena selalu saja bermain satu detik.Sementara itu, Steve dan Tangguh sudah berada di tol menuju Garut. Tangguh yang mengendarai mobil besar Steve, sementara Steve sibuk dengan ponselnya. Tidak ada pembicaraan apapun di dalam mobil karena Steve fokus pada ponselnya dan Tanggu
"Aah... yah... yah.... " Tangguh menjatuhkan tubuhnya di samping Linda. Ia tidak bisa melukiskan kata malu pada istrinya mengenai kekuatan di ranjangnya yang hanya bisa bertahan lima menit saja. Linda belum merasakan apa-apa, hanya nikmat pembuka saja, tetapi dirinya malah sudah selesai. Harga dirinya sebagai lelaki benar-benar sedang dipertaruhkan."Tidak apa-apa, Yah. Ibu gak papa. Ini sudah lebih baik dari bulan lalu yang benar-benar hanya dua menit saja." Linda menyentuh pundak polos suaminya. Mendekatkan tubuhnya agar berada dalam pelukan suaminya."Ini sudah dua tahun, Sayang, dan aku hanya bisa bertahan lima menit saja. Ya ampun, aku bingung harus bagaimana lagi," suara Tangguh terdengar begitu getir."Aku belum bisa mengisi rahim kamu dengan anak. Padahal si Kembar sudah ingin adik. Aku minta maaf ya," lirih Tangguh dengan mata berkaca-kaca."Tolong jangan tinggalkan aku karena lima menit ini. Aku tidak mau, Linda, aku bena
"Selamat untuk kalian berdua," kata Darwis sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Awalnya Tangguh ragu untuk menyambut tangan itu, tetapi karena Linda mengangguk pelan, maka Tangguh pun akhirnya menerima jabat tangan dari Darwis."Apa Linda belum menceritakan semuanya padamu? Wajah calon pengantin pria sepertinya begitu marah," sindir Darwis sambil mengulum senyum. Matanya tanpa sengaja menoleh pada dua anak lelaki yang baru saja naik ke atas pelaminan yang masing-masing tengah memegang cup es krim."Apa mereka yang waktu itu di perutmu?" tanya Darwis lagi sambil berbisik. Tangguh mengepalkan tangan, ingin sekali ia memukul lengan wajah Darwis hingga babak-belur, tetapi Linda kembali menahannya dengan mengusap punggung suaminya.Darwis berjalan menghampiri si Kembar, lalu ikut berjongkok di depan mereka."Halo, kenalkan, ini Opa Darwis. Kami siapa namanya?""Tarung, Opa.""Kalau kamu?""Toliq, Opa." Darwis terta
Tangguh ternyata membuktikan ucapannya. Tanggal pernikahan diedit menjadi lebih cepat dua Minggu dari yang ditentukan sejak awal. Semua orang menjadi super sibuk, termasuk Linda dan keluarga besarnya.Seperti hari ini, Linda tengah membagikan belasan batik dan gaun cantik untuk panitia acara pernikahannya. Tangguh yang menyiapkan semuanya, Linda hanya bagian membagikan dan mengatur siapa-siapa saja yang mendapat seragam.Thoriq dan Tarung duduk terdiam di depan televisi, di tengah keriuhan keluarga besar ibunya. Mereka baru saja dijemput pulang sekolah oleh salah satu saudara Linda, karena Linda sudah tidak diperbolehkan keluar rumah oleh Mamanya."Tarung, Thoriq, kenapa?" tanya Linda yang terheran melihat kedua anaknya murung, tetapi tidak ada yang menjawab pertanyaan itu."Kapan ayah Tarung dan Thoriq pulang? Apa nanti saat Ibu menikah lagi, ayah Tarung baru pulang kerja?" tanya Tarung dengan mata berkaca-kaca. Linda menghela nap
Walau dirinya bukanlah gadis, tetap saja mama dari Linda menginginkan anaknya untuk tidak tinggal di rumah Tangguh sampai keduanya sah sebagai suami istri.Ini adalah hari kelima Linda dan Tangguh tidak tinggal berdekatan. Keduanya sesekali bertemu karena ada urusan yang berkaitan dengan mengurus acara pernikahan, sekaligus sekolah untuk si Kembar.Seperti pagi ini, Tarung dan Thoriq sudah rapi dengan pakaian baju kaus, celana jeans, dan juga sepatu boot. Tak lupa tas ransel bergambar Spiderman sudah berada di punggung keduanya.Hari ini adalah hari pertama si Kembar masuk sekolah. Keduanya bersekolah di sekolah alam yang tidak mengenakan seragam. Tangguh sengaja memilih sekolah yang sedikit berbeda dengan yang umum, agar anaknya enjoy bermain sambil belajar."Kamu beneran gak mau sarapan?" tanya Linda pada Tangguh yang sudah duduk di teras rumah orang tua Linda sambil menyesap tehnya."Nggak, belum kepingin. Nanti saja samp
Pertemuan mengharukan pun tidak terelakkan begitu Linda sampai di rumah orang tuanya. Mama dari Linda bahkan pingsan karena terkejut melihat putri yang sudah lama menghilang, kini datang ke rumahnya dengan membawa anak kembar.Satu hal yang membuat keduanya semakin bertangisan, yaitu berita wafatnya ayah dari Linda yang baru saja enam bulan yang lalu."Maafkan Linda, Ma, maaf." Hanya itu yang bisa ia ucapkan berkali-kali di depan mamanya yang terbaring lemas karena pingsan. Tangguh sama sekali tidak berani mengeluarkan suara, walau ia ikut kaget dengan kabar ayah Linda yang sudah tiada."Mbak, ini!" Linda menerima minyak kayu putih dari tangan adik perempuannya. Dengan cekatan dan sangat hati-hati, Linda mengoleskan minyak kayu putih pada hidung dan juga kening mamanya.Wanita paruh baya itu akhirnya membuka mata dengan perlahan. Linda menyuapi sendok demi sendok teh manis hangat kepada Sang mama."Kami darimana saja?" tanyanya de
Pagi hari, keadaan rumah menjadi begitu semarak sejak hadirnya Tarung dan Thoriq. Alicia; anak dari Rucita pun sangat senang dengan dua saudara lelakinya yang berwajah sama. Sering sekali Alicia atau yang biasanya dipanggil Via, tertukar saat bermain dengan si Kembar."Abang Talung dan Abang Tolik kenapa mukanya sama sih, Mom?" tanya Cia pada Rucita yang ia panggil 'mommy'"Karena mereka kembar, Sayang. Lahirnya bersamaan keluar dari perut Uak Linda," jawab Rucita bijak. Ia tengah duduk di teras rumah Tangguh dan sedang mengepang rambut panjang putrinya."Jadi meleka antli pas mau kelual ya, Mom?" (Jadi mereka antre pas mau keluar ya, Mom) Rucita tergelak mendengar celotehan Cia."Iya, harus antre. Biar perut Uak Linda gak sakit," jawab Rucita membenarkan. Cia hanya manggut-manggut paham."Sudah rapi, Cia, sekarang Cia boleh main sama Abang kembar," kata Rucita pada putrinya. Gadis kecil itu pun bergabung dengan kakak sepupunya di depan kolam
"Linda, kamu mau'kan?" Tangguh sekali lagi bertanya pada wanitanya. Linda menghapus air matanya dengan punggung tangan. Bik Mirna tidak mau ketinggalan momen dengan merekam adegan manis di depan pintu rumah majikannya."Kalau aku menolah juga pasti kamu paksa!" Kata Linda ambigu. Tangguh tertawa, tetapi ia masih belum ingin berdiri dari simpuhannya."Terima ya, Teh," suara dari balik punggung Tangguh terdengar bergetar. Ia adalah Rucita yang kebetulan ingin mengantarkan durian ke rumah Tangguh dan sangat senang melihat momen Tangguh yang tengah melamar Linda. Tangguh tersenyum penuh haru saat menoleh ke belakang. Linda pun tidak bisa berkata-kata lagi.Rucita dan Tangguh sama-sama menunggu jawaban darinya. Apakah akhirnya ia harus menyerah dengan takdir? Apakah dengan menerima Tangguh maka luka lamanya akan sembuh?"Kita akan mulai semuanya dari awal. Aku janji akan sayang sama kamu dan anak-anak. Aku akan menjaga kalian. Aku mencintai k
Tangguh sudah berada di restoran. Sore ini, ia ada janji bertemu dengan Dian untuk membicarakan masalah mereka ke depannya. Bagaimanapun, lamaran sudah dilakukan dan dia harus memiliki adab saat memutuskan untuk tidak meneruskan sampai ke pelaminan.Cappucino hangat lolos ke dalam tenggorokannya. Menikmati rintik hujan yang tidak terlalu lebat, tetapi mampu menciptakan aroma tanah basah yang sangat nyaman masuk ke dalam indera penciumannya.Sebuah mobil sedan pintu dua masuk ke area restoran. Tangguh berdiri untuk menyambut wanita yang saat ini masih berstatus sebagai tunangannya."Mas, maaf, saya boleh pinjam payung? Mau jemput wanita yang baru tiba di sana!" Tunjuk Tangguh pada mobil Dian yang baru saja berhenti dengan begitu halus di parkiran."Boleh, ini, Mas." Pelayan lelaki itu memberikan payung cukup besar pada Tangguh."Terima kasih, Mas." Tangguh berlari menghampiri Dian yang baru saja keluar dari mobilnya. Lelaki i
"Kamu sangat pemaksa!" Ketus Linda dengan wajah cemberut. Mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas ia membuka mulut saat Tangguh menyuapinya dengan bubur ayam hangat yang rasanya sangat enak. Berbeda dengan bubur di rumah sakit yang rasanya hambar.Tangguh tersenyum melihat Linda makan dengan lahap dan begitu patuh tanpa suara. Si kembar memperhatikan dua orang dewasa di dekat mereka dengan seringai yang begitu lebar."Om sama Ibu pacalan," bisik Thoriq sok tahu."Pacaran itu apa?" tanya Tarung dengan wajah tidak paham."Olang dewasa yang dekat, telus ciuman, telus nanti tidulan baleng(orang dewasa yang dekat, terus ciuman, terus nanti tiduran bareng), hi hi hi ....""Gak boleh tiduran bareng kalau belum jadi pengantin. Kata Bude Yayu seperti itu," jawab Tarung dengan wajah serius."Pengantin itu apa?" gantian Thoriq yang bertanya pada abangnya. Maklum saja lidah Thoriq belum bisa menyebut huruf R dengan jelas, sehingga Tar