Share

Beken 91

Penulis: Amih Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-31 23:04:02

*Happy Reading*

"Bu-buronan? Maksudnya?" beoku dengan terbata.

"Iya. Buronan. Kau percaya?"

Eh?

Aku hanya bisa terdiam setelahnya. Tidak bisa menjawab. Ralat, maksudnya tidak tahu harus menjawab apa? Bingung juga aku dibuatnya.

Di bilang percaya. Ya, harusnya aku percaya, kan? Soalnya ini Reyn loh, yang bilang. Orang gak suka bercanda. Tetapi kalau melihat wajah dan tingkah laku Lovely, ya aku juga gak bisa percaya. Dia kayaknya tipe gadis baik-baik yang gak suka bikin ulah. Jadi, gak mungkin jadi buronan. Buronan para pria jomlo dan pria hidung belang mungkin saja. Lovely good looking gitu, kok.

Nah, lalu aku harus jawab apa, coba? Kalau kalian sendiri gimana? Percaya gak kalau si Lovely itu ternyata buronan?

"Kemajuan," gumam Reyn tiba-tiba. Membuyarkan lamunanku tentang Lovely.

Pria itu tersenyum tipis. Namun, seperti bangga akan sikapku. Maksudnya apa? Memang aku ngapain sampai dia bisa bangga begitu padaku?

"Kemajuan apa?" Aku pun memilih menyuarakan uneg-unegku.

Reyn tak lang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (12)
goodnovel comment avatar
dwi...
iih amih mah kan Ammar sudah punya si gemoy... devia sama Aaron aja mih sama2 jomblo
goodnovel comment avatar
Callah
aamiiiihhhh noooooo jgn ammar pliiisss itu hak tulennya si gemoy.... sembuhin gemoy pliiisss amiihh.... fix devia sm aaron aja kesian aaron blm dpt jodohnya.... jgn ammar pliisss sembuhin gemoy miiiiihhhh.....
goodnovel comment avatar
Yosefa Wahyu
kasih hepi ending napa mih???msok sepanjang cerita si nur sedih mulu....klo aku sih tep mlih reyn yak...tp terserah othor deh...suka2 amih wae lah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 92

    Beken 92*Happy Reading*"Papa duluan aja dulu. Nur mau liat Khanza dan bayinya sebentar, mumpung masih di sini."Aku memberi titah pada Papa. Saat bersiap pulang setelah menyelesaikan administrasi rumah sakit, yang ternyata lagi-lagi sudah dibayarkan keluarga Alexander, sebagai bentuk kompensasi atas perbuatan anak sulungnya.Alhamdulilah ... aku gak jadi jual apartement deh, buat bayar rumah sakit. Bagaimana pun dalam kondisiku saat ini. Maksudnya setelah lumayan lama tidak bekerja. Aku benar-benar sudah tidak punya simpanan sama sekali.Semua banda yang kupunya hasil jadi model di masa lalu. Sudah habis aku jualin demi membantu keuangan Papa dan Bunda, yang juga terkena imbas karena masalah yang kuhadapi. Bahkan, yang kudengar dari hasil mengintip chat ponsel Papa. Warung sembako mereka pun kini tutup karena sudah kehabisan modal. Kan, aku jadi makin bersalah, ya?Karenanya, Sepertinya aku harus mulai cari uang lagi agar tidak makin jadi beban. Meski belum bisa kembali jadi model k

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-01
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 93

    *Happy reading*Sudahlah. Aku lelah rasanya memikirkan kisah percintaanku. Gagal maning, gagal maning terus, gaes. Entah kenapa nasib percintaan njelimet banget. Gak kayak Intan ataupun Nurbaeti? Benar kata readerku tersayang. Sepertinya si Amih memang punya dendam kesumat sama aku. Atau ... jangan-jangan aku malah hanya anak pungut saja. Ah, teganya kau thor. Akhirnya, karena sudah malas memikirkan soal cinta. Aku pun memilih fokus pada diriku sendiri, keluarga dan karier saja. Karena apa? Karena galau berkepanjangan itu gak ngasilin cuan, gaes. Sementara hidup ini butuh makan dan gaya demi gengsi. Dan semua itu gak bisa dibeli dengan rasa baper. Jadi ... yuk kerja lagi."Nur, sarapan dulu." Suara Bunda terdengar dari balik pintu kamar, setelah mengetuk sebelumnya."Iya, Bun. Ini juga lagi pake baju dulu. Nanti aku nyusul," teriaku dari dalam."Jangan lupa pake celananya juga ya, Nur. Nanti semriwing."Ya kali ... ada-ada deh Bunda nih. Aku baru tahu kalau dia ternyata lumayan lucu

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-02
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 94

    Beken 94*Happy Reading*From: 0898 2525 xxxx [Sharelock]Alisku sontak bertaut bingung. Saat tiba-tiba saja sebuah chat asing masuk ke ponselku malam itu. Tetapi, karena aku gak kenal dengan nomornya. Aku pun mengabaikannya dan kembali menyimpan ponselku di atas meja. "Siapa, Kak?" Aika bertanya kepo di sela acara makannya. Saat ini, aku memang tengah bersama Aika. Tak sengaja bertemu saat aku baru saja hendak pulang, setelah mencari lowongan di sebuah agency teman. Hasilnya zonk, gaes! Karena ternyata mencari kerjaan tanpa seorang manager itu susahnya minta ampun. Aku gak begitu paham tentang hal negoisasi dan beberapa peraturan kontrak. Karenanya, daripada terjerumus pada kontrak yang akan merugikanku. Lebih baik aku belajar lagi soal perkontrakan, ya kan? Bukankah kata Reyn, aku harus selalu waspada dan jangan gampang percaya lagi. Benar tidak?Awalnya, aku sudah akan pulang dari agency tersebut. Karena aku sudah janji pulang cepat pada Papa. Aku tak ingin membuatnya khawatir. J

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 95

    *Happy Reading*Sayangnya, itu tak bertahan lama. Karena setelahnya, sebuah kendaraan motor mendekat, dan memukul kaca pintu bagianku dengan sebuah tongkat baseball. "Akh!" Aku sontak berteriak sambil menutup kedua telinga mendapat perlakuan itu. Beruntung kaca mobil ini tebal. Tidak langsung hancur dengan sekali pukulan saja. Namun, si pengendara motor itu juga tidak menyerah. Memukul-mukul kan tongkat yang dia bawa beberapa kali lagi. Siapa, sih? Begal bukan, ya?"Bangsat!" Mendapat perlakuan brutal pada mobilnya. Tentu saja Salman emosi. Pria itu membuka setbelt dengan tergesa. Lalu ...."Jangan, Man!" Aku segera menarik tangannya. Saat pria itu hendak turun dan menghampiri si pengendara motor. Demi Tuhan. Aku takut sekali. Meski aku tidak tahu siapa si pengendara motor itu. Tetapi aku yakin dia pasti mengincarku. Buktinya, alih-alih memukul kaca bagian kemudi yang lebih dekat dengan jalur dia lewat. Si pengendara motor itu malah memilih pintu yang aku tumpangi untuk dihancurka

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-04
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 96

    *Happy Reading*Tok! Tok!"Aaa ...." Seketika aku terlonjak kaget dan menjerit histeris. Saat sebuah ketukan terdengar dari pintu mobil bagianku yang sudah sangat retak. Aku terus berteriak ketakutan seraya menutup telinga dan mata. Seperti orang tantrum yang tak sadar pada sekitar. Lalu ku merasakan sebuah tangan mencoba menyentuhku, tapi justru membuat aku semakin berteriak histeris.Aku takut, takut sekali. Setelahnya, dua buah tangan memegang bahuku dan mengguncang-guncangkan tubuhku lumayan kuat beberapa kali. Mencoba menyita atensiku."Ini gue Salman!" Akhirnya aku tersadar dan kembali ke alam nyata dengan seruan itu. Aku menemukan wajah Salman yang khawatir saat membuka mata. Pria itu lalu memberi kode dengan matanya pada belakang tubuhku. Saat aku menoleh, ternyata Reyn sudah menunggu di luar pintu. A-apa perkelahiannya sudah selesai? "Re-Reyn?" panggilku dengan terbata, setelah menurunkan kaca mobil pintu bagianku yang retak. "Are u oke?" tanya Reyn seakan menyadari ses

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 97

    *Happy reading*Sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Meski sudah kucoba untuk melupakan semua kejadian hari ini dan mengistirahatkan tubuh dan pikiranku. Tetapi, tetap saja rasanya sulit sekali untuk terlelap barang sejenak. Kepalaku rasanya penuh sekali. Otakku sama sekali tak mau berhenti berpikir. Tentang kejadian hari ini, kemalangan yang sudah aku lalui, orang-orang yang sudah jadi korban, juga ... memikirkan kehidupanku setelah ini. Aku seperti berada di jalan buntu. Bertahan di sini, aku takut keluarga Papa ikut jadi korban nantinya. Karena aku gak tahu siapa lagi yang masih mengincarku? Tetapi pergi pun ... aku ... bingung harus ke mana? Semua tabungan sudah aku transfer ke rek Salman untuk perbaikan mobil. Apartement pun sudah disewakan ke orang. Numpang di rumah Intan, malu sama Pak Dika. Numpang di rumah Mak Kanjeng pun gak mungkin. Ada Bang Al dan istrinya yang turut tinggal di sana. Lalu ... aku harus ke mana?Aku benar-benar sudah tidak punya uang dan tempat tujuan la

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-08
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 98

    *Happy Reading*"Maksud lo, Papa dan Aaron selama ini sering kontekan di belakang gue? Iya, begitu?" Mendengar pernyataan Salman barusan. Terang aja aku langsung mengejar sebuah penjelasan darinya. Sayangnya, bukannya memberikan penjelasan, pria itu malah menaikan bahunya saja dengan acuh. Benar-benar tak membantu rasa penasaranku sama sekali."Iya kali.""Lah, kok kali? Gimana, sih? Jadinya Papa sama Aaron masih kontekan apa nggak nih sebenernya?" Aku tidak terima digantung begitu saja oleh Salman."Ya, gue juga gak tahu.""Lah, tapi kata lo ....""Gue kan cuma menduga. Siapa tahu, ya kan? Soalnya, ya ... gue liat Papa juga gak kaget sama sekali dengan kedatangan mereka. Malahan masih sempat-sempatnya ambil cuti. Nah, coba lo pikir lagi. Kalau bukan karena Papa sudah tahu akan kedatangan mereka, apalagi coba? Jadi kemungkinan besarnya. Papa sama kakaknya Aika memang sering kontekan selama ini."Ada benarnya juga, sih? Kalau dipikir lagi. Papa juga gak pernah nanyain Aaron selama ini

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 99

    *Happy Reading*"Gimana, Nur? Kamu mau kan nikah sama Aaron secepatnya?" Papa bertanya kembali saat aku masih belum memberikan jawaban. Nikah sama Aaron, ya? Mau aja sih aku mah. Kelihatannya Aaron cowok baik, kok. Mapan dan humoris. Mukanya juga lumayan gak bikin malu buat dibawa ke kondangan. Akan tetapi ...."Pa, bukannya Nur gak mau. Tapi ... Papa tahu kan gimana hubungan kami." Setelah mendesah panjang. Aku mulai mengungkapkan uneg-unegku. Soalnya, meski Aaron memang calon yang lumayan sayang untuk dilewatkan. Tetapi saja, aku masih punya ganjalan terhadapnya. Dan ... pernikahan itu bukan hal main-main. Aku harus benar-benar memikirkannya sebelum mengambil keputusan."Aku sama Aaron tuh baru kenal, Pa. Itu pun cuma dua hari. Abis itu, dia langsung ngilang gitu aja. Selama tiga bulan ini. Jangankan telepon, chat aja gak ada. Terakhir teleponan pas di rumah sakit. Dia bilang mau ke London lusanya. Kirain, dia bakal pamit atau apa gitu. Ternyata blas aja gak ada kabar lagi setela

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Extra part 4

    *Happy Reading*"Ada elu, Nur? Kapan pulang? Betah banget lo di negeri orang? Eh, gue ngomong begini lo masih ngarti, kagak?" celoteh Mak Kanjeng, saat menemukan aku di Rumah Nurbaeti. Nanti sore akan ada acara perayaan ulang tahun Arshaka, anaknya Nurbaeti. Makanya aku ceritanya sedang bantu-bantu di sini, gaes. Mumpung aku sedang di Indonesia. Mendengar celotehan Mak Kanjeng. Aku nyengir saja. Lalu menghampirinya dan mencium punggung tangannya dengan hormat. "Ngerti dong, Mak. Bahasa betawi kan udah mendarah daging di Nur. Yee kan? Lagian Nur kan nikahnya sama orang Indo juga. Jadi sekalipun tinggal di luar negeri. Kami tetep menggunakan bahasa Indonesia dalam keseharian.""Owh ... gitu." Mak Kanjeng bergumam. "Syukur dah kalau gitu. Jadi gue gak usah buka kamus kalau ngomong sama lo. Soalnya gue pan gak ngerti bahas bule. Taunya yess sama no, doang. Eh, sama money dah gue juga tahu."Dasar Mak Kanjeng. Kalau soal cuan aja. Mau pake bahasa apa pun ngerti aja. Dasar emak-emak. "I

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   extra part 3

    *Happy Reading*"Bang, kayaknya kamu harus mulai miara tuyul, deh.""Tuyul? Buat apa?""Buat tambah-tambah penghasilan biar bisa beli pabrik celana dalam. Aku capek loh beli banyak bisa seminggu sekali. Kamu robekin terus," omelku, seraya memungut kain segitiga yang tadi Aaron robek saat percintaan. Menunjukannya pada pria itu yang kini malah tertawa terbahak di tempatnya."Maaf, Sayang." Aaron menarik pinggangku posesif. "Habisnya tadi udah gak tahan." Dia mencium pipiku dengan mesra. Hilih! Alesan saja. Perasaan mau slow motion atau grasak-grusuk motion pun. Tetap aja memang dia mah sukanya robekin celana aku. Bikin aku keabisan semvak mulu!"Turunin CD gak sampai dua jam loh, Bang.""Tetep lama buat aku, Sayang. Namanya udah gak tahan gimana, sih? Aku gak mau buang satu detik pun buat merasakan kamu, sayang.""Hih! Otakmu itu emang isinya nana nina mulu kalau sama aku." Aku mencibirnya dengan kesal."Emang!" Aaron tak menampik. "Kalau liat kamu, otak aku emang auto pengen ngungkep

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Extra part 2

    *Happy Reading*"Ya! Cukup untuk hari ini. Terima kasih dan see u tomorrow."Akhirnya hari ini berakhir. Aku mendesah lega kemudian segera merenggangkan tubuh sejenak demi untuk meredakan lelah yang menggelayuti tubuh. "Dev?" Celine, asistenku menghampiri seraya menyerahkan ponselku. "Aaron sejak tadi menghubungi," beritahunya, kemudian membuka botol kemasan yang dibawanya untukku. Senyumku pun langsung terurai lebar."Thanks, Celine." Aku menerima minuman darinya dengan senang hati, seraya mengecek ponsel. Ada lima panggilan tak terjawab dari Aaron. Sepuluh chat dari orang yang sama. Sisanya spam operator dan chat-chat dari sahabat, keluarga, dan beberapa nomor baru yang ingin memakai jasaku untuk produk mereka. Ya! Sebulan setelah menikah. Aku memang sudah kembali ke depan kamera. Menjadi model seperti sebelumnya, sekaligus menjadi Brand ambasador prodak kecantikan milik Aika. Mengabaikan nomor-nomor yang mencoba menjalin bisnis, yang pastinya sudah mendapat auto replay untuk

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Extra part 1

    *Happy Reading*"Ya ampun. Beneran gak bisa berenti nangis, ya? Udahan kenapa, Yang? Kasian loh mata kamu." Aaron kembali memberikanku sehelai tissu kering, saat lagi-lagi air mataku mengalir tanpa bisa ku tahan. "Aku juga maunya berenti, Bang. Capek tahu, nangis kayak gini terus. Capek juga benerin riasannya. Tapi ... tapi ... mau gimana lagi. Aku masih gak percaya sama semua yang terjadi. Aku terharu parah. Kamu sih, ngasih kejutannya gak kira-kira! Kan aku ... aku ....""Nah? Nah? Kan? Minum dulu, minum dulu." Aaron lalu memberikan aku sebuah minum di botol. "Udah tahu suara hampir ilang. Masih aja ngomel," tambahnya disela kegiatan membantu aku minum lewat sedotan. "Aku gak ngomel, Abang!" Aku melayangkan protes dengan suara yang sebenarnya udah sengau. Kebanyakan nangis tadi bersama Intan dan Nurbaeti. "Lalu?""Menyuarakan kekesalan sama Abang aja.""Lah? Jadi, gak suka nih sama kejutan dari aku?" tuduh Aaron."Sukalah! Ya kali!" Aku menyahut cepat."Terus?""Gak ada terus-ter

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 106

    *Happy Reading*Aku sudah siap! Sudah cantik sekali dengan gaun mahal yang Aika bawa, serta riasan sempurna hasil tangan MUA profesional yang juga Aika bawa. Pokoknya, aku sudah siap muncul menghipnotis semua tamu undangan malam ini. Akan tetapi, sayang mempelaiku tak kunjung datang menjemput. Meski ini sudah tiga jam berlalu sejak kepergiannya. Sang mempelai pria masih belum diketahui rimbanya. Membuat aku harus menunggu dengan hati gusar luar biasa. "Ck, ke mana, sih? Perasaan tadi bilangnya gak nyampe dua jam. Tapi ini kok malah gak muncul-muncul? Mana sekarang gak ada yang aktif lagi nomor-nomornya. Minta diuleg emang nih para pria berbiji."Lihat saja! Bahkan Aika yang awalnya santai, kini mulai emosi dan ngomel-ngomel pada ponselnya. Pun Papa yang sudah tidak bisa duduk tenang di tempatnya. Sementara para ibu-ibu, terlihat saling merangkul untuk saling menguatkan.Tolong jangan ditanya bagaimana kondisiku. Karena meski tampilanku sudah cetar membahana mengalahkan ratu sejagad.

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 105

    *Happy Reading*Seperti yang sudah-sudah. Setelah puas menangis, aku tertidur. Akan tetapi tidak lama. Karena tiga puluh menit kemudian, bunda membangunkanku dan menyuruh bersiap untuk resepsi pernikahan yang akan segera di mulai. Entahlah. Aku gak tahu lagi harus bilang apa sekarang. Aku bingung harus sedih atau senang menerima pernikahan ini. Di satu sisi, tentu saja aku senang. Akhirnya bisa menikah dan melepas masa lajangku dengan pria sebaik Aaron. Akan tetapi di sisi lainnya. Aku juga sedih karena harus menikah secepat ini, tanpa kehadiran sahabat-sahabatku, juga merasakan euforia pranikah seperti mereka. Dari mulai lamaran, menunggu ijab kabul, dan pusing mengurusi pesta pernikahan. Aku kehilangan semua momen itu. Bagaimana tidak. Seingatku aku hanya pingsan seharian, pas bangun semua udah jadi aja. Rasanya kayak ... gimana, ya? Pokoknya aku gak merasakan euforia apa pun dalam pernikahan ini. Meski aku tahu dan mengerti pasti kenapa harus begini jalannya. Tetap saja, rasanya

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 104

    *Happy Reading*Saat mendengar suara Malvino. Aku refleks mencari pegangan dan meremas tangan Bunda yang kutemukan di pangkuan. Aku takut! Takut sekali!"Coba saja kalau bisa. Gue tunggu!" Berbeda denganku. Sepertinya ancaman Malvino tidak berpengaruh apa pun untuk Aaron. Pria itu menjawab lugas tanpa rasa takut sedikit pun. "Kamu? Siapa kamu? Kenapa ponsel Devia ada pada kamu?" Malvino yang mendengar sahutan ternyata bukan dariku. Tentu saja langsung bertanya dengan penasaran. "Gue suaminya Devia." Aaron masih menjawab dengan santainya. Sementara aku makin gusar di tempatku. Bunda bahkan sampai harus merangkul dan membisikan kata tenang berkali-kali. Karena tanpa sadar tubuhku sudah bergetar hebat mendengar percakapan itu. Sepertinya Malvino sudah membuat aku trauma parah. Bahkan hanya mendengar suaranya saja, aku sudah ketakutan seperti ini. Kepalaku mulai pusing lagi jadinya. "Suami? Jangan bermimpi kamu! Devia itu milik saya! Selamanya akan jadi milik saya!"Tuhan ... pria it

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 103

    *Happy Reading*"Memang itu tujuannya," sahut Aaron tanpa beban."Eh?"A-apa maksud kamu?" Aku bertanya dengan terbata. Sayangnya, bukannya menjelaskan. Aaron malah tersenyum manis dan mengangkat bahu dengan acuh. Membuat aku kesal sekali. Apa-apaan sih dia. "Ron, jangan becanda. Ini bukan hal yang bisa kami jadikan lelucon!" Tak ayal aku pun langsung menghardiknya. "Siapa juga yang sedang becanda? Aku serius, kok.""Lalu, kenapa--""Serahin aja semuanya sama aku. Aku punya cara sendiri buat ngadepin pria brengsek itu."Sayangnya, jawaban Aaron barusan. Meski disuarakan dengan sungguh-sungguh. Tetap saja tidak bisa membuat aku tenang. Karena Aaron tidak tahu seberapa gila si duda sableng itu. "Serahin semuanya sama kamu? Jangan gila, Ron! Kamu gak tahu seberapa nekadnya dia. Khanza, anaknya dan Tita sudah menjadi korbannya. Aku gak mau kamu juga ... ikut jadi korbannya, Ron. Aku ... gak mau." Aku mencoba menyuarakan kekhawatiranku. Tanpa sadar air mataku menetes lagi. Membayangkan

  • Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua   Beken 102

    *Happy Reading*"Eugh ..." Aku melenguh pelan. Saat ingin membuka mata, tetapi tersita oleh denyut nyeri yang berasal dari kepalaku. Sakit dan pusing sekali. Rasanya benar-benar tidak nyaman. Tak lama, aku merasa sebuah tangan memijat-mijat kepalaku. Menghantarkan rasa hangat yang membuat nyaman.Setelah cukup lama. Aku pun bisa membuka mataku. Bunda lah yang pertama aku lihat dengan senyumnya yang sehangat mentari. Namun, matanya membengkak khas orang baru nangis. Kenapa? Ada apa?"Alhamdulilah, Nur. Akhirnya kamu bangun juga," ucap Bunda. Bangun? Aku emang kenapa? Aku melirik sekitarku, dan baru sadar jika ini bukan di kamarku yang ada di rumah Papa. Ini ... kayaknya di kamar rumah sakit. Lah? Kenapa aku di sini? "Bun, akh--ekhem!" Baru saja aku ingin menyuarakan rasa penasaran dalam diri. Tiba-tiba aku tercekat. Tenggorokanku sakit sekali. Seperti kekeringan dan butuh air segera. Seakan mengerti, bunda dengan cepat meraih gelas berisi air putih di nakas, dan membantuku minum

DMCA.com Protection Status