Suara teriak istrinya terdengar cukup keras memenuhi ruang di dalam kamar mandi. Alisa menutup matanya dengan kedua tangannya.
Attar diam, pria itu hanya berdiri saat memandang kagum tubuh istrinya yang putih dan juga mulus.
Attar kembali mendekati istrinya.
"Tutup by, malu," ucapnya.
"Dengan istri nggak boleh malu," ucap Attar yang terlihat sangat santai.
Alisa sudah tidak bisa lagi bergerak ketika punggungnya sudah menabrak dinding.
Attar memeluk istrinya pria itu mencium bibir istrinya dengan sangat lembut. Lidahnya bermain-main didalam rongga mulut istrinya hingga istrinya tidak mampu untuk bernafas. Ia kemudian mencium telinga dan leher istrinya. Pria itu sudah tidak bisa menahan hasrat di dirinya.
Alisa menjerit ketika suaminya mengangkat tubuhnya. "By, Isa bisa jalan sendiri," ucapnya.
Attar yang baru keluar dari kamar mandi memandang istrinya yang sedang berdiri di depan lemari pakaian. "Lagi cari apa?" tanya Attar yang sudah berdiri di belakang istrinya "Isa lagi cari baju untuk sholat hubby," ucapnya. Attar menganggukkan kepalanya. "Di dalam lemari, pintu ketiga rak kedua," ucapnya menjelaskan tempat baju kokonya. Alisa menganggukan kepalanya. Alisa membuka pintu lemari yang disebut oleh suaminya. Alisa mengambil baju koko berwarna coklat dan juga kain sarung. Alisa mengambilkan singlet putih dan juga peci. Alisa mengambil celana dalam yang berada di rak khusus untuk celana dalam. "By, celana dalam hubby banyak yang baru, kemarin kenapa Isa dikasih yang bekas?" ucap Alisa yang berusaha memprotes suaminya. Attar ingin tertawa saat mendengar pertanyaan istrinya. "Kemarin ada minta yang baru
Alisa memandang dapur yang begitu sangat besar dan juga mewah. Dapur yang memiliki desain warna abu-abu dan juga hitam itu terlihat begitu sangat elegan. Alisa memandang ke sekeliling dapur tersebut. "Bukannya pelayan di sini banyak by," ucapnya ketika melihat tidak ada satu orangpun pelayan di dapur itu. "Hubby suruh istirahatkan mereka sebentar. Katanya Isa mau buatin hubby kopi,” ucapnya yang tersenyum memandang istrinya. Alisa Sedikit tersenyum saat mendengar ucapan suaminya. "Hubby duduk aja dulu, Isa buatkan kopi,” ucapnya yang meminta agar suaminya duduk di meja makan yang ada di dapur tersebut. Attar menganggukkan kepalanya. Pria itu menuruti perintah istrinya. Namun sebelum pergi pria itu mencium pipi istrinya terlebih dahulu. "Nanti ada yang lihat by," ucap Alisa memandang suaminya. Atar tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Di sini nggak a
Attar masuk ke dalam kamar. Dilihatnya istrinya yang sedang sibuk membersihkan kamarnya. "Lagi ngapain sayang," ucapnya yang memeluk istrinya dari belakang. Alisa memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya. "Isa lagi bersihin kamar by. Isa mau cuci sprei,” ucapnya. Atar memandang sprei di atas tempat tidur. Ia tersenyum dan membalikkan tubuh istrinya sehingga berhadapan dengannya. "Nanti pelayan yang nyuci,” ucapnya. "Jangan by, Isa aja," ucap Alisa. "Enggak apa Sayang itu semua tugas pelayan,” ucapnya. Alisa menggelengkan kepalanya. "Isa jadi malu kalau ada yang lihat,” ucapnya. Atar memeluk istrinya dan mencium bibir istrinya. Alisa memandang wajah suaminya ketika suaminya melepaskan bibirnya setelah suaminya puas mencium bibirnya. "Apa hubby nggak bosan-bosan cium bibir Isa,” ucap
"Ada apa sih by, Isa lagi nelpon mama, hubby malah narik-narik baju,” ucap Alisa yang mengomel memandang suaminya. Pria itu tidak menjawab pertanyaan istrinya, ia menarik tangan istrinya hingga tubuh istrinya semakin merapat dengannya. "Hubby mau ngapain,” tanya Alisa ketika suaminya mencium bibirnya. "Mumpung masih jam 8 sayang," ucapnya dengan suara yang terdengar serak. “Kalau masih jam 8 Kenapa by?" tanya Alisa yang belum mengerti maksud suaminya. "Masih sempat sayang satu kali," ucapnya mengangkat jarinya. Alisa menggelengkan kepalanya. Namun ia sudah tidak mampu untuk menolak ketika suaminya mulai menguasainya. Alisa mulai menikmati sensasi rasa kelembutan dan manis bibir suaminya. Alisa sudah tidak mampu untuk menolak. Ia hanya bisa pasrah dan menikmati rasa geli namun nikmat ketika Suaminya mencium leher dan daun telinganya.
"By Ini menunya kenapa banyak banget by,” ucap Alisa ketika melihat hidangan yang memenuhi meja makannya. Air liurnya terasa menetes saat melihat hidangan yang begitu sangat menggugah selera."Biar Isa enak milihnya,” ucap Attar yang tersenyum memandang istrinya."Kalau nggak habis boleh dibawa pulang by?" tanyanya.“Kenapa mau dibawa pulang,” tanya Attar.“Sayang by kalau ditinggal, apalagi menunya enak-enak seperti ini. Nanti bila Isa lapar, masih bisa Isa makan," ucapnya yang tersenyum lebar sambil memasukkan nasi ke dalam piringnya.Attar tersenyum memandang wajah istrinya yang begitu amat polos. Attar mengusap kepala istrinya, “kalau Isa mau bawa pulang boleh,” jawabnya."Nanti Isa juga bawain untuk
"Ini suami Isa Bu, Isa udah nikah,” ucap Alisa. Ibu Aminah sangat terkejut saat mendengar ucapannya, matanya terbuka dengan sangat lebar. “Kenapa Isa nggak ngasih tahu ibu,” ucapnya. “Isa kemarin nikahnya buru-buru Bu, dan di rumah sakit. Isa nikah sebelum mama di operasi, makanya belum sempat ngasih tahu ibu. Resepsinya juga belum, masih nunggu Mama sehat dulu,” ucapnya. Aminah tahu bahwa Alisa bukan gadis yang suka berhubungan dengan laki-laki, dia cukup bingung mendengar apa yang disampaikan oleh Alisa. Namun Ia hanya berusaha untuk menganggukkan kepalanya seakan ia tidak ingin mengetahui apa alasannya. Walaupun dia begitu sangat penasaran. "Ibu kenalin ini suami Isa,” ucap Alisa memperkenalkan suaminya. "Nama saya Attar,” ucapnya yang menjulurkan tangannya. “Aminah,” jawab Ibu Aminah saat menjabat tangan A
"Bi, Isa mandi dulu ya by," ucap Alisa ketika sudah berada di dalam kamarnya."Mandi berdua ya sayang,” ucap Attar yang membuka kancing baju kemeja yang dipakainya.Dengan cepat Alisa menggelengkan kepalanya, "nggak mau,” jawabnya.“Kenapa,” tanya Attar yang tersenyum tipis memandang wajah istrinya yang sudah mulai memerah.“Nanti hubby suruh Isa yang aneh-aneh,” ucapnya.Attar tertawa saat mendengar ucapan istrinya. “Aneh-aneh bagaimana,” tanyanya.“Pokoknya Isa nggak mau." Alisa menolak tubuh suaminya yang akan memeluknya."Ingat pesan mama, nolak dosa,” ucap Attar."Hubby tahu dari mana Mama ngomong seperti itu?" tanya Alisa yang menatap mata suaminya. Matanya terbuka dengan sangat lebar."Pagi tadi mama nanya, sewaktu
"Hubby setelan jasnya banyak, tapi kenapa nggak pernah dipakai?” Alisa merasa sangat binggung ketika melihat suaminya yang tidak pernah melihat suaminya memakai setelan jas dan juga dasi.Alisa mencari jas yang menurutnya sangat bagus. Alisa mengeluarkan jas yang berwarna abu-abu pekat dari dalam lemari. "Ini hari Senin, siapa tahu hubby pakai jas dan juga dasi,” ucapnya yang meletakkan jas itu di atas tempat tidur.Alisa kemudian mengambil baju kemeja yang tersusun rapi di deretan baju baju kemeja suaminya. Alisa memilih baju kemeja panjang lengan berwarna biru pekat.Alisa juga memilih dasi yang begitu sangat banyak tersimpan di dalam box khusus dasi yang ada di dalam lemari. Alisa memilih dasi yang sesuai dengan warna kemeja yang akan dipakai suaminya.Ia memandang kagum saat melihat perlengkapan ke kantor suaminya. Dasi, setelan jas, kemeja, dan juga ko
"Mau gendong depan atau belakang?" Ferdi tersenyum memandang gadis kecil nan cantik tersebut."Depan," ucap Azahra.Ferdi menjongkok di depan Azahra dan mengembangkan tangannya.Azahra tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Ferdi. Gadis kecil itu begitu sangat senang ketika tubuhnya yang bulat terangkat oleh pria yang berubah tinggi tersebut."Rara gak sangka kalau Abang akan pulang," Azahra berkata dengan memandang wajah tampan pria tersebut.“Abang udah janji akan pulang ulang tahun adik. Jadi Abang harus tepati janji," Ferdi berucap dengan tersenyum.“Rara senang Abang pulang. Rara rindu Abang. Rindu rindu rindu serindu-rindunya." Azahra berkata dengan tersenyum lebar.“Mana bukti rindunya,” tanya Ferdi yang menarik hidung milik Azahra.Azahra memeluk Ferdi dengan sangat erat,
"Assalamu'alaikum," ucap Attar saat ia masuk ke dalam kamar."Wa’alaikumsalam." Alisa tersenyum saat melihat suaminya yang baru pulang dari kantor. "Tasnya hubby Isa bawain," ucap Alisa yang ingin mengambil tas milik suaminya."Gak usah sayang, hubby aja yang bawain. Baru lepas melahirkan, tuh gak boleh angkat yang berat-berat," ucapnya sambil mengusap pipi istrinya, dan meletakkan tas tersebut ke tempatnya."Kalau cuma tas Isa bisa, Isa kuat kok angkat tas," ucap Alisa yang memegang manja lengan suaminya."Jangan dulu sayang.""Hubby tangannya di cuci dulu," Alisa berucap saat melihat suaminya yang ingin mengambil putrinya.Attar membatalkan niatnya, pria itu menganggukkan kepalanya."Bajunya wajib ganti dulu, nggak boleh pakai baju yang dari luar langsung megang anak," ucap Alisa itu yang sudah mulai cerewet.
Alisa sudah berada di dalam kamarnya. Alisa tidak ada henti-hentinya menatap wajah bayi mungilnya. Wajah yang begitu sangat cantik dan juga imut imut.Attar duduk di samping bayinya itu, menatap wajah putrinya, dan kemudian berpindah ke wajah istrinya.“Dari tadi lihatin Isa, terus lihatin anak,” ucap Alisa.“Sama,” ucap Attar.“Hidungnya punya hubby,” ucap Alisa yang memandang hidung putrinya.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu mencium kening putrinya, kemudian pipi putrinya kiri dan kanan. "Pipinya lembut sekali.” Attar merasakan betapa lembutnya pipi putrinya. Attar kemudian memandang istrinya, mencium kening istrinya, pipi istrinya kiri dan juga kanan, Ia juga mencium bibir istrinya.“Isa udah lupa by gimana rasa sakitnya melahirkan, rasa sakitnya hamil karena udah lihat muka
“Melahirkan normal memang seperti ini Pak Attar, jadi walaupun sakit tetap harus dibawa berjalan,” ucap dokter Sari berusaha menjelaskan.“Lakukan sesuatu," pria itu sangat marah ketika Dokter spesialis kandungan istrinya tidak melakukan apa-apa. "Istri saya sedang sakit dan saya disuruh melihat saja," Attar sangat marah terhadap dokter yang menangani istrinya. Attar memilih dokter Sari untuk menangani persalinan istrinya karena dokter Sari merupakan dokter spesialis kandungan terbaik di rumah sakitnya.Dokter Sari terlihat begitu sangat bingung untuk berkata. Gimana caranya dia menjelaskan kepada pria yang menjadi pemilik Rumah Sakit tempat dirinya bekerja. Berulang kali dokter Sari menarik nafasnya dan kemudian menghembuskannya. “Kenapa kemarin tidak sarankan cara lain saja,” pikirnya.“Saya belum bisa memberikan bantuan apa-apa karena saat ini masih bukaan dua, d
“Assalamu’alaikum,” ucap Attar yang berdiri di pintu kamarnya. Pria itu tersenyum memandang istrinya yang sedang duduk ditemani dengan Ibu Aminah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Alisa dan Aminah."Hubby sudah pulang?" tanya Alisa yang tersenyum.“Baru saja sampai. Ibu," Pria itu menyalami tangan Aminah dan menempelkan punggung tangan wanita itu di keningnya. Attar duduk di tepi tempat tidur di samping istrinya. Attar tersenyum ketika istrinya mencium punggung tangannya. Pria itu mencium kening istrinya. "Gimana apa sakit,” tanya Attar.“Iya by sakit, tapi kata Ibu enggak apa-apa, soalnya itu tanda bayinya lagi cari jalan,” Alisa berucap dengan tersenyum. Sudah beberapa hari ini Ibu Aminah selalu menemani Alisa. Wanita Itu merawat Alisa seperti merawat putrinya sendiri. Saat Alisa mengatakan perutnya sakit, Ibu Aminah mengusap-usap pe
Attar tersenyum memandang istrinya yang duduk dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.“Baju hubby ini," Alisa menunjukkan pakaian suaminya yang sudah disiapkannya.Attar tersenyum ketika melihat setelan jas, baju kemeja, dasi, dan pakaian dalam, yang sudah disiapkan Istrinya. Istrinya tetap menyiapkan semua perlengkapannya sebelum berangkat ke kantor seperti ini.Attar memakai pakaiannya duduk di atas tempat tidur, dengan menurunkan kakinya di lantai. Sedangkan istrinya akan duduk di atas pangkuannya, memasangkan dasi di lehernya. Melihat wajah istrinya yang sudah tampak menahan rasa sakit, membuat pria itu merasa sangat tidak tega. Namun Attar memang tidak mengerti apa-apa mengenai persalinan. Berulang kali dirinya meminta penjelasan dari dokter, namun terkadang apa yang diucapkan oleh dokter itu hanya memberikan rasa tenang sementara untuknya. Bila melihat istrinya mengatakan sakit, Attar sungguh
“Apa mau jalan pagi,” tanya Attar ketika ia selesai sholat subuh bersama dengan istrinya.Alisa menganggukkan kepalanya. “Sebenarnya Isa malas by jalan pagi,” ucap Alisa.“Kenapa,” tanya Attar.“Isa lebih suka tidur baring-baring,” ucap Alisa.“Mau melahirkan normal apa nggak,” tanya Attar yang mengusap perut besar milik istrinya.“Kata orang sebaiknya normal by. Kemarin Ibu Aminah juga bilang, kalau Isa melahirkan lebih bagus normal, terkecuali mamang saran dokter. Kak Indah, Kak Yanti, Kak Fitri, juga bilang gitu,” ucap Alisa yang memilih proses persalinan secara normal.“Kata Dokter kemarin apa?" tanya Attar.“Isa disuruh jalan pagi.”“Jadi sekarang mau jalan pagi atau enggak?" Attar bertanya dengan menarik hidung istrin
Attar merasakan tubuhnya yang digoyang goyang oleh istrinya. "Ada apa sayang?" pria itu bertanya dengan membuka matanya.“By, Isa nggak bisa tidur sejak tadi,” ucap Alisa kepada suaminya.Attar merubah posisi tidurnya dan memandang wajah istrinya. “Matanya di pejamkan sayang," Attar memeluk tubuh istrinya dan kembali memejamkan matanya.“By bangun, jangan tidur, temani Isa," pinta Alisa yang kembali menggoyang-goyang tubuh suaminya, Alisa narik-narik jenggot tipis di dagu suaminya.“Hubby ngantuk sayang,” ucap pria itu ketika istrinya membuka kelopak matanya dengan jarinya.“Hubby jangan tidur, Isa nggak bisa tidur,” Alisa tersenyum manja melihatkan deretan gigi putihnya."Kenapa nggak tidur?" tanya Attar.“Sejak tadi anak gerak terus, perut Isa sampai sakit,"
“Nanti pulang dari kantor kita ke coffee shop Lyra ya by," pinta Alisa yang duduk di atas pangkuan suaminya. Perutnya yang sudah besar membuat posisi duduknya menyamping, dan melingkarkan tangannya di leher suaminya.“Ngapain,” tanya Attar yang tersenyum memandang sikap istrinya yang begitu sangat manja. Istrinya melingkarkan tangan di lehernya dan menenggelamkan hidungnya ke lehernya.“Isa pengen duduk nyantai di coffee shop Lira," Alisa berucap dengan mengangkat kepalanya dan memandang wajah suaminya.“Rayu dulu Sayang," Attar berbisik di telinga istrinya.Alisa tersenyum dan mencium bibir suaminya dengan sangat lembut, namun balasan yang diberikan oleh suaminya membuat ciuman itu semakin memanas.Mereka seakan sama-sama ingin melepaskan hasratnya masing-masing.“Sayang, hubby ada rapat jam 3, dan sekarang e