"Eugh ..."Naina menggeliat terbangun dan merasakan tubuhnya sangat berat seperti tertipu bebatuan.Bukan hanya itu, rasa perih di sekujur tubuhnya, membuatnya enggan untuk bangun."Kenapa tubuhku sakit sekali."Perlahan-lahan matanya terbuka dan melihat langit-langit yang sangat berbeda dengan kamarnya. Dia melihat korden berwarna hijau terbentang luas mengitari ruangan itu. Ia beralih menatap ke samping dan mendapati selang infus yang tergantung di penyangga."Rumah sakit? Oh! Astaga! Syakilla ..."Ia mulai teringat pada anaknya yang masih belum sadar karena kecelakaan. Ia bahkan tidak ingat jika dirinya tidak sadarkan diri, mungkin karena efek kelelahan dan luka yang lumayan serius di sekujur tubuhnya.Buru-buru ia beranjak, dan ternyata masih ada jarum sebagai penghalang yang melekat di tangan kirinya."Ya ampun ... Apakah tadi aku pingsan?" Naina menghela napas panjang sembari mengingat-ingat apa yang sudah terjadi padanya.KrietSuara pintu terbuka dari luar. Nampak seorang wani
"Atau apa?" tanya Naina."Atau aku akan memangsamu kembali."Seketika bulu kuduknya merinding. Ia yang hanya sendirian dan dalam keadaan lemah, tak mampu untuk melawan Brillian yang gagah perkasa. Sudah pasti ia akan kalah dan berakhir hamil anak kedua."Baiklah-baiklah. Aku akan diam. Naina akhirnya hanya bisa pasrah saat brilian menggantikan pakaiannya. Brilian bukan hanya menggantikan pakaiannya, tapi dia juga mengompres badannya yang masih kotor dengan bekas darah yang mengering. Untung saja di tempat itu sudah tersedia sabun dan alat-alat kebersihan lainnya yang masih dalam keadaan baru, atau masih segel, jadi tidak mempermasalahkan jika ia menggunakannya."Kak! Kenapa kau melakukan ini semua padaku. Bukannya aku sudah bilang, kalau aku bisa sendiri. Kau bisa menungguku di luar," ucap Naina merasa sangat malu karena tubuhnya sebagian terpampang jelas oleh kakak angkatnya, hanya menyisakan pakaian dalam yang masih menutupi area sensitifnya. Walaupun sebelumnya ia pernah dinikmati
Naina tersenyum getir mengingat disaat-saat ia panik karena kehamilannya. Ia ketakutan dan tidak bisa menerimanya. Hendak pulang untuk menceritakan pada orang tuanya, tapi ia tak punya nyali. Bahkan ia berniat untuk mengakhiri hidupnya, atau menggugurkan kandungannya agar tidak dianggap sebagai penyebar aib."Dasar bodoh! Kau itu cewek, harusnya kau lebih mengerti soal kehamilan. Nggak harus berkali-kali berhubungan badan baru hamil, Naina. Bahkan dalam keadaan subur, sekali tabur langsung jadi. Dan itu banyak terjadi dikalangan masyarakat. Bahkan mereka yang baru melahirkan saja, masih bisa hamil lagi. Orang bilang katanya kesundul," oceh Brillian.Naina melepas tawanya. Disela-sela rasa malu karena bagian tubuhnya diketahui oleh Brillian, tapi mendengar penjelasan Brillian masih bisa membuatnya tertawa. Untung saja Brillian tidak melepaskan semua pakaiannya, masih menyisakan pakaian dalam, sehingga ia masih terlihat agak tenang."Sudah! Nggak usah tertawa. Nggak lucu tau nggak! Kau
"Mommy!"Syakilla membuka matanya dan menatap sekeliling ruangan yang nampak tidak terang. Ia sangat ketakutan dan menjerit keras mencari Naina.Heni dan Hartanto yang tengah duduk gelisah di depan ruang ICU, mendengar jelas jeritan dari dalam ruangan itu."Pa! Bukannya itu suara cucu kita."Heni sangat yakin, kalau suara anak kecil itu berasal dari dalam dan itu tak lain adalah cucunya sendiri."Iya ma, Papa juga yang mendengarnya, suaranya seperti Syakilla. Apa cucu kita sekarang sudah sadar?"Di dalam ruangan itu Syakilla tidak sendirian masih ada suster yang menjaganya."Hey sayang ... Cantik sudah bangun ya? Gimana tidurnya sayang? Nyenyak ya?"Suster mendekati Syakilla yang berbaring di ranjang dengan bicara lembut penuh kasihsayang.Syakilla ketakutan menatap suster yang mengenakan pakaian serba putih seperti hantu."Mommy! Takut, ada hantu." Kembali ia menjerit dengan memejamkan matanya.Suster dibuat kalang kabut karena ketakutan Syakilla kepadanya."Sayang, ini suster, bukan
Argh!" Brillian kesal, ia mengumpat dengan menendang tong sampah yang ada di sebelah pintu.Heni mendorong pelan tubuh suaminya hingga pelukannya terlepas. Ia juga kesal pada suaminya, disaat keadaan genting, mereka lebih mementingkan keegoisannya masing-masing."Pa! Tadi Papa sudah menghubungi Brillian. Saat dia sudah ada di sini, Papa ditanya diam saja. Jawab dong Pa! Beginilah sikap kalian, nggak ada yang mau mengalah. Kalian itu terlalu egois dan menganggap apa yang ada dipikiran kalian itu selalu benar."Brillian dan Hartanto sama-sama diam. Sangat tidaklah pantas jika mereka saling beradu mulut ditempat umum."Maafkan Papa karena sudah mengabaikanmu."Hartanto mengalah, dan memutuskan untuk meminta maaf pada Brillian.Brillian menoleh dengan mengangguk, "Aku juga minta maaf, Pa. Aku sudah membuat kalian kecewa. Aku tidak bisa menuruti apa yang sudah menjadi keputusan Papa. Aku belum siap untuk menikahi Tarisa. Aku nggak cocok sama dia." Brillian berkata tegas, tidak peduli kalau
Syakilla tidak berhenti menangis, ia kecewa karena yang diinginkan tak ada mengunjunginya, ia selalu saja mencari keberadaan Naina. Sudah dikasih tahu juga tidak mengerti, akhirnya Brillian memutuskan untuk mengantarkannya pada Naina."Mommy ... Mommyku mana? Aku maunya sama Mommy, nggak mau sama Daddy. Daddy jahat," cercah Syakhilla memberontak saat dipeluk oleh Brillian.Hartanto dan Heni saling bertatapan. Mereka tersenyum kecil melihat Brillian tidak diinginkan oleh anaknya sendiri."Mampus! Sekarang kamu tahu rasa. Gimana rasanya tidak diinginkan oleh anak sendiri, sedih bukan."Heni bergumam lirih dengan melirik ke arah suaminya.Hartanto juga ikut menertawakannya, saat Brillian mencoba untuk menenangkan Syakhilla."Syakilla kok bilang Daddy jahat, sih. Nggak boleh gitu sayang. Daddy itu sayang banget sama kamu. Kalau Daddy jahat, nggak mungkin Daddy mau sumbangin darah Daddy buat Killa. Oke, Daddy minta maaf karena Daddy nggak selalu ada buat kamu. Tapi percayalah, Daddy sangat
Hartanto tidak setuju dengan pendapat Brilian yang akan membawa anaknya pulang dan dirawat di rumah. Menurutnya Syakilla memang harus dirawat di rumah sakit sampai benar-benar stabil. Jika ia keukeh untuk membawanya pulang, takutnya terjadi sesuatu yang buruk yang tidak diinginkannya, dan dokter yang kini menanganinya tidak mau bertanggung jawab, karena sudah di luar tanggung jawabnya."Ck! Selalu aja salah paham." Brillian kesal saat orang tuanya salah paham dan mengusirnya dari rumah sakit.Tapi ia tidak ingin membuat kekacauan, ia sudah sangat senang karena bisa menemani anak kandungnya tanpa ada yang bisa menghalanginya lagi."Aku rasa dokter pribadi keluarga kita itu bisa meminta perizinan untuk merawat Syakilla pada dokter yang menangani Syakhilla saat ini. Mungkin dokter yang menangani Syakhilla akan memberikan resep obat yang sama, seperti yang diberikan pada Syakilla saat ini. Kurasa kalau Syakhilla dirawat di rumah itu jauh lebih baik daripada berlama-lama dirawat di rumah s
"Gimana? Apa kata dokter?" tanya Naina.Brilian langsung mendatangi dokter yang merawat Syakilla. Ia meminta izin dari dokter untuk membawa Syakilla pulang, karena Syakilla selalu saja meminta untuk pulang. Daripada Syakilla membuatnya semakin pusing dengan rengekannya, ia lebih baik menurutinya untuk diajak pulang."Beres," jawab Brillian."Hah! Beres bagaimana? Diizinkan pulang begitu?" Kini Heni yang menyahutnya.Brillian mengangguk dan berjalan ke berankar yang ditempati oleh Syakhilla. "Hemm, sebaiknya kalian berkemas-kemas untuk segera pulang, karena kita sudah mendapatkan izin dari dokter."Mereka semua sangat senang karena mendapatkan izin langsung dari dokter dan bisa merawatnya Syakhilla di rumah.Naina sendiri juga sudah tidak nyaman berlama-lama di rumah sakit. Semenjak ia tiba di rumah sakit, sampai saat ini bahkan seteguk air pun tidak diminumnya."Syukurlah, kalau begitu ayo kita berkemas dan kita langsung pulang."Naina langsung mengambil tas dan mengemasi baju ganti,
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain