Share

Bab 2

Penulis: Hibatillah S.
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-31 11:40:27

Tubuh Arsen terseret derasnya arus sungai hingga ke hilir. Ia tidak tahu sudah berapa mil tubuhnya terseret. Yang jelas selama tubuhnya terseret arus sungai Arsen berusaha keras untuk menjaga kesadarannya.

Dengan sisa-sisa energi Arsen merangkak naik ke daratan. Sepanjang tanah ia merangkak masih meninggalkan bekas ceceran darah. Tubuh Arsen gemetar karena kedinginan.

"Uhuk! Uhuk!" Arsen terbatuk. Setelahnya ia ambruk ke tanah. Nafasnya tersengal-sengal. Arsen merasakan kepalanya begitu pusing karena banyak kehilangan darah. Luka di sekujur tubuhnya juga terasa perih. Terutama luka bekas tembakan di dadanya.

"Aku sekarat." Arsen melihat ke langit. Matahari sudah jatuh ke barat. Semburat jingganya memenuhi garis horizon.

Tangan Elsen bergerak mengambil sesuatu dari saku jasnya.

"Infinity weapon system," Arsen bergumam pelan. Ia memandang benda liquid berwarna biru yang sedikit pekat daripada air itu. Benda yang menjadi incaran kelompok mafia ganas seperti Mata Iblis.

Infinity Weapon System atau sistem senjata tanpa batas yang selanjutnya disingkat dengan dengan IWS adalah kumpulan robot super mikro yang ukurannya hanya sekecil virus atau bakteri. Satu buah IWS tidak mungkin bisa dilihat dengan mata telanjang karena saking kecilnya.

Lalu apa istimewanya benda itu hingga kelompok mafia Mata Iblis menginginkan benda itu?

IWS adalah teknologi terbaru dari Daneswara Technologi Company. Perusahaan keluarga Arsen yang bergerak dibidang teknologi. IWS bisa diinjeksikan ke dalam tubuh manusia dan mampu mengubah penggunanya menjadi seseorang dengan kemampuan transformasi senjata tak terbatas pada tubuhnya. Tentu saja barang seperti ini menjadi incaran para mafia. Pasalnya IWS bernilai fantastis ketimbang berlian di pasaran gelap. Siapa yang tak tergiur dengan benda seperti itu?

"Jika aku mati maka orang lain seperti Mata Iblis tidak boleh mendapatkan benda ini. Dunia bisa mengalami kiamat saat IWS diinjeksikan ke tubuh orang yang tidak tepat."

"Tapi... Bagaimana caranya aku melindungi benda ini sementara tubuhku benar-benar sudah tidak kuat. Aaakkkhhhhh!!!" Arsen langsung memekik kesakitan saat hendak bangkit. Telapak tangannya kembali dipenuhi oleh darah ketika ia menekam dadanya.

Arsen mengitarkan matanya ke sekeliling. Hilir sungai dipenuhi oleh vegetasi rimbun.

"Aku harus menyembunyikan IWS sebelum aku benar-benar mati."

Arsen menyeret tubuhnya menuju batu besar di tepi sungai. Ia sekarang sudah tidak mampu untuk sekedar merangkak. Tubuhnya benar-benar sekarat.

"Aaakkkhhhhh! Sedikit lagi Arsen. Jangan menyerah." Akhirnya setelah usaha yang sangat keras Arsen berhasil mencapai batu besar itu. Arsen melihat ada lubang di permukaan batu yang letaknya agak ke bawah.

Lubang itu bisa menjadi tempat yang sempurna untuk menyembunyikan IWS. Tanpa ragu Arsen memasukkan IWS ke dalam lubang di batu tersebut. Kemudian menutupi lubangnya dengan batu lain yang ukurannya pas. IWS telah tersembunyi sempurna.

Sekarang Arsen merasa sedikit lega. Sehendaknya jika ia mati orang lain akan kesulitan menemukan IWS.

"Huuffttttt... Akhirnya," Arsen terkapar lagi di tanah. Ia sudah ingin benar-benar menyerah ketika sudut matanya tak sengaja menangkap sosok bocah tersangkut di bebatuan.

"Seseorang, apakah mati?" Arsen sekali lagi memaksakan dirinya untuk bangkit. Ia masuk ke dalam sungai dengan tubuh sempoyongan. Sisa-sisa tenaganya ia gunakan untuk menarik tubuh bocah itu ke tepi sungai.

Sesampainya di daratan Arsen mengamati dengan detail tubuh bocah di hadapannya. Tubuhnya pucat dan dingin. Pada lehernya terdapat bekas cekikan yang membiru. Selain itu dahi dan lengannya terluka, seperti bekas terkena benda tajam.

"Kau sepertinya belum lama mati."

Arsen menekan perut bocah itu yang terlihat kembung. Seketika air berlomba-lomba keluar dari mulut dan hidungnya.

"Astaga! Kau mati karena tenggelam. Bukan karena cekikan. Artinya saat dibuang ke sungai mungkin kau masih hidup. Bocah yang malang."

Arsen hanya tertegun memandang jasad di depannya.

"Aaakkkhhhhh!!! Sial! Lukaku!" Elsen memekik lagi. Dadanya semakin nyeri. Ia hampir mencapai batas.

"Sepertinya tubuhmu masih bagus bocah. Kau tidak mengalami luka yang fatal. Aku tidak punya pilihan lain. Maaf, aku ijin menggunakan tubuhmu."

Arsen meraih benda lain di dalam saku jasnya. Kali ini sebuah benda kecil bulat dan pipih mirip sekali dengan cermin bedak padat.

"Demi IWS, demi perdamaian negara Erenda Raya aku harus melakukan hal ini."

Arsen menekan tombol yang terletak di tengah benda pipih itu. Seketika benda itu mengeluarkan cahaya terang yang amat menyilaukan mata. Saking silaunya Arsen sampai tak bisa melihat apapun. Ia hanya bisa memejamkan matanya rapat-rapat.

Cahaya itu membesar dengan cepat. Sekejap saja telah menelan tubuh Arsen dan Galaksi. Lalu yang Arsen rasakan selanjutnya adalah jiwanya serasa dibetot paksa dari tubuhnya. Arsen merasakan rasa sakit yang luar biasa.

"AAAKKKHHHHHHHHHH!!!" Hanya jeritan keras Arsen yang terdengar selanjutnya, menutup senja di pinggir sungai pada hari ini.

***

Galaksi meniti jalanan ramai lalu lalang orang yang sibuk. Di kanan dan kirinya berdiri rumah-rumah penduduk yang sederhana. Galaksi tampak celingukan kesana kemari, heran dengan aktivitas penduduk di pedesaan. Kalau diperhatikan lebih seksama Galaksi malah lebih mirip burung kuntul yang terpisah dari kawanannya.

Seorang gadis melihat punggung Galaksi dengan kening berkerut. Tingkah Galaksi yang aneh itu terlihat mencurigakan.

"Wooooeeeee... Galak!!!" Aurora memanggil keras. Tapi Galaksi tak merespon sama sekali. Jangan merespon. Menoneh pun tidak.

"Kenapa sih tuh bocah. Sok sibuk sendiri. Dipanggil aja sampe nggak denger. Samperin ah."

Aurora berlari-larian riang mendekati Galaksi.

"Woe Galak!"

Puukkk!!!

Aurora menepuk keras pundak Galaksi hingga membuat Galaksi hampir terjerembab. Untung jantung Galaksi tidak melompat dari tenggorokan karena saking kagetnya.

"Ngapa lo dipanggil diem aja?" Selidik Aurora.

"Manggil aku? Kapan?" Wajah Galaksi terlihat seperti bocah bloon.

Kening Aurora berkerut.

"Idih, bolot apa gimana lo. Orang gue manggil sampai tenggorokan serak. Lo noleh aja nggak."

Yah, bagaimana mau menoleh. Arsen sendiri sekarang bahkan tidak tahu nama bocah ini siapa. Lagipula jiwa yang ada di dalam tubuh Galaksi saat ini adalah Arsen. Mau dipanggil pakai toa hingga ribuan kali ya nggak bakalan respon. Percuma, mubazir suara doang.

"Lo kenapa Galak, kok muka lo bingung begitu?"

Galaksi mengamati Aurora dengan seksama.

"Hmmm... Mungkin bocah ini temannya pemilik tubuh ini," batinnya.

"Namaku siapa?"

Iya, pertama-tama Arsen memang harus tahu siapa nama bocah memilik tubuh ini.

"Ha? Nama? Nggak salah lo nanya nama sendiri? Serius ah lo jangan bercanda gini."

"Aku serius." Arsen memasang wajah serius agar terlihat meyakinkan.

"Woe Galak, masa nama sendiri lo lupa? Konslet otak lo?"

"Beritahu saja." Arsen memang harus mencari tahu semua informasi tentang bocah yang tubuhnya ditinggali ini.

Aurora merasa aneh.

"Hahaha... Kalau mau nge-prank gue, lo nggak bakal berhasil tau."

Arsen menarik tangan Aurora. Membawa gadis itu menuju tempat sepi di bawah pohon yang jauh dari jalan. Gelagat Galaksi terlihat aneh. Matanya terlihat was-was. Ia mengamati sekitar, menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum memulai bicara lagi.

"Beritahu semua hal yang kau tahu tentang bocah ini. Pertama namanya. Siapa namanya?"

Aurora merasa bingung. Ia ingin ngakak kencang sekaligus ingin nangis gulung-gulung. Galaksi yang tiba-tiba aneh begini apa karena otaknya mulai geser setelah tiap hari kebanyakan di hajar oleh Uncle Sam? Bahkan sekarang Aurora melihat bekas luka di dahi Galaksi.

"Lo kesambet apa mulai gagar otak sih Galak. Masa iya nama sendiri ditanyain. Lagian gaya bicara lo napa aneh gini sih? Kek bukan lo aja ini mah."

"Jawab," Galaksi memaksa.

"Oke, oke, nama lo Galaksi. Panjangnya Ersena Galaksi Alterio. Jangan lupa lagi lo. Repot nanti kalau ditanya petugas capil pas mau bikin KTP. Puas nggak lo?"

"Ersena, itu hampir mirip dengan Arsen. Selain itu panggilannya adalah Galaksi. Dan dia dari keluarga Alterio. Hmm... Nama yang cukup keren juga."

Galaksi mengangguk.

"Terus, umur bocah ini berapa?"

Aurora memutar bola matanya, ia mulai merasa jengah meladeni tingkah Galaksi yang di luar nurul ini.

"Kalo gue bilang tiga puluh lo percaya?"

Wajah Galaksi langsung berubah tegang karena bocah absur di depannya ini berhasil mengatakan usia Elsen yang sebenarnya dengan tepat.

"Hahahaha... Ya enam belas tahun lah Galak. Masa iya lo dah umur tiga puluh tahun. Tua amat. Eh, jangan bilang abis ini nanyain dimana rumah lo ya." Aurora mewanti-wanti.

"Enam belas. Berarti bocah ini masih kelas 10 SMA. Astaga! Aku berpindah ke tubuh bocah SMA?!"

"Nah, itu juga," jawab Galaksi antusias.

"Galaksiiiiiiii... Seriusan lo???"

Galaksi mengangguk serius tanpa sedikitpun ragu. Demi melihat anggukan itu Aurora langsung frustasi.

"Galak, lo napa sih? Kesambet? Ato sakit? Ke rumah sakit yok, cek. Gue temenin deh. Sakit gini kalau dibiarin bisa makin parah tau."

Aurora cekatan mengecek suhu di kening Galaksi kemudian membandingkan dengan suhu ketiaknya. Dan dia melakukan hal itu tanpa merasa berdosa sama sekali. Bocah itu memang sedikit menjijikkan dan aneh.

"Oh, ya, kamu siapa?"

"Ya, ampuunnnnnn Galaksiiiiii... Tobat gueeeeeee!!!"

Aurora mulai mencakar-cakar permukaan pohon untuk melampiaskan perasaan frustasinya.

"A-aku sekolah dimana?"

"Huuuuwwaaaaaaaaa... Galaksiiiiiii!!! Hiks! Hiks!"

Aurora bukannya menjawab justru malah nangis sambil guling-guling di tanah. Heboh sekali. Arsen heran. Belum pernah seumur ia hidup hingga usia tiga puluh tahun begini menemukan mahluk jadi-jadian model begini.

"Heh, kau ini kenapa? Step kah? Atau ayan kah?"

Tiba-tiba Aurora bangun dengan cepat. Tangisnya mendadak menguap.

Grep!

Ia memegang kedua bahu Galaksi dengan kuat. Tatapan matanya tajam dan serius.

"Oh, sudah mulai waras rupanya," pikir Arsen.

"Galak, jujur lo sama gue. Lo tadi tadi abis darimana?"

"Dari sungai," jawab Galaksi dengan wajah polos dan jujur.

"Nah, kan nggak salah lagi. Udah gue duga nih," kata Aurora mantap.

"Apa?" Arsen jadi khawatir. Jangan-jangan bocah ini tahu perihal ia menggunakan soul changer. Dan lebih parahnya lagi jika bocah ini tahu tentang IWS yang disembunyikan Arsen. Gawat. Wajah Galaksi menegang seketika.

"Fix, lo kesambet jin penunggu sungai!" Ucap Aurora berapi-api. Gayanya sudah mirip dukun gadungan mendiagnosis pasiennya.

Kali ini Galaksi yang memutar bola matanya. Sibuk-sibuk ia suuzon. Nyatanya bocah ini hanyalah bocah dengan segala tingkah absurnya.

Aurora mendekati telinga Galaksi. Ia berbisik horor.

"Galak, lo tahu kan rumor jin penunggu sungai horor yang konon minta tumbal tiap bulannya? Gawat! Jangan-jangan kali ini lo yang bakal jadi target tumbalnya. Hati-hati lo Gal. Lagian lo ngapain sih dari sungai? Kagak biasanya. Kencing di sungai lo?"

"Isshh, ngaco." Arsen tak terima dituduh sembarangan. Ia menyingkirkan kedua tangan Aurora dari bahunya.

"Terus kenapa lo jadi aneh begini sih? Ini tuh sudah merujuk pada tanda-tanda ketempelan jin tahu."

"Mana ada. Aku baik-baik saja kok."

"Kalo lo baik-baik aja coba lo sebutin nama gue!"

Eh, kok jadi begini? Arsen gelagapan. Ia mana tahu nama bocah absur bin aneh ini.

Lagipula Arsen juga tidak bisa jujur memberitahu hal yang sebenarnya perihal perpindahan jiwanya ke tubuh ini pada bocah absur yang tidak dikenalnya.

"Nah, nggak inget kan lo nama temen sekelas lo sendiri? Udah gue duga kalo lo udah ketempelan bakal gini jadinya."

"Emangnya nama kamu siapa?"

"Aurora," jawabnya singkat. "Ayok lo ikut gue sekarang juga!"

Aurora menarik tangan Galaksi. Menyeret tubuhnya pergi dengan paksa.

"Hei, hei, Aurora mau kemana?" Arsen bingung. Ia tidak mengenal tempat ini. Juga tak ada seorang pun yang ia kenal, wajar jika ia merasa waspada.

"Kerumah Mbah Jontor. Dukun sakti mandraguna, top-topan urusan ketempelan jin deh pokoknya. Kemarin si Nina anak Pak De Saun sembuh tuh dibawa kesana. Sama kek lo abis dari sungai tahu-tahu nggak inget apapun. Ngomongnya ngelantur kemana-mana."

Gawat! Galaksi berhenti. Wajahnya seketika panik.

"Tunggu Aurora. Aku nggak ketempelan apapun. Kamu cuma salah paham.

Aurora menarik tangan Galaksi lagi.

"Udah ayok jangan protes. Ini demi kesembuhan lo tahu. Gini-gini kalo bukan gue siapa lagi yang bakal perduli ama lo. Gue ini niat baik ama lo. Jangan ditolak. Siapa tahu kan abis ini lo juga sembuh kayak anaknya Pak De Saun."

"Diapain?!" Tanya Galaksi dengan nada horor.

"Disabetin pake daun kelor, glebuk-glebuk gitu deh pokoknya, terus disembur pake air mantra sampe badan lo basah kuyup. Dah nurut. Dijamin sembuh deh lo pokoknya."

Arsen membayangkan Mbah Jontor itu bibirnya benar-benar jontor. Lebih buruknya Mbah Jontor ini giginya ompong. Sisa beberapa biji saja yang masih menancap. Itupun warnanya menghitam karena keseringan merokok dan tak pernah sikat gigi seumur hidupnya.

Lalu... Lalu bagian yang paling horornya Mbah Jontor mengkumur-kumurkan air di dalam mulutnya yang bau itu sebelum disemburkan ke seluruh tubuh Galaksi. Gawaaattt!!! Ini benar-benar gawat. Aturannya ini malah lebih gawat daripada berduet dengan anggota mafia Mata Iblis.

"Gila! Aku nggak ketempelan jin atau setan apapun Aurora. Berhenti! Aku bilang berhenti! Jangan bawa aku ke rumah Mbah Jontor!"

Aurora tak menggubris. Ia tetap menyeret tubuh Galaksi.

Bab terkait

  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 3

    Di tempat Mbah Jortor, Galaksi direbahkan, badannya di pegangi oleh dua orang asisten Mbah Jontor. Mbah Jontor sendiri berdiri di hadapan Galaksi. Ia mengenakan setelan jas putih mirip seperti dokter hewan. Wajahnya serius menatap Gakaksi."Lepaskan aku!" Galaksi memberontak. Tapi tubuhnya yang kecil tidak berdaya."Pisau!" Pekik Mbah Jontor.Wajah Galaksi menegang. Ia mau diapakan?Aurora bergerak cepat menyambar pisau dapur yang karatan. Menyerahkan pada Mbah Jontor dengan takzim. Tanpa ba bi bu Mbah Jontor mengambil kunir. Memotongnya sambil komat kamit membaca mantra. Meniupnya tiga kali."Ppuuaahhh! Ppuuaahhh! Ppuuaaahhhh!!!"Kemudian menggoreskan kuning itu di dahi Galaksi membentuk tanda X yang sangat lebar."Hei, apa ini?! Lepaskan aku!!!"Sepertinya percuma saja jika Galaksi meminta dilepaskan. Orang-orang ini benar-benar sangat kompak, terencana, dan sistematis dalam membuat Galaksi menderita.Mbah Jontor menoleh pada Aurora. Ekspresinya tidak main-main. Kemudian ia memberika

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31
  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 4

    Drap! Drap! Drap!Galaksi berlari cepat. Pikirannya terfokus pada IWS, sehingga ia tak sadar jika menabrak bahu seseorang.BBBAARRRKKK!!!Dua bocah itu sama-sama terpental ke belakang. Keduanya meringis kesakitan."Bangsat bocah miskin!" Umpatan kasar mengalun merdu dari mulut yang Ezar.Inilah trio geng kampret yang tidak diapa-apakan saja sungguh senang mencari perkara dengan Galaksi apalagi ini mendapatkan jalaran ditabrak. Bisa-bisa masalah kecil ini akan dibesar-besarkan. Diolah menjadi perkara sedemikian rupa supaya mereka bisa mem-bully Galaksi hingga puas.Rio dan Seto lekas membantu Ezar berdiri. Galaksi memandang tiga bocah itu.Duaakk!!!Ezar menendang dada Galaksi. Membuat bocah itu terlentang.Drap!Kali ini kaki Ezar yang naik ke atas dada Galaksi. Bocah itu bertingkah tengik dan sok jagoan."Minggir," ucap Galaksi dengan nada yang sangat dingin."Apa lo bilang? Minggir? Jangan ngesok lo Gala, gue hajar bengep juga muka lo."Galaksi menyeringai."Heehhh... Di usiaku yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31
  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 5

    Esok harinya Galaksi sadar. Langit yang kemarin menggelora sekarang telah berubah cerah. Bocah itu merangkak naik dari dasar jurang yang ternyata tidak terlalu dalam. Hanya sekitar lima meteran saja.Meskipun rasa sakit di tubuhnya sudah menghilang tapi Galaksi masih merasa letih. Bocah keluar dari hutan dengan sesegera mungkin. Ia ingin membersihkan diri dan istirahat."Ah, yang mana rumah Galaksi?" Bocah itu terlihat kebingungan. Ia hanya berjalan berputar-putar di sekitar desa.Sampai ketika seorang lelaki tua menegurnya."Lho, Galaksi mau kemana?" Tanya orang tua itu heran melihat penampilan Galaksi yang penuh lumpur kering."Anu... Mau pulang."Kening orang tua itu berkerut."Kan rumah Galaksi sudah kelewat."Galaksi tidak tahu harus merespon bagaimana. Jujur ia malu karena lagi-lagi ia pasti disangka aneh seperti Aurora kemarin."Kalau boleh tahu rumah Galaksi yang mana ya Kek?""Tuh." Kakek itu menunjukkan rumah terpencil jauh paling ujung. Rumahnya paling kecil dan tampak reyot

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 6

    Di kediaman keluarga Dadeswara terdapat dua jasad yang di jajarkan dalam dua peti megah yang berbeda. Satu jasad Mr. Daneswara dengan luka tusuk yang merobek organ hatinya. Dan satunya lagi adalah jasad King Arsen, putra semata wayang keluarga Daneswara yang mati dengan kondisi lebih mengenaskan.Jasad King Arsen dipenuhi luka-luka disekujur tubuhnya. Tapi bagian luka fatal yang menghilangkan nyawanya adalah luka tembak yang tembus dari punggung hingga ke dadanya.Selain itu jasad King Arsen ditemukan dalam kondisi kulit yang berkerut dan pucat karena terlalu lama berada di air. Jasadnya baru evakuasi dua hari setelah pengejaran anggota mafia Mata Iblis."Mrs. Daneswara, kami tutut berduka cita sedalam-dalamnya atas musibah yang menimpa keluarga Daweswara." Rekan-rekan bisnis keluarga Daweswara bergantian mengucapkan bela sungkawa pada mamanya Arsen.Wanita itu matanya telah semerah buah saga. Ratusan air matanya pasti sudah menetes sejak kematian suaminya dan kini ditambah kematian pu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 7

    Kalian tidak bosan-bosannya berurusan dengan ruangan BK?! Sepagi ini bertengkar?! Ibu benar-benar tidak habis pikir." Bu Sukma melipat kedua tangannya di depan dada. Mata elangnya memandang tajam kepada empat murid bermasalah di depannya yang duduk tepekur dengan wajah menunduk dalam. Wajahnya senantiasa galak. Seolah ingin menelan hidup-hidup bocah-bocah yang selalu bermasalah."Ezar, Rio, Seto, sok jagoan bener kalian tiap hari mem-bully Galaksi!"Tiga bocah yang kena sembur itu memasang wajah seolah menyesal. Tapi, jangankan menyesal. Tidak ada kata menyesal dalam kamus tiga geng kampret itu. Yang ada mereka justru merencanakan dendam yang lebih kepada Galaksi."Bu, jangan hanya nyalahin kami dong. Orang Galaksi juga salah. Lihat tuh tangan Ezar sampai luka begitu." Rio memulai dramanya, memojokkan Galaksi sebagai pelaku. Padahal mereka lah tadi yang memulai perkara. Sungguh sikap yang sangat memuakkan.Ezar dan Seto mengangguk kompak, mereka mendukung drama yang diuat Rio. Bahkan u

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 8

    Bu Sukma menggeleng. Ia menurunkan kedua tangannya yang terlipat di depan dada."Bukan Galaksi. Aku bukan anggota mafia brengsek seperti Mata Iblis itu.""Hn, kau pikir aku akan percaya begitu saja?" Tanya Galaksi dengan ekspresi merendahkan kemampuan ekting Bu Sukma yang dinilainya buruk.Bu Sukma baru akan membuka mulut untuk menjelaskan identitas aslinya pada Galaksi ketika ia mendengar suara jerit gaduh di luar. Suara bentakan kasar dan benda-benda yang jatuh ke lantai juga tak kalah keras.Penasaran dengan hal yang terjadi di luar guru berambut keriting itu buru-buru mendekati horden, menyibakkan sedikit untuk mendapatkan celah agar bisa mengintip keluar.Di luar keadaan tampak kacau. Loker-loker yang berjejer rapi di depan kelas sudah di acak-acak. Isinya dikeluarkan secara paksa. Bahkan loker itu sendiri ada yang sudah terjungkal di lantai.Bu Sukma berbalik dengan cepat. Wajahnya berubah panik. Ia menyambar jaket kulit hitam yang tersampir di lengan kursi miliknya, melemparkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 9

    Gawat!"Seru Galaksi panik ketika melihat di depannya muncul tiga orang anggota Mata Iblis. Kemudian di belakangnya mengejar tak kurang dari tujuh orang. Dua orang lainnya muncul dari pintu kanan dan satu lainnya muncul dari lorong sebelah kiri. Galaksi terkepung di tengah."Mau kabur kemana lo?" Para anggota mafia Mata Iblis itu merangsek maju mereka mengambil pistol dan pisau yang terselip di pinggangnya. Siap menyerang Galaksi.Galaksi berhenti. Ia memejamkan matanya."Walaupun aku bisa bela diri tapi menghadapi semua musuh bersenjata ini rasanya peluang kalahku lebih besar daripada peluang menangku. Ditambah lagi aku belum bisa mengaktifkan infinity weapon system. Bagaimana ini?" Grep!Seseorang meraih leher Galaski. Mencekiknya. Galaksi yang kaget langsung meronta."Aakhhhhh!!!" Leher Galaksi tercekik. Ia tak bisa berteriak. Kondisi ini membuat ia tak berdaya untuk melawan. Gawat! Riwayat Galaksi akan segera tamat.Disaat keadaan semakin memburuk tiba-tiba semua orang bisa meliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12
  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 10

    Galaksi melangkahkan kakinya pulang ke kediaman Uncle Sam dengan keadaan letih. Ia memang melarikan diri dari sekolah setelah membunuh anggota Mata Iblis. Susah payah bersembunyi agar tidak tertangkap.Sesampainya di dalam rumah ia melihat seseorang tengah bertamu. Galaksi berhenti di depan pintu."Nah, itu dia anaknya. Bocah nggak berguna yang hidupnya cuma nyusahin gue!" Tunjuk Uncle Sam dengan wajah bengisnya. Ia masih marah lantaran ditipu Galaksi yang pura-pura mati dan malah menakut-nakutinya hingga ia terkencing di celana.Sampai kapan pun jika teringat kejadian itu Uncle Sam ingin rasanya menggorok leher Galaksi.Orang yang berperawakan tinggi dan berwajah tanpa ekspresi itu menatap Galaksi dengan intens, seolah sedang menyelidiki sesuatu dari Galaksi. Beruntung saat ini tubuh Galaksi terlihat normal. Warna matanya juga kembali normal. Tidak ada tanda-tanda aneh seperti saat ia di sekolah tadi."Kelihatannya biasa saja" Orang itu tampak meragukan Galaksi."Ck, apa lo masih bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15

Bab terbaru

  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 88

    Liburan semester hampir usai. Entah kenapa malam ini Edo tiba-tiba saja mengajak Gara bertemu di sebuah cafe."Kenapa Do muda dilipet begitu?" Tanya Gara begitu melihat wajah sahabatnya begitu lecek seperti uang tertinggal di dalam kantong terus kecuci sampai kering."Aduh Ra aku harus gimana?" Edo meletakkan kepalanya di atas meja."Maksudnya apa do? Ngomong yang jelas dong."Edo kemudian menegakkan kepalanya lagi."Ra, Sabia hamil tau."Gara sih sebenarnya tidak terkejut. Tapi dia tidak enak jika ketahuan pernah menguping pembicaraan pribadi Edo dan Sabia.Tapi Gara salut juga dengan kejujuran Edo. Di saat ada masalah seperti ini Edo masih mencari Gara dan menceritakan semuanya pada Gara. Sementara Gara justru membohongi Edo tentang pernikahannya dengan Bella."Hamil?" Tanya Gara pura-pura tidak tahu."Ah, iya." Edo mengusak kepalanya dengan gusar."Yang waktu di pesta dia mabuk dengan Bella. Inget kan?"Gara mengangguk."Gimana ceritanya sih Do?""Ya gitu deh Ra," jawab Edo lesu."

  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 61

    Ketua klan menoleh pada Galaksi."King Arsen, aku akan membantumu membantai klan Demario. Aku yang akan melakukannya.""Tapi kenapa?""Karena ini yang dikehendaki kerajaan." Ketua klan memandang lurus ke depan."Kau naif atau bagaimana? Sepatuh itu dengan kerajaan yang membuat klanmu menderita?""Itu sama saja King Arsen. Kau bilang tubuh bocah yang kau tempati adalah keturunan tidak murni klan Demario. Artinya kau saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari klan Demario itu sendiri. Jika aku tidak membantai klan ini kau juga yang akan membantainya. Pada akhirnya kerajaan tetap menyudutkan kita. Membuat kita tak punya pilihan selain membantai klan kita sendiri.""Menumpahkan darah. Daripada kami melawan kerajaan dan menumpahkan darah rakyat maka lebih baik kami saja yang berkorban. Biar darah kami sendiri yang tertumpah."Galaksi berdecih."Cih, situasi ini memuakkan.""Dibandingkan dirimu yang kami alami tentu tidak seberapa. Kami akan mati dan meninggalkan kepedihan ini denga

  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 60

    "Ada sekitar tiga ratus kepala keluarga yang merupakan keturunan klan Demario. Dan pemimpin dari klan ini adalah aku. Kau bisa memanggilku dengan sebutan Puan." Terang ketua klan tersebut."Dengar Puan, kerajaan mengirimku untuk membantai klan Demario karena mereka mendapatkan informasi bahwa klan ini mampu menciptakan mesin penjelajah waktu. Mereka menganggap mesin itu berbahaya karena siapapun dapat dengan mudah dari dan pergi ke dimensi waktu yang berbeda. Mereka takut klan Demario melakukan pemberontakan." Galaksi menjelaskan duduk perkaranya."Lalu sebenarnya siapa dirimu bocah? Kenapa kau yang dikirim oleh kerajaan untuk membantai kami?"Galaksi diam terlebih dahulu."Aku berasal dari masa depan. Tubuh bocah ini masih keturunan tidak murni klan Demario. Dia dari keluarga Alterio yang tersisa dari pembantaian. Namanya Galaksi. Sedangkan jiwaku, aku sebenarnya King Arsen Daneswara yang terjebak di tubuh Galaksi karena teknologi klan Demario yang bernama soul changer."Ketua klan i

  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 59

    Galaksi keluar menuju wilayah ujung paling ujung timur perdesaan. Wilayah ini di kelilingi dengan pagar tinggi mirip seperti benteng. Pintu gerbangnya di jaga dengan ketat. Akses keluar masuk sangat diperhatikan."Tunggu bocah, kau mau kemana?" Tanya penjaga. Ia mendorong tubuh Galaksi menjauh dari sekitar gerbang."Aku mendapatkan misi khusus dari perdana menteri." Galaksi memberikan gulungan perkamen yang terdapat cap tanda kerajaan. Penjaga pun memeriksa keaslian cap itu. Tak diragukan lagi itu memang asli. Tapi melihat penampilan Galaksi yang lain daripada yang lain itu membuat penjaga gerbang sedikit mengernyitkan dahinya."Kau boleh masuk," katanya setelah mengembalikan gulungan perkamen itu.Pintu gerbang pun di buka. Galaksi masuk ke pemukiman klan Demario yang dikucilkan dan dipenjara dengan tembok-tembok pagar yang tinggi.Galaksi berjalan sambil melihat kanan dan kiri. Penampilan klan Demario tidak seperti kebanyakan penduduk. Mereka tampak bersih dan berpenampilan rapi mes

  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 58

    BBUUUUUMMMMMMM!!!Tembok di belakang perdana menteri jebol. Semua orang melongo tidak percaya."Kau lihat apa yang ada ditubuhku? Kau lihat kekuatan penghancur dari senjata yang kutembakkan. Ini semua hasil buah kecerdasan klan Demario. Kau bilang klan Demario bisa dimusnahkan hingga habis tuntas? Kalian benar-benar salah!"Perdana menteri yang licik itu memandang Galaksi dengan pikiran yang sibuk."Klan Demario memang klan yang cerdas. Ia bisa saja merusak usahaku untuk mengendalikan ratu. Jika klan ini dibiarkan begitu saja maka yang terjadi adalah aku yang disingkirkan dari istana ini. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Jika aku tersingkir dari istana aku tidak bisa lagi menikmati kehidupan layaknya di surga. Apapun yang terjadi maka klan Demario tetap harus disingkirkan," batin perdana menteri."Baginda Ratu, bocah itu terlalu lancang. Ia bahkan tidak memiliki sopan santun sedikitpun. Bagaimana jika Baginda Ratu mengeksekusi dia sekarang saja.""Tap-tapi bagaimana dengan ucapan bocah

  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 57

    "Apa yang terjadi jika aku tidak mengakui diriku sebagai penyusup?"Ratu memperhatikan Galaksi."Kau cukup bernyanli juga rupanya bocah. Tentu saja kau akan dihukum. Aku akan memberikan hukuman cambukan yang tiada henti hingga kau mengungkapkan semua informasi kerajaanmu."Galaksi diam sambil menyeringai.Saat itulah seseorang datang dengan tergopoh-gopoh. Ia langsung memberikan hormat pada ratu."Baginda Ratu. Hamba datang membawa informasi mengenai klan Demario."Galaksi langsung melebarkan matanya. Inilah yang ia cari-cari. Kira-kira informasi apa yang orang itu bawa?"Singkirkan bocah bodoh itu dari hadapan Baginda Ratu. Informasi klan Demario lebih penting daripada mengurusi bocah tidak penting itu!" Perintah perdana menteri pada dua prajurit.Galaksi segera ditarik paksa untuk menyingkir. Tapi karena Galaksi ingin mencuri dengar informasi yang barus saja dibawa oleh seorang prajurit maka Galaksi berhenti berjalan."Hormat Baginda Ratu. Ijin melaporkan informasi dari klan Demario

  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 56

    Di dalam istana sang ratu bukan saja Galaksi yang dibawa untuk menghadap ke Ratu. Ada lima orang lainnya dengan tangan terborgol yang menunggu untuk menghadap ratu."Baginda Ratu, orang ini terbukti mencuri sekarung beras dari gudang istana." Seorang prajurit melaporkan. Sementara orang tua berbaju lusuh yang dilaporkan langsung merunduk dalam ketakutan."Baginda Ratu, tolong ampuni hamba, hamba mencuri karena terpaksa. Sudah satu minggu pengawal perdana menteri menyuruh hamba untuk membuat taman istana tapi sepeserpun hamba tidak diupah. Anak istri hamba menderita kelaparan. Hamba hanya mencuri untuk makan, bukan untuk memperkaya diri. Percayalah pada hamba. Mohon ampuni hamba baginda Ratu." Laki-laki tua itu menghiba dengan air mata bercucuran."Bahkan Erenda Raya sudah sebusuk ini sejak seratus lima puluh tahun yang lalu?" Batin Galaksi."Wae, wae, baginda Ratu yang agung apakah ucapan dari mulut rakyat jelata yang kotor itu dapat dipercaya?" Seorang dengan perawatan tinggi besar m

  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 55

    "Klan Demario adalah klan dengan kecerdasan yang luar biasa. Karena itu klan Demario menjadi ancaman besar bagi sebuah negara. Mereka ditakuti oleh elit Kerajaan Erenda Raya. Akhirnya mereka di singkirkan ke pinggir kota. Mereka difitnah akan melakukan kudeta pada ratu yang saat itu berkuasa. Pada akhirnya klan Demario dibantai habis-habisan." Terang Bu Sukma.Galaksi menatap Bu Sukma tidak percaya. Sementara Resna mulai mengeluarkan benda berbentuk heksagonal mengkilap dari dalam saku bajunya. Resna tersenyum licik. Ia menyembunyikan sebuah rencana."King Arsen. Bagaimana jika kau melihat sendiri sejarah leluhur tubuh yang kau tempati? Bukankah akan menarik jika kau melihat nasib dari leluhurmu terdahulu?""Maksudmu apa Resna?"Resna melemparkan sebuah benda heksagonal kecil itu ke depan Galaksi. Saat itu juga benda itu aktif. Benda itu mengeluarkan sebuah cahaya kebiruan yang terang. Lalu di dalam cahaya terang itu muncul semacam terowongan hitam yang terus membesar."Galaksi menyin

  • Terjebak di Tubuh Bocah SMA   Bab 54

    "Tidak! Tidak! Jangan kesana!!!"Semuanya terlambat. Tembakan telah dilepaskan.BBBBBUUUUUUUMMMMMM!!!DDDDDUUUUUUAAAAAARRRRRRRR!!!"Mengaktifkan dome!!!"Sebuah dome muncul dengan diameter yang sangat besar. Dome berhasil mengurung semua orang tanpa terkecuali. Sehingga ledakan itu tidak mengenai siapapun.Gavin mendongak. Galaksi berdiri di atas dome dengan kedua tangan terlipat di depan dada."Whoooaaaa... Galaksi!" Seru Gavin senang sekali.Bu Sukma terdiam. Ia merasakan tubuhnya mendadak lemas."Hampir saja... Hampir saja nyawa semua orang melayang.""Apa aku datang tepat waktu?" Tanya Galaksi."Ya, kau tepat waktu Tuan Muda Alterio."Galaksi merasa sedikit tersentuh dengan panggilan Bu Sukma barusan."Musuh baru terdeteksi. Hancurkan!""Tunggu!" Teriakan lantang itu mengudara. Semua pasukan manusia robot langsung menurunkan senjatanya. Bahkan robot yang besar juga berhenti bergerak. Mereka seperti takluk di bawah perintah Resna."Gawat! Resna?" Wajah Bu Sukma menjadi pusat.Resna

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status