Kesibukan akan banyaknya hasil panen membuat Nathan tak begitu memperhatikan keseharian Nela. Yang dia tahu sekarang adiknya itu sedang sibuk mempersiapkan semua berkasnya untuk masuk ke perguruan tinggi. Setiap hektar sawahnya menghasilkan 18 sampai 20 ton padi. Hal ini yang membuat Nathan harus terus mengawasi proses panen padi sampai ke pengeringan dan penggilingan. "Nela dimana ?" tanya Badar tatkala bertemu Nathan di penggilingan. "Dia sedang mengurus berkasnya untuk masuk ke perguruan tinggi,' jawab Nathan. "Mengapa tidak mengabari paman, biar paman suruh Rafik menemaninya." "Dia bersama temannya Linda, jika mereka mengalami kesulitan dalam mendaftar ke perguruan tinggi, barulah aku minta anak paman membantunya." "Baiklah kalau begitu, lalu bagaimana dengan berasmu, apa kau akan memasarkannya seperti ayahmu dulu ?" "Kita lihat bagaimana nanti ke depannya paman, aku mencoba membuka ponsel ayah ternyata ada beberapa pesan tapi sudah lama. Aku akan mencoba menghubungi mereka
"Aku tahu Nela kemana paman," ucap Nathan pelan."Maksudmu ?""Dia pasti di culik oleh mahluk dari dunia lain."Badar menatap Nathan tak percaya, dia tahu darah Nathan bercampur dengan darah bangsa peri, tapi apa hubungannya dengan Nela ? Ketidak mengertian paman Badar terjawab setelah Nathan menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewatkan. Untunglah Linda sudah masuk dan mengatur pakaiannya di dalam lemari sehingga dia tak mendengarkan obrolan mereka."Lalu apa yang akan kau lakukan ?" tanya Badar."Aku akan ke dunia lain lagi paman, aku akan meminta bibi Nita menemani Linda di rumah ini. Ini akan memakan waktu yang lama paman, sebulan di sini sama dengan seminggu di sana.""Paman penasaran, bisakah paman ikut ?""Jangan, aku mohon bantuan paman untuk membantu paman Giri memasarkan beras kami.""Baiklah, tapi berhati-hatilah. Untuk urusan di rumah ini, paman akan menyuruh bibi Karlina menemani Linda. Biarkan Nita menjaga rumahmu yang di desa. Kita tidak tahu sewaktu-waktu Ningsih b
Nathan mencari Dewi, dia berniat mengajak gadis itu untuk ikut bersamanya ke kerajaan Billu tetapi Dewi tak bisa keluar rumah karena sedang di pingit. Sebentar lagi dia akan menikah dengan Putera Mahkota Abillon. Mendengar kabar itu Nathan tersenyum bahagia, akhirnya pamannya akan menikah juga dengan Dewi. Biarlah dia pergi sendiri kali ini.Lady Sina menemani Nathan, namun dia menyamar menjadi seorang pria tampan. Nathan bahkan sampai tidak mengenalinya. Mereka pergi menunggang kuda menuju kerajaan Billu. Penjaga pintu gerbang sudah mengenal Nathan sehingga mempersilahkan mereka masuk.Lady Sina dan Nathan menuju ke penginapan, mereka di dampingi pasukan bayangan. Tak ada yang bisa melihat keberadaan pasukan itu. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendeteksi keberadaan mereka. "Aku akan memantau kondisi Nela, pangeran harap mengumpulkan energi dengan beristirahat penuh. Gunakan mantera perubah wujud, jika pangeran dalam kondisi seperti ini, khawatirnya pangeran akan mudah dik
Dayang itu sempat mundur ke belakang karena Nela mendorongnya dengan keras. Para dayang yang lain saling berbisik. Pengawal wanita yang mengawasi Nela geleng-geleng kepala."Benar-benar keras kepala.," gumamnya. Dia tak bisa berbuat banyak, hendak marah tapi gadis ini sangat spesial jadi harus di perlakukan dengan spesial. Dayang Lady Sina bangkit kembali dan mencoba merangkak menghampiri Nela. Para dayang memastikan jika temannya itu akan di dorong lagi. Kali ini dayang sengaja membisikkan sesuatu ke telinga Nela."Nathan berharap kau bersabar."Nela yang sedang menelungkupkan kepalanya di kedua lututnya segera mendongak dan menoleh.Lady Sina mengedipkan sebelah matanya."Tuan Puteri harus makan agar tubuhmu kuat."Nela berangsur-angsur melunak, dia menatap Lady Sina dengan perasaan was-was. Namun Lady Sina berusaha meyakinkannya.Lady meraih meja makan kecil yang berisi makanan yang di bawanya. Para dayang dan pengawal wanita menganga, ternyata dayang gemuk itu berhasil membujuk p
Dayang Kunti mengamati sekeliling, dia sangat ketakutan apalagi ketika dia melihat nenek Colona sedang menatapnya dengan tajam. Dia segera berdiri dan berjalan dengan pelan menghampiri Nela."Tuan Puteri, hamba akan menemani anda mandi dan berganti baju," dayang Kunti berkata dengan sangat pelan.Nela mengamatinya, dia tau ini adalah dayang yang membawakannya makanan tapi gelagat dayang ini tidak seperti tadi."Apakah kau ingat apa yang kau katakan padaku tadi ?" Nela ingin menguji dayang ini. Jika dugaannya benar, berarti Nathan sengaja menggunakan tubuh dayang ini entah bagaimana caranya."Hamba hanya mengatakan jika anda tidak makan, maka akan mati," jawab Kunti pelan nyaris tak terdengar. Nela memaklumi kenapa dayang bicara begitu pelannya, namun setidaknya dia harus berterima kasih pada dayang ini, karena melalui tubuhnya Nathan bisa berkomunikasi dengannya.Nenek Colona sedang mengamati mereka, terlihat Nela yang menarik tangan dayang ke belakang."Siapa namamu ?"Dayang Kunti
Keberadaan di dunia lain akan membutuhkan waktu yang lama, Nela mulai menyadari jika dia terhempas ke dunia antah berantah. Percakapannya dengan dayang Kunti mulai membuka cakrawala berpikirnya. Dia yang tak pernah percaya sedikitpun akan mahluk gaib kecuali malaikat, pelan namun pasti mulai mempercayainya. Semula Nela mengira dirinya sudah mati, tiba-tiba berada di hutan belantara membuatnya berpikir begitu. Lalu ketika Batista muncul dan menyinari matanya dengan sebuah senter barulah dia menyadarinya. Rupanya Batista bukan manusia, dia lalu teringat dengan petualangannya setahun yang lalu di hutan. Dia ingat Nathan seakan berbicara seorang diri, mungkin hal seperti inilah yang dialami kakaknya itu."Apakah ada manusia lain selain diriku di dunia ini ?" tanya Nela pada dayang Kunti.Setelah mandi dan memakai gaun zaman dahulu membuat Nela merasa segar kembali, lalu duduk berbincang dengan dayang Kunti."Isteri pertama Putera Mahkota adalah manusia," bisik dayang Kunti dengan perasaa
Pasukan yang lolos seleksi berjumlah dua puluh orang, termasuk Nathan salah satunya. Matahari begitu teriknya membuat punggung terasa terbakar. Pasukan itu di jemur dan di gembleng untuk tahan banting. Demi untuk menyelamatkan Nela, Nathan bersedia menjalani aktivitas yang menyakitkan ini.Nathan berpikir, pasti kehidupan di kerajaan ini tidak normal. Di lihat sekilas kehidupan di istana ini sangat aman dan tentram. Nathan ingin bertanya mengapa puteri Balqis harus diasingkan.Akhirnya setelah mengikuti beberapa latihan, pasukan baru ini di istirahatkan. Nathan duduk di bawah pohon yang rindang untuk menghilangkan lelah. Seorang pengawal duduk di sebelah Nathan sambil menyodorkan sebotol air untuk melepaskan dahaga."Kau berasal dari daerah mana ? Kau terlihat berbeda dari yang lain," tanya pengawal itu penasaran."Aku berasal dari seberang gunung di ujung sana, namaku Gilang. Dan kau ?""Namaku Dirga, aku berasal dari ujung perkampungan.""Apa tujuanmu menjadi pengawal ?" Nathan meng
Hawa panas menyelimuti gedung putih, semua itu dikarenakan kehadiran Melati yang muncul tiba-tiba. Batista menahan geram, rasanyanya ia ingin menghabisi para pengawalnya yang lalai. Nela melihat itu tersenyum gembira, setidaknya dia punya teman manusia.Melati menatap Nela, tak bisa di pungkiri jika gadis ini sangat cantik pantas saja suaminya tergila-gila. Melati tak menghiraukan Batista yang menyuruhnya pulang ke kediamannya."Kembalilah ke tempatmu, kita akan bicara nanti,"Melati hanya mencibir dan menghampiri Nela."Hai, apa kabar ? Siapa Namamu ?" Batista terdiam, tadinya dia bersiap-siap akan melindungi Nela jika Melati mengamuk, tak di sangka isterinya itu malah menyapa Nela dengan ramah."Namaku Nela, aku sedang tidak baik-baik saja. Suami gilamu itu menyekapku," jawab Nela.Melati menggelengkan kepalanya, dia meminta Nela untuk berhenti mencela suaminya. Setahun hidup bersama, dia sudah tahu bagaimana perangainya dan bagaimana kehidupan di kerajaan ini.Nela melihat gerakan
Abilon sedang duduk berbincang dengan Nathan di teras rumah, tak lain yang mereka bicarakan pastilah Nela dan ibu mertuanya."Kapan lagi ibu mertua Nela menjalani terapi, kalau menurutku sih bawa saja ibunya itu ke rumah sakit jiwa biar dia tahu rasa!" ucap Abilon."Hahahaha...kau ada-ada saja, oh ya Dewi kapan kembali ke kerajaan, kita sebentar lagi akan masuk kuliah, jika kelak setelah wisuda apakah kau akan melanjutkan terus untuk menggapai profesi dokterku?" tanya Nathan.'Sepertinya tidak lagi, aku sudah cukup tau banyak hal tentang medis dari kampus, mungkin setelah wisuda aku akan kembali ke kerajaan Goro, mengingat ayahanda sudah sangat tua jadi aku harus sudah bersiap-siap menggantikan posisinya sewaktu-waktu, dan Dewi besok sudah harus kembali ke kerajaan Goro," jawab Abilon.Sementara itu di rumah keluarga tuan Budi, ibu Astrid sudah bangun dari tidurnya, sesuai petunjuk ustad saat bangun ibu Astrid diminumkan air ruqyah dan setelah itu di mandikan di halam belakang rumah.
Melati yang saat itu sedang duduk di pendopo bersama beberapa ustazah dikejutkan dengan mobil paman Badar yang berhenti tepat di depan pendopo. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi saat melihat paman Badar turun bersama Rendy dari mobil. Seketika wajah Melati menjadi pias, dadanya bergemuruh. Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya agar para ustazah yang lain tidak mengetahuinya."Assalamu alaikum!" ucap paman Badar dan Rendy bersamaan."Waalaikum salam!" jawab para ustazah bersamaan.Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Melati, ada getaran aneh yang menjalar di dada kedua insan ini, namun Melati berusaha memalingkan wajahnya. Rendy semakin penasaran, wajah Melati terlihat bersinar dan sangat cantik. Dia terbayang wajah permaisuri yang berada di kerajaan Bilu, keningnya berkerut mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.Untunglah dalam situasi itu Kyai Lukman segera datang bersama isterinya."Selamat datang tuan Badar, ini siapa? Adiknya atau ponakan? Mari silakan masuk!
Proses Ruqyah berjalan dengan lancar, tak terdengar lagi teriakan ibu Astrid. Nampak ustad Thohir keluar dari kamar di susul tuan Budi dan Nauval."Untuk proses terapinya tidak hanya sekali, kita akan mencoba meruqyahnya besok, sekalian disiapkan beberapa media seperti daun Bidara dan beberapa obat herbal lainnya. Besok kita akan memandikan ibu Astrid dengan daun Bidara," kata ustad Thohir."Baiklah, kami akan menyiapkannya. Terima kasih!" kata tuan Budi dengan penuh rasa terima kasih.Sementara itu di sudut hutan nampak berjalan terseok-seok seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuhnya lemas tak bertenaga, dia melihat ke kiri dan kanan berharap menemukan air untuk melepas dahaganya.Ustad Thohir setelah melakukan. proses ruqyah di antar oleh Nathan menuju ke desanya, mereka melewati jalan belakang, tak sengaja Nathan melihat sosok pria yang berjalan sempoyongan di balik pohon."Sepertinya ada orang yang membutuhkan pertolongan," kata Nathan sambil menepikan mobilnya
Di kediaman tuan Budi nampak kesibukan yang cukup ramai, betapa tidak, semua keluarga datang berkumpul karena ibu Astrid mengalami kesurupan yang parah. Bahkan Zaskia juga terlihat di tengah banyaknya keluarga yang datang membesuk."Aku harus bicara dengan Zaskia!" kata Nauval."Untuk apa? Jangan menambah beban keluarga kita. Kurasa dia tidaklah penting, yang penting saat ini adalah ibumu!" cegah Nela."Setidaknya dia harus tau jika kondisi mama seperti ini karena ulahnya, aku akan memberi peringatan padanya untuk berhenti mengganggu kita, aku sangat muak melihatnya," Nauval tetap bersikukuh ingin mendekati Zaskia.Nela hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menurutnya semua ini tak akan ada gunanya. Tapi karena melihat Nauval yang tetap ngotot akhirnya dia hanya mengangkat bahunya tanda pasrah.Nauval menghampiri Zaskia, wanita cantik itu sudah menyadari keberadaan Nauval yang mendekatinya. Hatinya berbunga-bunga, dia menunjukkan rasa simpatiknya pada Ibu Astrid yang tertidur pulas di
Di kerajaan Bilu masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tertangkapnya tabib Jorgi yang saat itu juga di arak keliling kampung. Ada yang tak pernah tahu alasan penangkapan merasa iba saat melihat tabib Jorgi terkurung di dalam kerangkeng yang terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. "Kasihan tabib itu ya? Apa salahnya dia? Bukankah dia yang telah menyelamatkan Raja dan nenek Kolona?" ucap salah seorang warga."Dia merencanakan pemberontakan!" kata salah seorang lagi."Oh benarkah? Aku tak percaya ini!" gumam seorang wanita muda. Dia sangat kasihan melihat wajah tabib Jorgi yang memar dan bengkak akibat di pukul oleh para pengawal kerajaan.Putri Balqis mendengar tertangkapnya tabib Jorgi merasa tidak tenang, dia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar dan tak berani keluar."Akhirnya tabib itu tertangkap juga, apakah kau tak ingin melihatnya?" tanya Rendi yang melihat isterinya hanya berbaring saja di tempat tidur."Untuk apa? Biarkan Raja yang mengambil keputusan tepat untuk mengh
Tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Suhu, dia malah tersenyum mengejek saat melihat Nauval yang menatapnya dengan marah. "Kita apakan dukun ini?" tanya Nauval pada ayahnya."Papa ingin menyerahkannya pada polisi, tadi papa sudah mengirim pesan pada teman papa," jawab tuan Budi pelan.Dia tak gentar dengan gertakan Suhu yang hendak menyeret isterinya. Iya sudah memikirkannya dengan baik, makanya dia menghubungi temannya di kepolisian. Kalau memang istrinya tetap terseret ke ranah itu, dia harus menerimanya dengan legowo. Siapa tau dengan begitu istrinya akan sadar dengan apa yang telah di lakukannya.Nathan tak berkata apapun dia hanya memejamkan matanya mencoba menerka apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang terikat di depannya ini. Suhu terlihat tenang-tenang saja, merasa dirinya tidak bersalah sama sekali.Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi berhenti depan rumah. Dua orang petugas dengan berseragam lengkap mendatangi rumah tuan Budi. Setelah memberi salam keduanya masuk ke
Nathan dan Nela saling berpandangan, ada sedikit kelegaan di hati kedua kakak beradik itu, lalu seakan teringat sesuatu Nathan segera menarik tangan Nela masuk ke dalam.Nampak Nauval sedang duduk berjongkok di depan ibunya yang terus meringkuk gemetar, air yang di berikan Kyai Lukman hanya di taruhnya di atas meja. Di samping kanan Nauval nampak Suhu terikat dengan tak sadarkan diri.Nauval menghampiri Suhu dan berusaha menepuk-nepuk bahunya agar sadar. Nela menghampiri suaminya dengan membawa botol air yang terletak di meja."Kak, mengapa tak memberikan air ini pada mama. Kasihan mama sedang shock, kita perlu menghubungi dokter," ucap Nela lalu ikut duduk di samping suaminya.Nauval bukannya tak mendengar perkataan Nela tetapi di hatinya sangat menyesali tindakan ibunya. Nela begitu sangat perduli pada ibunya walau dia tahu ibunya bermaksud mencelakainya.Mobil berhenti di depan rumah, rupanya tuan Budi yang sejak tadi di hubungi Nauval telah tiba dari luar kota. Para maid segera be
Di dalam rumah pertarungan terus berlanjut, Kyai Lukman merasa seakan ada yang membantunya, Nathan berhasil melumpuhkan Suhu. Seisi rumah menjadi berantakan, para maid bersembunyi di dapur, ada yang nyalinya cukup kuat berusaha mengintip dari balik pintu."Jika tuan Budi kembali melihat rumah bagaikan kapal pecah seperti ini kira-kira apa yang akan terjadi?" kata Maid Wati."Hush diam, ini bukan menjadi urusan kita. Kita hanya akan membantu membereskan rumah!" tegur Maid kepala pada bawahannya.Di sudut rumah nampak ibu Astrid meringkuk ketakutan, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini, entah apa yang akan dia sampaikan pada suaminya apalagi Nauval kini membencinya.Di dalam kamar Nauval tak sekalipun meninggalkan Nela, di elusnya kepala istrinya itu dengan lembut "Tenanglah! Tidak akan terjadi apapun padamu," hiburnya.Nela mendengar pertarungan di luar walau suaminya berusaha menutup telinganya dengan headset, Nela mendengar suara kakek Sutan dan beberapa suara pasukan yang men
"Hentikan!" teriakan Ibu Astrid dari ujung tangga cukup membuat Nauval dan Nathan terkejut."Apa-apaan ini ma, mereka membaca ayat-ayat suci, kok mama menyuruh berhenti, ada apa ini ma?" protes Nauval.Ibu Astrid terkejut dengan protes anaknya, dia yang tak berpikir panjang dengan teriakannya sendiri kelabakan menghadapi protes Nauval. Dia terdiam beberapa saat, Nauval ada benarnya, mengapa dia menghentikan bacaan ayat-ayat itu? Kyai Lukman tak terpengaruh dengan itu semua, dia tetap meneruskan bacaannya dan malah lebih di keraskan. Abilon dan Dewi tertawa melihat tingkah ibu Astrid."Pasti tabib Jorgi yang menyuruh ibu Astrid sehingga bertingkah konyol begitu!' ucap Abilon."Mereka sepertinya nya kepanasan, aku merasakan hawa panas dari ruang studio!" kata Dewi.Belum selesai obrolan mereka berdua tiba-tiba dari lantai dua terdengar teriakan yang menggema."Aku tak suka ini, hentikan!"Abilon dan Dewi waspada, begitupula Nathan, Kyai Lukman tak terpengaruh sama sekali, dia terus mela