Sepanjang perjalanan dari mall menuju ke rumah Samudra tidak buka suara. Tiara sendiri hanya bisa takut-takut pada suaminya. Wanita berhijab itu tahu kalau saat ini sang suami sedang menahan emosi. Tapi dia tidak berani untuk mengatakan sesuatu sampai pria itu sendiri yang mengajaknya berbicara. Tepat saat mobil berhenti di lampu merah Samudra menoleh ke samping kiri lalu kedua matanya menatap dalam sang istri. "Sejauh mana hubunganmu dengan Aldo dulu?" Pertanyaan Samudra membuat hati Kiara tergelitik. Bagaimana tidak Tiara tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun sebelum menikah karena dia memiliki prinsip pacaran setelah menikah. Itulah sebabnya dulu meskipun Aldo adalah pria populer di kampusnya dan digilai oleh para mahasiswi dia sendiri tidak tertarik untuk mengenal lebih dekat walaupun pria tersebut berusaha untuk mendekatinya. Kiara menatap suaminya dengan tatapan lembut lalu telapak tangannya diletakkan di atas punggung telapak tangan sang suami yang sedang ber
"Kita butuh waktu berdua untuk membuatkan adik Cantika. Kalau di rumah terus, adik pesanan Cantika nggak akan pernah terbentuk," bisik Samudra membuat wajah Kiara memanas. Lelaki itu tersenyum nakal ketika sudah memasuki suit room yang begitu mewah. Dengan menggunakan satu kaki, ia mendorong pintu hingga tertutup dan terkunci otomatis. Sedangkan tangan pria itu tak mau lepas dari pinggang ramping sang istri. Tatapan mereka saling beradu dengan deru nafas saling berlomba. Kiara tahu bagaimana cara meredam api cemburu yang sempat membakar dada lelaki yang telah menghalalkannya itu akibat kehadiran pria bernama Aldo. Meski dengan wajah malu-malu, tapi wanita berhijab itu tahu tugasnya untuk membuat sang suami meleleh. Detik berikutnya hanya ledakan kembang api yang begitu indah mendominasi perasaan pasangan suami istri tersebut. Entah kapan Samudra menyiapkan semua ini. Yang jelas dari dekorasi kamar hotel ini dengan banyaknya kelopak bunga mawar, lilin aroma terapi, musik klasik yang
Aroma masakan menguar hingga memenuhi rongga hidung wanita cantik yang masih terbaring di atas kasur. Kedua matanya perlahan membuka seiring dengan perutnya yang berbunyi. Kiara menoleh ke kanan dan sebuah senyum menyambutnya. Samudra menatap sang istri dengan mata berbinar. Posisinya yang menghadap Sanga istri dengan tangan menyangga kepala dan siku sebagai tumpuan. Kiara mengerjap-ngerjapkan matanya. Mendadak bayangan peristiwa beberapa jam lalu berputar bak film di benaknya membuat pipi putihnya memerah karena malu. Terlebih saat ini sang suami tengah menatapnya begitu intens. "Ma-mas?" ucapnya terbata-bata.Samudra tersenyum lalu menyelipkan helaian rambut sang istri ke belakang telinga. "Nyenyak sekali boboknya. Sampai-sampai aku mengira tengah bersama putri tidur," ujar lelaki itu. Kiara memukul dada bidang suaminya dengan pukulan yang lebih terasa seperti elusan bagi Samudra. Setelah beberapa menit menggoda sang istri, Lelaki berhidung mancung itu membuka selimut hingga tub
Pagi-pagi sekali di kediaman Samudra sudah terjadi keributan lantaran Cantika masih ngambek karena belum bisa melihat papa dan mamanya. Gadis kecil itu terus membuat ulah sampai pengasuh yang biasa membantunya kewalahan."Gak mau! Cantik nggak mau mandi kalau nggak sama mama!" teriak gadis kecil itu sambil melempar bantal serta bonekanya hingga berserakan di lantai. "Oma bohong! Katanya mama akan pulang tapi kenapa sampai sekarang belum datang juga?" Suara Cantika makin melemah karena kelelahan. Melinda menghela nafas panjang menyaksikan cucu kesayangan tampak begitu rapuh menunggu kehadiran menantunya, Kiara. Sebenarnya bisa saja wanita paruh baya itu langsung menghubungi Mama sambung Cantika tapi dia tidak melakukannya karena ada niat berselubung. Mumpung ada kesempatan mereka bisa keluar berduaan maka tak ingin menyia-nyiakan. Dia sangat yakin Kiara akan bertahan jika sudah hamil.Walaupun saat ini gadis yang dinikahi secara dadakan oleh putra semata wayangnya itu sudah memaafkan
"Kenapa aku harus ikut? Apa Mas nggak takut keberadaanku justru mengganggu pekerjaan Mas?" Tak mudah tersenyum penuh makna. Sudah ada kejutan yang ia siapkan di kantor untuk menyambut kedatangan sang istri. Melihat suaminya hanya senyum-senyum wanita itu tak tahan lalu mencubit lengan sang suami. "Mas, aku serius bertanya. Kenapa malah senyum-senyum nggak jelas?" Ingin rasanya Kiara menjitak kepala suaminya adik iya tak takut dosa. Sungguh saat ini ia merasa suaminya begitu misterius. Tidak lebih tepatnya sejak dua hari yang lalu. Setelah mobil terparkir sempurna pasangan suami istri itu keluar dan berjalan dengan elegan menuju kantor yang begitu menjulang. Anehnya Kiara merasa kondisi kantor terasa tidak biasa. Dalam hati ia bertanya kenapa jam segini masih sangat sepi bahkan tidak ada seorangpun yang terlibat di lobi. Belum hilang rasa penasaran Kiara tiba-tiba dia mendengar derap langkah yang saling bersahutan dari balik lift yang tiba-tiba terbuka. Kiara menutup mulutnya den
Pagi ini ada yang berbeda dengan Kiara. Jika biasanya sepagi ini ia sibuk menyiapkan putrinya untuk berangkat sekolah dengan membuatkan bekal makan yang lezat dengan bentuk yang unik, kali ini wanita itu meminta bibik untuk menggantikan tugasnya. Bukan karena sudah tak mau lagi menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga. Hanya saja semenjak sang suami memberinya tugas di kantor untuk menjadi seorang CFO, dia tak memiliki banyak waktu luang di rumah. Selain bekerja, Kiara diwajibkan untuk belajar secara privat agar bisa menjalankan tugasnya. Beruntung Kiara termasuk seorang pembelajar dan pengingat yang baik. Sehingga dia tidak kesulitan salam memahami setiap materi yang diberikan.Dan saat ini, Kiara sudah siap dengan gamis warna mocca dipadu blazer hitamnya. Tampak anggun dan berkelas meskipun memakai pakaian syar'i. Di depan cermin, Kiara berdiri mengamati pantulan tubuhnya yang tampak berbeda. Samudra tersenyum menatap sang istri penuh cinta. Perlahan pria itu mendekat lalu meling
"Bro, kenapa gue sepertinya tadi melihat Kiara di kantor ini. Apa sekarang dia juga bekerja di sini?" Tanpa mengucap salam atau basa-basi, pria yang sudah membuat jengkel pemilik ruangan itu langsung bersuara. Samudra mendengus kesal pada lelaki yang baru saja masuk tersebut. Meski mereka sudah berteman sejak lama, tapi kadang-kadang sikap lelaki itu memang menyebalkan. Seperti saat ini, dia datang tiba-tiba dan menganggu pekerjaannya. Samudra menghiraukan kehadiran pria itu seolah makhluk tak kasat mata. Ia lebih memilih untuk kembali berkutat dengan berkas-berkas yang menumpuk di mejanya daripada meladeni tamu tak diundang tersebut. Merasa diabaikan, Vino memilih untuk mengitak Atik ponselnya. Satu kaki ia angkat ke atas hingga menumpu pada kaki lainnya. Sementara Jack hanya bisa geleng-geleng kepala melihat interaksi dua sahabat yang terkadang mirip Tom dan Jerry tapi terkadang sangat solid itu. Jack merasa sudah tidak ada hal penting lagi yang akan dibicarakan bosnya, sehingga
Sudah satu bulan berlalu tapi kabar tentang hilangnya seorang napi bernama Melisa masih menjadi tanda tanya. Pasalnya wanita itu seolah hilang ditelan bumi. Jejaknya tidak terdeteksi dan pergerakannya tak bisa diketahui.Meski demikian Samudra tetap percaya kalau wanita itu masih belum sepenuhnya melepaskan dendam padanya dan juga Kiara. Untuk itu Samudra tetap waspada meskipun berusaha untuk tenang karena khawatir Kiara merasa terancam dengan hilangnya Melisa dari penjara.Detektif swasta yang dia sewa bahkan belum memberikan keterangan apapun terkait hilangnya wanita licik itu. "Bagaimana, apa sudah ada kabar?" tanya Samudra tanpa memandang ke arah pria yang sedang berdiri di sampingnya. "Belum ada, Pak. Tim it yang sudah dikerahkan tidak mampu melacak keberadaannya. Saya rasa ada orang yang sangat kuat di belakangnya yang sengaja melindungi keberadaan wanita itu."Dalam hati Samudra mengakui kebenaran yang diucapkan oleh asisten kepercayaannya. Karena tidak mungkin seorang Melisa
"Cantik kan sudah bilang jangan ikuti Cantik! Cantik sudah besar, sudah berani ke kamar mandi sendiri!" tolaknya.Setelah mengatakan itu langsung berlari menuju ke kamar mandi siswa yang berada di sebelah kanan gedung sekolah ini. Pengasuh dan bodyguard itu akhirnya mengalah pada nona mudanya daripada mendapat amukan sang majikan. Mereka juga berpikir ini masih di lingkungan sekolah jadi tidak mungkin ada orang asing yang bisa masuk ke area sekolah terlebih di gerbang ada penjaga. Lima menit, sepuluh menit, sampai lima belas menit Cantika tak kunjung kembali. Pengasuh dan pengawal mulai gelisah. Seharusnya kalau hanya buang air kecil Cantika sudah kembali. Tanpa dikomando, dua orang yang sama-sama dipekerjakan untuk menjaga Cantika itu bergerak cepat menuju ke kamar mandi siswa. Satu per satu bilik dibuka tapi tak ada tanda-tanda keberadaan seseorang di sana. "Non! Non Cantik!" panggil bibik panik. Namun tak ada sahutan dari sana. "Bagaimana ini, Non Cantik tidak ada di manapun!" u
Tanpa menunggu matahari terbit malam itu juga semua tim dikerahkan untuk menyisir parkiran kantor. Terdapat dipungkiri jika kehadiran Melisa kembali membuat hidup Samudra tidak tenang. Samudra hanya memantau dari rumah karena khawatir istrinya akan mencari jika tiba-tiba wanita yang dicintainya itu terbangun seperti biasa. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Samudra duduk di sofa kamarnya sambil terus memantau ponselnya. Yaitu terus berkomunikasi dengan kepala tim yang diterjunkan untuk menyisir parkiran kantor. Sudah satu setengah jam pria berhitung mancing itu menunggu kabar tapi anak buahnya belum ada satupun yang memberikan kabar padanya. Tiara merasa tiba-tiba tenggorokannya kering sehingga membuatnya terbangun untuk minum. Namun ia merasakan tempat tidur di sebelahnya. Wanita itu membuka mata lalu mencari sosok suaminya. Sepasang mata Kiara menyipit tatkala melihat siluet pria sedang duduk di sofa dalam kamarnya. Tanpa perlu menajamkan matanya pun wanita itu tahu si
Samudra menatap wajah sang istri yang tampak damai dalam tidurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tak heran jika Kiara sudah terlelap di peraduan setelah drama wanita misterius tadi siang. Ia merasakan lelah yang amat sangat sehingga memilih untuk tidur lebih awal. Terlebih lagi besok dia harus kembali masuk ke kantor setelah sehari mengambil cuti dadakan. Samudra menarik selimut untuk menutup istrinya. Mengatur suhu ruangan agar tidak terlalu dingin dan tidak terlalu gerah. Setelah mematikan semua kondisi nyaman untuk sang istri tidur nyenyak kalau ia mematikan lampu utama dan menggantinya dengan lampu tidur. Setelahnya Samudra memilih untuk keluar perlahan menuju ruang kerjanya. Di depan meja yang penuh dengan tumpukan berkas Samudra menangkap kosong jendela yang belum tertutup kordennya. Taburan bintang di langit tampak begitu indah terlihat dari dalam ruang kerja Samudra. Perlahan pria itu berjalan menuju balkon ruang kerjanya lalu mengeluarkan ponsel dan terlihat mengh
Kiara berdiri lalu pamit pada para orang tua wali untuk pergi lebih dulu. Sepeda motor metic yang ditumpangi Kiara melaju dengan kecepatan sedang. Ibu dan anak itu tidak langsung pulang ke rumah melainkan mampir ke mall untuk bermain lebih dulu. "Mama, Cantik mau main itu!" tunjuk Cantika. Saat ini mereka sedang berada di time zone yang ada di lantai dasar mall ini. Kiara mengangguk lalu mengatakan pada sang buah hati kalau dirinya duduk di salah satu bangku yang tidak jauh dari tempat itu. Saat berjalan menuju ke bangku tersebut, ia merasakan bahunya ditabrak seseorang. Wanita itu mendongak saat mendengar suara yang tak asing di telinganya.Kiara menatap sosok yang tak asing di depannya. Namun ia tampak ragu karena wanita yang menabraknya segera pergi. Tak ingin membuat Cantika menunggu, Kiara segera berjalan lagi. Namun sepanjang jalan ia terus kepikiran dengan sosok yang dia kenali sebagai Melisa. Namun kenapa wajahnya berbeda."Mama, Cantik mau es krim!" Tiba-tiba Cantika sudah
Setelah mendapatkan informasi dari Excel Samudra tidak langsung pulang ke rumah melainkan mengadakan pertemuan dengan tim it untuk melacak kebenaran keberadaan Melisa. Segala kemampuan dikerahkan untuk mengetahui posisi wanita yang pernah menjadi penyebab meninggalnya calon buah hati Samudra itu. Namun tampaknya Samudra harus menelan kecewa lagi karena ternyata wanita bernama Melisa itu sudah tidak berada di tempat yang disebutkan oleh Excel sebelumnya. Seolah tahu kalau dirinya sedang menjadi buronan, maka wanita itu berpindah-pindah tempat. Hanya saja memang ada sosok yang melindunginya sehingga keberadaannya tidak mudah dilacak. Tempat pukul 12.00 malam Samudra mengakhiri rapat dengan timnya lalu memilih untuk pulang. Karena tidak mau mengganggu tidur sang istri pria itu masuk ke kamar dengan cara mengendap-endap seperti maling berharap wanita yang ia cintai itu tidak terganggu oleh kehadirannya. Dia tahu memang mereka berdua butuh bicara karena kedatangan Clara secara tiba-tiba
Seringai tipis muncul di bibir pria berambut gondrong tersebut. Jelas Samudra terkejut melihat pria yang sudah lama menghilang dari kancah dunia bisnis itu. Dulu pria itu adalah saingan terberat Samudra ketika sedang merintis bisnisnya. Pria itu beberapa kali selalu mengalahkan Samudra dalam memperoleh tender. Usut punya usut pria itu mengambil jalan curang hingga saat perusahaan pria berambut panjang itu tengah di puncak kejayaan, mendadak ada beberapa orang yang melaporkan sehingga dia harus mendekam di penjara karena perbuatannya. Entah kapan pria itu bebas. Karena sejak menghilang dari dunia bisnis, media tak pernah lagi memberitakannya. Kini mendadak dia kembali muncul dengan membawa info yang sangat dibutuhkan Samudra. Entah suami Kiara itu bisa percaya atau tidak setelah apa yang dilakukan pria tersebut dulu. Masih lekat dalam ingatan Samudra bagaimana lelaki gondrong itu menjegal setiap langkahnya. "Duduklah! Jangan memandangku seperti itu, macam melihat hantu saja." Pria
Baru saya Jek mau mengangkat panggilan itu tiba-tiba dering ponsel berhenti. Tak berselang lama sebuah pesan masuk dari nomor yang sama."Katakan pada bosmu, aku sudah bisa melacak keberadaan Melisa."Kalimat yang cukup singkat tapi sangat membawa pengaruh yang cukup besar bagi perubahan lewat wajah asisten pribadi Samudra itu. Ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu sejak satu bulan yang lalu. Setelah melalui berbagai macam cara tidak mendapatkan informasi apapun tentang wanita ini pernah mengusik rumah tangga atasannya itu, kini tiba-tiba kabar tentang keberadaannya kembali terdengar.Ucap langsung melakukan panggilan kepada lelaki tersebut. Pada dering ketiga suara bariton seorang pria langsung menyapa pendengaran Jack. "Di mana dia sekarang?" tanya Jack tanpa basa-basi. Sementara Samudra mengurungkan niatnya untuk menyusul sang istri begitu mendengar informasi yang cukup penting itu. Untuk masalah Kiara dia akan membujuknya nanti malam. Bukan karena tidak memprioritaskan kekasih h
"Ini semua berkatmu, Mas. Juga berkat bantuan Jack dalam membimbingku selama ini."Samudra mengangguk membenarkan ucapan sang istri. "Jangan terlalu sibuk. Ingat kita sedang promil."Kiara memukul lengan suaminya. "Bukankah kamu sendiri yang menjebakku dalam pekerjaan yang tidak ada habisnya ini?"Samudra terkekeh, lalu mengusap kepala sang istri dengan lembut. "Maafkan aku, Sayang. Aku hanya ingin kita selalu bersama baik di rumah maupun di kantor."Di saat pasangan suami istri itu tengah tertawa bersama, tiba-tiba seseorang memanggil nama Samudra. "Samudra?" Spontan pasangan suami istri itu menoleh ke sumber suara. Kiara menatap sosok wanita yang berdiri dengan penampilan yang sangat mencolok. Dress ketat warna merah cabe dengan rambut blonde tergerai begitu saja. Sementara Damar hanya menatap sekilas dengan wajah datar.Tanpa permisi, wanita itu langsung duduk di hadapan Samudra. Senyumnya mengembang sempurna seolah baru saja menemukan sebongkah emas di hadapannya. Namun ada yang
Sudah satu bulan berlalu tapi kabar tentang hilangnya seorang napi bernama Melisa masih menjadi tanda tanya. Pasalnya wanita itu seolah hilang ditelan bumi. Jejaknya tidak terdeteksi dan pergerakannya tak bisa diketahui.Meski demikian Samudra tetap percaya kalau wanita itu masih belum sepenuhnya melepaskan dendam padanya dan juga Kiara. Untuk itu Samudra tetap waspada meskipun berusaha untuk tenang karena khawatir Kiara merasa terancam dengan hilangnya Melisa dari penjara.Detektif swasta yang dia sewa bahkan belum memberikan keterangan apapun terkait hilangnya wanita licik itu. "Bagaimana, apa sudah ada kabar?" tanya Samudra tanpa memandang ke arah pria yang sedang berdiri di sampingnya. "Belum ada, Pak. Tim it yang sudah dikerahkan tidak mampu melacak keberadaannya. Saya rasa ada orang yang sangat kuat di belakangnya yang sengaja melindungi keberadaan wanita itu."Dalam hati Samudra mengakui kebenaran yang diucapkan oleh asisten kepercayaannya. Karena tidak mungkin seorang Melisa