"Tapi Isabel, jika kita menolong pelayan Eli dan juga memberitahu keluarga Louis tentang keberadaan pelayan Eli, sudah pasti kita akan mendapatkan uang lima juta dolar dari mereka. Tapi, jika kita membiarkan Pelayan Eli mati, apa kau yakin, belum tentu kau dan Tuan Muda David akan bersama," ucap Alex dengan cemas.
Pasalnya, Alex tahu, setelah keluarganya menipu keluarga Demino dengan mengganti pengantin wanitanya, David sudah tidak menginginkan pernikahan dengan Isabel lagi. Mungkin, jika Elyana benar-benar meninggal pun Tuan Besar Demino pasti mencari wanita lain lagi untuk David, tidak mungkin kembali menjodohkannya dengan Isabel.
Jika semua tebakannya benar, sudah pasti Alex tidak akan mendapatkan keuntungan apapun, termasuk mengambil kembali perusahaan Danu dari tangan Darwis Demino.
"Papa tenang saja!" Isabel mulai meyakinkan Alex, "Masih banyak cara untuk mendapatkan David kembali. Sekalipun itu harus dengan cara-cara licik! Yang jelas, aku pasti akan m
Makasih untuk kalian semua yang masih setia menunggu kisah Elyana. Juga makasih untuk kebaikan kalian yang selalu memberi saya gem. Moga kita semua selalu sehat. ☆*:. o(≧▽≦)o .:*☆ (っ'-m')╮=͟͟͞͞💌
Siang hari, di kediaman keluarga Louis sudah ada Dimitri dan juga kedua orang tuanya, tidak lupa dengan bocah lucu dan menggemaskan—berusia enam tahu—yang merupakan anak dari Dimitri. Mereka semua datang atas undangan dari Asisten Judis tadi siang. Mereka semua berkumpul di ruang keluarga untuk membicarakan masalah pernikahan Rosyana dan juga Dimitri. Karena Yuan Louis tidak ada di sini, jadi sekarang yang membuka pembicaraan adalah Logan Louis, anak tertua di keluarga itu. Logan mulai berkata pada Dimitri dan juga orang tuanya, "Begini! Saya, selaku orang tua Rosyana, ingin menyampaikan keinginan kami untuk mempercepat pernikahan Ros dan juga Dimitri. Mereka sudah bertunangan berbulan-bulan, kami rasa, tidak ada salahnya jika kita membicarakan pernikahan mereka, dan segera menggelar pesta pernikahan. Acara kita semua segera menjadi anggota keluarga, hehe!" Logan sedikit tertawa agar menciptakan suasana yang santai dan nyaman. Tentu itu disambut
"Saya minta maaf! Masalah ini, kita masih bisa membicarakannya. Walau tadi Dimitri berbicara demikian, namun saya yakin, dia tidak sungguh-sungguh untuk mengatakannya." Ayah Dimitri mencoba untuk meyakinkan Rosyana dan juga ketiga pamannya agar tidak mempercayai kata-kata putranya. Ia khawatir ucapan Dimitri akan menyinggung perasaan mereka.Selain tidak enak, Fandes juga merasa malu dengan sikap putranya yang tiba-tiba membatalkan pernikahan.Namun Dimitri masih kukuh dengan pendiriannya. "Tidak Ayah! Aku serius, tidak sedang bercanda! Aku—"Brak!"Sudah, cukup!" Tiba-tiba Logan memukul meja dengan keras untuk menghentikan perdebatan antara Fandes dan juga Dimitri.Logan juga sudah mendengar semua ucapan dan ketidakbersediaan Dimitri untuk menikahi keponakannya—Rosyana. Sebagai orang tua, jelas, Loga merasa tidak enak dengan cara Dimitri yang seperti ini. Jika pria itu ingin membatalkan pernikahan, mengapa tidak dari kemarin saja, saat
Hari ini, cuaca sangat cerah dan segar ketika mereka bertiga keluar dari gedung apartemen dan berjalan menuju tempat parkir. Sinar mentari terasa hangat di negara Italia—tempat tinggal Elyana dan juga putranya, sekarang. Tapi, beberapa jam lagi Elyana bersama putranya—Alvano Louis—akan segera terbang ke negara Prancis untuk pulang ke kampung halamannya untuk menemui keluarga Elyana.Setelah tiba di tempat parkir apartemen, Elyana dan putranya segera naik ke dalam mobil Arvan untuk diantar ke bandara internasional yang ada di pusat kota."Besok, aku akan menyusul kalian ke Prancis. Hari ini aku masih banyak pekerjaan, jadi belum bisa pergi ke manapun," ucap Arvan yang saat ini sedang mengemudikan mobil dengan santai. Sesekali ia menoleh ke arah wanita di sampingnya sambil memegang roda kemudi.Elyana pun mendengarnya. Ia segera menoleh ke samping dan balas melihat pria yang begitu baik terhadapnya. Lalu mengangguk. "Enh!""Terima kasih, K
Di jalan raya yang cukup padat, David mengemudikan mobilnya dengan lincah. Ia mengejar taksi yang tadi ditumpangi oleh wanita dan anak laki-laki itu yang sekarang sudah semakin jauh. Namun, seberapa cepat David mengejar, taksi itu sudah tidak terlihat lagi. Ia kehilangan jejak dan tidak tahu taksi itu membawa wanita dan anak itu pergi ke mana."Aish, sial!" maki David sambil memukul roda kemudinya dengan satu gerakan. Ia menggigit kuku jarinya sambil terus berpikir.Tadi, ketika melihat seorang wanita dan anak kecil berdiri di seberang jalan, David merasa tidak asing dengan wajah wanita itu. Tiba-tiba jantungnya berdebar kencang dan rasanya akan segera keluar melalui mulutnya. David terkejut juga merasa tidak percaya dengan apa yang tadi dia lihat. Wanita itu sangat mirip dengan istrinya yang sudah meninggal lima tahun yang lalu.Namun dipikir lagi, itu rasanya tidak mungkin."Jika wanita itu benar adalah Elyana, seharusnya dia membawa anak kembar, bukan
"Daddy!" panggil Alvano lagi sambil mendongak, menatap Daniel dengan penuh kegembiraan. Akhirnya, setelah hidup hampir lima tahun lamanya, Alvano bisa melihat wajah ayah kandungnya sendiri. Di saat anak lain memanggil Daddy dan bermain bersama Daddy, Alvano hanya terdiam sambil membayangkan wajah ayah kandungnya. Walau Arvan memperbolehkan Alvano memanggilnya dengan sebutan Daddy, namun Alvano menolak, karena ibunya selalu bilang bahwa ayahnya ada di luar negeri, bukan pria yang setiap hari datang ke rumah dan dipanggil Paman oleh Alvano. Dan sekarang, setelah penantian panjang, akhirnya Alvano bisa melihat Daddy yang selama ini ia rindukan. "Daddy! Aku anakmu! Apa kau tidak menyukaiku?" tanya Alvano dengan polos. Menurutnya, itu adalah kata-kata yang tepat melihat ayahnya tidak merespon apapun ketika bertemu dengan dirinya. "Alvano!" Elyana segera melepaskan diri dari pelukan Daniel, lalu berjongkok dan menggendong anak itu. "In
Di malam hari, ada empat orang dewasa dan satu anak kecil sedang duduk di meja makan sambil menyantap makan yang sudah dipesan oleh Elyana melalui aplikasi di ponselnya. Mereka berlima duduk dengan tenang sambil fokus pada piring masing-masing.Ketika semua orang mulai menyantap makanannya, tiba-tiba Arani terdiam sambil menoleh ke samping untuk memperhatikan Elyana dan putranya.Dari pulang kerja hingga sekarang, Arani terkejut dan masih belum percaya bahwa yang ada di rumahnya benar-benar sahabatnya—Elyana—yang meninggal lima tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan mobil.Dan sekarang Elyana benar-benar masih hidup dan membawa seorang anak yang begitu lucu."Ada apa?" tanya Elyana yang menyadari bahwa Arani terus memperhatikan dirinya."Apa kau pikir aku ini adalah hantu yang bisa memesan makanan buat kalian semua?" tanya Elyana dengan sedikit bercanda. Di mulutnya masih ada banyak makanan hingga bicaranya sedikit tidak jelas.
Malam semakin larut. Elyana dan putranya sudah kembali ke apartemen dan sudah tertidur pulas di kamar Rosyana. Mereka kelelahan karena sudah berjalan-jalan sambil melihat indahnya kota Paris di malam hari.Hingga akhirnya, pagi pun tiba. Elyana yang masih mengantuk segera bangun dan bersiap untuk pergi ke bandara. Putranya pun dengan patuh bangun, dan berpakaian.Di meja makan, semua orang sudah duduk dan bersiap menyantap sarapan pagi mereka, termasuk Daniel yang baru datang.Ketika sedang makan, tiba-tiba ponsel Elyana yang ada di saku pakaian berdering. Panggilan masuk itu terus saja terdengar walah Elyana tidak menghiraukannya.Dari samping, Alvano segera berbicara sambil menatap ibunya dengan heran, "Mami, panggilan itu sungguh mengganggu kami. Kenapa tidak dilihat saja, siapa yang menghubungi Mami sepagi ini?"Karena semua orang terganggu dengan suara berisik itu, akhirnya Elyana mengambil ponselnya dari saku pakaian."Eh, Kak Arvan!"
"Yang jelas, prioritas utama kita sekarang adalah Kakek!" balas Rosyana dengan pelan. "Aku ingin, kau tidak lagi memikirkan David.""Di rumah, Kakek begitu kesepian. Dia tidak ada semangat untuk beraktifitas. Pergi ke kantor pun sudah jarang. Makanya, kemarin-kemarin, aku datang ke sini dan ingin meminta bantuan Daniel untuk mengurus masalah di kantor," tambah Rosyana sambil menoleh ke arah Daniel. Tatapannya begitu lembut menatap pria itu."Da-Daniel?" Elyana mengikuti arah pandangan Rosyana. Merasa heran, juga tidak mengerti. "Mengapa Daniel?""Bukankah masih ada Asisten Judis? tanya Elyana masih dengan heran. " Asisten Judis lebih tahu semua hal tentang perusahaan daripada Daniel. Mengapa kau malah meminta bantuan Daniel?""Aku hanya kasihan pada Daniel, nanti dia akan pusing sendiri melihat permasalahan yang ada di kantor. Hehe!" canda Elyana di akhir ucapannya. Ia tidak ingin membuat Daniel salah paham dan merasa diremehkan."Ya, a
"Apa kau menyukai kejutan dari kami?" bisik Rosyana dengan kerlingan mata penuh godaan sambil berjalan di atas karpet merah mendampingi Elyana. "Anggap saja ini sebagai hadiah dari kami atas kembalinya El setelah lima tahun menghilang!" timpal Yuan Louis dengan santai. Tidak terdengar nada keras seperti yang biasa pria tua itu katakan. Ucapan dari kakak dan kakeknya itu membuat Elyana hampir pingsan karena terkejut juga terharu. "Jadi ... ini???" "Ya, ini adalah hari pernikahanmu dan David! Kami sudah menyiapkan ini dari empat hari yang lalu. Walau terkesan mendadak, namun aku dan Daniel sudah menyiapkan pesta pernikahan ini dari empat bulan yang lalu. Jadi sekarang ... berbahagialah, ini semua untukmu dan David! " Rosyana menjawabnya tanpa ragu. Rosyana dan Daniel sepakat untuk membuat akta pernikahan tanpa ada pesta pernikahan. Mereka ingin menghadiahkan pesta ini untuk Elyana dan David. Bahkan, mereka mencetak ulang dan menyebar undangan ya
Elyana segera membenarkan emosinya. Ia berkata dengan pelan, "Kak! Sepertinya, kita sudah nyaman menjadi saudara daripada pasangan!" Elyana menutup kotak cincin di hadapannya, lalu mendorongnya ke arah Arvan lagi. "Kak! Kau pria yang baik. Kau pun harus menikah dengan wanita yang baik pula. Dan wanita baik itu bukanlah aku!" "Ya, walau selama ini aku sudah banyak berhutang budi kepadamu, namun, aku sungguh tidak pantas untuk menjadi istrimu!" lanjut Elyana, masih dengan pelan karena takut menyinggung perasaan Arvan. "Apa kau menolakku karena mantan suamimu?" tanya Arvan—tidak suka. Arvan memegang erat kotak itu dengan sekuat tenaga. Terlihat bahwa dia tidak suka dengan penolakan halus Elyana. "Bukan!" jawab Elyana dengan ragu. "Hubunganku dengan David pun sepertinya tidak ada masa depan. Kakek tidak menyukainya, dan David pun tidak pernah datang lagi ke rumahku." Bahkan, ponsel Elyana yang waktu itu diambil oleh David, sudah di
Keesokan harinya, kondisi Yuan Louis sudah sangat baik. Bahkan, lebih baik dari sebelumnya. Tidak ada lagi rasa sakit yang sering ia keluhkan—membuatnya tidak mampu untuk pergi ke kantor. Sekarang, tubuhnya sudah benar-benar sehat setelah melihat cucunya kembali.Tiga hari kemudian Yuan Louis sudah bisa pergi ke kantor untuk bekerja. Ia menyelesaikan semua pekerjaan yang sempat tertunda, juga menangani masalah kerjasamanya dengan perusahaan David.Di rumah, tinggallah Rosyana dan juga Elyana, karena Alvano pergi bersama Arvan tadi pagi."El, apa kau mau ikut bersama kami ke butik?" tanya Rosyana pada adiknya. Ia merias sedikit wajahnya agar terlihat lebih segar. Sedangkan Elyana, duduk di atas tempat tidur sambil melihat kakaknya berdandan."Sepertinya tidak bisa!" Elyana segera menolaknya. "Aku sudah janjian dengan Arvan, sekalian mau menjemput Alvano.""Oh!" Rosyana memoles bibirnya dengan pewarna bibir sambil bercermin. Lalu menutup lipsti
"Elyana ... atau, lebih akrab kalian memanggilnya dengan nama Pelayan Eli, dia adalah Nona Kedua di keluarga Louis yang kabur dari rumah dan melamar menjadi pelayan di rumah kalian." David menatap pria bernama Alex Danu itu dengan penuh ancaman. Juga melihat keterkejutan dari wajah Alex Danu ketika mendengar cerita pelayannya—Eli.David melanjutkan, "Karena aku dan putrimu dijodohkan, putrimu menolak lalu kabur dari rumah bersama kekasihnya tepat di hari pernikahan! Lalu???"David menarik napas panjang sebelum dia melanjutkan ceritanya.Ada perasaan sedih ketika dirinya harus mengenang kembali nasib Elyana yang terjebak pernikahan dengannya. Itu rasanya sangat berat. Seharusnya, pertemuannya dengan sang istri haruslah pertemuan yang manis hingga akhirnya mereka jatuh cinta dan menikah. Namun, ini malah karena sandiwara Alex Danu dan istrinya hingga dirinya menikahi pelayan mereka—Elyana.David tahu cerita lengkap ini dari Daniel dan dari Elyan
Hari ini, dunia Yuan Louis terasa sangat cerah dan indah. Ia bisa melihat cucunya—Elyana—yang sudah lama menghilang. Banyak bintang-bintang bertaburan di atas kepala Yuan Louis yang perlahan menyebar ... mengisi seisi ruangan itu. Terlihat seulas senyum di wajah pria tua berusia delapan puluh taun itu sebelum akhirnya Yuan Louis memejamkan mata, lalu tubuhnya melemah dan ambruk di atas tempat tidur."Kakek!" teriak Elyana dan Rosyana secara bersamaan. Mereka sangat panik melihat sangat kakek tiba-tiba pingsan setelah melihat Elyana.Daniel dengan cepat naik ke atas tempat tidur, lalu mengangkat punggung dan kepala Yuan Louis."Cepat, cari Asisten Judis! Kita harus segera membawanya ke rumah sakit!" teriak Daniel pada kekasihnya—Rosyana.Elyana dan putranya hanya berdiri di samping tempat tidur sambil melihat kakeknya dipeluk oleh Daniel. Elyana begitu terkejut melihat keadaan Yuan Louis yang tiba-tiba saja pingsan.Nona pertama di
Sore hari, di Kota Lyon, di kediaman Yuan Louis, semua orang sudah berkumpul dan masuk ke dalam rumah untuk menemui sang pemilik rumah. Namun, tidak dengan Arvan. Setelah memastikan Elyana dan putranya sampai di rumah, pria tersebut malah berpamitan dan pergi dengan menggunakan taksi. Elyana yang merasa tidak enak dengan situasi ini, segera mengirim pesan singkat pada Arvan untuk memastikan pria itu baik-baik saja.["Ya, aku tidak apa-apa. Kau jangan khawatir. Nanti jam delapan malam, aku akan datang menjemput Alvano!"]Elyana terdiam sambil memegang ponselnya setelah membaca pesan dari Arvan. Perasaannya masih tidak enak.Walau bagaimanapun, Arvan sangat berjasa dalam hidupnya. Jika bukan karena lima tahun yang lalu Arvan membawanya pergi dan merawatnya di luar negeri, mungkin Elyana dan Alvano tidak akan ada di muka bumi ini lagi. Dan mungkin, dirinya akan mati sia-sia karena ulah Alex Danu yang menginginkan Elyana meninggal. Jadi sekarang, Elyana benar-benar
Satu jam telah berlalu. Di atap gedung perusahaan Demino, Elyana dan yang lainnya sudah berkumpul—bersiap untuk menaiki pesawat pribadi yang sudah disiapkan oleh David—untuk mereka kembali ke kota Lyon. Suara bising, juga angin dari baling-baling pesawat yang begitu kencang, menerpa tubuh, rambut dan pakaian mereka. Elyana berdiri di samping David sambil menatap ke depan. Ia melihat pesawat besar berwarna putih itu ada di hadapannya dan beberapa orang berpakaian hitam lengkap dengan kacamata hitam yang tersemat di hidung mereka. "Ayo naik!" ajak David pada semua orang sambil menoleh ke belakang. Lalu meraih tangan Elyana dan menariknya berjalan ke depan menuju tangga pesawat. Alvano yang masih digendong oleh Arvan, meminta pria dewasa itu untuk segera mengikuti langkah ibunya dan pria asing—pemilik pesawat tersebut—sebelum mereka benar-benar menjauh. Daniel dan yang lainnya pun mengikuti dari belakang. Di dalam pesawat yang cukup luas
"Iya, Tuan Louis! Mantan mertuamu!" jawab Daniel dengan sinis.David terdiam sesaat sebelum akhirnya dia membenarkan emosinya.Dengan sikap tenang, David berkata pada Elyana dan yang lainnya, "Aku akan meminta orangku untuk segera menyiapkan pesawat untuk kalian berangkat ke kota Lyon."Ucapan David itu membuat Arani dan Rosyana terkejut."Apa itu benar?" tanya Arani dengan sedikit ragu.Arani tidak yakin dengan ucapan David yang akan memfasilitasi kepulangan mereka ke Kota Lyon. Karena, Arani dan yang lainnya sudah tahu tentang hubungan David dengan Yuan Louis yang sedikit tidak baik. Mungkin saja David sudah tidak sudi lagi menginjakkan kakinya di rumah keluarga Louis, juga tidak sudi meminjami mereka pesawat pribadinya untuk terbang ke kota Lyon.Namun, jawaban David selanjutnya membuyarkan semua pikiran buruk Arani tentang pria itu."Tentu saja! Aku akan ikut dengan kalian ke Kota Lyon!""Hah???" Daniel pun sama terkejutnya
David yang terlihat lelah karena semalam tidak tidur dengan baik, berjalan dengan langkah pelan mendekati Elyana. Tatapan matanya sayu, namun masih bisa menatap wanita di depannya dengan antusias.Semua orang pun terdiam. Tidak ada yang berani bergerak ataupun bersuara.Di suasana tegang itu, terdengar suara anak kecil yang memecah keheningan di antara mereka, "Mami! Ayo kita pergi. Sebentar lagi pesawat kita akan berangkat!""Mami?" gumam David sambil menoleh—melihat anak kecil yang terlihat sangat lucu itu dengan jaket hijau di tubuhnya.Alvano pun menatap David sekilas, lalu memalingkan muka dengan cepat setelah melihatnya. Sama sekali tidak tidak tertarik dengan kehadiran David di sana."Ayo, Mi!" Alvano menarik tangan ibunya dan melangkah maju untuk masuk ke dalam taksi.Alvano bergidik ngeri ketika melihat pria yang menurutnya seperti penculikan itu berjalan ke arah mereka. Apalagi saat ini, pria itu menghampiri ibunya. Alvano ha