"Menuduh tanpa bukti adalah senjata yang merusak kedamaian dan menghancurkan kebenaran." - Mateo Ryder -
Chloe mengerjap-ngerjapkan matanya melihat Audrey dan Albert yang berpelukan dengan penuh gairah. Dia berharap itu hanyalah sebuah mimpi buruk. Tetapi tidak. Ini benar-benar terjadi. Kedua insan itu berciuman dengan liar di depan matanya. Dia mencengkram pegangan pintu mobil. Bersiap untuk keluar dan menghajar dua manusia terkutuk itu. “Don’t! Jangan lakukan itu!” ucap Mateo sambil meraih tangan Chloe. Dia bisa merasakan tangan Chloe yang gemetar karena amarah yang bergejolak di dalam tubuhnya. “Lepaskan tanganku!” sentak Chloe geram. Satu-satunya yang ingin dia lakukan saat ini adalah, keluar dari mobil ini dan melabrak sahabat dan kekasihnya. Tidak, Albert bukan hanya seorang kekasih baginya. Dia bahkan adalah calon suaminya. Walaupun Dia menunda pernikahan mereka, tetap saja mereka masih terikat cincin pertunangan yang melingkar di jari manisnya. “Tahan emosimu,” bisik pria itu. “Hah? Apa katamu? Tahan emosi? Kamu ini gila, bodoh atau apa, huh? Jelas-jelas kamu lihat s
“Pergi dari sini!" ucap Freya geram. Pria yang telah mengambil keperawanannya secara paksa enam tahun lalu, kini berdiri di depannya. Freya benar-benar panik sekarang. "Jangan pernah muncul lagi di hadapanku!” ucap Freya tertahan dengan tubuh gemetar. Pria itu menyeringai singkat. Rambutnya yang berwarna merah dan panjang, menambah kesan badboy di wajahnya. Ketampanan Jason Turner memang tidak diragukan lagi. Berdarah campuran Norway dan Pakistan, membuatnya terlihat begitu menarik. “I have missed you, my darling. Do you miss me, don't you??” ucap pria sambil menerobos masuk. Dia mendorong tubuh Freya begitu saja, sehingga Freya hampir jatuh terjengkang. “Mommy! Where are you?” teriak Samuel sekali lagi. Rupanya bocah itu telah terbangun dari tidurnya. Pria itu menyisiri ruang tamu dengan matanya yang besar dan indah. Bola matanya yang berwarna coklat terang yang didapatnya dari mommy-nya yang berasal dari Pakistan. Pandangan matanya terpaku pada seorang anak laki-laki yang s
“Mommy?" “Yes, Samuel?” “Om yang tadi itu, dia siapa sih, Mommy?” “Dia teman lama mommy.” “Kenapa aku tidak pernah bertemu om itu, Mommy?” “Dia tinggal jauh dari sini.” “Oooh. Terus, mommy kenal dia dari mana?” Freya terdiam. Dia sekarang terjebak dengan kebohongannya sendiri. Di satu sisi, dia tidak tahu tujuan Jason datang ke sini. Dia tidak mau pria itu mengambil hak asuhnya setelah tahu bahwa Samuel adalah anak kandungnya. “Mommy? Kenapa pertanyaanku tidak dijawab?” “Emm, mommy kenal om Jason saat mommy mengikuti pesta prom di sekolah.” “Oh, jadi dia teman sekolah Mommy?” “Tidak juga. Listen! Sekarang sudah malam. Kamu harus tidur, ok?” "Tapi, Mommy..." "Shhh, tidak ada tapi-tapian lagi. Kamu harus tidur sekarang." “Hmm, ok, Mommy,” jawab Samuel dengan setengah hati. Dia begitu excited dengan pria yang memiliki rambut merah seperti dirinya itu. Freya menarik selimut bergambar sebuah tokoh kartun kesukaan Samuel dan menyelimuti tubuh bocah itu. “Tidur yang nyenyak
(Warning! Bab ini mengandung adegan 18+ ke atas) Chloe duduk di samping Mateo yang sedang fokus mengendarai mobilnya. Pandangan matanya terus mengikuti laju mobil Albert di depan. “Arrgghh, ini benar-benar tindakan yang bodoh dan gila!” gerutu Chloe sambil mengusap wajahnya dengan cepat. Kegelisahan memenuhi hati dan pikirannya. “I know! Ini memang keputusan gila, tapi kamu perlu tahu kebenarannya.” Chloe hanya terdiam. Dalam hatinya, dia mengakui kebenaran dari kata-kata pria di sampingnya itu. “Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres,” gumam pria itu. “Maksud kamu?” “Sudah berapa lama kamu mengenal Audrey?” “Hmm, aku mengenalnya sejak kami masih duduk di bangku Sekolah Menengah Umum.” “I see!” “Kenapa kamu menanyakan hal itu?” “Aku curiga, kalau mereka sudah saling kenal, jauh sebelum kamu mengenal Albert.” “Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?” “Aku cuma melihat dan membaca dari tindak tanduk mereka saja. Mungkin aku salah.” Pria itu mengangkat bahunya sambil tetap f
“Please, babe. Aku ingin merasakan permainan lidahmu di bawah sana!” “Apakah kau merindukan kecupanku?” “Jangan siksa aku, lakukan sekarang juga.” “Katakan bahwa kau menginginkanku,” desak Audrey sambil menurunkan celana Lukas dengan gairah. Suatu kebanggaan baginya kalau Albert mengucapkan kata-kata itu dari bibirnya. “Yes, I want you so bad,” desah Albert sambil menangkup bukit kenyal Audrey. Gadis berjongkok dan mensejajarkan kepalanya dengan milik Albert yang telah mengacung dengan sempurna. Dengan nakal, Audrey mulai melakukan tugasnya di bawah sana. “Aahhh,” sentak Albert kaget dengan sensasi yang menyerang tubuhnya. Dia tidak menyangka bahwa Audrey mempunyai trik yang sangat jitu dan hampir membuatnya mencapai puncak. Padahal itu baru permainan tangan. “Oooh,” desah suara tak tertahankan Albert terdengar saat Audrey dengan tiba-tiba melakukan sesuatu yang paling disukainya. Permainan liar gadis itu memang sudah tidak bisa diragukan lagi. Hal itu juga yang membuat Alb
Sementara di dalam mobil milik Mateo, suasana terasa mencekam. Chloe mengepalkan tangannya melihat semua perbuatan Audrey dan Albert. Dalam sekejap, dunia seolah-olah berhenti berputar. Tatapan kemarahan dan kekecewaan melintas di matanya saat dia mencerna pemandangan yang menyakitkan itu. Dari semua peristiwa itu, hal yang paling menjijikan adalah, kenekatan mereka melakukan adegan tak senonoh itu di tempat umum. Tubuh Chloe bergetar menahan amarah dan kesedihan yang mendalam. “Chloe! Chloe! Look at me!” seru pria itu dengan wajah cemas dan sedikit panik. Sekarang dia merasa bersalah dan menyesal telah mengajak gadis ini untuk mencari bukti yang malah mematahkan hati gadis muda yang sangat cantik dan menarik ini. Chloe menggeleng-gelengkan kepalanya. “Jangan lihat mereka! Lihat aku saja!” ucap pria itu tegas sambil meraih wajah Chloe dan memaksanya untuk menatap ke arahnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia merasa begitu nelangsa ketika melihat luka di mata seorang gad
Magnus dan detektif Rodriguez sedang memeriksa berkas-berkas kasus pembunuhan yang terjadi di Sky pub beberapa waktu yang lalu. Tragedi ini sudah menjadi perhatian dan sorotan publik hanya dalam kurun waktu kurang dari dua puluh empat jam. “Sepertinya kita harus bergerak cepat sebelum bukti-bukti yang penting raib dan dimusnahkan oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan,” gumam Magnus sambil mencoba untuk membuka file-file yang ada dalam database komputernya. Tanpa sengaja, dia meng-klik kumpulan file kasus-kasus yang terjadi enam tahun yang lalu. “Kamu lagi ngapain?” tanya Rodriguez penasaran. “Tidak tahu, nih. Komputerku agak rada-rada menyebalkan.” “Kamu mau baca kasus-kasus yang lama?” ledek Rodriguez. “Nope,” balas Magnus sambil meng-klik sebuah file yang menarik perhatiannya. “Freya?” tanya Magnus sambil mengernyitkan dahinya. “Ada apa dengan Freya?” “Kasus pemerkosaan?” tanya Magnus lagi tanpa mempedulikan tatapan bingung rekan sekerjanya. Dengan tangan gemetar, Ma
Flashback on “Arrgghh, ini juga tidak cocok. It doesn’t fit me at all,” ujar Freya dengan dongkol. Dia melepas gaun berwarna kuning yang dikenakannya dan melemparkan gaun itu begitu saja di atas lantai. Entah sudah berapa helai gaun yang sudah dicobanya dari tadi. Namun, belum ada satupun yang mempunyai chemistry dengannya. “Coba yang ini saja,” cetus Chloe yang sedari tadi berusaha membantu Freya untuk menemukan dress yang cocok untuknya. Di tangannya menjuntai sebuah dress berwarna merah tua yang terlihat sangat elegan dan indah. “Kalau aku sih, lebih suka yang ini,” celetuk Ella sambil menyerahkan sebuah gaun berwarna biru cerah. "Oooh, kalian semua memberikan aku pilihan yang susah,” protes Freya. “Bagaimana kalau yang ini saja?” Hilde mengambil sebuah gaun berwarna hitam. “Siapa pun yang memakai dress itu, akan terlihat misterius," ucap Hilde. Dia mengedipkan salah satu matanya disertai dengan senyuman yang penuh arti. “Yaudah, aku coba semuanya deh. Nanti kalian yang
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat