“Aara, kau pasti baik-baik saja. Kau harus baik-baik saja,” ucap Zayden seraya mengikuti perawat dan juga dokter yang membawa Aara ke ruang gawat darurat. “Anda silakan tunggu di luar, biarkan kami melakukan tugas kami,” ucap perawat di sana yang kemudian menutup pintu UGD. “Sayang, kemarilah,” ujar Alya yang membawa Zayden mundur dari sana. Zayden terlihat begitu frustrasi, sesekali dia juga mencengkeram rambutnya untuk menunjukkan perasaannya saat ini. “Ini semua salahku Ma, Aara seperti ini karena salahku. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya, apa yang harus aku lakukan nanti?” ucapnya dengan air mata yang sudah mengalir. “Ssttt, jangan bicara seperti itu Nak. Aara pasti baik-baik saja. Jadi, tenanglah.” Alya memegang lembut kedua bahu Zayden, berharap putranya itu akan sedikit merasa tenang. ‘Bagaimana aku bisa tenang? Jika seseorang yang kucintai sedang tidak baik-baik saja, aku sangat takut,’ batinnya. Hingga akhirnya 15 menit pun berlalu, pintu ruang UGD itu tampak terb
Semenjak pembicaraan penuh duri yang Zayden dan Aara lakukan terakhir kali, hubungan mereka saat ini terasa semakin dingin. Zayden merasakan ada begitu jarak, walaupun tidak terlihat.Sikap Aara padanya benar-benar jauh berbeda, tidak ada rasa takut lagi pada dirinya untuknya. Justru sebaliknya, sekarang dialah yang merasa takut. Dia takut Aara benar-benar akan meninggalkannya.Zayden terlihat duduk di sofa yang ada di dalam ruang rawat Aara. Saat ini dia tengah menyiapkan susu hamil yang biasanya memang Aara minum, karena susu ini bisa membantu perkembangan janin yang ada di dalam perutnya. Terlebih saat ini kondisi Aara sedang tidak baik, itu pasti sangat mempengaruhi perkembangan janinnya.Zayden melihat Aara yang tampak hanya terdiam seraya melihat lurus ke arah depannya.Wajahnya masih terlihat begitu pucat, dan dia sama sekali tidak berbicara lagi sejak dia sadar.Zayden lalu berdiri setelah dia selesai membuat susu itu, dia melangkah mendekati Aara. Namun meskipun dia suda
Sam dan Lucas tampak tengah mewawancarai para pelamar untuk dijadikan sebagai pelayan pribadi dari nyonya mereka, Aara.Karakteristik yang diinginkan oleh Zayden begitu spesifik sehingga menyulitkan mereka untuk menemukan pelayan sesuai yang tuan mereka inginkan.Zayden memegangi keningnya yang teras sakit saat dia mengingat hal apa saja yang harus dimiliki oleh pada pelamar.“Dia bukan hanya harus bisa mengurus Aara, tapi dia juga harus bisa membuatnya selalu bahagia. Aku tidak butuh pelayan yang hanya bisa bersih-bersih atau memasak. Yang aku inginkan adalah pelayan yang menjaganya. Dan ya, Aara tidak suka banyak pengawal di dekatnya. Karena itu, carilah pelayan yang juga bisa bela diri. Dengan begitu bukan hanya bisa mengurusnya dia juga bisa menjadi pelindung Aara sekaligus.”“Haaahhhh!” Sam menghela nafasnya dengan begitu berat, apakah dia bisa menemukan kriteria pelayan yang seperti itu.Itu tidak mudah, karena buktinya dari banyaknya pelamar yang dari tadi dia wawancarai t
Anin mengerutkan keningnya, matanya juga menyipit. Dia memerhatikan Sam dari atas sampai ke bawah, seperti menerka-nerka apa maksud sebenarnya dari pria di depannya itu.“Apa Anda mengenal saya?” tanyanya.Sam pun menggeleng. ‘Kami memang pernah bertemu di toko buku. Tapi itu bukan berarti aku mengenalnya, kan,’ batinnya.“Kalau begitu tidak mungkin ada hal yang kita bicarakan, karena saya juga tidak mengenal Anda. Atau, Anda ingin bertanya tentang arah jalan?”Sam kembali menggeleng.“Hmm, begini Nona. Saya sebenarnya sedang mencari seorang pelayan. Dan sepertinya Anda cocok, karena tadi saya sempat melihat Anda memiliki spesifikasi yang sesuai dengan pelayan yang tengah saya cari. Apa mungkin Anda berminat?”‘Pelayan? Dan apa tadi dia bilang, aku sesuai dengan spesifikasinya? Hah, dia bicara seperti dia sudah mengenalku saja,’ batinnya. “Maaf, tapi saya tidak berminat,” jawabnya kemudian.Sam tidak menyangka, jika wanita di depannya itu akan langsung menolak tawarannya begitu
Aara masih tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya menunjukkan perasaannya itu lewat ekspresi wajahnya juga cairan bening yang kini telah berkumpul dan menggenang di matanya.“Aku bertanya padamu, apa kau juga ingin aku keluar dari sini?” tanya Zion lagi.Seketika cairan bening itu pun menetes, perlahan Aara mengeluarkan suara tangisannya. “Maafkan saya Tuan, hiks hiks,” ujarnya di sela-sela tangisnya.“Kenapa kau meminta maaf padaku?”“Karena hubungan buruk Anda dengan putra Anda dulu adalah kesalahan saya. Dia menganggap saya sebagai simpanan Anda, dan istri Anda percaya itu. Sehingga dia juga ikut membenci Anda.”“Padahal Anda sudah membantu saya, Anda adalah orang yang baik. Tapi gara-gara saya, Anda harus dimusuhi oleh istri dan putra Anda sendiri.”Zion tersenyum mendengar apa yang Aara katakan. “Itu semua sudah berlalu Aara, sekarang masalahku dengan mereka sudah teratasi. Aku sudah menjelaskan semuanya, memberikan buktinya pada mereka jika kita tidak ada hubungan seperti y
Sam memberhentikan mobilnya di sebuah klub malam mewah yang memang terkenal di kota itu.Dia turun dari mobilnya, dan tanpa ragu langsung masuk ke dalam.Saat baru saja sampai di sana, semua mata langsung tertuju padanya. Terutama mata para wanita, baik itu pengunjung mau pun pekerja di sana.Dalam setiap langkahnya, Sam mendengar mereka terus berbisik-bisik mengenai dirinya.“Bukankah dia Samuel Seanca, sekretaris pribadi dari pewaris perusahaan besar Tan Group. Gila, visualnya tidak kalah dengan tuan Zayden. Benar-benar luar biasa,” ucap salah satu tamu wanita di sana.“Kau benar, dia sangat tampan. Terlebih postur tubuhnya benar-benar luar biasa. Lihat, dada bidang itu. Aku ingin sekali menyentuhnya,” jawab wanita lainnya.“Eh, tapi kenapa dia ada di sini. Apa dia datang untuk bersenang-senang setelah lelah melayani tuannya. Atau, apa mungkin tuan Zayden juga ada di sini?” timpal yang lainnya.Sam berusaha untuk tidak memedulikan ucapan-ucapan mereka, sekarang ini dia hanya
Aara tampak sudah bersiap-siap untuk pulang dari rumah sakit.Dia melihat Zayden yang duduk di kursi depan bersama dengan Lucas. Aara mengerutkan keningnya, karena tidak seperti biasanya Lucas yang menyetir. Dimana Sam, apa karena Zayden tidak ke kantor beberapa hari jadi dia yang menghandle semua pekerjaannya? Pikirnya.Namun Aara tidak mau mempermasalahkannya, dia pun hanya menunduk mengelus perut buncitnya.Sekarang Feni sudah tidak lagi bekerja dengannya, dia sudah pamit pulang tadi pagi. Saat pulang ke rumah Zayden nanti, dia tidak tahu siapa yang akan menggantikan Feni.Aara tampak melirik pada Zayden, melihat dia yang duduk di depan dan bukannya di belakang bersamanya. Membuat Aara berpikir, apakah Zayden sangat menghormati keinginannya yang tidak mau dekat dengannya.Kalau begitu, kenapa dia tidak mengizinkannya pergi dan tetap memaksanya berada di sisinya.Entahlah, dia sendiri tidak mengerti. Karena dari dulu sampai sekarang, dia tidak pernah mengerti apa yang ada di d
Sam tampak sudah berdiri di depan meja kerja Zayden sekarang. Dia lalu menoleh, ketika mendengar suara pintu yang terbuka.“Tuan,” sapanya seraya membungkuk pada Zayden yang baru saja datang.Zayden hanya diam, dia lalu duduk di kursinya dan menatap pada Sam.“Apa wanita tadi adalah calon pengganti dari Feni?” tanyanya.“Benar Tuan.”“Apa dia benar-benar memiliki spesifikasi yang kuinginkan.”“Saya memilihnya setelah saya melihatnya dengan kedua mata saya sendiri Tuan,” jawab Sam dengan yakin.Zayden tidak menjawab lagi, dia tampak hanya menatap Sam dengan mata tajamnya. “Jika kau mengatakan begitu, maka itu pasti benar. Kalau begitu terima dia,” ujarnya.“Apa Anda tidak ingin tahu latar belakangnya dulu?”“Kau yang memilihnya langsung, maka aku percaya padamu Sam. Kau boleh pergi!” jawabnya.“Baik Tuan.” Sam pun membungkuk, dia lalu berbalik dan pergi dari sana.Setelah keluar dan menutup pintu, Sam berdiri sesaat di sana. Dia sebenarnya merasa senang, karena tuannya begit
Aara sudah berada di ruang perawatan VVIP sekarang. Di sana juga sudah ada Zayden, Alya dan Zion yang menemaninya. Setelah 3 jam tertidur, akhirnya Aara membuka matanya. Dan sekarang dia tengah memakan makanan yang disiapkan rumah sakit untuknya.Tampak Zayden dengan telatennya menyuapi makanan itu pada Aara. Walaupun Aara terus menolaknya, namun Zayden tetap memaksanya untuk memakan makanan itu.Aara terus menolak karena makanan rumah sakit itu tidak enak menurutnya. Rasanya hambar dan membuatnya mual.“Sayang sudah cukup, aku tidak mau makan lagi,” ucap Aara.“Sedikit lagi, lihat. Sebentar lagi makanannya habis. Ayo paksakan sedikit lagi ya,” jawab Zayden.Dengan bibir cemberutnya, Aara pun membuka mulutnya dan memakan yang terus Zayden sodorkan ke bibirnya itu.“Kamu memang anak yang baik,” puji Zayden.“Besok kita sudah bisa pulang, kan?“ tanya Aara.“Iya sayang, sekarang kau perlu dirawat dulu karena kelelahan.”“Apa putra dan putri kita baik-baik saja? Aku belum melihat
Ketika sampai di rumah sakit, Zayden langsung bergegas keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah sakit. Dia berlari dengan tergesa-gesa menuju ruang persalinan. Hingga sampai di ruang persalinan itu, mereka melihat Alya dan juga Zion yang sudah berada di sana dengan raut gelisah yang terlihat jelas di wajah mereka. “Mama, Papa,” panggilnya.Sontak, Alya dan juga Zion langsung melihat ke asal suara. “Zay,” jawab Alya.Tampak Zayden terus berlari menghampiri Alya dengan keringat yang sudah bercucuran di keningnya. “Bagaimana hah hah keadaannya, Ma? Apa hah bayinya sudah lahir?” tanyanya dengan nafasnya yang terengah-engah.“Belum sayang, dari tadi Aara terus memanggil-manggil kamu. Tapi kamu masih belum datang. Masuklah, dia membutuhkanmu,” ujar Alya.Zayden pun mengangguk, dia berjalan ke arah pintu ruang persalinan. Glek! Zayden menelan salivanya, tidak bisa dia ungkiri saat ini dia merasa gugup dan juga takut. Menemani istrinya melahirkan adalah suatu impiannya. Tapi, saat hari
Sejak Aara memaafkan Zayden dan melupakan semua perbuatan yang telah Zayden lakukan padanya, kehidupan mereka berubah. Tidak ada lagi kesedihan, tidak ada lagi perasaan tertekan. Mereka seperti mendapatkan kehidupan baru dan memulai semuanya dari awal.Zayden semakin memperhatikan Aara, begitu pun dengan Alya dan Zion. Mereka juga sangat menyayangi Aara layaknya putri mereka sendiri, saat ini mereka semua sangat menantikan lahirnya penerus keluarga Tan yang tak lain adalah Zevan Rionard Tan dan Zayna Audrey Tan, yang tak lama lagi akan segera hadir ke dunia ini.Waktu terus berjalan, kebahagiaan demi kebahagiaan terus Aara dan keluarga Tan rasakan. Seperti semuanya berjalan dengan lancarnya tanpa hambatan apa pun. Sepertinya saat ini Tuhan sedang berbaik hati kepada mereka, setelah banyak cobaan dan ujian yang diberikannya, akhirnya semua itu bisa mereka lewati dan mereka bisa menikmati yang namanya kebahagiaan. Hingga 1 bulan pun berlalu, kandungan Aara sudah menginjak 9 bulan se
Zayden saat ini telah dipindahkan ke atas ranjangnya, tampak di sana sudah ada Alya, Zion, Aara dan juga dokter David.Ekspresi wajah Alya dan Zion tampak begitu tegang, karena sudah 2 jam berlalu tapi Zayden tak kunjung sadar.“David sebenarnya apa yang terjadi, kenapa Zayden bisa tiba-tiba pingsan seperti ini. Katamu kondisinya sudah semakin membaik, tapi apa ini?” tanya Zion.“Sepertinya ini memang disebabkan oleh luka di kepalanya, mungkin ada sesuatu yang membuat luka itu kembali terasa sakit,” jawabnya.“Apa itu berbahaya, apa Zayden akan baik-baik saja?” kali ini giliran Alya yang bertanya. Suaranya begitu bergetar, karena rasa kekhawatiran yang begitu besar pada putranya itu.“Saya rasa ini tidak akan berdampak buruk, wajar bagi pasien yang memiliki luka cukup parah di kepala untuk sesekali merasakan sakit kepala. Tapi, jika hal ini terus berlanjut di kemudian hari. Tentu saja harus ada penanganan,” jawab David.Mendengar semua penjelasan David, Aara semakin merasa bersa
Zayden kembali melepaskan paksa pelukan yang Naura lakukan padanya. Dia lalu memegang kedua bahu Naura, dan menatapnya dengan begitu dingin.“Tidak ada, aku tidak merasakan apa pun lagi. Karena seperti yang kubilang, itu hanyalah masa lalu. Jadi tolong pergilah!”Air mata Naura turun semakin deras, dia sungguh tidak menyangka jika Zayden akan melupakan seperti ini.Dia menunduk. “Baiklah, maafkan aku Zay. Karena aku telah menggangguku, dan membuatmu tidak nyaman. Tapi, aku merasa senang karena kita bisa bertemu lagi. Karena dengan begitu, aku bisa meminta maaf padamu.” Naura tersenyum, dan senyum itu tampak tulus.“Aku akan pergi, semoga kau selalu bahagia,” lanjutnya. Seraya menyeka air matanya, Naura pun melangkah keluar.Tampak Zayden yang langsung menarik nafasnya, dia lalu memegangi keningnya. Tapi syukurlah, masalah ini sudah selesai. Dan Naura tidak akan menemuinya lagi.Ya, ini semua sudah selesai. ‘Sekarang fokusku hanya kepada Aara dan calon anak kami. Aku akan berusah
“Zay,” ucap Naura yang baru saja dipersilakan masuk ke ruangan Zayden setelah mendapat izin darinya.Zayden pun mengangkat wajahnya, dia melihat Naura yang berdiri di depan pintu ruangannya.Entah kenapa, penampilan Naura saat ini mengingatkannya pada 10 tahun lalu. Dia tidak menyangka setelah selama itu, mereka akan bertemu lagi.Zayden lalu berdiri, keluar dari meja kerjanya menuju sofa. “Masuk dan duduklah,” ucapnya.“Silakan Nona,” ucap Sam yang kemudian memandu Naura untuk masuk dan duduk di sana.Sam kemudian membungkuk, dia keluar dari sana, memberi ruang untuk tuannya berbicara dengan tamunya ini.Tampak Zayden kemudian duduk, dia menatap Naura sebentar sebelum akhirnya dia pun membuka mulutnya.“Apa yang ingin kau sampaikan?” tanyanya.Naura yang tadi hanya menunduk, akhirnya mengangkat wajahnya itu. Kedua tangannya tampak saling meremas satu sama lain. Dia menelan salivanya, dengan air matanya yang tampak menetes.“Aku ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, tidak
Zayden baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Tampak dia yang hanya memakai jubah mandinya, dengan handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah.Zayden melirik Aara yang saat ini kembali duduk di sofa, dia menatapnya kesal. Karena merasa jika Aara sama sekali tidak peduli padanya.Hal itu semakin membuatnya ragu, jika mereka memang benar-benar suami istri.‘Aku tahu hubungan kami mungkin buruk, tapi sebagai suami istri. Harusnya dia kan punya rasa penasaran. Tapi, dia justru hanya diam saja seakan tidak peduli. Apa dia benar-benar tidak marah?’ batinnya.“Hei!” panggilnya yang sontak membuat Aara menoleh.“I-iya Tuan?” jawab Aara.Zayden lalu melempar handuk kecil itu pada Aara, sedangkan dia duduk di samping Aara.“Keringkan rambutku!” serunya.Aara yang memang sudah mengerti pun lantas berdiri dan berjalan ke belakang Zayden.Dengan telatennya, dia lalu mengeringkan rambut basah Zayden. Dia melakukannya selembut mungkin, agar Zayden merasa nyaman.
Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 19.15. malam. Zayden yang awalnya hendak pulang itu akhirnya ter-urung kala dia melihat papanya yang datang ke ruangannya.“Zay,” ucapnya.Zayden pun keluar dari meja kerjanya dan berjalan ke arah sofa. “Duduklah Pa,” ujarnya.Dengan senang hati, Zion pun menghampiri dan duduk di sana. Begitu pun dengan Zayden, kini posisi mereka saling berhadapan satu sama lain dan hanya terhalang oleh meja yang ada di depan mereka.“Apa yang mau Papa bicarakan?” tanyanya to the point.“Kau ingat, Aland yang sudah menyerangmu saat di rumah sakit?” tanya balik Zion.Mendengar itu, Zayden pun mengangguk. “Kenapa? Bukankah sekarang dia sudah di penjara?”Kali ini, giliran Zion yang mengangguk. Namun, ekspresi wajahnya itu masih terlihat janggal. Tampak jelas, sesuatu yang saat ini sangat ingin dia katakan.“Benar, Aland sudah mendapatkan hukumannya sekarang. Tapi meskipun begitu, perasaan papa masih tetap tidak merasa tenang.”Alis Zayden mengerut, dia mas
Zayden yang awalnya marah pun ikut terdiam saat melihat siapa pelayan itu.“Kau ....” pekiknya.Dia seketika berdiri, lalu menatap lekat pelayan wanita di depannya itu yang kini juga terus menatapnya.Di sana, Aara yang sebenarnya juga terkejut juga ikut berdiri. Dia memandang dengan bingung Zayden juga pelayan itu yang saling menatap satu sama lain.Seketika, Aara pun terdiam. Kini, tatapannya itu hanya fokus pada Zayden. Ekspresi wajahnya berubah, dan kenapa tiba-tiba bertanya ini memanas.Kenapa hatinya berdebar keras, hingga terasa begitu sakit. Perasaan khawatir apa ini.“Naura,” ujar Zayden.“Ternyata benar, itu kau Zay.” Bruk! Tiba-tiba Naura memeluk Zayden, dan berhasil membuat Aara terkejut begitu pun dengan Zayden.Dia mematung, tanpa membalas pelukan Naura padanya.“Hiks, aku tidak menyangka jika kita akan bertemu lagi.” Naura semakin mengeratkan pelukannya, dia bahkan seperti tidak peduli bahwa ada banyak orang yang saat ini melihatnya.Clakkk! Di sisi lain, air