Share

Sebuah Janji

Author: Safiiaa
last update Last Updated: 2024-01-09 12:33:54

Mobil Elang melaju dengan kencangnya membawa Bu Mila ke rumah sakit. Hatinya turut cemas melihat apa yang sedang menimpa orang tua Sabrina itu, ditambah dengan Sabrina yang terus saja menangis sambil mendekap badan yang tak sadarkan diri.

Seorang petugas rumah sakit menyambut mobil Elang dengan sebuah brankar. Dengan sigap petugas itu memindahkan badan Bu Mila ke atas kasur dorong untuk dibawa ke ruangan IGD.

"Tunggu diluar ya," ucap petugas itu saat Sabrina hendak turut masuk menemani ibunya.

"Tapi sa—" ucapan Sabrina terhenti karena tangan Elang menyentuh pergelangan tangan Sabrina.

"Sebaiknya tunggu diluar," ucap Elang yang membuat Sabrina urung meronta.

Sabrina menurut. Ia duduk di kursi tunggu bersama Elang dengan cemas. Air matanya tak henti mengalir membayangkam kondisi wanita yang telah melahirkannya itu terpejam tanpa gerakan. Hanya deru napas yang keluar teratur dari bibir ibunya.

"Bagaimana jika terjadi apa-apa dengan ibu, Mas? Aku ngga akan bisa maafkan diriku sendiri!"

"Ibumu pasti akan baik-baik saja," ucap Elang berusaha menenangkan Sabrina.

"Aku takut, sebab ibu punya riwayat hipertensi," balas Sabrina dengan bibir bergetar.

"Tenanglah, dokter akan memberikan yang terbaik."

Beberapa saat menunggu, seorang petugas mempersilahkan masuk.

"Ibu," lirih Sabrina di sebelah badan ibunya yang terbaring penuh dengan alat. Aroma khas obat-obatan menguar di hidung Sabrina, wangi yang beberapa bulan lalu akrab dengannya kini kembali lagi menyapanya disituasi yang sama.

Hanya saja, dulu yang terbaring adalah ayahnya, sementara kini ibunya.

"Ibu jangan pergi. Sadarlah, Bu. Sabrina sama siapa kalau ibu pergi." Suara isakan Sabrina terdengar pilu. Bahkan penunggu pasien di brankar sebelah turut merasakan apa yang sedang menimpa Sabrina.

Elang berdiri di samping Sabrina dengan gelisah. Ditambah dengan info yang baru saja disampaikan oleh dokter. Ia tak menyangka jika kejadiannya akan serumit ini. Elang terjebak dalam situasi yang serba sulit.

Perlahan tangan Bu Mila bergerak-gerak. Mata yang semula terpejam erat itu pun turut serta menunjukkan pergerakan.

"Rin, ibu sadar," ujar Elang yang sejak tadi berdiri di belakang Sabrina menghadap Bu Mila. Apa yang menimpa gadis di sebelahnya itu turut membuatnya prihatin.

Sabrina segera mendongak. Ia berdiri di dekat kepala ibunya untuk memastikan apa yang diucapkan oleh Elang.

Bibir Bu Mila bergerak kelu, sementara matanya menatap Elang penuh arti.

Elang mendekati pemilik wajah itu. Perlahan ekor mata Bu Mila tertuju pada Sabrina yang terisak.

"Tang—gung ja—wab sa—ma an—akku, nika—hi dan jaga di—a, ja—ngan disa—kiti," ucap Bu Mila terbata. Dadanya naik turun karena napas yang serasa diujung tenggorokan.

Mendapati pesan seperti itu membuat Elang merasa dilema. Ia hadir di rumah sakit hanya karena memenuhi permintaan mereka, bukan untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Sabrina.

Elang masih terdiam, ancaman warga kembali memenuhi kepalanya. Ia sedang berada diantara dua pilihan yang berat. Istrinya di rumah tidak akan bisa menerima pernikahan ini, akan tetapi jika ia menolak nama baik perusahaan dan keluarga sedang dipertaruhkan.

"Saya janji, Bu. Saya akan menjaga Sabrina." Elang menjawab ucapan Bu Mila dengan ragu. Melihat wajah di depannya yang sedang diambang kematian membuat Elang terpaksa mengucapkan kalimat itu, meskipun dengan setengah hati.

Sabrina seketika menoleh. Ia tak percaya Elang akan berbicara seperti itu. Akan tetapi jawaban Elang itu menciptakan sedikit kelegaan yang bersemi dalam hati Sabrina.

Deru napas Bu Mila membuat Sabrina kembali menatap wanita yang telah melahirkannya, urung mendengarkan penjelasan Elang. Bibirnya bergetar melihat sang ibu dengan napas tersengal, seolah udara enggan masuk ke dalam kerongkongannya.

Air di pelupuk mata yang siap meluncur di wajah sang ibu itu menandakan bahwa rasa sakit yang sedang ia rasakan begitu mencengkeram dirinya.

"Ibu, jangan pergi," teriak Sabrina. Kepalanya bersandar pada lengan sang ibu. "Jangan pergi, Bu."

Elang tertegun melihat apa yang ada di depannya. Seumur hidup, baru kali ini ia melihat manusia berada diambang kematian.

Perlahan, napas Bu Mila hilang dari kerongkongan. Jerit tangis Sabrina menggema di ruangan tersebut. Wanita yang dicintainya dan semangatnya untuk menjalani kehidupan telah pergi meninggalkan luka yang kian dalam.

Rasa bersalah dalam diri Sabrina makin menggunung. Kabar terakhir yang beredar membuat ibunya mengalami serangan jantung yang menyebabkan pergi untuk selamanya.

"Saya harus pergi," ucap Elang merasa memiliki kesempatan untuk lepas dari apa yang bukan menjadi perbuatannya. "Istri saya sudah menunggu di rumah."

"Lalu apa yang sudah Mas katakan pada ibu saya tadi? Mengapa tadi Mas bicara seperti itu?" sahut Sabrina cepat. Hatinya sempat merasa lega karena jawaban Elang atas permintaan ibunya, akan tetapi belum ada satu jam laki-laki di sebelahnya itu sudah berubah pikiran.

"Saya tidak melakukan apapun padamu. Anggaplah ucapan saya di depan ibumu tadi hanya sebatas jawaban untuk melegakan perasaannya sebelum ia bertemu ajalnya. Lagi pula bagaimana saya akan menikahimu? Saya juga sudah punya istri. Jangan ngawur kamu!"

"Janji tetaplah janji." Sabrina menatap Elang dengan tatapan nanar. Rasa yang terpantik terhadap Elang sudah menancap ke dalam lubuk hatinya sejak pertama kali Elang datang menolong. Sikap dan perhatiannya terlihat dari bagaimana cara Elang memperlakukan dirinya ketika mengalami kesulitan. Bagaimana tanggapnya Elang ketika Bu Mila sedang mengalami serangan jantung mendadak. Ia tidak mau kehilangan laki-laki yang baik dan seperhatian itu.

Namun ucapan Elang itu membuat Sabrina harus melakukan sesuatu. Ia meminta ketua RT untuk menahan Elang hingga proses pengurusan jenazah itu selesai dilakukan.

"Sekarang, Nak Elang mari dilaksanakan ijab qobul di depan jenazah almarhumah, sebagai bukti bahwa Nak Elang tidak lepas tangan dari apa yang sudah kalian lakukan juga untuk menjaga nama baik kampung kita ini."

"Tapi, Pak, saya tidak melakukan apapun. Itu semua salah paham." Elang memberanikan diri untuk menolak, sebab Sabrina kini hanya seorang diri tanpa orang tua di sisinya.

"Bagaimana Nak Elang mengelak sementara Nak Sabrina mengakuinya? Jangan jadi laki-laki pecundang." Pak RT menyahuti.

"Saya bukan pecundang, Pak!" sergah Elang tak terima.

"Kalau begitu tanggung jawab, sesuai dengan permintaan almarhumah!" Nada bicara ketua RT makin meninggi.

Elang meraup wajahnya dengan kasar. Ia tidak bisa mengelak sekarang ini. Wajah kusut serta pikiran kacau sudah melekat dalam diri Elang. Ia frustasi, tidak tahu harus bagaimana sementara untuk menikahi Sabrina pun ia ragu.

Sebuah mobil baru saja membelah kerumunan para pelayat. Seorang laki-laki paruh baya memakai kemeja polos warna marun dengan celana bahan yang membungkus badannya turun dari mobil yang baru berhenti.

Elang segera menghampiri laki-laki itu. Ia merasa lega karena wakil dari keluarganya telah sampai dan berharap bisa merayu ketua RT dan Sabrina untuk tidak melakukan apa yang mereka minta.

Laki-laki paruh baya itu diam sambil mengamati sekitar. Ia sedang mengingat sesuatu.

Elang menghampiri lelaki itu. Ia tampak cemas berada dalam keramaian ini.

"Pa, tolong bantu Elang. Ini bukan perbuatan Elang. Ini semua murni salah paham." Elang berusaha menjelaskan.

Pak Rahardjo, papa Elang meletakkan tangannya di pundak Elang dengan tegas.

"Nak, Papa sudah membantumu untuk masalah yang kamu buat beberapa waktu lalu. Tahukah kamu siapa yang kamu tabrak waktu itu? Dia adalah bapak dari gadis ini." Pak Rahardjo berujar lirih, khawatir jika Sabrina mendengar ucapannya.

Dahi Elang mengernyit sambil melihat wajah Sabrina yang menatapnya dengan tegas.

Saat kejadian itu, Elang harus mengurus proyek di luar kota sehingga urusan tabrakan itu diselesaikan oleh pengacaranya.

"Tapi, Pa. Waktu itu kita sudah memberikan sejumlah uang untuk mereka!" sergah Elang lirih.

"Mereka menolak. Dan sekarang sebuah kejadian kembali mempertemukan kalian, sebaiknya nikahi saja gadis ini, apapun alasan dan penyebabnya. Baik itu karena ulahmu atau tidak, buktinya yang difoto itu adalah dirimu."

Elang meremas rambutnya dengan keras. Bayang-bayang wajah sang istri memenuhi kepalanya.

Related chapters

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Terpaksa Menikah

    "Mari Mas Elang, silahkan duduk di sana sebelum acara akad dimulai." Seorang petugas datang memberi instruksi pada laki-laki yang masih tampak kacau itu."Pergilah, soal istrimu, anggap kamu menikah untuk mendapatkan keturunan. Toh selama beberapa tahun kamu menikah dia tidak kunjung memberiku cucu." Pak Rahardjo berujar sambil menatap Sabrina yang sedang menunggu kepastian.Elang terperanjat mendengar ucapan papanya. Dibalik kalimat yang biasanya terdengar santai, ternyata ada sepucuk ingin yang dirasakan Pak Rahardjo, yaitu menimang cucu.Tak memiliki pilihan lainnya, Elang pun terpaksa menuruti perintah mereka. Ia benar-benar duduk di depan meja yang berhadapan dengan jenazah almarhumah Bu Mila. Sementara itu, di samping Elang ada Sabrina yang sedang tertunduk pilu. Air matanya tak henti mengalir. Dadanya sesak oleh kejadian demi kejadian yang menyayat hatinya.Disatu sisi, Sabrina lega bisa menikah dengan Elang. Tapi di sisi lainnya ia sedih karena harus menikah di depan jenazah

    Last Updated : 2024-01-09
  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Kejadian Naas

    Elang meletakkan ponselnya di atas kursi. Ia lantas berjalan menghampiri wanita yang belum lama ia nikahi."Kamu belum tidur?" tanya Elang pada Sabrina yang sedang berdiri di ambang pintu."Yang telepon itu istri Mas?" Sabrina bertanya sambil memaku pandangan pada Elang.Suami Sabrina itu mengangguk, lalu mengajak Sabrina masuk ke kamarnya."Tidurlah, kamu lelah," titah Elang saat Sabrina hanya mematung."Aku ngga bisa tidur," lirih Sabrina. Duka masih menyelimuti hati dan jiwanya. "Biar Mas temani," ucap Elang. Ia menggandeng tangan istrinya menuju ranjang."Tidurlah dengan tenang, ada aku yang akan menemanimu."Sabrina menurut. Ia berbaring di sisi ranjang sedang Elang duduk di sampingnya. Perempuan yang baru saja kehilangan orang tua itu memiringkan badannya, merangkul guling dan berharap matanya segera terpejam.Perlahan mata Sabrina memejam, akan tetapi pikirannya malah kembali pada kejadian saat di gedung kemarin."Jangan berteriak, Sayang. Diam dan rasakan sentuhan kami. Kamu

    Last Updated : 2024-01-09
  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Dalam Pelukannya

    "Sa," panggil Elang lirih. Ia yang sedikit terpejam terpaksa kembali membuka matanya sebab suara Sabrina yang mengusik ketenangannya."Kamu kenapa?" Tangan Elang menepuk pipi Sabrina agar kembali terjaga."Mas, pemuda itu, Mas!" lirih Sabrina ketakutan. Ia kembali duduk lalu memeluk Elang dengan eratnya."Tenanglah, kamu cuma mimpi.""Aku takut mereka akan datang lagi," balas Sabrina. Ia menenggelamkan kepalanya dalam dada bidang milik laki-laki yang sedang ia peluk."Tidak akan. Mas akan membawamu ke kota setelah tujuh hari kematian ibumu. Kita akan tinggal di apartemen," ucap Elang yakin. Sebab ia tak mungkin membawa Sabrina tinggal dalam satu rumah bersama keluarganya."Benar kah, Mas?" Sabrina masih belum percaya."Iya. Aku tidak mungkin meninggalkanmu di sini," ucap Elang seraya mengusap punggung Sabrina.Gadis yang baru saja melepas masa lajang itu merasa senang karena tiba-tiba bisa menikah dengan laki-laki yang tampan dan mapan. Tak pernah terbersit sedikitpun dalam benaknya a

    Last Updated : 2024-01-09
  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Terbuai

    Dalam pelukan Elang, Sabrina merasa aman dan tenang. Tak peduli dia lelaki beristri, asalkan tampan dan mapan Sabrina merasa semua akan mudah untuk dijalani."Tidurlah," bisik Elang. Tangan kekar itu masih saja bergerak teratur di atas punggung Sabrina, menyalurkan rasa nyaman yang membuat perempuan di dekatnya makin tenggelam dalam perasaannya.Perasaan yang salah, tapi Sabrina tak peduli. Toh semuanya sudah terjadi dan keduanya sudah menjadi sepasang suami istri. Haruskah Sabrina bersyukur atas apa yang terjadi, mengingat kejadian naas itu membuatnya jatuh dalam pelukan lelaki tampan?Sabrina tak peduli. Yang ia pikirkan adalah saat ini hidupnya telah berubah. Suaminya yang kaya itu jelas akan membantu membayar hutang keluarga yang membuat semua tragedi itu terjadi.Dalam tidurnya, Sabrina diam-diam menikmati aroma tubuh Elang. Wangi parfum bercampur keringat yang membuat indera penciumannya tak henti menghidu.Perlahan tapi pasti, Sabrina terbuai dalam pelukan lelaki beristri yang

    Last Updated : 2024-02-02
  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Bayar Hutangmu!

    Bab 7Sabrina meletakkan kembali ponsel milik suaminya di atas meja. Ia lantas menatap wajah tampan yang membuatnya rela menikah tanpa pendekatan atau perkenalan lebih dulu. Baginya, sikap peduli dan perhatian yang dimiliki Elang cukup menjadi alasan untuk dirinya mencinta, tak peduli dengan status yang disandang oleh lelaki itu."Kalau dapat suami tampan dan kaya, aku rela meskipun jadi yang kedua," batin Sabrina sambil tersenyum miring.Namun setelahnya, Sabrina menghela napas panjang. "Sayangnya semua ini harus ditukar dengan nyawa ibu."Tak mau larut dalam kesedihan, Sabrina bangkit dari duduknya. Ia mengambil sesuatu dari dalam lemari pakaiannya.Sebuah selimut sudah berada di dalam genggaman tangan Sabrina untuk dipakaikan di badan Elang. Ia tak mau udara pagi ini membuat Elang terusik. Biarkan selimut ini memberikan kehangatan untuk lelaki yang kini mulai menjadi candu baginya.Lagi, Sabrina terpesona melihat wajah tampan yang sedang dipeluk oleh mimpi itu. Tak pernah terpikirk

    Last Updated : 2024-02-03
  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Mengapa Harus Berhutang?

    Bab 8Elang baru saja kembali dari luar. Ia membawa amplop cokelat tebal di dalam genggaman tangannya."Mas dari mana?" tanya Sabrina setelah membuka pintu. Ia mengekori langkah Elang menuju sofa ruang tamu."Kamu bisa antar Mas?" Elang menatap Sabrina dengan wajah serius."Kemana?""Ke tempat rentenir tadi.""Mas beneran mau bayarin hutang ibu?""Emang kamu sanggup bayar?""Kalau langsung lunas kayak Mas gini ya ngga sanggup. Aku biasanya dicicil.""Kalau kamu ikut Mas pergi ya ngga akan lagi sempat buat nyicil. Sudahlah, ngga apa-apa biar Mas yang bayar."Sabrina tak lagi menyahut. Ia pun mengikuti langkah Elang menuju mobilnya terparkir.Hawa di dalam mobil yang sejuk membuat Sabrina merasakan sensasi yang berbeda. Ia tak menyangka sudah menjadi nyonya dari pemilik mobil ini. Mobil sedan keluaran terbaru yang mulus dan terasa mewah baginya. Bisa duduk saja Sabrina tak menyangka, apalagi ini menjadi istri dari pemilik mobil ini."Untuk apa ibumu pinjam uang sebanyak ini?" Elang memu

    Last Updated : 2024-02-05
  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Ternyata Sesakit Ini

    Bab 9"Kurang ajar!" geram Elang. Ia berjalan dengan cepat ke arah Tarjo. Tanpa basa basi dan banyak pertimbangan, kepalan tangan Elang itu mendarat di pipi Tarjo yang tak lagi mulus.Tarjo terjerembab di samping kursi. Ia kehilangan keseimbangan sebab kepalan tangan Elang mendarat tanpa permisi.Rasa panas dan perih berkumpul menjadi satu di pipi Tarjo. Ia jatuh sambil memegangi pipinya yang tampak memar."Hei jangan kurang ajar!" teriak anak buah Tarjo yang dengan sigap berlari menghampiri bosnya. Ia membantu Tarjo berdiri dengan kepayahan sebab badan Tarjo yang lebih berat dari dirinya.Tarjo berdiri sambil memegangi pipinya yang terasa nyeri. Seringai licik pun terbit dari bibirnya yang kehitaman.Anak buah Tarjo yang lainnya menghampiri Elang, bersiap untuk membalas pukulan Elang yang membuat bosnya jatuh tersungkur."Kurang ajar kamu! Beraninya memukul bos di rumahnya sendiri," geram laki-laki itu. Ia mencengkram kerah baju yang melekat pada badan laki-laki yang baru saja memuku

    Last Updated : 2024-02-06
  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Suamiku Bos?

    Bab 10Elang menghentikan laju mobilnya. Ia merasa dilema dengan keadaan ini. Satu sisi ada istri yang membuat Elang khawatir dicurigai jika tidak menerima panggilannya. Berbagai tuduhan atau prasangka jelas muncul jika Elang tidak menerima panggilan Kayla di jam seperti ini, mengingat sudah jadi kebiasaan Kayla menelponnya menanyakan kabar dan soal makan siang.Di sisi lainnya, ada Sabrina yang duduk di samping Elang dan terpaksa harus mendengar pembicaraannya dengan sang istri tanpa ditutup-tutupi."Ngga apa-apa, Mas. Sudah jadi resiko atas pilihan yang kuambil." Sabrina memaksa bibirjya untuk tersenyum sedikit. Tangannya berusaha menghapus jejak air mata yang tertinggal di dalam wajah ayunya itu.Elang terdiam. Ia mengembuskan napas perlahan sambil mencengkeram erat setir yang ada di depannya untuk meluapkan rasa yang tak nyaman dalam dirinya. Baru kali ini ia berada dalam posisi yang dilematis seperti ini."Tidak mudah untuk menjalani pernikahan yang seperti ini, tapi semuanya sud

    Last Updated : 2024-02-07

Latest chapter

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Tamat

    Bab 70Hari-hari baru telah dilalui oleh Sabrina dan Elang di rumahnya yang sebelumnya ia tempati. Kehidupan baru dengan status baru, yaitu sebagai satu-satunya istri dari Elang Hastanta.Pernikahan mereka baru saja di sahkan setelah satu bulan kepergian Kayla. Hal itu membuat Sabrina merasa lega sebab statusnya telah sah dimata hukum. "Terima kasih atas hadiah ini, Mas," ucap Sabrina setelah kembali ke rumah. Buku nikah telah ia dapatkan ditangan. Ia bukan lagi menjadi wanita simpanan, melainkan sebagai satu-satunya istri sah yang dimiliki Elang.Bibir Elang mengulum senyuman. Ia mengusap pipi Sabrina menggunakan ibu jarinya dengan halus dan lembut."Sama-sama, Sayang. Tidak ada lagi alasan untukku tidak menjadikanmu sebagai satu-satunya istri sah. Mas janji akan selalu menjaga diri agar tidak lagi melakukan kecerobohan yang menyebabkan hidup Mas jadi berantakan seperti kemarin. Mas juga janji akan membahagiakan kamu dan anak kita nanti," ucap Elang sambil mengusap perut Sabrina yan

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Penyesalan

    Bab 69Elang menuntun Sabrina berjalan di jalan setapak di antara makam yang berjajar. Dadanya kebak akan rasa haru atas apa yang sudah terjadi. "Hati-hati, Sayang," ujar Elang saat Sabrina berusaha menghindari makam yang ada di samping jalanan.Tangan Sabrina menggenggam erat lengan Elang yang ada di sampingnya. Kondisinya yang baru saja pulih membuat badannya masih terasa lemas dan sesekali harus menyandarkan badannya agar tidak roboh. Seharusnya Sabrina banyak beristirahat, tapi rasa bersalahnya tak lagi dapat menahan langkah kakinya untuk berjumpa dengan Kayla sekalipun sudah berbeda alam."Ini makamnya," ucap Elang seraya menunjuk satu makam yang masih tinggi gundukannya. Kembang setaman yang ditaburkan kemarin masih banyak berjajar di atas makam itu. Bahkan aromanya sesekali masih terhirup oleh hidung Sabrina juga Elang.Sabrina menatap makam itu dengan hawa panas yang mulai merambat ke sekujur tubuhnya. Kepergian Kayla setelah apa yang dilakukannya pada Sabrina membuat Sabrina

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Kehilanganmu

    Bab 68Elang berjalan dengan langkah tergesa menuju ruang ICU, tempat di mana Kayla sedang dirawat. Matanya hanya fokus pada jalanan di depannya agar bisa lekas sampai di ruangan tersebut. Pikirannya sudah lebih tenang sebab Sabrina sudah ditemukan.Beberapa kali ponselnya berdering dari sang mama, bertanya di mana posisinya sekarang. Dan itu membuat Elang makin cemas dengan kondisi Kayla.Biasanya, Bu Laras dan Pak Rahardjo cukup bisa diandalkan dalam hal apapun. Tapi dering ponsel yang terus berbunyi itu membuat Elang merasa bahwa orang tuanya tak bisa mengatasi keadaan itu dan mengharuskannya berada di sisi Kayla secara langsung.Elang pun makin mempercepat langkahnya."El," sapa Bu Laras kala matanya melihat Elang mendekatinya. Tangannya terangkat untuk memeluk sang putra. Ketika berada dalam rengkuhan putranya, air mata Bu Laras tumpah seketika."Kayla, El. Kondisinya mengkhawatirkan," ucap Bu Laras dalam isakan. Ia begitu cemas melihat busa yang keluar dari mulut Kayla secara la

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Pergi Dari Sini!

    Bab 67"Mas tolong aku," racau Sabrina lagi. Matanya memandang sang suami dengan tatapan mengiba. Bayangan laki-laki semalam yang memaksanya masuk ke dalam mobil kembali terbayang dalam ingatan. Wajah mengerikan lelaki itu, membuat Sabrina terus meracau karena rasa takut.Elang makin merasa bersalah melihat Sabrina yang tampak trauma. Ia menggenggam erat tangan Sabrina untuk menyalurkan rasa tenang dan nyaman. "Tenanglah, ada Mas di sini." Elang mengusap punggung tangan Sabrina dengan ibu jarinya. Elang mendekatkan wajahnya ke dahi Sabrina, lalu menciumnya dengan penuh kelembutan. Ia cemas bercampur lega bisa melihat Sabrina ada di dekatnya. Meskipun kondisinya mengkhawatirkan tapi Elang merasa bahagia bisa berjumpa kembali dengan istri yang sudah lama meninggalkan dirinya tanpa pamit.Sabrina mengerjapkan matanya. Ia menatap Elang beberapa saat, kemudian menghentakkan tangan Elang yang sejak tadi menggenggam tangannya."Pergi kamu, Mas! Pergi dari sini! Aku benci kamu!" desis Sabr

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Aku Takut, Mas!

    Bab 66Ponsel Elang terus berdering selama perjalanan. Ia tak peduli, kabar yang baru saja ia terima membuat Elang harus segera sampa di lokasi.Sementara di ujung panggilan, Kayla sedang menangis. Ia tak terima jika Elang pergi meninggalkannya walau hanya sebentar. Rasa takut kehilangannya sudah mengakar dalam hati dan semakin membuatnya nekat melakukan hal apapun agar sang suami mau kembali. Akan tetapi, sikap abai milik Elang itu malah membuat Kayla tak bisa menunggu. Kayla bangkit dari tidurnya. Ia memaksa tubuhnya yang lemah itu untuk berjalan menuju balkon kamarnya. Pikiran dan hati Kayla sudah buntu. Wanita itu sudah gelap mata dan pikiran."Aku tidak rela jika kamu kembali pada perempuan itu, Mas. Kamu hanya milikku dan tidak boleh dimiliki oleh wanita lain selain aku. Jika kamu berbagi, maka biarkan anak ini kubawa pergi." Kayla berjalan dengan tertatih menuju pintu kaca yang menampakkan sinar bulan purnama. Sayangnya keindahan bulan purnama itu tidak membuat Kayla merasa ka

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Rindu Yang Menggebu

    Bab 65Kayla sedang membaca pesan dari seseorang saat pintu kamarnya terbuka. Ia merasa lega karena misinya berhasil, sekalipun itu harus mengorbankan kesehatannya demi janin yang ia kandung. Usahanya berhasil untuk membuat Elang bertahan di sisinya untuk sementara ini. Bayi itu harus selamat jika Kayla ingin dirinya kembali menjadi ratu dalam pernikahannya. Ponsel yang dipegang Kayla segera diletakkannya begitu Elang sudah ada di bibir ranjang tempatnya berbaring. Ia tak mau sang suami melihatnyaa berbalas pesan dengan orang lain, terlebih itu adalah seorang laki-laki. "Sayang, makan dulu ya?" ucap Elang sambil membawa senampan makanan untuk Kayla. Nampan itu ia letakkan di nakas sebelum menyiapkan meja di atas tempat tidur Kayla.Sejak keluar dari rumah sakit, Kayla tidak pernah keluar dari kamar. Ia lebih banyak bedrest karena kondisinya yang lemah. sesekali mertuanya datang menjenguknya ke dalam kamar, untuk sekedar berbincang atau menanyakan keadaan Kayla hari itu."Hemm wangi

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Layani Saya Malam Ini

    Bab 64Sabrina mematut diri di depan cermin, menatap pantulan wajah dan badannya yang mengenakan dress sabrina berbahan satin dengan belahan dada rendah yang menampakkan sebagian dari bahunya yang kecil dan mulus. Embusan hawa dingin dari AC yang menerpa badan Sabrina membuatnya berulang kali mengusap bahu dan leher bagian belakang. Rasa risih membuat Sabrina tak nyaman dengan pakaian itu. Sayangnya hendak protes pun Sabrina tak memiliki keberanian."Sudah cantik," ucap perempuan yang mendandani Sabrina itu. Rosa namanya. "Tubuhmu bagus, siapapun tamunya nanti pasti akan tertarik dengan badanmu yang padat ini.""Terus ini aku kemana, Kak? Saya harus apa di sana nanti?" tanya Sabrina dengan polosnya."Kamu nanti cukup duduk manis aja. Kalau diajak duet ya kamu duet, kamu layani dia dengan baik. Kalau dia mau apa-apain kamu ya udah biarin aja, pasrah aja jangan banyak protes biar nanti kamu dapat tips banyak. Lumayan kan? Ngga susah juga kerjanya, kamu cukup nikmati permainan dia nant

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Pekerjaan Apa Ini?

    Bab 63"Saya ngga tau pasti ini perusahaan apa, tapi alamatnya benar ini," ucap Sabrina sambil membaca nama jalan dan nomor yang melekat di dinding dekat pintu."Ya sudah deh, Mbak. Hati-hati aja saran saya," ucap kang ojek itu sebelum ia meninggalkan Sabrina di halaman gedung bertingkat itu sendirian.Sabrina menghela napas dalam dan panjang. Dari ucapan kang ojek itu ia merasa aneh, akan tetapi untuk kembali pulang pun rasanya tak mungkin sebab ia memang butuh pekerjaan itu.Tak ada pilihan lain, Sabrina pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam halaman gedung yang tak luas itu. Tidak ada orang di halaman itu, hanya ada security yang sejak tadi sibuk dengan benda pintar di tangannya. Ia bahkan tak mempredulikan Sabrina yang tampak kebingungan."Bismillah," ucap Sabrina menyemangati dirinya.Sabrina masuk ke dalam gedung yang ada di depannya. Ada rasa canggung dan takut saat membuka pintu kaca yang menjadi bagian utama dari bangunan tersebut. Tak banyak lampu yang menyala, hanya bebera

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Alhamdulillah Dapat

    Bab 62Sabrina tinggal di sebuah kontrakan kecil tak jauh dari tempat tinggalnya di kampung. Ia sengaja mencari tempat yang tak jauh dari lingkungan rumahnya sebab lebih mudah beradaptasi. Kehamilan Sabrina terbilang rewel dan manja. Ia tak bisa banyak beraktivitas sebab rasa mual yang kerap datang dan membuatnya lemas. Tak jarang Sabrina menangis nelangsa merasai nasibnya yang menyedihkan ini. Akan tetapi ia hanya mampu menangis tanpa sanggup menyalahkan siapapun atas apa yang terjadi ini."Sabar ya, Nak? Mama akan berusaha kuat meskipun kamu selalu saja membuat Mama lemas begini," ucap Sabrina seraya mengusap perutnya yang baru saja terasa mual. Bagaimana pun beratnya menjalani morning sicknes, Sabrina tetap berusaha sabar. Ia juga harus kuat untuk bisa bekerja demi melanjutkan hidupnya yang sebatang kara. Pada siapa lagi Sabrina akan bergantung jika bukan pada tangannya sendiri. Tidak banyak uang yang Sabrina bawa sebab kartu pemberian Elang telah ia kembalikan pada Kayla. Sabrin

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status