Kannaya sudah berjalan dengan Dean keluar dari dalam kamar. Mereka akan mulai melakukan sesuatu yang bisa dilakukan di kapal pesiar ini. Dean memutuskan untuk keluar karena kalau di dalam, hasrat ingin bercinta dengan Kannaya tak bisa dia tahan sementara istrinya ini tidak bisa terus-terusan bercinta atau dia akan sakit lagi.Entah sejak kapan dia menjadi seorang yang pengertian, biasanya dia tidak pernah peduli dengan orang lain dan selalu ingin dirinya sendiri yang diperhatikan, tapi dia sekarang malah memperhatikan Kannaya dengan penuh perhatian dan kasih sayangnya yang selama ini beku.Dia sadar kalau semuanya adalah hal yang tidak sederhana. Entah dia benar-benar sudah jatuh cinta pada Kannaya atau sejenisnya, dia juga tidak akan membantah. Lagipula jatuh cinta pada wanita ini adalah sebuah hal yang sangat membahagiakan, Dean sudah menikahinya, dia gadis yang sederhana, sikapnya sederhana dan cantik. Dia akan bahagia selamanya jika bersama dengan gadis ini.Apalagi ada keunggulan
Kannaya menatap Dean wajah Dean yang sudah menghela napas pelan. Dia menatap wajah Kannaya yang merah padam, lalu mengusap kepala Kannaya dengan lembut."Begitu bayarannya," balas Dean dengan lembut membuat Kannaya menelan ludahnya pelan."Emm, itu Mas katakan sekarang," ucapnya pelan membuat Dean tersenyum kecil. "Berbeda kalau misalnya sudah marah nanti."Dean menghela napas lalu menyandar dan merangkul tubuh Kannaya yang ada di sebelahnya. Dia tampak menatap ke depan dimana beberapa orang tua sedang menemani anak-anaknya bermain di sisi kapal untuk melihat laut. Kannaya melihat ke arah yang dilihat Dean juga, hingga dia tahu kalau pria ini memang menginginkan punya seorang atau dua orang anak. Tetapi dia belum bisa memberikannya, karena bagaimanapun juga itu adalah sebuah hal yang mudah untuk menjadi pegangan baginya agar dia tidak di buang ketika bosan. "Mereka bahagia sekali," balas Dean membuat Kannaya menatap wajahnya. "Hanya saja daripada aku harus kehilanganmu seperti aku k
Kannaya masuk dengan Dean setelah mereka menghabiskan lumayan lama di luar untuk fasilitas yang ada di dalam kapal pesiar. Mengambil pakaian ganti dan juga handuk, Kannaya berniat untuk mandi karena dia ingin istirahat lebih cepat malam ini.Saat dia masuk ke dalam ruang ganti untuk menyiapkan pakaian, Dean masih serius menatap laut tapi ketika dia kembali pria itu sudah ada di depannya padahal dia akan masuk ke kamar mandi."Mas mau mandi lebih dulu?" tanya Kannaya membuat Dean tersenyum dan bergerak pelan memegang bahunya."Mandi bersama bagaimana? Aku ingin mandi bersama denganmu karena selama ini belum pernah." Dean berkata membuat Kannaya menarik napas pelan.Entah sejak kapan Dean bersikap kekanakan seperti ini, hanya saja dia tidak bisa mengatakan apapun untuk menolaknya. Dia hanya bisa mengangguk, dia pikirkan beberapa hari ini, Dean hanya akan terus-terusan mengganggunya ketika dia menolak dan tidak mau menerima apapun yang dikatakan oleh pria ini. Jadi Kannaya ingin menguba
Setelah mandi dengan semua cerita yang mereka lakukan, Kannaya memakai pakaiannya dan duduk dengan lelah di atas ranjang. Dia sudah bosan di sini karena tidak ada yang bisa dilakukan di atas kapal pesiar ini selain menikmati semua hiburan yang ada di sana. Sementara dia tidak begitu suka dengan liburannya terlalu mencolok karena liburan yang dia lakukan biasanya hanya makan makanan yang banyak dengan Camelia lalu mereka akan pergi ke toko buku untuk mencari beberapa buku-buku referensi untuk kuliah.Liburan dan hiburan seperti ini sungguh sangat berlebihan untuknya yang memiliki kapasitas sebagai orang miskin. Makanya dia tidak melakukan apapun selain hanya duduk dan mengikuti kemanapun Dean pergi. Karena jika dia tidak bersama dengan Dean dia kadang takut dan bingung untuk melakukan apa selain berlama-lama di atas buritan untuk melihat lautan yang luas."Kenapa wajahmu seperti di tekuk seperti itu? Apakah sudah terjadi sesuatu? Atau kamu baru merasakan hal yang lain?"Dean yang baru
Melihat Dean yang diam saja tanpa mengatakan apapun setelah bangkit dari tidurannya tadi, Kannaya menghela napas."Marah denganku, ya?" tanya Kannaya dengan santai dan terdengar kalau dia sama sekali tidak merasa keberatan dengan kemarahan pria itu. "Aku sama sekali tidak merasa bersalah atau siapa yang kukatakan karena aku hanya mengatakan sharing. Kamu duluan yang bertanya makanya aku menjawabnya, sekarang aku bahkan tidak bisa menjadi bagian dari pemikiranmu bagaimana bisa aku menjadi istrimu lebih lama jika sudah seperti ini?" Dean tak mengatakan apapun, dia seperti buntu walaupun dia tidak merasa tersinggung dengan ucapan wanita yang sama sekali. Dia malah heran kenapa dia tiba-tiba bersikap seperti ini, seolah-olah dia seperti menyesal terakhir sebagai seorang pria yang memiliki banyak kekayaan."Seharusnya sebuah pemikiran sudah menjelaskan tentang hal itu. Ini tentang lingkungan yang selalu kami perhatikan dan aku yang selalu melihat orang-orang sederajat denganku makanya aku
Setelah menjauh dari pelabuhan, Kannaya baru mendapatkan sinyal. Dia mencoba menghubungi Camelia dan berharap bisa melakukannya. Dia tidak menggunakan kuota roaming jadi dia tidak yakin apakah bisa menggunakan pulsanya untuk menghubungi sahabatnya itu.Namun, wajahnya yang semula menangis tersenyum lebar saat dia mendengar panggilannya."Halo? Camelia?" tanyanya kemudian lalu dia menatap sekitarnya yang banyak orang berlalu lalang.Dia ada di tengah-tengah sebuah tempat yang terasa panas karena matahari yang semakin meninggi."Kannaya? Kenapa menghubungiku? Bukankah sekarang kamu ada di atas kapal, bagaimana bisa di tengah-tengah lautan kamu memiliki sinyal untuk menghubungiku?"Kannaya tersenyum dan mengusap bawah matanya untuk menyingkirkan sisa air mata yang masih ada di sana."Aku sudah tidak ada di atas kapal, bisakah kamu mengirimkan aku uang untuk pulang? Aku sepertinya memerlukan tiket untuk pulang ke negara kita," ujarnya membuat Camelia menghentikan gerakannya."Kenapa bisa?
Kannaya berada di dalam gendongan Dean ketika dia keluar dari mobil yang mengantar mereka ke apartemen. Entah terlalu berlebihan atau tidak tapi pria ini seperti tidak pernah marah padanya dan kembali menggendongnya dengan baik dan bahkan sepanjang jalan dia memastikan kalau Kannaya baik-baik saja dan melupakan semua kemarahannya sehingga Kannaya seperti lupa dengan apa yang sudah dilakukan oleh pria ini.Dia dibaringkan di atas ranjang kamar Dean, sementara itu dua anak buah Dean sudah meletakkan koper mereka di dekat lemari lalu pamit pergi. Meninggalkannya dan Dean berdua tanpa ada suara sejak tadi karena keduanya seperti tak memiliki topik pembicaraan apapun.Kannaya memegang kepalanya terasa sakit, lalu memejamkan matanya seperti ingin melarikan diri dari pembicaraan. Dia tak mau bicara apapun atau malah salah lagi nanti. Sejauh ini dia tak mau membela dirinya yang mungkin memang membuat Dean merasa tersinggung walaupun dia sendiri tidak mengerti dan merasakan sakit hati yang luma
Kannaya bisa merasakan makin lama pagutan itu makin dalam. Kannaya melemas di pangkuannya tapi tidak melakukan apapun. Bibir dingin Dean terasa menciuminya dengan erat, intens dan penuh perasaan. Kannaya mencengkeram lengan suaminya itu sampai Dean melepaskan ciumannya dan menatap Kannaya yang sudah terengah-engah."Kamu hangat dan manis," ujarnya membuat Kannaya menelan ludahnya.Dean mengusap wajah dan lehernya dengan jemari, lalu menatap wajah Kannaya yang tampak cantik walaupun dia tahu kalau gadis ini baru bangun tidur. Dia tetap terlihat cantik seperti biasanya."Mas sudah makan siang?"Dean tersenyum dan menatapnya dengan lembut. "Belum," balasnya seraya mencium bibir Kannaya lagi. "Aku mau makan kamu, boleh?""Hah?" "Sayang ... Aku rindu," balasnya serak manja, seraya mengusap tubuh Kannaya dengan tatapan penuh harap.Kannaya melihat ke arah jam yang ada di dapur itu dan dia menemukan kalau waktu sudah memasuki sore hari. Dia menatap suaminya yang tampak menatapnya penuh harap
Bagi Dean hubungannya dengan Kannaya begitu panjang. Panjang dalam urusan perjuangan dan juga panjang ketika dia harus meyakinkan wanitanya itu kalau cintanya benar-benar tulus. Menikahi seorang wanita yang berasal dari keluarga sederhana tapi penuh dengan sikap tahu diri dan tidak pernah menjadi seseorang yang rakus dan tamak, adalah sesuatu hal yang tidak mudah untuk Dean lakukan tapi dia puas karena bisa mendapatkan kriteria istri yang benar-benar baik tanpa memandangnya dari segi harta.Begitu lama dia meyakinkan istrinya itu kalau dia benar-benar sangat tulus, tapi pada kenyataannya hati yang beku dan kaku akan tetap mencair perlahan dengan segala macam hal yang mereka jalani karena pada dasarnya manusia memiliki perasaan yang mudah terbolak-balik.Kini sudah berakhir waktu di mana dia berusaha untuk menggapai istrinya karena saat ini wanita itu sudah berada di dalam genggaman dan pelukannya. Bersama dengannya dalam menikmati kehidupan yang begitu bahagia. Bersama dengannya meraw
Kannaya tersenyum dan mengusap punggung suaminya dengan lembut ketika kedua orang tuanya pulang setelah seharian bermain di rumah ini bersama dengan anak kembar mereka. Dia tahu kalau berat apa yang dirasakan oleh suaminya makanya dia tidak mau memaksakan pria ini untuk bicara."Masuk dulu, aku baru membuat kopi untuk Mas," ujar Kannaya dengan lembut membuat Dean menatapnya dan tersenyum.Hari juga sudah malam dan tidak ada lagi yang harus mereka lakukan. Biasanya mereka sudah di dalam kamar dan memperhatikan anak-anak saat ini tapi karena suasana hati Dean yang belum membaik sejak tadi membuat Kannaya juga tidak akan membuatnya semakin berubah karena sejak di pria ini sudah diam saja tanpa banyak bicara.Masuk ke dalam rumah, Kannaya menutup pintunya dan melihat semua suami yang sudah berjalan ke arah sofa. Anak-anak sedang dijaga oleh baby sitter, dia biarkan kamar bersama dengan perawat kedua putranya itu karena dia ingin menemani suaminya."Mau menonton sebuah film?"Dean meletakk
Hari itu, Dean membiarkan kedua orang tuanya memegang dan menggendong bayinya. Sementara setelah beberapa saat kedua orang tuanya itu menggendong cucu, Dean membawa Kannaya ke tempat sunyi dan memeluknya dengan erat disana.Kannaya tersenyum, tahu kalau suasana hati suaminya sedikit berantakan akibat apa yang dia dapatkan hari ini. Apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, tentu saja membuatnya merasa sebal tapi tidak bisa menolak mereka hanya karena permintaannya."Aku tahu kalau Mas merasa tidak suka sama mereka yang datang secara tiba-tiba dan meminta maaf begitu saja. Aku tahu kalau Mas pastinya kesal, tapi mau sampai kapan kita akan terus saling membenci seperti itu?" tanya Kannaya dengan lembut.Dean menghela napas dan menatap wajah istrinya dengan tatapan sebal. "Aku semula sudah hidup dengan tenang sebelum kedatangan mereka, Sayang. Tetapi kedatangan mereka membuatku merasa sedikit kesal. Aku tahu kalau tidak boleh membenci orang tua terlalu lama, sebagai anak aku hanya dimi
Hari-hari berjalan dengan sangat baik setelah itu dan tidak ada lagi masalah-masalah yang terjadi. Keano dan Kenaan jaga anak yang baik dan tidak banyak menangis. Mereka senang karena ada yang menjaga apalagi sifatnya sangat ramah seperti ayah ibu mereka.Apa itu masih dalam fase pertumbuhan yang begitu panjang dan akan segera mereka lalui perlahan. Hanya dengan cara ini maka mereka bisa menunjukkan kalau sudah berhasil menjadi anak-anak yang sehat. "Keano tampan sekali pakai kacamata seperti itu," ujar Kannaya sambil bergerak dan memotret putranya yang satu lagi lalu memakaikan kacamata yang sama.Mereka sedang berjemur saat ini, sebuah rutinitas yang biasa dilakukan Kannaya sejak anak-anaknya lahir. Makanya dia sudah biasa walau masih ada bantuan dari suster yang memang sangat profesional. Dia sama sekali tidak kesulitan dalam merawat anaknya walau dia adalah ibu baru."Kalian itu mengikut Papa sekali, wajahnya juga mirip Papa," gumam Kannaya seraya menghela napas. "Kalian harus bi
Andreas menatap Camelia lalu menatap ke arah depan dan fokus mengemudi lagi. "Saya hanya mau menhenalmu lebih jauh. Apakah boleh?" tanyanya santai membuat Canelia makin membulatkan matanya."Hah?"Andreas menatapnya sejenak dan menuju ke rumah megah yang sudah terlihat di depan mata."Saya sering memperhatikanmu diam-diam. Jujur saja, saya suka dengan wanita pekerja keras sepertimu. Kau hampir sama seperti istrinya Dean, Kannaya yang bekerja keras. Walaupun sebenarnya seorang wanita itu tidak diwajibkan bekerja saat sudah menikah. Tetapi tidak selamanya seorang pria atau suami itu akan terus berada di atas. Suatu saat bisa saja hancur karena roda itu berputar. Untuk saat ini tentu saja kami bisa memberikan kebahagiaan dan segala kemewahan untuk istri. Tetapi siapa yang tahu nanti?"Camelia diam mendengarnya membicarakan itu, sumpah, dia belum paham! Kenapa Andreas yang merupakan seorang pria besar dan pengusaha ini mau membahas tentang hal ini dengannya? Dengan dia yang bukan siapa-sia
Kannaya benar-benar tidak repot mengurus anak kembarnya karena ada baby sitter. Dia hanya memerah ASI, memulihkan dirinya dan membuat semuanya menjadi lebih mudah hanya dengan menjalaninya dengan santai.Kannaya mendapatkan support dan juga bantuan sepenuhnya dari Dean, seperti yang sekarang mereka lakukan. Dia memerah ASI, sementara itu Dean yang menuliskan tanggalnya kalau dia masukkan ke dalam lemari pendingin kecil yang disediakan langsung anaknya."Hari ini Camelia akan datang katanya, Mas mau bekerja atau tidak? Apakah berangkat hari ini?"Dean tersenyum lalu menggeleng pelan. "Hari ini Haris akan mengantarkan beberapa berkas yang akan ditandatangani, aku benar-benar masih bekerja di rumah, jadi kamu tidak perlu khawatir."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Kembali berbaring, anak-anak ada bersama dengan mereka siang ini dan terlihat sangat nyaman. Dean tersenyum dan mengusap kaki Kannaya dengan lembut seolah ingin memijatnya."Ada sesuatu yang kamu mau? Aku akan membelikannya,"
Dean cukup menikmati waktunya ketika dia menjaga Sang Putra sementara itu Kannaya tidur untuk mengembalikan semua tenaganya walaupun memang dia tidak begitu kesulitan untuk melahirkan tapi Dean tetap ingin yang terbaik untuk istrinya itu. Makanya dia membiarkan Kannaya beristirahat tanpa harus memikirkan apa-apa.Setelah puas bermain dengan kedua anaknya, putranya itu juga sudah tidur ketika Dean berjalan meninggalkan ruangan bayi. Dia turun ke lantai bawah untuk meminta pelayan menyiapkan makanan untuk istrinya. Karena dia ingin istrinya makan setelah ini supaya bisa kembali bertenaga dan pulih dengan cepat."Bawa semuanya ke kamar, saya akan lihat apakah istri saya sudah bangun atau belum."Pelayan yang ada di sana mengangguk patuh. Mereka mulai menyusun makanan yang akan dibawa sebelum mengikuti langkah kaki Dean menuju ke lantai atas dimana kamar majikan mereka itu berada. Saat Dean naik, dia tak menemukan Kannaya di atas ranjang. Hal itu membuatnya mencari ke beberapa tempat dan
Kannaya masuk ke dalam mobil dan memperhatikan sekitarnya sebelum menatap suaminya. "Mas kok banyak orang?"Dean tersenyum lalu mengusap kepala istrinya dengan lembut. "Mereka hanya penasaran, soalnya aku membawa kamu pulang dengan penjagaan dan pelayanan yang ketat. Tidak usah terlalu dipikirkan," ujarnya membuat Kannaya menghela napas dan mengangguk.Anak-anak mereka sudah ada di tempatnya yang begitu nyaman. Dean sudah mempersiapkannya dengan baik dan itu membuat Kannaya tersenyum. Dia bisa memejamkan matanya dan mengistirahatkan tubuhnya sebelum nanti mereka tiba di rumah yang sedikit jauh. Dean menggenggam tangannya dan menemaninya melakukan semua itu. Dia tidak akan meninggalkan istrinya ini sendiri dan akan terus mendampinginya.Dean menyadarkan tubuhnya dan melihat jalanan di depan sana. Haris mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata dan berusaha setenang mungkin agar tidak membuat istri majikannya kenapa-napa. Dia tidak bisa bayangkan kalau istri majikannya itu meras
Kannaya menatap suster yang baru membantunya mengganti infus. Dia masih harus dirawat sampai besok baru kembali ke rumah.Dean keluar dari dalam kamar mandi dan menemukan istrinya yang sudah selesai melakukan pemeriksaan hingga dia tersenyum dan berjalan mendekati istrinya itu. Dia baru saja selesai mandi sementara Kannaya juga baru dibersihkan."Lain kali saat lukanya sudah agak membaik, aku yang akan memandikan kamu."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Dia menatap Dean yang terlihat segar dan tampan hingga akhirnya mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah anak-anaknya yang tidur dengan tenang. "Mas tidak bekerja?" tanyanya membuat Dean tersenyum dan mengambil tangannya untuk digenggam."Beberapa minggu ke depan Harris yang akan menghandlenya. Aku akan menemanimu mengurus anak-anak kita. Kalau kamu sudah tidak sakit lagi maka aku akan mulai mengurus pekerjaan." Dean berkata seraya tersenyum.Dia sudah menyiapkan semua ini dan sudah bertekad akan menemani istrinya seraya melahirka