“Kau tidak apa-apa, Kheil?” tanya Peony cemas. Kheil membalas dengan gumaman. Kepalanya ia kubur di atas kedua tangan yang terlipat di atas meja. Saat akan pulang, Kheil mengeluh sakit perut. Pemuda itu meminta Peony menemaninya sejenak di dalam kelas. Murid-murid lain sudah pulang lebih dulu. Ketika Peony menyarankan Kheil ke klinik sekolah, pemuda itu menolak. Kheil mengatakan hanya butuh waktu sebentar untuk beristirahat. Peony yang tak tega melihat Kheil seperti itu, berinisiatif memegang perut sang pemuda. “Apakah perutmu kram—” “A-apa yang kau lakukan???” Peony mengerjap saat Kheil tiba-tiba bangkit dari duduknya sambil menatap ngeri tangan Peony yang menggantung. “Aku… hanya ingin membantumu.” “B-bantu apa maksudmu?” tanya Kheil kesal setengah… gugup? Kenapa Kheil gugup? Peony juga tak paham kenapa Kheil terlihat kesal. “Apakah kau merasakan perutmu kram? Jika iya, aku hanya ingin membantu mengusap-usapnya di bagian yang kram. Saat sedang dalam masa period, aku sering m
“Maksudmu cinta antara pasangan? Seperti cinta ibu pada ayahku?” Kheil hanya balas dengan gumaman malas. Peony terkekeh. “Aku ingin setuju ucapanmu, tapi aku tidak bisa. Aku bukan ibuku atau orang yang pernah menjalin tali kasih. Aku juga tidak akan menyalahkan ibu atas cintanya yang begitu besar pada ayah. Aku tidak cemburu. Ibu jauh lebih lama mengenal Ayah daripada diriku. Seperti yang aku katakan tadi, tidak pernah satu kali pun aku melihat mereka bertengkar. Ayah selalu bersikap mesra pada ibu. Mungkin hal itu juga yang membuat Ibu merasa kehilangan sampai saat ini. Jadi aku tidak ingin mengejek orang yang jatuh cinta. Apalagi mengatai mereka bodoh atau sejenisnya.” Kheil tidak menjawab. “Kheil, apakah… em… a-apakah kau benci ‘cinta’ karena perpisahan orang tuamu?” tanya Peony hati-hati. Takut jika Kheil akan kembali tersinggung seperti tadi. “Hm. Apa yang mereka perlihatkan padaku cukup membuatku percaya jika rasa cinta tidak ada yang abadi. Aku tidak menyinggung cinta kedua
“Woaa! Lucu sekali!” Mata Peony berbinar dengan sebelah tangan menempel pada kaca toko pakaian wanita. Sementara sebelah tangan lagi terdapat paper bag yang sudah ia bawa sejak dari rumah. Peony menatap sebuah maneken yang menggunakan topi rajut cokelat dengan telinga beruang. Manekin itu juga menggunakan syal dan sarung tangan warna senada. Sepertinya syal, topi serta sarung tangan tersebut dijual satu paket. “Pasti mahal sekali harganya,” desah Peony sambil memperhatikan nama brand terkenal yang tertera di toko tersebut. Asap keluar dari mulut Peony saat ia mengatakan hal itu. Salju hari ini turun tidak begitu lebat, tapi tetap mampu membuat sekujur tubuh dingin. Tak terasa hari natal dua hari lagi akan tiba. “Summer.” Peony membalikkan tubuh, dan mendapati Kheil sudah berada beberapa langkah di depannya. “Hai!” Peony melambai ceria. “Sudah selesai?” tanya Peony pada Kheil yang tadi menyingkir sebentar untuk menerima telepon entah dari siapa. “Hm. Sedang apa kau di sana?” “Buka
"Kheil, kembalikan!" Peony mendelik kesal saat Kheil merebut novel romantis yang sedang ia baca. "Berhentilah membaca dongeng cinta seperti ini. Otakmu akan rusak karena khayalan manis." "Apa urusannya denganmu?!" "Urusanku? Urusanku mengingatkanmu untuk menjaga kewarasan." "Aku tidak gila!" "Kau iya. Buktinya kau selalu membaca karangan tentang kisah cinta sejati." "Itu bukan gila, tapi karena aku yakin kisah cinta sejati itu benar adanya. Kembalikan bukuku!" "Tidak akan. Realistis lah. Tidak ada yang namanya cinta sejati di dunia ini. Harus berapa kali aku katakan, rasa cinta akan menghilang seiring berjalannya waktu." "Seperti kedua orang tuamu? Jangan hanya karena kedua orang tuamu tidak saling mencintai dan berpisah, lalu kau memukul rata semuanya!" Setelah mengatakan itu, suasana hening seketika. Peony dan Kheil kompak membeku. Tak lama, Peony langsung menutup mulut dengan kedua tangan setelah menyadari sesuatu. "K-Kheil... bukan maksudku—" "Bukumu." Peony membeku saa
Musim panas kembali menyapa. Tak terasa pertemuan Peony dengan pemuda bernama Kheil satu tahun yang lalu bisa membuat Peony untuk pertama kali memiliki seorang sahabat di sekolah. Ada satu rahasia yang Peony sembunyikan. Sebenarnya, bukannya Peony tak bisa memiliki teman. Saat pertama kali masuk sekolah dulu, Peony pernah memiliki beberapa teman. Namun Peony harus memutuskan tali pertemanan mereka karena Angel. Angel mengancam akan ikut membully teman-teman Peony jika Peony masih dekat dengan mereka. Dengan berat hati Peony mengikuti Angel karena tidak ingin orang lain merasakan apa yang dia rasakan. Peony tidak tahu mengapa Angel sangat membencinya sejak pertama kali bertemu. Padahal Angel jauh lebih segalanya dari Peony, kecuali mungkin otaknya. Peony selalu unggul dalam pelajaran apapun dari Angel. Mungkinkah karena hal itu? Namun kini, setelah keberadaan Kheil di sekolah, Peony merasa tidak ada lagi yang berani mengganggunya. Mereka sepertinya takut pada Kheil yang selalu berada
Satu minggu berlalu setelah pernyataan cinta Peony, dan selama itu pula Kheil menghilang dari pandangan. Peony masih mengingat jelas saat Kheil mengantarnya pulang, tak ada percakapan yang terjadi di antara mereka. Ucapan terakhir Kheil hanya memerintah Peony masuk ke dalam rumah, lalu Kheil pergi begitu saja. Peony menelungkupkan kepala di atas meja kantin. Dadanya sesak. Apakah Kheil menghilang karena pernyataan cintanya? Apakah seharusnya Peony tidak menyatakan cinta pada Kheil? Apakah Kheil tidak memiliki setidaknya sedikit saja rasa untuk Peony? Bukankah mereka telah berciuman? Bahkan Kheil yang memintanya membalas apa yang dilakukan pemuda itu. “Aku melihatmu mencium Jessica di lorong, Alan. Kalian terlihat hot sekali!” “Apakah kau menyukai gadis itu? Kalian berpacaran?” “Bukankah kemarin kau menolaknya saat Jessica menyatakan cinta?” “Kami tidak berpacaran. Berciuman itu hal yang biasa. Hey, kalian jangan sok suci. Bahkan kalian sering melakukannya bahkan sampai making out.
Tubuh Peony bergetar. Ingatan masa lalu membuat jantung Peony serasa dihujam. Hari terakhirnya di kota ini sepuluh tahun yang lalu adalah hari terburuk di hidup Peony setelah kepergian sang ayah. Peony dan pria di depannya ini saling tatap. Dapat Peony lihat Kheil juga sepertinya terkejut dengan pertemuan tak terduga mereka. Tak banyak perubahan dari ekspresi wajah dingin Kheil. Hanya saja rahangnya semakin tegas, tampan, dan menggoda. Kalau saja Peony tidak memiliki kenangan buruk tentang Kheil, mungkin Peony akan memuji Kheil habis-habisan saat ini. "Monster Ab, kenapa kau bisa menemukanku?!" Peony tersadar. Pandangannya dan Kheil terputus saat mendengar suara lucu di sebelahnya. Dua orang dewasa ini kompak beralih menatap gadis itu. Kekehan geli keluar dari mulut Kheil. Peony kembali menatap Kheil karena terkejut. Kedua tangan Peony mengepal. Peony tak dapat menampik jika wajah tampan Kheil jauh lebih tampan saat bibirnya membentuk senyum seperti itu. Suara itu, suara itu adal
"Aku masih tidak menyangka hari ini akan tiba. Bayangkan... ini adalah pertama kalinya pendiri perusahaan akan hadir dalam meeting bersama kita! Ya Tuhan... aku tegang sekali!" "Kami akan bersikap sebaik mungkin, Miss Ang." "Kami akan menjadi anak yang patuh." "Janji!" Daniella Ang tertawa mendengar kata-kata ketiga bawahannya. Sepertinya mereka ingin membuat Daniella tenang. Sementara itu, Ella bersikap acuh tak acuh. Sambil bersedekap ia menatap sekeliling ruang meeting dengan meja persegi panjang dikelilingi kursi meeting yang sudah diisi tim SM, tim accessories dan tim promosi yang juga ikut dalam meeting. Meeting akan dimulai lima menit lagi. Hanya tinggal menanti kedatangan para pemimpin SEASON ME, termasuk pemegang saham terbesar yang akan mengikuti meeting untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Tampaknya tidak hanya Daniella Ang saja yang merasa gugup, tetapi juga semua pimpinan tim. Beberapa kali mereka menarik dan membuang napas gugup. "K-kalian tidak akan menyangka s
*** Nic… Ab… Aku mulai tidak mengenali siapa kalian jika saja aku tidak membaca buku harian yang aku tulis. Kalian tampan. Aku tidak menyangka pernah memiliki lelaki-lelaki tampan. Kebahagiaan untuk kalian?Jika kata -kata itu adalah kata-kata yang selalu aku tulis di setiap lembar, maka di lembar ini pun aku mengharapkan kebahagiaan untuk kalian. Kalian harus selalu bahagia!Peony mengusap tulisan tangan terakhir Dakota. Tulisan itu terlihat tak rapi dan memiliki jarak yang tidak beraturan di setiap kata. Sepertinya ini adalah lembar terakhir yang ditulis wanita itu sebelum kondisi Dakota semakin parah. Mata Peony berkaca-kaca. Tidak bisa membayangkan jika ia berada di posisi Dakota. Menjalani hari-hari terakhir di hidupnya tanpa didampingi orang-orang yang ia cintai walaupun Dakota tak mengenalinya karena penyakit itu.Alzheimer…Penyakit yang diderit
"Berhentilah menggangguku!"“…”"Kheil! Ya Tuhan! Aku tidak bisa bergerak, Kheil!"Peony melenguh nikmat setengah kesal. Alih-alih membebaskan Peony dari rengkuhannya, sang suami justru menghisap daun telinga Peony dengan sensual. Pria itu merengkuhnya dari belakang, dan itu mengganggu sekaligus menggoda."Kheil—Ouch!"Plak!Peony memukul kencang bahu Kheil yang baru saja menggigit pipinya. Akhir-akhir ini, Kheil semakin sering melakukannya. Setiap kali Peony bertanya dengan marah-marah, Kheil selalu mengatakan Peony semakin menggemaskan. Membuat Peony hanya dapat menghela napas jengkel."Kenapa kau jadi seperti ini?" tanya Peony heran setengah frustrasi."Apa?" tanya Kheil polos."Menempel terus padaku seperti lintah.""Bukankah ini yang sejak dulu aku lakukan padamu? Bahkan setelah kita kembali bertemu."Peony terdiam. Mencerna kata-kata sang suami. Setelah ia mengerti, Peony berd
“Sayang…” lirih Kheil putus asa. “Bicaralah—”“Kenapa sih kau harus minum-minum?! Memang semua masalah bisa hilang dengan menenggak alkohol?!” sinis Peony yang akhirnya tak tahan melihat keberadaan gelas anggur putih itu. Peony bukannya anti pada teman-teman yang minum minuman beralkohol. Ia juga sebenarnya tak masalah kalau Kheil mengkonsumsi minuman itu asal dalam batas wajar. Tetapi kalau meminumnya saat sedang ada masalah, itu yang Peony tak suka. Ia takut suaminya akan kecanduan.Atau… memang Kheil selama ini gemar meminum minuman itu? Sekian lama berpisah, ia masih belum tahu kebiasaan baru Kheil.“Apakah kau sering mengkonsumsi minuman—""Minumlah." Kheil menyodorkan gelas anggur putih itu pada Peony.Peony mengerjap, lalu menatap Kheil yang menatapnya datar. "Ini... minuman beralkohol kan? Aku tidak bisa meminumnya." Peony menggeleng kencang.Kheil menaikkan se
Tok Tok!"Suamiku yang tampan tapi datar, bolehkah aku masuk?"Kheil mendengus geli mendengar suara sang istri yang berdiri di depan pintu ruang kerjanya. Ia meletakkan gelas anggur putih berisi cairan berwarna cokelat pekat ke atas meja kerja. Matanya melirik diam-diam keberadaan Peony yang mengintip dari balik pintu ruang kerja yang memang sejak awal terbuka sedikit.“Apakah kau akan membiarkan aku berdiri di sini sampai letih?” Suara Peony kembali terdengar. Kali ini nadanya memelas. Membuat Kheil lagi-lagi mendengus dan dia yakin mungkin sebentar lagi akan kalah dari acara merajuknya.Sudah lebih dari satu jam ia mengabaikan—Lebih tepatnya pura-pura mengabaikan— sang istri karena rasa cemburu yang menguasai jiwa.Kheil kembali mengingat hal apa yang membuatnya kesal. Belum selesai rasa kesalnya menghilang pada Nicholas, kesabaran Kheil sudah harus diuji karena kedatangan Cleve Malik. Bocah ingusan itu mendatangi Peony di
Kheil sesekali melirik sang istri di sela perbincangannya dengan para rekan bisnis yang hadir ke acara resepsi yang ia dan Peony adakan. Akhirnya, setelah satu bulan lebih menikah secara hukum dan agama, Kheil bisa mewujudkan impian membuat resepsi super mewah untuk mereka berdua. Mereka mengadakannya di aula mansion keluarga Leight. Alih-alih Peony yang bersemangat mengadakan resepsi, justru Kheil lah pihak yang merasakan itu.Kheil ingin seluruh dunia tahu kalau Peony adalah istrinya. Kheil ingin menunjukkan kepada para pria yang mengincar sang istri, jika mereka tidak punya kesempatan lagi mendapatkan Peony. Kheil ingin menunjukkan kekuasaannya dan ingin memberitahu mereka semua kalau mereka tidak bisa bersaing dengan seorang Leight. Level mereka terlalu jauh.Sialan!Kheil jadi kesal sendiri mengingat Peony justru semakin diincar banyak pria belakangan ini. Mendadak akun sosial media Peony mendapat banyak pengikut. Tidak masalah jika semua pengikut sang istr
“Ouch! Summer…” geram Kheil. Ia membuka mata kesal setelah merasakan satu alisnya kembali dicabut Peony. Entah sudah berapa kali sang istri melakukannya. Wanita itu mengatakan gemas dengan alis tegas Kheil yang menjadi salah satu bagian tubuh yang membuat orang takut dan tak bisa berlama-lama menatap pria tampan ini.“Sakit, Sayang… Kau ingin aku tak punya alis ya?” omel Kheil yang justru dibalas sang istri kekehan tak peduli.Wanita-nya itu kini malah membelai alis-alis tegas itu, lalu memberikan kecupan di bibir Kheil. Membuat Kheil yang tadinya kesal jadi menyunggingkan senyum. Pria ini merengkuh tubuh sang istri yang berbaring tengkurap di sampingnya. Lalu menyerang dengan kecupan-kecupan liar.“Hahaha… Hentikan, Kheil! Banyak orang!” Peony memberontak, tapi Kheil tak peduli. Ia terus menyerang Peony sampai posisi sang istri sudah berada di bawah kungkungannya.Napas keduanya saling bersahutan.
“Bagaimana? Enak???”Kheil menatap gadis yang tadi menghanyutkan topi baseballnya.Gadis di depannya ini, adalah gadis yang membuatnya penasaran akhir-akhir ini. Siapa yang menyangka kalau takdir membuat mereka berinteraksi dengan cara yang antimainstream tanpa harus Kheil yang lebih dulu mendekatinya. Kheil bersyukur, karena sesungguhnya tak tahu bagaimana cara mendekati gadis itu kecuali hanya memperhatikan dari jauh. Melihat tingkah-tingkah menggemaskan sang gadis yang terkadang berinteraksi hangat dengan orang asing yang baru dikenal gadis itu di taman. Kheil sampai berpikir, apakah gadis itu tak takut terlibat dengan orang jahat?Kheil kembali mengingat kejadian saat tadi topi baseballnya hanyut. Tahu begitu, sejak kemarin saja ia mengorbankan topi baseball kesayangannya itu kalau imbalannya adalah berkomunikasi dengan sang gadis. Meskipun nyatanya, sejak tadi hanya sang gadis yang tak bosan bertanya pendapat Kheil tentang es krim yang sedang Kh
Bruk!"Ouch!"Kheil terbangun dari tidur saat mendengar benda terjatuh dan tawa riuh anak-anak.Ia mengambil topi baseball yang menutupi wajah, lalu mendudukkan diri pada kursi panjang taman yang baru ditidurinya.Matanya memicing melihat seorang gadis sedang terduduk di atas rumput tak jauh dari tempatnya berada. Rambut gadis itu berwarna merah tembaga yang indah. Pipinya bulat kemerahan. Di depan gadis itu ada enam orang anak kira-kira berusia tujuh sampai sepuluh tahun. Menertawakan sang gadis yang sedang mengusap lutut serta sikunya untuk membersihkan rerumputan yang menempel di sana."Apakah kau bodoh?""Tali sepatumu terlepas, dan kau malah menginjaknya. Hahahha...""Sudah besar tapi seperti anak bayi. Hahahaha.""Hehehe... Bukankah wajahku memang seperti bayi?"“Ugh! Percaya diri sekali!”Anak-anak itu
Peony menggigit bibir. “Apakah dia akan dihukum berat?”“Dia telah melakukan percobaan pembunuhan dan terbukti merencanakan hal itu sebelumnya. Belum lagi, dia berhasil menganiayamu. Tentu saja akan dapat hukuman berat.” Rahang Kheil mengeras saat mengatakan itu. Mengingat kejadian satu minggu lalu saat melihat Ella mencekik belahan jiwanya. Sang istri bahkan sempat pingsan setelah mengetahui apa yang direncanakan Ella Hardi, wanita yang menurut Peony bahkan mereka tidak pernah terlibat urusan berat selain masalah rancangan. Dan ternyata, punya obsesi terhadap Dallas. Wanita gila!“Apakah… aku keterlaluan kalau… aku tidak mau berdamai?” tanya Peony ragu. Di satu sisi, jiwa kemanusiaannya ingin berdamai, tapi di sisi lain, Peony mengingat apa yang dilakukan Ella Hardi sudah di luar batas. Bukan hanya karena percobaan pembunuhan padanya, tapi juga atas penyekapan yang dilakukan Ella Hardi pada Zora di apartemen wanita som