“Bagaimana pun, yang ada di dalam perutku saat itu adalah darah dagingnya. Cukup untuk membuka nuraninya sebelum kesempatan itu berlalu,” tambah Carissa.
“Cukup, Carissa,” decih Jerome. Menatap lurus kedua bola mata Carissa. “Semua yang kau katakan hanyalah omong kosong.”
Carissa tertegun selama beberapa detik. Pandangannya melekat ke kedalaman mata Jerome. Menangkap segurat emosi yang membuatnya terkejut, yang dengan segera ia pendam rapat-rapat. Jerome tak mungkin mengetahuinya.
Jerome menyeringai tipis. “Kau tak akan mendapatkan apa yang kauinginkan. Di sini dan sekarang. Bahkan sampai kapan pun.”
“Kau terlihat begitu penuh keyakinan,” gumam Carissa setengah mencibir.
“Dan kau pasti sangat tahu alasan keyakinan ini.”
Cibiran di kedua sudut bibir Carissa lenyap. Lagi-lagi pandangan tajam dan makna yang tersirat dalam kalimat Jerome membuat Carissa tertegun. Memaksa sen
Daniel yang menyadari keberadaan Jerome, Jenna, dan Liora. Mendorong mundur kedua pengawal Jerome, tetapi kekuatannya dengan mudah dikalahkan oleh kedua pria berseragam serba hitam tersebut.Isyarat Jerome kepada kedua pengawalnyalah yang membuat Daniel berhasil menghampiri ketiganya di depan teras rumah dan berhenti tepat di hadapan Liora dengan wajah lebih merah padam dari sebelumnya dan amarah bercampur kecemburuan yang semakin berapi-api di kedua bola matanya. Sialan, ia hanya lengah sejenak dan Liora menyelinap di belakangnya.“Apa yang kau lakukan di sini, Daniel?” Liora melangkah maju.“Kita pulang. Sekarang.” Daniel langsung menyambar lengan Liora dengan kasar. Yang sontak membuat Jenna membeliak tak terima bercampur ngeri, terutama mengingat perut Liora yang sudah membuncit.“Aku tidak mau!” tolak Liora. Memutar lengannya berusaha melepas cekalan Daniel.“Lepaskan dia, Daniel.”
“Kau yakin dengan informasi ini?” ulang Jerome. Masih membolak-balik berkas-berkas di tangannya. Mencermati setiap lembaran foto tersebut satu persatu dengan lebih saksama.“Kecelakaan tersebut memang ditujukan oleh kedua orang tua Anda pada nona Carissa. Tetapi, sepertinya nona Carissa mengetahui niat buruk tersebut lebih dulu dan memanipulasi mobil yang mereka tumpangi bersama. Nona Carissa berhasil selamat karena duduk di jok belakang, sedangkan …”Jerome mengangguk mengerti sebelum Mac menjelaskan. Orang tuanya mendapatkan kecelakaan yang fatal karena fitur keselamatan mobil yang sudah dimanipulasi. Permusuhan di antara keluarganya dan keluarga Carissa memang sudah mendarah daging. Pun dengan kedua orang tua Carissa yang sudah meninggal. Jerome sendiri tak pernah ingin tahu, tetapi desas-desus yang menyebar di kalangan sosial mereka menggosipkan bahwa permusuhan tersebut karena hubungan cinta yang rumit di antara keempatnya. Yang kemu
Sepanjang makan malam, Jenna sama sekali tak membuka mulutnya kecuali hanya untuk memasukkan setiap suapan nasi. Tanpa melirik sedikit pun ke arah Jerome yang duduk di kepala meja dan hanya berjarak satu meter dengannya. Jerome sendiri tak berusaha memecah keheningan tersebut. Ia menunggu, menunggu mual dan muntah Jenna kembali bereaksi saat suasana hati wanita itun menjadi buruk karena dirinya. Tetapi, nyatanya wanita itu begitu lahap menelan setiap suapan ke mulut. Bahkan menghabiskan piring kedua lebih cepat di saat piring pertamanya pun belum habis. Setelah suapan terakhir, Jenna menelan susunya hingga habis. Tak memberi kesempatan bagi Jerome untuk mengeluh. Dengan sudut matanya, Jerome melirik ke arah Jenna yang bangkit berdiri dan melangkah keluar dari ruang makan. Dengan mulut masih membisu. Jerome pun ikut bangkit, mengekor di belakang wanita itu tanpa suara. “Mau ke mana kau?” Jerome tak bisa menahan pertayaannya ketika melihat Jenna yang berbelok ke ar
Untuk extra part, koinnya agak mahal ga papa ya. Karena kalo mau dipisah jatuhnya juga tetep sama, jadi sekalian aja digabung jadi satu part. *** Beberapa bulan kemudian … Jerome tampak melangkah gelisah menyeberangi ruang tamu yang luas, menuju pintu kamar yang ada di samping tangga. Ya, sejak kehamilan Jenna yang semakin besar dan perut wanita itu yang besarnya selalu membuat Jerome menatap ngeri istrinya, Jerome memindahkan kamar utama sementara di lantai satu. Dokter baru saja menghubunginya, mempertanyakan keberadaan mereka berdua yang tak kunjung muncul di rumah sakit. Untuk mempersiapkan jadwal operasi si kembar di perut Jenna. Karena kehamilan kembar dan kemungkinan sang ibu hamil kehabisan tenaga, Jerome bersikeras memilih operasi caesar untuk persalinan Jenna. Ia ingin semua persiapan terjadwal dengan baik. Selain itu, dengan semua artikel tentang rasa sakit yang akan dialami ibu hamil menjelang persalinan, Jerome tak bisa membayangkan seberapa besar pe
Dua tahun kemudian … Suara tangis bayi yang berasal dari pintu ruangan di samping kamar utama membuat Jenna terbangun di tengah tidurnya yang lelap. Kepalanya terasa begitu berat dan matanya nyaris tak bisa dibuka. Tangannya meraba-raba mencari pakaian yang entah dilempar ke mana oleh Jerome sebelum mereka terlelap. Lebih tepatnya sebelum mereka … “Kembalilah tidur.” Suara serak khas bangun tidur dari arah samping menghentikan Jenna yang samar-samar melihat pakaian tidurnya ada di ujung tempat tidur. “Terima kasih, Jerome,” gumam Jenna sambil kembali berbaring dan membiarkan kecupan singkat mendarat di bibirnya. Kedua matanya kembali terpejam ketika melihat Jerome duduk di pinggiran ranjang sambil berpakaian. Bahkan menyempatkan menaikkan selimut menutupi kulit telanjang pundaknya sebelum beranjak. Di antara kantuk yan kembali menyerang, Jenna bisa mendengar suara langkah kaki Jerome yan menjauh, kemudian pintu terbuka, lalu tertutup. Suara bayi-bayi bersahutan. Tidurnya menjadi te
Jerome menguasai ketenangan hatinya dengan baik. Daniel Lim sama sekali bukan gangguan untuknya. Hidup sepupunya sama sekali bukan urusannya, dan ia tak peduli pria itu kembali ke negara ini atau tidak. Hanya selama tidak mengusik Jenna. Dan sialnya, harus berhubungan dengan Liora juga karena wanita itu saudara kembar Jenna. Yang mau tak mau akan memengaruhi sang istri.“Kupikir kita tidak sedekat itu untuk saling menyapa lagi sejak … dua? Hmmm 3 tahun yang lalu.”Daniel terkekeh. “Apa kau masih sakit hati karena aku berselingkuh dengan tunanganmu?”Jerome tak membalas. Bahkan jemarinya sudah berniat menekan tombol merah ketika Daniel berkata-kata lagi.“Itu sudah berlalu, Jerome. Kau juga sudah mendapatkan kembali pengganti tunanganmu. Jenna yang asli. Yang polos dan … masih perawan?”Jerome menggeram dengan kata-kata terakhir Daniel dengan nada mengejek itu.“Akulah yang lebih dirugikan di sini. Istriku menceraikanku, anakku mati, dan aku masuk ke dalam penjara. Adakah yang lebih bu
Seperti yang sudah Jenna perkirakan, walaupun pesta ketiga kembarnya dilaksanakan di rumah, tetap saja Monica menjadi pemeran utama. Wanita itu mengarahkan semua pelayan seolah wanita itu adalah nyonya di rumah ini.“Pastikan semua sudah siap saat para tamu undangan datang.” Jenna bisa mendengar suara memerintah Monica ketika baru saja turun ke lantai satu. Wanita itu mengenakan gaun pendek berwarna merah maroon. Seharusnya cukup pendek untuk memiliki belahan di paha. Seharusnya. Mengingat banyaknya mata anak kecil yang tak seharusnya dikotori dengan pemandangan semacam itu.Monica menoleh ke samping, senyum semringah seketika menghiasi wajah cantik wanita itu. Bukan karena kedatangan Jenna, melainkan kedatangan Jerome yang tengah menggendong Alexa. Hanya melirik sekilas kea rah Jenna yang menggendong Axel dan pengasuh yang menggendong Xiu.“Semua sudah beres,” ucap Monica sembari mengangkat pergelangan tangannya. “Seharusnya sebentar lagi akan ada yang datang.”Jerome mengangguk data
“Jerome tak pernah menceritakannya padaku“Bukan berarti dia tidak memilikinya, kan?”Jenna tak membalas, wajahnya berputar menatap pintu mobil yang terbuka dan sepasang kaki jenjang melangkah turun. Pandangannya beralih ke atas, menemukan wajah cantik dengan rambut pendek sebahu yang bergelombang. Wajahnya mirip dengan Jerome, mulai dari warna mata, hidung, dan bibir. Hanya garis rahangnya yang terlihat lebih lancip. Jennifer Lim, jadi itu nama kakak iparnya, batin Jenna.Begitu Jennifer berdiri di samping mobil, wanita itu langsung menatap Monica dan Jenna bergantian. Sedikit lebih lama pada Jenna dan dengan tatapan yang sulit diartikan. Seketika Jenna sadar diri kalau wanita itu tidak menyukainya.“Kau pasti Jenna,” ucap Jennifer ketika sudah berhenti tepat di hadapan kedua wanita itu.Jenna mengangguk, berusaha menampilkan senyum selebar mungkin meski sam sekali tak ditanggapi oleh Jennifer.Jennifer hanya menyeringai dan beralih pada Monica. “Di mana Jerome?”“Di ruang kerjanya.”
Jangan lupa baca cerita baru author, yaPeringatan : KHUSUS 21+ Di bawah umur sebaiknya melipir. Mengandung adegan dewasa dan kekerasan, TETAPI yang berharap menemukan adegan ena-ena dan eksplisit sebaiknya menjauh sebelum harapan kalian runtuh. Blurb : Anne Lucas, dengan kecantikannya yang begitu memesona berhasil menarik perhatian seorang Luciani Enzio. Supermiliader, filantropis, aktivis dan tak lupa predikat bujangan paling diagungkan di lingkungan sosial atas. Segala macam pujian dipersembahkan oleh semua orang untuk pria itu. Tetapi Anne tak pernah terkecoh dengan semua topeng pria itu yang digunakan untuk menjilat kedua orang tuanya demi restu mereka untuk menikahkan Anne dengan Luciano. Ia tahu, di balik kesempurnaan Luciano. Pria itu tak lebih dari pria tua mesum yang berengsek. Segala cara ia lakukan untuk merobek topeng dan menunjukkan pada dunia wajah Luciano yang sebenarnya. Termasuk menghancurkan tubuhnya yang berhasil menarik pria itu. Tetapi, semua rencananya ta
Jerome berhasil menangkap tubuh Jenna yang terhuyung ke depan tepat sebelum kepala sang istri menyentuh lantai. Wajah Jenna benar-benar seputih kapas. Matanya terpejam. Wanita itu pasti benar-benar terkejut mendengar bahwa Daniel menemukan Liora lebih dulu. Yang artinya Xiu akan dipisahkan dari sang kakak, juga dari mereka berdua.Ya, selama dua tahun merawat Xiu, dan meski balita itu bukan anak kandungnya. Kasih sayang mereka tak berkurang sedikit pun untuk Xiu. Tak ada bedanya dibandingkan dengan Axel dan Alexa. Penyesalan bercokol di dadanya, sepertinya ia memang harus bertemu dengan Daniel."Bangun, Jenna," panggil Jerome dengan telapak tangan yang menepuk lembut pipi sang istri. Tak ada reaksi, Jerome pun menggendong Jenna ke dalam kamar. Membaringkan dengan hati-hati di tempat tidur.Jerome sedikit melonggarkan pakaian dalam Jenna agar lebih mudah bernapas. Mengambil minyak kayu putih di laci dan mengoleskan di dekat hidung. Setelah menunggu beberapa saat, perlahan Jenna terban
Jerome menatap Juna yang berdiri di ambang pintu gandanya yang tinggi dan megah. Berbanding terbalik dengan pakaian sederhana yang dikenakan pria itu. Kaos polos dan celana jeans, juga sepatu kets yang dikotori debu.Di samping Juna berdiri Abe yang mengangguk patuh begitu mendapatkan isyarat pergi dari Jerome.Kedua mata Juna menatap lurus pada Jerome, denga keberanian sebesar itu, Jerome tahu siaa jati diri pria itu yang sebenarnya. Sudah belasan tahun yang lalu, sejak terakhir ia melihat Julian yang dipaksa naik ke dalam mobil oleh anak buah mamanya. Tanpa tahu remaja itu tak akan pernah kembali ke kediaman Lim untuk waktu yang lama. Kecurigaan sempat hinggap di hati Jerome ketika menyuruh anak buahnya menyelidiki tentang tujuan Juna Fadli karena pria itu kembali ke hidup Jenna. Ada sesuatu tang familiar mengamati berkas laporan yang didapatkan oleh anak buahnya. Sekarang kecurigaan itu semakin meruncing."Sudah lama tak bertemu, Jerome," sapa Juna tanpa sedikit pun getaran dalam
"Gali lebih dalam." Jerome melempar berkas di tangannya ke hadapan Max. Wajahnya dipekati kegusaran yang begitu dalam. Menahan kemarahan di dadanya kuat-kuat. Kenapa harus ada kebetulan sialan semacam ini di hidupnya dan Jenna. Yang rasanya baru saja dipenuhi ketenangan. "Cari tahu apakah dia ada hubungannya dengan Karina Darleen."Max mengangguk patuh sembari memungut berkas yang jatuh di lantai. Suasana hati sang tuan jauh dari kata baik. Sedikit saja kekesalan, sang tuan tampak siap mengamuk di detik berikutnya. Beruntung informasi yang didapatkannya tentang asal usul Juna Fadli di kampung halaman pria itu cukup memuaskan sang tuan. Meski perlu informasi lebih dalam lagi. Max pun berpamit undur diri dan berjalan keluar. Berpapasan dengan Jennifer."Karina Darleen?" Jennifer memasuki ruangan Jerome dengan penuh keheranan dan kemarahan yang bercampur jadi satu. Berhenti tepat di depan meja Jerome. "Untuk apa kau mencari tahu tentang wanita itu, Jerome. Dia sudah mati, kan?""Ya, di
"Nyonya?" Mata Jenna terpejam mendengar suara memanggil yang mendadak muncul dari arah belakangnya. Baru saja ia keluar dari lift dan hendak memasuki ruang IGD. Mendesah pendek dan berbalik. "Ada apa lagi?""Tuan meminta saja …""Aku bisa mengurus urusanku sendiri," potong Jenna. "Kau pergilah ke kamar Xiu dan tanyakan apa yang dibutuhkan oleh kakakku.""T-tapi Anda …""Aku akan mengurusnya diriku sendiri.""Tuan Lim …""Abe, aku yang akan bertanggung jawab jika suamiku memarahimu."Abe pun mengangguk menangkap kemarahan yang mulai memekati wajah sang nyonya. Ia mengangguk undur diri dan menunggu sejenak di depan lift untuk naik ke atas.Jenna berbalik setelah pintu lift tertutup, menyusuri lorong pendek dan langsung ke ruang IGD. Tetapi tak menemukan Juna."Pasien yang tadi malam?" Perawat yang berjaga memasang senyum ramahnya. "Atas nama?"Jenna mengangguk. "Juna Fadli."Perawat itu menatap layar komputer di hadapannya, mencari sejenak. "Pasien sudah pulang."Mata Jenna melebar. "B
Abe mengatakan Jenna menyerempet seseorang di basement dan membanting setir hingga menabrak tiang. Saat pengawal wanita itu menemukan Jenna, Jenna sudah ditolong oleh seseorang yang ditabrak istrinya dan dibawa ke ruang UGD.Wajah Jerome yang dipenuhi kepanikan seketika berubah merah padam dan mengeras dengan kuat melihat pemandangannya di hadapannya. Kekhawatiran yang memenuhi dadanya dalam sekejap ditimbun oleh kemarahan melihat Jenna yang berbaring di ranjang pasien salah satu bilik dengan seorang pria. Tangan Jenna berada dalam genggaman jemari pria itu, dengan ibu jari yang mengelus lembut punggung Jenna."Lancang sekali," desis Jerome. Yang membuat pria itu menoleh dan Jerome dikejutkan untuk kedua kalinya. Mengenali si pria dengan sangat baik meski ini adalah pertemuan pertama mereka.Bagaimana mungkin ada kebetulan konyol semacam ini? Jerome jelas tak terima orang yang ditabrak oleh Jenna adalah Juna Fadli. Dari jutaan orang di kota ini, tidak adalah korban lain?"Apa yang k
Napas Jenna masih tertahan akan ancaman yang terselip dalam peringatan yang diucapkan oleh Jennifer. Tetapi terlihat rapuh dan ketakutan sama sekali bukan pilihan bagi Jenna. “Jika kau ingin membuatku ketakutan, kuakui kau sedikit membuat goyah, Jennifer. Tapi maaf mengecewakanmu, aku tak akan tersingkirkan semudah itu. Aku tahu apa yang kumiliki dengan Jerome jauh lebih besar dan kuat dari apa yang kau katakan.”Jenna memajukan tubuhnya lebih dekat ke arah Jennifer yang tampak terdiam. Ada secercah keterkejutan di wajahnya akan keberanian dan keyakinan yang ditampilkan oleh Jenna, tapi ia tahu itu hanyalah penampilan di permukaan saja.“Dan aku tak perlu membuktikan apa pun padamu. Pernikahan ini, kami sendiri yang tahu dan kami yang menjalaninya. Kami memiliki beberapa masalah, ya tidak ada hubungan yang lurus dan lancar-lancar saja. Kadang kami bertengkar karena hal besar maupun kecil, tapi disitulah hubungan kami tumbuh. Dan kami tak membutuhkan masalah lainnya. Seperti dirimu.”K
“Siapa namanya?” Tiga tahun lalu, Jerome ingat Jenna pernah memiliki kekasih yang hubungannya sudah dihancurkan oleh Liora. Tetapi ia tak ingat pasti siapa nama belakang pria itu.“Juna Fadli.”“Cari setiap informasi tentangnya. Alamat dan pekerjaannya sekarang. Sedetail mungkin dan letakkan di atas meja di ruanganku. Secepatnya.” Setelah memungkasi perintahnya, Jeroma menurunkan ponselnya dan meletakkannya di meja wastafel. Menatap pantulan wajahnya di cermin. Bola matanya yang sepekat arang menghiasi wajahnya yang mengeras. Sekecil apa pun, ia tak akan menciptakan celah sekecil apa pun bagi Jenna untuk mengkhianatinya.Orang tua, kakak, kekasih, tunangan, dan bahkan sepupunya sendiri. Mereka semua mengkhianatinya di belakangnya. Hanya Jenna dan si kembar yang dimilikinya. Ia sudah memberikan apa pun dan menjadikan Jenna kelemahannya. Jika Jenna pun mengkhianatinya juga, maka selesailah sudah.***Jenna tak menemukan Jerome di manapun meski pria itu berpamit akan turun ke lantai satu
Jenna baru saja menuruni anak tangga, Jerome mengatakan akan sampai di rumah dalam sepuluh menit setelah menanyakan si kembar yang sudah terlelap. Ia hendak membantu menyiapkan makan malam di ruang makan, tetapi langkahnya tiba-tiba dihadang oleh Jennifer.“Aku ingin bicara denganmu,” ucap wanita angkuh itu, melirik ke arah Abe yang berdiri beberapa meter di belakang Jenna. Membuatnya kesal akan keberadaan pengawal wanita itu. “Di ruang makan.”Jenna mengangguk, mengikuti langkah Jennifer. Keduanya duduk berhadap-hadapan dan dipisahkan oleh meja makan yang besar. Saat Jennifer meletakkan sebuah berkas yang baru disadari keberadaannya. Yang kemudian disodorkan tepat di hadapannya. Berikut sebuah pen yang terselip di dalamnya.“Baca dan tandatangani,” perintah Jennifer.Jenna mulai membaca lembaran tersebut. Surat Perjanjian Pernikahan.“Apa ini?” Jenna bukannya tak memahami surat yang disodorkan oleh Jennifer. Dari judulnya semuanya sudah jelas.“Kenapa? Kau tidak mau menandatanganinya