Share

Bab 19

Penulis: Fidia Haya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 19

18082022

Muka songong Ajeng tambah gak enak dilihat. Dia langsung duduk di amben dan duduk dengan menyilangkan kaki.

Perut Wirda menjadi mulas saking enegnya melihat sikap adik iparnya itu.

“Kamu tuh ya, datang mestinya ucapkan salam dulu kek, cium tangan ibu mertuamu kek. Eh kok malah duduk kayak Bos. Gak menghargai Ibu sama sekali!” Mulut Wirda tak tahan untuk mengomentari Ajeng.

“Ye, suka-suka saya dong, kok situ yang bawel.” Ajeng tak mengindahkan teguran kakak iparnya.

Mulut Wirda langsung mengerucutkan mulutnya. Bener-bener nih anak, gak punya sopan santun sama sekali. Keluhnya dalam hati.

“Sudah-sudah, jangan ribut di dapur.” Sri melerai anak dan menantunya. “Wahyu mana Jeng?”

Ajeng mengedikkan bahunya. “Gak tahu, mungkin ngobrol sama Mas Bambang di depan.”

“Daripada kamu nganggur, tolong buatkan minum untuk Wahyu dan mas iparmu. Kalau bikin minuman kurangi gulanya. Ibu gak mau anak dan menantu Ibu kena diabetes,” pinta Sri.

“Hih, ngapain saya yang buat? Terus
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 20

    Bab 20 19082022 Sri pura-pura tak mendengar teriakan Ajeng. Dia mempercepat langkahnya dan tertawa dalam hati. “Mampus kamu!” “Ibu tolongin saya,” teriak Ajeng berulang kali. Perempuan itu jengkel luar biasa, ibu mertuanya mengabaikan teriakannya. Sri membalikkan badan. “Gak usah teriak-teriak dan membohongi Ibu kamu kena gigit ular deh. Itu gak lucu sama sekali.” Ia mengatakannya dengan nada bengis. “Siapa yang bohong! Lihat nih, betis saya luka.” Ajeng mengangkat celana kulotnya. Kemudian Sri berteriak memanggil Wahyu dan Bambang. “Wahyu! Bambang, cepat kemari, Ajeng digigit ular!” Setelah itu Ajeng dibawa ke rumah sakit. Sri ikut menemani Wahyu. Kejadian tentang Wirda yang melihat pocong serta Ajeng yang digigit ular, menjadi buah bibir orang-orang kampung. Mereka semakin mempercayai ada mahluk menyeramkan yang menghuni gudang beras. Mahluk-mahluk ghoib itu marah ketika Wirda dan Ajeng ingin mengusiknya. Selepas itu tak ada orang yang berani mendekat. Cerita-cerita hantu

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 21

    Bab 2118082022Amina mengambil pemberian Sri, Dia menunduk saat perempuan tua itu menatapnya lama. “Jagalah dirimu dan Ayang baik-baik.” Sri memegang jemari Amina. Kemudian ia memanggil Ayang.“Ayang, Nenek pergi dulu ya. Jangan nakal, kamu harus nurut sama perkataan ibumu.”“Iya Nek.” Ayang mencium tangan Sri.Amina memandang punggung Sri bersama desiran aneh yang menjalar di hati. Sikap wanita tua itu agak lain. Dia sepertinya enggan meninggalkan dirinya dan Ayang, lalu tiba-tiba menasehati dan meminta maaf kepadanya tanpa sebab. Padahal sebelumnya ia irit bicara dan cepat-cepat pergi.Mendadak hatinya keruh tanpa sebab. Selama ini kehadiran Sri, sedikit menghibur kerinduaan kepada ibunya.Namun, secara eksplisit Amina tidak dapat menjelaskan seperti apakah hubungannya dengan Sri.“Ada apakah ini.” Amina sibuk menjernihkan kabut dan perasaan tak enak yang menyelimuti dirinya. “Ibu, apa yang Nenek Sri berikan tadi?” Ayang menyentuh lengan Amina yang masih tegak berdiri.“Ibu belum

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 22

    Bab 22 20082022 Terlambat! Amina tidak bisa menarik kalimatnya. Dalam hati ia merasa bersalah telah melontarkan kalimat bodoh. Karena ia bermaksud ingin tahu apa yang ada di dalam benak Jazuli. Jazuli seketika menghentikan permainannya. Ia menarik resleting celana lalu duduk di tepi kasur. Kemudian menyulut rokok dan menghisapnya dalam-dalam. Matanya terlihat menerawang. Untuk pertama kalinya Amina mengamati gurat-gurat ketegangan yang timbul di permukaan kulit wajah Jazuli. “Aku tak tega membunuh Sri. Dia selama ini menjadi istri dan ibu yang baik.” Jazuli mengusap peluh yang bergerombol di keningnya. Amina mencemooh. “Kalau begitu, temani istrimu. Jangan malah enak-enak di sini.” Jazuli memelototi. “Tumben kamu berani bicara kepadaku seperti itu!” Amina membalas tatapan Jazuli dengan berani. “Aku sudah frustrasi tinggal di sini Om! Tolong lepaskan aku dan Ayang, kirim kami ke tempat jauh. Aku akan tutup mulut.” Perempuan itu tak dapat melanjutkan kata-katanya. Kalimat yang

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 23

    Bab 2321082022“Maling! Turun kamu!”Eril menoleh. Dilihatnya Gatot, teman kecilnya sedang berupaya menggoyang-goyangkan tangganya. “Eh, Tot gue bukan maling. Gue Eril.” Dia membuka hoodie yang menutupi kepalanya.Gatot yang melihat Eril di atasnya cengengesan. “Sorry Bro, aku tadi curiga. Ngapain kamu di situ?”“Droneku sepertinya jatuh di sekitar sini, aku mau mengambilnya.”“Oh ok. Apa kamu perlu bantuan?” Gatot menawarkan diri.“Eng, kurasa aku bisa sendiri. Asal kamu tidak memindahkan anak tangga itu.” Eril melebarkan senyumnya.“Nggaklah. Hati-hati di situ ada kuntilanak.” Teman Eril itu memperingatkan.“Tenang, nanti aku bawain untuk kamu satu.”“Sialan kamu Ril. Masih saja suka iseng.” Gatot melambaikan tangannya.Eril sudah melompat ke pohon jambu yang berada tepat di dahannya menjorok ke tembok. Dengan leluasa pemuda itu turun ke bawah. Semak semak di situ sangat lebat membuat ia sedikit kewalahan.Eril mulai menyalakan kamera mini dan mulai merekam yang menarik perhatianny

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 24

    Bab 2422082022Eril menahan napas. Dia bisa mati jika ketahuan Pak Jazuli."Siapa itu yang batuk!" teriak Jazuli sekali lagi."Aku yang batuk," jawab Amina dari dalam. Ia batuk-batuk kecil,.karena tersedak air."Jangan bohong kamu!" Sekelebat rasa cemas menghantui Jazuli.Jazuli tidak percaya. Ia masuk ke dalam dan memeriksa isi gudang. Hasilnya nihil.'Om pikir aku menyembunyikan orang di dalam sini?" tanya Amina sinis."Siapa tahu, aku hanya mau mengeceknya!" Jazuli takut Amina kabur darinya.Kemudian telepon Jazuli berdering. Lelaki itu mengangkatnya. Suaranya menjadi tegang. "Iya, sebentar lagi Bapak sampai di Rumah Sakit.'Jazuli langsung melesat pergi, tanpa mengucap sepatah kata.Eril menunggu dengan gelisah, ia melihat Pak Jazuli sudah lama pergi. Tapi ia belum beranjak dari tempat persembunyiannya."Sebaiknya aku menunggu sampai subuh," Eril bergumam sendiri. Matanya mendongak ke langit yang pekat.Jam di pergelangan tangannya menunjukkan waktu jam 12 malam tepat.Sudah teng

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 25

    Bab 25 22082022 “Nanti aku jelaskan dalam perjalanan,” jawab Eril setengah memaksa. Gatot melihat ada hal genting yang ditemukan temannya itu. “Apakah kamu menemukan sesuatu yang mengerikan di gudang beras Pak Jazuli?” Ia teringat Eril masuk ke sana kemarin. Semalam diam-diam ia datang dan melihat tangga milik Eril masih berada di luar. Sebenarnya, jika Eril tidak keluar, Gatot sudah berencana akan mencari Eril. Eril menggangguk. “Iya! Cepatlah, gue tidak mau membuat kehebohan pagi-pagi di rumahmu.” “Oke! Sebentar aku mandi dulu!” jawab Gatot ikut tegang. “Gak usah, pake itu aja!” “Gila kau! Masak kamu tega membiarkanku ke kantor polisi dengan sarung kumal dan wajah kucel begini!” “Gue fine-fine aja sih.” Eril mengedipkan matanya. Gatot tertawa terkekeh. “Dasar tengil!” Ia cepat-cepat membasuh muka dan berganti pakaian. 5 menit kemudian, dia menemui Eril yang sedang sibuk mlihat file rekaman videonya semalam. “Aku sudah selesai. Ayo!” Gatot mengeluarkan motor dan menghidup

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 26

    Bab 26 23082022 “Apa salah Bapak saya Pak? Kenapa dia diborgol? Dia bukan orang jahat!” Wahyu terlihat marah sekali kepada Ipda Hariadi. Wahyu mulai tadi kebingungan mencari-cari bapaknya. Bapaknya menghilang dari rumah sedangkan jenazah ibunya hendak disholatkan, sebelum diberangkatkan ke kuburan. Lelaki itu takut, Jazuli-bapaknya terlalu sedih dan melakukan hal bodoh akibat kematian ibunya. Namun, Wahyu justru menemukan bapaknya diborgol seperti seorang penjahat. “Apa salah bapak saya Pak?” tanya Wahyu sekali lagi. Sementara Jazuli menunduk tidak berani menatap wajah anak lelakinya. “Bapak Anda telah melakukan kejahatan yang dia sembunyikan selama bertahun-tahun, Pak Wahyu. Dia telah menyekap seorang wanita dan anak perempuan di dalam gudang beras ini. Kami sudah memiliki bukti-bukti valid,” ungkap Ipda Hariadi. “Bapak jangan mengada-ada. Bapak saya seorang tokoh di desa ini. Dia orang terpandang dan menjadi panutan orang-orang. Mana mungkin dia akan melakukan tindakan krim

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 27

    Bab 27 24082022 Amina dan Ayang kelelahan dengan serangkain pemeriksaan serta tes kesehatan di kantor polisi dan rumah sakit. Ayang malah rewel, dia sama sekali tak mau jauh dari ibunya. "Ibu, Ayang mau nyonyok." Mata gadis itu berkaca-kaca. Tangannya memegangi rok Amina yang sedang menjalani pemeriksaan kejiwaan. Dokter Kartika, psikiater yang menangani Amina dan Ayang mengernyitkan keningnya. "Ayang minta apa?" Ayang menunjuk payudara Amina. Amina lalu menyusui anaknya. Ayang langsung diam. Tangan anak itu memainkan ujung telinganya. "Kamu masih menyusui Ayang?" Dokter Kartika terkejut dengan kelakuan Amina. Baru kali ini dia melihat anak usia 5 tahun yang masih menyusu pada ibunya. Sedangkan kakaknya menyapih keponakannya sebelum berusia 2 tahun. "Ia, ini untuk menenangkannya, lagipula dia jarang sakit.” Amina membelai rambut anaknya. "Apakah air susumu masih keluar?" "Aku tidak tahu, Dok." "Sebaiknya, kamu pelan-pelan menghentikan menyusui Ayang. Anakmu sudah besar.”

Bab terbaru

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 178 – Last Episode

    Bab 178 – Last Episode Jantung Amina serasa mau berhenti, wajahnya seketika memucat melihat Mama dan Neneknya Eril hadir di sana. Wanita itu melepaskan pelukannya. “Kenapa kamu memeluk Amina di sini? Lebih baik bawa Amina ke KUA. Jangan bikin malu orang tua!” kata Iswati bengis. Sontak, Amina terkejut. “Kejutan apa lagi ini, Rey?” tanyanya kebingungan. Reynard, Bu Hesti, Pak Mulyadi, dan Diana bertepuk tangan. “Luar biasa sekali acting Bu Iswati ini. Cocok jadi pemeran antagonis,” ucap Pak Mulyadi bersemangat. “Hesti, kamu mestinya ambil dia untuk salah satu sinetronmu?” Bu Hesti tertawa. “Urusan talent, aku kan pakarnya. Bu Iswati sudah aku kontrak. Baru saja kami menandatangi surat – suratnya.” Iswati tersenyum malu. Amina semakin bingung. “Ril… tolong jelaskan semua ini kepadaku?” “Biar saya yang menjelaskan,” kata Bu Hesti. “Amina, seperti yang saya bilang sebelumnya. Saya mempunyai dua kejutan. Yang pertama adalah kembalinya Eril bersama kita. Dia sangat mencintaimu,

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 177

    Bab 177 Amina mengenakan baju terbaiknya. Ia mematut dirinya lama sekali di depan kaca. “Ibu sudah cantik, kok,” kata Ayang geli, melihat sikap ibunya yang bolak – balik menatap cermin. “Benarkah? Ibu merasa kurang pede,” kata Amina. “Yang dikatakan Ayang benar. Ibu cantik sekali.” Bik Susi mengacungkan dua jempolnya. Hari ini ia tidak berjualan dengan Amina, karena Reynard mengajak semuanya pergi. Fahri yang telah berpakain rapi lalu memotret sang Ibu dan memperlihatkannya pada Amina. “Ibu cantik!” Anak itu tersenyum bahagia. Amina tersipu, mendapat pujian dari keluarganya. “Ngomong – ngomong, Reynard mau mengajak kita kemana ya, Bik?” Baru saja Amina selesai bertanya, Reynard sudah muncul di depannya. Pakaian dia rapi dan wangi. “Aku akan membawa kalian ke tempat spesial,” jawab Reynard dengan senyum lebar. “Apa kalian semua sudah siap?” “Sudah dong.” “Kalau begitu, mari kita berangkat.” “Mas Rey, kita mau naik apa?” tanya Bik Susi. “Naik mobil dong, Bik. Masak mau naik

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 176

    Bab 176“Bagaimana kami percaya? Kamu bisa saja mengelak dengan cara menuduh orang lain?” kata Reynard.“Aku juga tidak percaya dengan kalian. Siapa tahu Eril juga berbohong supaya dia tidak mau bertanggung jawab pada Dokter Kartika.” Vincent membela diri.“F*ck,” cetus Eril gusar. “Kita berdua sama – sama terjebak, dan satu – satunya cara kita harus mendatangi datang ke Jember dan menemui Dokter Kartika dan memintanya mengaku siapa lelaki yang harusnya bertanggung jawab.”“Hmm… sorry, pekerjaanku banyak. Aku tidak bisa ikut kalian.”Reynard menyeringai. “Boleh saja kamu begitu, dan aku tinggal menyebarkan soal hubunganmu dengan Dokter Kartika ke media, beres kan?” Ia mengancamnya. “Aku juga tahu, sugar mommymu.”Gigi Vincent gemeretuk. Dia tidak bisa mengelak lagi.***“Dokter Tika, aku kecewa dengan dirimu. Tak kusangka, kamu bisa senekat itu untuk mendapatkan apa maumu. Kamu rela menghancurkan sahabat baikmu sendiri, dan sekarang meminta pertanggung jawaban aku.” Eril menatap mata

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 175

    Bab 175“Apa kamu yakin ini cara yang akan kamu tempuh, akan membuat Dokter Kartika mengaku?” Reynard menatap Eril dengan was – was. Lelaki itu selalu membuatnya khawatir.“Bagaimana aku tahu, jika aku tidak mencobanya?” jawab Eril datar. “Sumpah demi Allah! Aku tidak pernah meniduri Dokter Kartika, dan sekarang dia meminta aku bertanggung jawab atas kehamilannya.”Pria itu mendengus, kemudian mengambil rokok dan menyalakannya. “Atau kamu punya ide lain?”Reynard menyalakan rokok dan menghembuskannya pelan ke udara. Mereka masih di salah satu café di bandara. Rencananya, Eril mengajaknya ke Jember, menemui Dokter Kartika dan menyelesaikan masalahnya. Setelah itu barulah ia mau bertemu dengan keluarganya dan Amina. “Aku ragu, jalan yang kamu tempuh akan berhasil, mengingat Dokter Kartika itu licik. Jujur aku tidak menyukainya.” Reynard melihat Eril.“Apa kamu tahu, dia menjelek – jelekkan Amina ke media, ke ibumu. Selain itu dia juga menjadi mata – mata Jazuli bersama Amel. Dia perna

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 174

    Bab 174Eril terhenyak. “M-maksudmu? Amina tidak jadi artis lagi?”Adrien menggeleng. Dia lalu mengajak Eril duduk di living room lalu menceritakan apa yang didengarnya dari Reynard.“Amina bahkan melarang Reynard untuk mengambil mobilmu, meskipun hidupnya sengsara.” Perempuan itu memandang Eril, dengan sendu. “Karena dia sangat mencintaimu Ril.”Mendengar cerita kelabu Amina, Eril menggigit bibirnya. Dadanya dihantam rasa bersalah tidak bisa melindungi perempuan itu.“Aku juga menemui Ibu dan nenekmu, mereka mengharapkan kehadiranmu dan tanggung jawabmu pada Dokter Kartika,” lanjut Adrien. Kedua matanya nanar memandang Eril.Eril memberikan respon. “Tanggung jawab apa? Aku tidak punya hutang apapun kepada Dokter Kartika.”“Apa hubunganmu dengan Dokter Kartika?” tanya Adrien hati – hati. Ia khawatir pertanyaan menyinggung hati Eril.“Teman biasa. Aku mengenalnya karena dia adalah Psikolog Amina. Justru Amina yang dekat dengannya?” Eril menjelaskan.Adrien mengambil napas. “Aku serius

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 173

    Bab 173BRAKHesti membuka pintu kantor dengan kasar. “Diana!” Ia memanggil sekretarisnya dengan nada melengking tinggi.Diana yang sedang berada dalam toilet, kaget dan buru – buru menghadap Hesti.“Ada apa, Tante?” jawabnya gugup dengan dengkul gemetaran. Baru kali ini ia melihat Tantenya itu sangat marah dan frustasi.“Kenapa kamu tidak pernah memberitahu saya soal Amina? Apa yang kamu kerjakan selama ini?” Hesti melemparkan tas Hermes miliknya ke kursi.Bola mata Diana berputar kemudian naik ke atas, mengingat – ingat kejadian. “Bukankah Tante yang meminta saya, untuk tidak membicarakan soal Amina?” Ia ingat betul, beberapa waktu lalu, Hesti marah besar kepadanya. Gara – gara dia memberikan titipan Amina dari satpam RTV.Hesti kelihatan menghela napas berat. Dia merasa tertohok dan menjadi orang jahat. Diana, tak bersalah, ia saja yang suka memarahinya. “Mana titipan Amina?” tanyanya parau. Ia ingat pernah meminta sekretarisnya itu untuk membuang titipan Amina.Bergegas Diana menu

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 172

    Bab 172 “Hih, najis aku ke rumahmu,” sahut wirda jutek. Seketika dirinya muak melihat Amina yang masih kelihatan cantik meski dengan sandal jepit dan pakaian sederhana. Amina tersenyum tipis. “Terserah!! Aku tidak mau memaksa. Asal kamu tahu, Bapakmu sudah menyiksaku selama 6 tahun, dan itu sudah cukup menimbulkan trauma berat. Meskipun aku melarat, tak sudi aku mau merebut suami orang.” Perempuan itu menghela napas pendek. “Daripada kamu menuduh sembarangan, lebih baik telepon suamimu sekarang dan tanyakan apakah dia punya selingkuhan bernama Wirda?” Ia menduga arwah gentayangan yang menemuinya semalam adalah selingkuhan suami kakaknya Wahyu. Mereka memiliki nama yang sama. Wajah Wirda tegang, urat di mukanya menonjol sehingga membuat wajahnya kian tua. Gigi perempuan itu gemeretuk menahan emosi. “Bangsat! Kamu sekarang malah berani menyuruhku!” katanya kasar. “Mba, tahan emosimu, lebih baik kita tengok Bapak sekarang.” Wahyu menyeret tangan kakaknya menjauhi Amina. “Amina, maa

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 171

    Bab 171 Amir, teman Abah Anom mendekati tubuh Jazuli. Ia menaruh tangannya di depan hidung pria itu. “Dia masih bernapas,” katanya. Lelaki itu melihat ke Abah Anom dan Amina. “Selanjutnya, kita apakan dia?” “Amina, Abah menunggu perintahmu. Jika kamu mau dia mati, anak buah Abah bisa menghabisinya dan membuangnya ke tempat yang tak terdeteksi. Kedua orang itu sangat professional.” Dengan tenang Abah Anom mengatakannya. Lelaki itu dulu terkenal sebagai jawara di kampungnya. Ia ditakuti banyak orang. Amina bergidik mendengar penjelasan tuan rumahnya. Sebenci – bencinya dia pada Jazuli, dia takkan mau menorehkan sejarah sebagai otak pembunuh. “Kita bawa dia ke rumah sakit saja. Nanti saya akan hubungi keluarganya.” Amir dan temannya menggeleng – gelengkan kepala dengan kebaikan hati Amina. Padahal nyawa perempuan itu tadi terancam, tetapi dia malah menolong orang yang mengancam hidupnya. Abah Anom tersenyum kecil. Dia menepuk pundak Amina dua kali. “Kamu memang wanita baik. Abah kag

  • Tawanan Mertua Kakak   Bab 170

    Bab 170 Serta merta Jazuli menerkam Amina hingga perempuan itu terjatuh ke lantai. Kemudian ia menciumi wanita itu dengan penuh nafsu. “Sudah lama aku menginginkan kamu Amina sayangku!” Kedua tangannya menekan tubuh Amina hingga perempuan itu sulit berkutik. Bau jigong menyeruak dan menusuk hidung Amina. Perut wanita itu bergolak hebat, pingin muntah entah antara rasa jijik dan putus asa. “Lepaskan aku. Aku janji akan membayar hutangmu segera!” Amina meronta berusaha melepaskan cengkeraman Jazuli dan menghindari serangan ciuman Jazuli yang membabi buta. Napas perempuan itu ngos – ngosan. Akan tetapi kekuatannya kalah besar dengan pria gaek itu. Jazuli tertawa terbahak – bahak. Semakin Amina melawan, nafsu binatangnya itu kian menggelora. “Aku tidak butuh uangmu, cantik! Aku hanya butuh kamu!” Ia merasa dirinya menang dan berusaha menindih Amina. Tatapan pria itu kian liar menelusuri wajah cantik Amina. Melihat posisi Amina yang terancam, Fahri mengambil tongkot bisbol. Ia men

DMCA.com Protection Status