"Sudah merasa lebih baik, Verlyn?" tanya Kayn.Verlyn mengangguk pelan dan melihat hoodie Kayn yang basah karena air mata dan ingusnya saat dia menangis tadi.Verlyn menunduk malu. "Maaf untuk hoodiemu, itu. Aku akan menggantinya," ujar Verlyn pelan."Tidak apa-apa, ini tinggal di cuci kok," balas Kayn santai."Emm.. Baiklah, ngomong-ngomong.." Verlyn menoleh ke arah Kayn."Sekarang jam berapa, Kayn?" tanya Verlyn.Kayn melihat jam di pergelangan tangan kirinya yang berwarna hitam dan waktu menunjukkan pukul 06.07 PM."Jam enam sore," jawab Kayn.Verlyn terdiam sejenak dan kembali menundukkan kepalanya. "Maafkan aku, Kayn," ujar Verlyn sembari mengepalkan tangannya."Untuk apa? Kau tidak membuat salah sama sekali," balas Kayn."Aku tidak melihat waktu dan malah terus menceritakan masa kuliahku.. Kau juga pasti menjadi tidak suka padaku setelah mendengar ceritaku, kan?" tanya Verlyn sembari tersenyum kecil."Tidak–tuh." Kayn mendekat ke arah Verlyn dan mengelus lembut kepalanya."Merek
"Aku masih tidak bisa percaya, terjebak di tempat–kencan–romantis seperti ini bersama dengan, Kayn!" ujar Verlyn sembari melihat-lihat pemandangan kota. Kayn memutar bola matanya dan menoleh ke arah Verlyn. "Sudah kubilang, aku mengajakmu kesini bukan–untuk–berkencan!" balas Kayn kesal. "Aku akan tetap menganggap ini kencan–pertama–kita!" ujar Verlyn senang. Kayn tidak membalas perkataan Verlyn dan hendak menelepon Villian untuk memberitahu situasi apa yang sedang mereka berdua hadapi saat ini. Verlyn menoleh ke arah Kayn. "Kau sedang apa, Kayn?" tanya Verlyn. "Aku akan menelepon Ibu dulu untuk memberitahu apa yang sedang menimpa–kita–sekarang," jawab Kayn. "Ah.. Baiklah, aku akan menunggu disini sembari melihat-lihat lagi.." ujar Verlyn. Kayn menekan kontak Villian dan meneleponnya. Panggilan di terima oleh Villian. "Kayn, kau sedang berada–dimana–sekarang?! Verlyn bersamamu, kan?!" Kayn sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya karena sedikit terkejut setelah mendengar ter
"Saya tahu bahwa hanya ada sedikit kesalahpahaman disini," ujar seorang pria tinggi berseragam polisi di sebelah Tiffana."T–tapi pak, bukankah kotak yang di bawa oleh dia terlihat–sangat–mencurigakan?" ujar Tiffana sembari menunjuk ke arah Verlyn.Verlyn melihat kotak yang ada di genggamannya sekarang. "Ah.. Aku–"Tiffana langsung merebut kotak yang Verlyn genggam dan memberikannya kepada polisi di sebelahnya."Bapak silahkan buka sendiri, jika bukan obat terlarang, lalu apa yang ada di dalam kotak itu sampai dia membungkusnya dengan–sangat–tebal!" ujar Tiffana.Verlyn menoleh ke arah Dilasya yang berada di belakang Tiffana dan tidak berani menatap ke arah Verlyn. 'Ini, mencurigakan..' batin Verlyn."Tenanglah, Tiffana. Tidak baik menuduh teman sekelasmu seperti, itu," ujar Pak Gion."Saya tidak bisa membiarkan universitas milik Ayah saya ini dibuat kacau oleh orang lain, Pak. Saya akan tenang jika sudah tahu apa isi dari kotak, itu!" balas Tiffana lalu melirik sinis ke arah Verlyn.
"Astaga, Verlyn!" Villian dan Khalix langsung beranjak dari sofa mereka setelah melihat Kayn menggendong tubuh Verlyn dan membantu Kayn untuk membawa Verlyn ke dalam kamarnya."Pelayan! Cepat panggilkan dokter, sekarang!" perintah Khalix."Baik, Tuan Presdir!" balas pelayan wanita disana cepat dan segera menelepon dokter."Kenapa bisa begini?!" tanya Villian panik setelah membaringkan Verlyn di kasurnya.Kayn menghela napas. "Ini sepenuhnya kesalahanku, karena mengajak Verlyn ke tempat, itu.." jawab Kayn pelan.Villian menoleh ke arah Kayn. "Ibu sudah bilang, jaga dia baik-baik Kayn! Karena dia.."Khalix menepuk pelan bahu Villian. "Kita tidak ada waktu untuk membicarakan hal ini, kita harus mementingkan kesehatan Verlyn terlebih dulu, Villian," ujar Khalix menenangkan Villian.Villian menghela napas untuk meredakan emosinya dan mengangguk pelan. Lima menit kemudian, dokter sudah tiba di kediaman mereka dan segera memeriksa kondisi Verlyn disana."Bagaimana, Lean?" tanya Khalix setela
"Kau sudah merasa lebih baik, Verlyn?!" tanya Villian setelah Kayn dan Verlyn sampai di meja makan.Verlyn mengangguk semangat. "Aku sudah merasa lebih baik, Ibu! Berkat Kayn yang menjagaku sepanjang–malam.." jawab Verlyn sembari tersenyum.Kayn langsung duduk di kursinya dan menyantap sarapannya."Terima kasih ya, Kayn!" lanjut Verlyn lembut sembari duduk di kursinya.Kayn mengangguk pelan. "Lain kali, bilang padaku jika kau sudah–merasa–tidak–nyaman. Jangan diam saja seperti, kemarin," balas Kayn sembari menoleh ke arah Verlyn."Baiklah, jika itu perintah dari Kayn!" ujar Verlyn senang.'Walau hanya akting, aku berharap bisa selamanya melihat sikap Kayn yang seperti ini, kepadaku..' batin Verlyn sembari tersenyum.Villian tersenyum kecil sembari menatap ke arah Verlyn dan Kayn lalu menyenggol pelan tangan Khalix di sebelahnya. Khalix menoleh ke arah Villian yang sedang menatap tajam ke arahnya."Cepat–lakukan–sesuai–rencana!" ujar Villian pelan.Khalix mengangguk cepat dan berdeham.
Mobil hitam Kayn berhenti di sebuah tempat parkir terbuka yang sudah banyak mobil terparkir disana."Kita sudah sampai, Verlyn," ujar Kayn.Verlyn menelan ludah dan mengangguk. "Baiklah, terima kasih sudah mengantarku, Kayn."Verlyn membuka pintu mobil dan perlahan keluar, begitu juga dengan Kayn."Kenapa kau ikut keluar, Kayn?" tanya Verlyn setelah melihat Kayn ikut keluar dari mobil."Aku akan ikut bersamamu kesana untuk menjagamu," jawab Kayn.Verlyn menggeleng cepat."Tidak perlu, Kayn. Aku bisa mengatasi mereka, sendiri.. Jika aku membawa orang penting sepertimu ke acara itu, mereka akan mengira bahwa aku masih lemah dan tidak berani menghadapi mereka, sendiri!" ujar Verlyn sembari menundukkan kepalanya."Tapi, Verlyn–""Kau bisa menunggu disini, Kayn. Aku janji akan mentraktir makanan enak untukmu," potong Verlyn cepat lalu melangkah pergi meninggalkan Kayn.Kayn hanya bisa terdiam dan menghela napas panjang. "Baiklah, tapi jika kau butuh bantuan. Telepon aku langsung, Verlyn!"
"Tokoh utamanya sudah datang ternyata, aku–telah–melakukan kesalahan besar karena terlambat untuk, menyambutnya.." ujar Tiffana sembari tersenyum ke arah Verlyn.Verlyn menatap tajam ke arah Tiffana sembari berusaha mengontrol ekspresinya di depan banyak orang yang sedang memperhatikan mereka sekarang."Bukannya kau tokoh utamanya, Tiffana? Karena kaulah yang merencanakan acara ini, kan?" tanya Dilasya yang berdiri di sebelah Tiffana.Tiffana terkekeh dan menggeleng pelan."Memang aku yang merencanakan acara, ini. Tapi sebenarnya, aku merencanakannya karena aku–sangat–merindukan–Verlyn dan ingin berjumpa, dengannya.." jawab Tiffana sembari meyentuh pipinya dan tersenyum kecil."Wah, kau baik sekali, Tiffana! Aku–merasa–iri kepada Verlyn, padahal aku yang lebih lama berteman, denganmu," ujar Gebril dengan nada sedih.Tiffana perlahan merangkul Gebril sembari tersenyum senang. "Lain kali, aku akan buatkan pesta untukmu, Gebril Cantik!" balas Tiffana lembut.Verlyn menatap heran ke arah
"Verlyn? Kau mendengarku?" tanya Kayn pelan.Verlyn terdiam sejenak untuk mencerna apa yang baru saja dia alami lalu mengangguk pelan."Y–ya, ya! Te–terima kasih sudah menahanku agar–tidak–terjatuh, Kayn.." jawab Verlyn pelan lalu berusaha untuk berdiri lagi."Hati-hati, sepertinya kakimu sedikit terkilir, sekarang,"" ujar Kayn.Verlyn berhasil kembali berdiri dan dia merasakan sakit di bagian kakinya sebelah kiri."Ah.. Mungkin perkataanmu benar, Kayn.." balas Verlyn.Tiffana menatap sinis ke arah Verlyn dan Kayn sembari menggigit kuku jarinya.'Ck! Siapa pria itu yang tiba-tiba datang dan mengacaukan, suasananya?!' batin Tiffana kesal.Dilasya mundur perlahan dan dia tidak sengaja menginjak batu yang lumayan besar lalu terjatuh ke tanah."Aw.." lirih Dilasya pelan.Dilasya menoleh ke atas dan menelan ludah setelah melihat tatapan Kayn yang dingin mengarah kepadanya.'Apa-apaan tatapannya, itu?!' batin Dilasya kesal.Dilasya berusaha bangkit dan melangkah pergi dari sana."Apa kau ak
Setelah memasuki area tengah hutan dengan pohon yang besar dan rindang di malam hari, mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dulu dan membangun 2 tenda besar yang di bawa oleh Wallace di kereta kudanya.Cherryn sudah tertidur lebih dulu di dalam tenda dan Wallace tidur di dalam kereta kuda. Verlyn masih terjaga di luar tenda sambil memandangi langit malam dan menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon besar.Verlyn menutup kedua matanya dan menghela napas panjang lalu merasa ada seseorang yang sudah duduk di sebelahnya setelah dia membuka matanya dan menoleh."Kau belum tidur, Kayn?"Kayn menggeleng pelan lalu menoleh ke arah Verlyn. "Kau sendiri belum tidur, Verlyn," balasnya.Verlyn tersenyum tipis lalu kembali menengadah menatap langit malam. "Aku tidak bisa tidur karena memikirkan ...""Masalah di kota?" lanjut Kayn cepat.Verlyn kembali menoleh ke arah Kayn lalu tersenyum. "Kau sudah sangat mengenal diriku, ya?"Kayn ikut tersenyum. "Entah lah. Jika di katakan kalau aku sud
Ace yang sedang menengadah ke langit biru yang sudah sedikit tercampur dengan warna jingga lalu menghela napas panjang."Ayah sama sekali belum menyentuh makanannya dan tidak keluar dari ruang kerjanya sama sekali ..." Ace menggenggam erat besi balkon dengan perasaan kesal. "Jika terus seperti ini ...""Ace ,,," lirih Selvania pelan.Ace membalikkan badannya dan menghadap ke arah Selvania yang tampak sedang gelisah dan khawatir sambil menaruh kedua tangannya di atas dada."Ace, ayah sama sekali belum keluar dari ruang kerjanya dari pagi, dan sekarang hari sudah menjelang sore, bagaimana ini?" tanya Selvania khawatir.Selvania menundukkan kepalanya. "Beliau juga tidak memakan sarapannya, terlebih setelah mendengar kabar lain bahwa Verlyn tidak ada di dalam vila ..." lanjut Selvania lesu.Ace melangkah mendekat ke arah Selvania lalu memeluknya sambil membelai rambutnya yang berwarna kuning sedikit panjang itu."Tenang lah, Nia ,,," ucap Ace lembut.Selvania memejamkan matanya dan mengan
Jersey City, Kediaman Kaze."Ace, apa kita tidak bisa melakukan apapun lagi untuk menghentikkan ibu?" tanya Selvania khawatir.Ace yang sedang duduk di sofa sambil menatap layar ponselnya hanya menghela napas panjang dan menggeleng pelan."Aku tidak tahu lagi, Nia. Aku pikir Ibu akan terus tinggal di rumah ini saat Verlyn tinggal di vila untuk sementara waktu, tapi nyatanya, Ibu yang ingin tinggal terpisah dengan kita dan tiba-tiba ... ukh ,,,"Ace memegangi kepalanya yang terasa semakin pusing daripada hari kemarin. Selvania segera menghampiri Ace dan memberikan teh kepada yang ada di meja kepadanya.Ace menerima teh itu dan meneguknya perlahan lalu memejamkan matanya sambil mengatur napas."Sebaiknya kau istirahat dulu, Ace. Jika kondisimu seperti ini, kita tidak akan bisa membantu ayah di persidangan, nanti," pinta Selvania khawatir."Aku tidak akan bisa istirahat jika sudah memikirkan masalah ayah dan ibu, Nia. Sudah dari semalam aku tidak bisa tidur dengan lelap," balas Ace denga
Hari ke-14 di Desa Fandaria."Sudah siap, Verlyn, Kayn?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk sambil menggendong tas gunung masing-masing dan membawa kantong plastik sedang yang berisi bekal untuk perjalanan mereka ke kota nanti.Mereka melangkah keluar dari rumah secara bergantian dan menuruni tangga perlahan. Para warga sudah berkumpul di depan rumah Cherryn untuk memberikan ucapan terima kasih dan doa untuk Verlyn dan Kayn sebelum pergi dari desa Fandaria.Salah satu anak menarik pelan jaket Verlyn, membuatnya menoleh ke bawah dan melihat Kila yang berada di sana bersama dengan Risa yang terlihat sudah sehat walaupun wajahnya masih terlihat sedikit pucat."Eh, Kila!" Verlyn menoleh ke arah Risa dengan senyuman yang sama. "Ada Risa juga, rupanya. Apa Risa sudah merasa lebih baik, sekarang?" tanya Verlyn.Risa mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Ini berkat usaha Kak Verlyn dan Kak Kayn, aku sangat berterima kasih!" jawab Risa pelan.Verlyn mengangguk lalu membelai rambut p
"Jadi, kau merasa kalung liontinmu itu menghilang setelah terjatuh ke sungai?" tanya Cherryn setelah Verlyn selesai bercerita.Verlyn mengangguk sambil menurunkan pandangannya. "Aku berpikir begitu karena aku dan yang lain tidak bisa menemukan kalung liontin itu sama sekali di rerumputan di tepi sungai, nek."Verlyn memainkan jari jemarinya. "Aku minta maaf, akibat keteledoranku sendiri kalung liontin uang berharga itu, menghilang ..." lanjut Verlyn dengan perasaan bersalah.Cherryn menyeruput tehnya perlahan dan menghela napas pelan. "Dugaanmu memang benar, Verlyn. Tapi, kalung liontin itu tidak menghilang dan jatuh ke dasar sungai," balas Cherryn.Verlyn dan Kayn kompak terkejut mendengar hal itu dan mendongak bersama ke arah Cherryn yang dengan santainya menaruh cangkir tehnya di atas meja lalu mengambil ikan Silver Fish yang tergeletak di atas meja di depannya.Cherryn membuka sedikit mulut ikan Silver Fish dan memperlihatkannya kepada Verlyn dan Kaun. "Apa kalian melihat ada bend
"Nenek belum tidur, kan?!" tanya Verlyn sambil mengatur napasnya setelah sampai di depan rumah Cherryn."Aku tidak tahu pasti, Nenek biasanya sudah tidur di kamarnya saat kita pulang ..." Kayn melirik ke arah ikan berwarna perak berkilau yang terlihat tenang tanpa air di genggaman kedua tangan Verlyn lalu kembali menatap Verlyn yang menunggu jawaban selanjutnya.Kayn menghela napas pelan. "Sebaiknya kita masuk dulu dan segera beritahukan hal ini kepada nenek," ajak Kayn.Verlyn mengangguk setuju lalu segera menaiki tanggal lebih dulu, di ikuti oleh Kayn di belakangnya. Setelah masuk ke rumah, Verlyn dan Kayn di kagetkan oleh Cherryn yang baru saja keluar dari kamar."Nenek!" kompak Verlyn dan Kayn.Cherryn menoleh dan sedikit terkejut melihat Verlyn dan Kayn yang tampak berantakan dan lusuh di dekat pintu.Cherryn melirik ke arah ikan yang sedang di bawa oleh Verlyn dan menyipitkan kedua matanya lalu berjalan ke arah Verlyn dan Kayn untuk melihat ikan itu lebih dekat lagi."Kalian ,,,
Kayn dan anak-anak lain di sana ikut membantu mencari kalung liontin merah milk Verlyn yang menghilang karena tidak sengaja terjatuh tadi di area tepi sungai."Apa kalung itu terjatuh saat aku membantumu menghindari bola karet tadi, Verlyn?" tanya Kayn."Mungkin saja? Saat pagi tadi, aku memakai kalung itu dengan terburu-buru. Jadi, aku tidak tahu apakah jeratannya kuat atau malah longgar," jawab Verlyn dengan nada lesu.Kayn menghela napas pelan lalu melanjutkan kembali pencarian kalung liontin merah itu. Perlahan, langit yang awalnya berwarna biru kini berubah menjadi jingga muda tapi mereka semua sama kali belum mendapatkan hasil."Kenapa kita tidak menemukannya setelah mencari berjam-jam, ya?" tanya Lina, teman bermain Kila.Kila menyeka keringat yang ada di dahinya lalu menggeleng pelan sambil mengatur napasnya. "Entah, Lina. Seharusnya salah satu dari kita sudah berhasil menemukannya jika terjatuh di area rerumputan di tepi sungai, tapi ini tidak."Verlyn merasa semakin tidak be
Hari ke-13 di Desa Fandaria."Ikan yang memakan berlian? Jangan konyol, Kila ..."Verlyn mengikat rambut panjangnya sambil menatap ke arah layar ponselnya. Di desa Fandaria tidak ada cermin sama sekali, sehingga Verlyn hanya bia mengandalkan kamera ponsel miliknya untuk di jadikan sebagai pengganti cermin."Jika ada ikan seperti itu, pasti hanya ada di cerita dongeng," gumam Verlyn sambil mengenakan kembali kalung liontin merah ke lehernya dengan hati-hati."Apa kau sudah selesai bersiap?" tanya Kayn tiba-tiba yang sudah berdiri di depan tirai kamarnya."Kau tahu kan hari ini kita harus bisa menemukan ikan itu? Kau tahu sekarang sudah hari ke berapa, kan?" lanjutnya.Verlyn memutar bola matanya. "Aku akan segera keluar!" balas Verlyn sedikit kesal.Sebelum Verlyn mematikan ponselnya, dia melihat tanda sinyal di bagian atas layarnya dan hanya melihat tanda silang yang mengartikan bahwa benar-benar tidak ada sinyal di tempat ia berada saat ini."Haah, ternyata benar-benar tidak ada siny
Hari ke-12 di Desa Fandaria."Kita akan langsung pergi ke sungai saja?"Verlyn mengangguk lalu melangkah keluar rumah bersama dengan Kayn. Cherryn menghampiri mereka dari arah dapur."Tunggu, Verlyn, Kayn!"Verlyn dan Kayn menghentikan langkah dan membalikkan badannya menghadap ke arah Cherryn yang sedang berjalan ke arah mereka sambil membawa beberapa kotak yang terikat oleh tali."Kalian mau ke sungai lagi, kan?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk bersama. "Iya, nek. Apa ada hal lainnya yang harus aku dan Kayn lakukan?"Cherryn menggeleng pelan sambil tersenyum lalu menyodorkan kotak di tangannya itu kepada Verlyn. "Nenek sudah tahu kalian akan pergi ke sungai, jadi nenek bawakan makanan ini untuk makan siang dan makan malam agar kalian tidak perli bolak-balik kemari."Verlyn menerima kotak tersebut dengan senang hati dan mengucapkan terima kasih, begitu juga dengan Kayn yang berdiri di sebelah Verlyn. Cherryn menatap ke arah Kayn lalu menepuk pelan pundaknya."Kayn, aku titi