Niko tidak ingin mandi di rumah Yulia, jadi Niko hanya berganti pakaian saja. Sembari menunggu Clara kembali, Niko mengambil ponsel Clara yang masih terhubung dengan alat pengisi daya dan mencoba memerikasanya.
Tapi gagal karena ponsel Clara menggunakan kunci sidik jari. Di saat yang bersamaan Clara masuk sudah dengan pakaian baru dengan rambut yang masih dililit handuk. "Apa yang kamu lakukan dengan ponselku?" tanya Clara penasaran dan juga curiga. Clara mengambil ponselnya dari tangan Niko dan segera berjalan ke arah lemari untuk mengambil hijab. Niko memperhatikan Clara jalan dan tersenyum kagum. Clara sudah bisa berjalan normal, mungkin Clara menyesuaikan langkah kakinya agar tidak terlalu banyak bergerak dan membuat pahanya bergesekan. "Kak, kamu bisa keluar duluan. Di meja sudah ada makanan," ujar Clara melirik sedikit ke arah Niko yang memperhatikannya. "Oke." Bukannya pergi, Niko malahBaru saja Niko dan Clara tiba di rumah, tapi rasanya Clara sangat malas untuk masuk ke dalam rumah yang hanya dihuni oleh dirinya dan juga Niko. Clara seperti sudah bisa membayangkan jika Niko pasti akan membuat ulah padanya. Clara masuk ke dalam rumah setelah Niko membuka kunci rumah dan segera bergegas menyiapkan makanan di dapur. Sedang Niko langsung pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri karena Niko belum mandi sam sekali sejak semalam sore. Clara yang kepalaparan memutuskan untuk makan lebih dulu sebelum Niko keluar dari kamarnya dan saat makanan Clara hampir habis baru lah Niko datang menghampiri Clara dengan wajah bingung. Untung saja Sisil tidak melihat Clara bersama Niko atau mungkin saja ini akan menjadi masalah baru untuk Clara. "Hei, kenapa kamu tidak menungguku lebih dulu?" Niko protes saat Clara dengan cuek menghabiskan makanannya. "Duduklah, aku sudah selesai." Clara memberesk
Sesuai dengan yang telah disepakati hari ini Niko dan Clara akan tetap tidur di kamar yang berbeda. Tapi bukan Niko namanya jika tidak bertindak curang dan licik. Malam hari saat Clara sudah tidur, diam-diam Niko menyelinap masuk ke dalam kamar Clara seperti seorang pencuri. Niko tersenyum senang saat berhasil masuk tanpa harus memikirkan dan melakukan banyak cara tipuan. Niko melihat Clara yang tertidur dengan nyenyak dan mulai berjalan mendekatinya. Dengan sangat lembut dan perlahan Niko mulai merebahkan tubuhnya tepat di samping Clara. Niko mulai memeluk Clara masuk ke dalam pelukannya namun gerakan Niko ini mengganggu tidur Clara dan membuatnya terbangun. Clara melirik Niko sekilas dan kemudian mengabaikannya. Niko melanjutkan aksinya dengan mulai mengusap paha Clara dan terkejut saat tangan Niko menyentuh benda aneh yang sedikit tebal menutupi jalan masuk lembah idaman Niko.
Pak David mengehela napas panjang melihat kelakuan murit barunya yang genit. "Sudah, cukup! Sekarang kalian bertiga ambil posisi push up." Clara, Renata dan Putri telah siap dengan posisi mereka dan para penonton mulai teriak tidak terima jika Clara harus mendapatkan hukuman itu karena tau lemah secara fisik. "Maaf, Pak. Boleh kah saya saja yang menggantikan hukuman untuk Clara?" Dimas maju menawarkan diri lebih dulu karena tidak terima jika guru tampan mereka menekan wanita pujaannya. Pak David mengerutkan dahi melirik ke arah Dimas, dan berkacak pinggang. Pak David berjalan ke arah Dimas dengan karismanya dan menepuk pundak Dimas hingga berhasil membuat Dimas tergoyah takut. "Mana yang namanya Clara?" Clara mengangkat tangan saat Pak Dimas melihat ke arah mereka bertiga. "Apa gadis itu pacarmu?" Pak David bertanya mengintimidasi kepada Dimas. "Tidak, Pak."
Clara dengan buru-buru mencari nomor seseorang yang berada di kontaknya dan menghubunginya namun seseorang yang ternyata dia adalah Niko tidak menjawab ponselnya karena sedang pergi ke toilet dan meletakkan ponselnya di atas meja yang telah ia pesan bersama Stevani di salah satu restauran. Melihat ponsel Niko berdering, Stevani hanya melihat nama Clara sekilas lalu menolak panggilan tersebut sebelum Niko kembali. Sedang di sisi lain, Clara yang sudah mulai panik dengan kondisi Sisil memencet nomor Raja berharap Raja akan langsung menjawab teleponnya dan membantunya. Tuttttt .... Pada deringan pertama Raja menjawab telepon Clara dan menjadi panik setelah mendengar suara Clara. "Halo, Kak. Tolong aku!" "Halo, kamu kenapa? Dimana? Share lokasi sekarang!" Clara menutup panggilannya dan mengirimkan posisi dirinya saat ini pada Raja agar bisa
Clara diantar pulang oleh Raja setelah keluarga Sisil datang untuk menemani Sisil. Clara termenung mengingat perkataan Sisil sebelum keluarganya datang tadi. Dalam kondisi menangis Sisil memeluk Clara dan meminta maaf padanya dan Sisil juga mengucapkan banyak terima kasih pada Clara dan meminta agar Clara tidak membencinya. Perasaan Clara menjadi campur aduk saat ini. Raja terus menyetir sembari memerhatikan Clara yang hanya diam dan menatap kosong keluar jendela. "Bagaimana lukanya? Apa kamu yakin tidak ingin dirawat di rumah sakit aja?" Raja memulai percakapan. "Tidak, terima kasih. Aku akan lebih sakit jika berada di rumah sakit," jawab Clara tanpa menoleh. "Kak, terima kasih untuk hari ini dan juga maaf karena telah membuatmu terluka." Mata Clara berkaca-kaca saat Clara mengucapkan banyak terima kasih pada Raja dan menangis karena merasa sakit hati saat penggilan teleponnya di tolak oleh Niko.
Abimanyu mendengar cerita Yola dengan sangat serius dan rahang yang mulai mengeras. Rasanya seperti Abimanyu ingin meledak saat mendengar bahwa kelalaian Niko membuat menantunya celaka dan Niko malah memilih bersama dengan wanita yang sangat ia benci. Abimanyu mengajak Yola untuk menunggu Niko di ruang tamu sembari Abimanyu menelpon Niko. "Halo," "Halo, Pa. Ada apa? Clara ada di rumah gak ya, Pa?" Niko menjawab pada deringan pertama. "Segera pulang ke rumah Papa." Abimanyu langsung menutup panggilan telepon setelah memerintahkan agar Niko segera pulang ke rumah Yola tanpa membiarkan Niko menjawab. Dari nada yang Niko terima, Niko sudah tau pasti Abimanyu sedang marah. Hanya saja Niko tidak tau alasan yang membuat Abimanyu marah. Apakah terjadi sesuatu pada Clara? Atau apakah dirinya bertemu dengan Stevani ketahuan oleh Abimanyu? Jantung Niko berdegup kencang membayangkan apa yang
Niko menelan kasar salivanya mendengar keputusan terbaik oleh Abimanyu. Mungkin dengan begini hidup Niko akan berubah dan akan menjadi dewasa. Sebenarnya Raja tidak cukup puas mendengar keputusan Abimanyu, namun Raja tidak bisa melakukan apapun selain menerima perintah. "Pergi pulang lah ke rumah kamu. Renungkan kesalahanmu dan siapkan dirimu. Mulai besok kamu adalah seorang pegawai baru di kantor Papa." Abimanyu meminta agar Niko pulang. "Sendirian, Pa?" tanya Niko memastikan. "Menurut kamu?" "Iya, Pa." Sesuai perintah Abimanyu sekarang Niko harus kembali ke rumah barunya tanpa Clara. Dengan wajah frustasi, Niko mengendarai mobilnya dengan kecepatan kilat membelah ramainya suasana jalan di kota Jakarta yang bukan lagi ibu kota negara. Rasanya ini sangat menyebalkan untuk Niko. Bagaimana dirinya bisa lalai hingga membuat Clara, istrinya terluka. Dan
Niko sedang memikirkan cara agar bisa bertemu dengan Clara untuk meminta maaf dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi di satu sisi Niko takut jika Clara akan membencinya jika mendengar cerita yang sebenarnya terkait Stevani. Tapi bagaimana pun, cepat atau lambat semuanya juga pasti akan terungkap. Jadi Niko harus mempersiap diri untuk itu dan menaggung semua resikonya. Niko berjanji pada dirinya sendiri jika Niko akan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik lagi dan melupakan Stevani. Baru saja Niko berjanji akan melupakan Stevani, tapi sepertinya Tuhan sangat ingin menguji Niko. Tepat saat Niko ingin beristirahat, Stevani menelpon Niko dan meminta Niko agar membukakan pintu untuknya karena dirinya sudah berada di depan pintu. Takut ada orang yang melihat Stevani dan salah paham, Niko segera berlari dari kamarnya ke depan pintu masuk rumah dan membuka pintu. "Ada apa?
Ketiga gadis dan satu pria yang asik bercanda menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari dalam rumah. "Siapa yang datang?" tanya Yulia lagi. "Assalamualaikum, Bunda." serentak teman-teman Clara yang langsung menghampiri Yulia dan mencium punggung tangan Yulia. Yulia sangat dekat dengan ketiga teman Clara ini karena mereka sering mampir ke rumah Clara untuk sekedar bermain atau belajar bersama saat pulang sekolah. "Waalaikumslaam. Ayo silakan masuk," jawab Yulia mempersilahkan Renata, Putri dan Dimas masuk. "Terima kasih, Bun." Seperti biasa, saat rumah mereka kedatangan tamu tanpa pilih kasih Yulia pasti akan menghidangkan mereka kue buatannya dan juga air teh. "Bunda, kue ini sangat enak. Sama seperti biasanya," ujar Putri si tukang makan yang tanpa malu-malu langsung menyerobot wadah kue yang baru saja Yulia letakkan dan membuat Yulia sedikit tertawa senang dengan pujianny
Raja menjadi pusat perhatian di dalam ruang wali kelas Clara setelah sebelumnya harus menjadi korban teriakan dan colekan para wanita baik muda ataupun tua, baik siswa maupun guru. Raja mengatakan alasan kenapa Clara dan Sisil mengambil cuti itu karena mereka sedang dalam masa pemulihan setelah insiden yang menimpa mereka. Raja tidak langsung pergi dari sekolah Clara, namun Raja pergi ke belakang sekolah Clara untuk menunggu seseorang. Siapa yang sedang Raja tunggu dan untuk apa? Ternyata pria misterius yang beberapa waktu lalu ditemui oleh Pak Davit secara diam-diam adalah Raja. Kenapa Raja melakukan hal itu? Apa tujuan Raja sebenarnya? Kembali lagi di awal bahwa alasan Raja menyuruh David, sepupunya mengajar di sekolah Clara adalah untuk mengawasinya karena Raja merasa jika Sisil, teman Clara akan berusaha mencelakainya belum lagi Stevani. Jika Niko mencampakkannya nanti mungk
Niko sedang memikirkan cara agar bisa bertemu dengan Clara untuk meminta maaf dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi di satu sisi Niko takut jika Clara akan membencinya jika mendengar cerita yang sebenarnya terkait Stevani. Tapi bagaimana pun, cepat atau lambat semuanya juga pasti akan terungkap. Jadi Niko harus mempersiap diri untuk itu dan menaggung semua resikonya. Niko berjanji pada dirinya sendiri jika Niko akan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik lagi dan melupakan Stevani. Baru saja Niko berjanji akan melupakan Stevani, tapi sepertinya Tuhan sangat ingin menguji Niko. Tepat saat Niko ingin beristirahat, Stevani menelpon Niko dan meminta Niko agar membukakan pintu untuknya karena dirinya sudah berada di depan pintu. Takut ada orang yang melihat Stevani dan salah paham, Niko segera berlari dari kamarnya ke depan pintu masuk rumah dan membuka pintu. "Ada apa?
Niko menelan kasar salivanya mendengar keputusan terbaik oleh Abimanyu. Mungkin dengan begini hidup Niko akan berubah dan akan menjadi dewasa. Sebenarnya Raja tidak cukup puas mendengar keputusan Abimanyu, namun Raja tidak bisa melakukan apapun selain menerima perintah. "Pergi pulang lah ke rumah kamu. Renungkan kesalahanmu dan siapkan dirimu. Mulai besok kamu adalah seorang pegawai baru di kantor Papa." Abimanyu meminta agar Niko pulang. "Sendirian, Pa?" tanya Niko memastikan. "Menurut kamu?" "Iya, Pa." Sesuai perintah Abimanyu sekarang Niko harus kembali ke rumah barunya tanpa Clara. Dengan wajah frustasi, Niko mengendarai mobilnya dengan kecepatan kilat membelah ramainya suasana jalan di kota Jakarta yang bukan lagi ibu kota negara. Rasanya ini sangat menyebalkan untuk Niko. Bagaimana dirinya bisa lalai hingga membuat Clara, istrinya terluka. Dan
Abimanyu mendengar cerita Yola dengan sangat serius dan rahang yang mulai mengeras. Rasanya seperti Abimanyu ingin meledak saat mendengar bahwa kelalaian Niko membuat menantunya celaka dan Niko malah memilih bersama dengan wanita yang sangat ia benci. Abimanyu mengajak Yola untuk menunggu Niko di ruang tamu sembari Abimanyu menelpon Niko. "Halo," "Halo, Pa. Ada apa? Clara ada di rumah gak ya, Pa?" Niko menjawab pada deringan pertama. "Segera pulang ke rumah Papa." Abimanyu langsung menutup panggilan telepon setelah memerintahkan agar Niko segera pulang ke rumah Yola tanpa membiarkan Niko menjawab. Dari nada yang Niko terima, Niko sudah tau pasti Abimanyu sedang marah. Hanya saja Niko tidak tau alasan yang membuat Abimanyu marah. Apakah terjadi sesuatu pada Clara? Atau apakah dirinya bertemu dengan Stevani ketahuan oleh Abimanyu? Jantung Niko berdegup kencang membayangkan apa yang
Clara diantar pulang oleh Raja setelah keluarga Sisil datang untuk menemani Sisil. Clara termenung mengingat perkataan Sisil sebelum keluarganya datang tadi. Dalam kondisi menangis Sisil memeluk Clara dan meminta maaf padanya dan Sisil juga mengucapkan banyak terima kasih pada Clara dan meminta agar Clara tidak membencinya. Perasaan Clara menjadi campur aduk saat ini. Raja terus menyetir sembari memerhatikan Clara yang hanya diam dan menatap kosong keluar jendela. "Bagaimana lukanya? Apa kamu yakin tidak ingin dirawat di rumah sakit aja?" Raja memulai percakapan. "Tidak, terima kasih. Aku akan lebih sakit jika berada di rumah sakit," jawab Clara tanpa menoleh. "Kak, terima kasih untuk hari ini dan juga maaf karena telah membuatmu terluka." Mata Clara berkaca-kaca saat Clara mengucapkan banyak terima kasih pada Raja dan menangis karena merasa sakit hati saat penggilan teleponnya di tolak oleh Niko.
Clara dengan buru-buru mencari nomor seseorang yang berada di kontaknya dan menghubunginya namun seseorang yang ternyata dia adalah Niko tidak menjawab ponselnya karena sedang pergi ke toilet dan meletakkan ponselnya di atas meja yang telah ia pesan bersama Stevani di salah satu restauran. Melihat ponsel Niko berdering, Stevani hanya melihat nama Clara sekilas lalu menolak panggilan tersebut sebelum Niko kembali. Sedang di sisi lain, Clara yang sudah mulai panik dengan kondisi Sisil memencet nomor Raja berharap Raja akan langsung menjawab teleponnya dan membantunya. Tuttttt .... Pada deringan pertama Raja menjawab telepon Clara dan menjadi panik setelah mendengar suara Clara. "Halo, Kak. Tolong aku!" "Halo, kamu kenapa? Dimana? Share lokasi sekarang!" Clara menutup panggilannya dan mengirimkan posisi dirinya saat ini pada Raja agar bisa
Pak David mengehela napas panjang melihat kelakuan murit barunya yang genit. "Sudah, cukup! Sekarang kalian bertiga ambil posisi push up." Clara, Renata dan Putri telah siap dengan posisi mereka dan para penonton mulai teriak tidak terima jika Clara harus mendapatkan hukuman itu karena tau lemah secara fisik. "Maaf, Pak. Boleh kah saya saja yang menggantikan hukuman untuk Clara?" Dimas maju menawarkan diri lebih dulu karena tidak terima jika guru tampan mereka menekan wanita pujaannya. Pak David mengerutkan dahi melirik ke arah Dimas, dan berkacak pinggang. Pak David berjalan ke arah Dimas dengan karismanya dan menepuk pundak Dimas hingga berhasil membuat Dimas tergoyah takut. "Mana yang namanya Clara?" Clara mengangkat tangan saat Pak Dimas melihat ke arah mereka bertiga. "Apa gadis itu pacarmu?" Pak David bertanya mengintimidasi kepada Dimas. "Tidak, Pak."
Sesuai dengan yang telah disepakati hari ini Niko dan Clara akan tetap tidur di kamar yang berbeda. Tapi bukan Niko namanya jika tidak bertindak curang dan licik. Malam hari saat Clara sudah tidur, diam-diam Niko menyelinap masuk ke dalam kamar Clara seperti seorang pencuri. Niko tersenyum senang saat berhasil masuk tanpa harus memikirkan dan melakukan banyak cara tipuan. Niko melihat Clara yang tertidur dengan nyenyak dan mulai berjalan mendekatinya. Dengan sangat lembut dan perlahan Niko mulai merebahkan tubuhnya tepat di samping Clara. Niko mulai memeluk Clara masuk ke dalam pelukannya namun gerakan Niko ini mengganggu tidur Clara dan membuatnya terbangun. Clara melirik Niko sekilas dan kemudian mengabaikannya. Niko melanjutkan aksinya dengan mulai mengusap paha Clara dan terkejut saat tangan Niko menyentuh benda aneh yang sedikit tebal menutupi jalan masuk lembah idaman Niko.