"Lyn, bagaimana? Apa Adley menghubungimu?" tanya Ignacio / Iggy sedikit menaikkan volume suaranya dari ruangannya.
"Belum, Pak. Adley sama sekali belum mengabarkan apa pun," jawab Lyn lugas.
"Kabari aku segera jika dia telah menghubungimu!"
"Baik, Pak."
Segera, Lyn berdiri dari kursinya dan mencari tempat yang aman untuk menghubungi Adley. Dengan was-was dan suara pelan, Lyn mencoba menghubungi Adley namun tak ada jawaban.
"Adley ... Adley, ke mana dirimu--"
Berulang kali menghubungi, berulang kali pula tak ada jawaban. Lyn kemudian memeriksa berita mengenai Adley yang pernah menjadi viral di media online, "Aneh! Kenapa tiba-tiba beritanya hilang?" gumam Lyn sambil membuka beberapa situs berita terkenal dan mencari berita tentang Adley.
"Benar-benar aneh! Semua berita tentang Adley hilang! Siapa yang memiliki kuasa begitu besar hingga mampu menghapus berita tentang Adley hanya dalam waktu singkat?" pikir Lyn.
Drrt
"Aku ingin menawarkan proyek yang sangat menjanjikan pada Anda, Tuan Kael." Seringai tersungging di wajah Delano saat meyakinkan Kael. "Proyek apa yang Anda maksud?" tanya Kael dengan ekspresi datar. "Blue House akan menjadi lebih dan lebih besar jika Anda bisa mempekerjakan beberapa orang dengan latar belakang serta budaya yang berbeda." "Aku sudah memilikinya!" dingin Kael menanggapi ucapan Dangelo. "Hahaha, Tuan Kael ... Anda tak perlu kaku seperti ini. Kudengar, CEO sebelumnya lebih terbuka dan mudah menerima masukan dari orang lain. Kenapa Anda ..." "Jangan samakan aku dan CEO terdahulu! Masing-masing dari kami memiliki konsep, misi, visi yang berbeda ...," "Namun tujuan yang sama, keuntungan!" Potong Dangelo tiba-tiba. Amber dan Sabrina tampak salimg pandang dengan sinis satu sama lain, "Tuan Kael, tenanglah. Maksud Tian Dangelo adalah jika kita bisa melakukan inovasi terbaru, bukan tak mungkin Blue House akan leb
"Aku sejak awal telah sadar sepenuhnya dan bahkan tahu apa yang kalian lakukan." Adley langsung memutar balik tubuhnya dan membelalakkan matanya. Netra biru lautnya melihat tubuh terbaring itu dengan tajam dan menyipit. Adley langsung berjalan mendekati Cleon sambil menahan amarah karena ucapan yang ia katakan seolah tiada bersalah. "Apa yang Anda katakan baru saja, Tuan Cleon? Anda bilang Anda sudah sadar sepenuhnya? Sejak kapan?" tanya Adley dengan suara setengah kesal. "Sejak awal." Sahut Cleon kali ini ia memiringkan kepalanya, melihat ke arah Adley. "Jika Anda sadar sejak awal, kenapa Anda tak langsung bangun dan keluar dari tempat ini?" Adley mengepalkan tangannya kencang. "Sengaja." "Apa?" "Aku sengaja melakukannya. Aku juga tahu jika banteng tua Delano datang ke sini dan bicara padamu." "Kau--!!" Adley semakin lama semakin tak bisa menahan emosinya. Dia langsung keluar kamar Cleon dan pergi menuju pintu keluar r
"Selamat datang di Blue 'brothel' House." "MADDY!" hardik Kael dengan suaranya yang tinggi dan membuat pegawai di Blue House mengedikkan bahu mereka. Maddy menghentikan ucapannya di depan Daria dan keempat wanita cantik anak buah Dangelo. Kael yang kesal akhirnya menarik tangan Maddy kasar dan membawanya ke ruangannya. "Ah!!" seru Maddy saat dirinya didorong kasar oleh Kael ke sofa merah pekat hingga tubuhnya sedikit mengenai pinggiran sofa tersebut. Kael tiba-tiba telah berada di atas tubuh Maddy, menyamarkan bayangannya di bawah lampu yang terang dan mengapit salah satu tangannya ke wajah wanita cantik nan seksi itu. "Hah, apa Anda terangsang melihatku marah, Tuan Kael?" tanya Maddy dengan suara menggoda dan tangan memegang jas biru dongker yang dikenakan Kael. Kael bergeming, hanya menatap Maddy datar dan tajam, tiba-tiba .... CUP .... Sebuah kecupan mendarat di bibir Maddy. Kecupan yang tak dalam, hanya sebatas bibi
Brak!! Bantingan pintu mobil yang cukup kencang membuat gema yang di telinga Cleon cukup terasa bergetar. Dengan setelan man in suit yang sejak awal ia kenakan, Cleon mulai melangkah masuk ke dalam kediaman Graciano yang terlihat sepi. Kreekkk .... Pintu berukir emas dengan warna putih dan gagang pintu pun berlapis emas mulai ditarik Cleon, iris ungu kontak lens ungu muda itu menelisik tiap sudut rumah yang tampak seperti Kensington Palace. Kamera yang terpasang di tiap-tiap sudut rumah pun tak terelak dari irisnya. Dapur akhirnya dipilih Cleon sebagai tempat baginya untuk mengisi amunisi di perutnya yang sedari tadi terus mengeluarkan suara-suara pemberontakan. Sandwich isi daging sapi akhirnya dipilihnya sebagai menu makan siangnya meskipun banyak makanan di dalam kulkas yang menggoda dan menggugah selera, namun Cleon adalah seorang picky eater yang hanya akan makan dari tangan-tangan orang yang ia percaya, atau paling tidak untuk saat ini dia lebih
Adley yang mendapati amplop panjang dan coklat besar pemberian Ignacio segera membuka benda tersebut di dalam mobilnya. Dengan rasa penasaran yang besar, Adley langsung membuka 'paket' itu dengan rasa was-was dan berdebar.Srekkkk ....Bunyi sobekan kertas sangat memenuhi ruang di mobilnya. Adley menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan sambil merogoh isi di dalam amplop itu.'Apa ini?' gumam Adley meraba-raba benda berserat halus dan segera mengeluarkannya, 'foto?' gumamnya lagi.Netra biru laut itu melihat dengan cermat dan teliti ke-10 foto-foto yang diterima oleh Adley. Satu per satu netra birunya menelisik namun tiada ada yang mencurigakan. Hingga dia membelalakkan matanya ketika melihat salah satu foto yang memuat dirinya serta seorang pria yang dulu mengikutinya ada dalam foto itu."Bukankah ini--" Adley membalikkan foto itu, berharap ada sesuatu yang bisa ia dapatkan sebagai petunjuk selanjutnya, "sial! Maksudnya
"Apa aku mengganggumu, Tuan Kael?" Suara bariton Dangelo membuat Kael terkejut dan segera merapikan pakaiannya. Dangelo hanya tersenyum satu garis menarik bibir atasnya melihat perbuatan Kael dengan salah satu 'kelinci putih' miliknya, Audrey. Dangelo melirik Audrey yang hanya mengenakan pakaian yang ada di bagian dalam tubuhnya dan terlihat kikuk di depan sang majikan. "Apa saya mengganggu Anda?" tanyanya sekali lagi. "Keluarlah, aku ada urusan." Perintah Kael seraya menepuk pelan bahu Audrey. Audrey dan Dangelo saling bertatap pandang, Dangelo mengangguk seakan memberi tanda padanya, "Ada apa, Tuan Dangelo? Kenapa Anda tiba-tiba datang ke sini tanpa memberitahu?" tanya Kael yang telah selesai berpakaian. "Jika saya memberitahu Anda, maka saya tak akan pernah tahu kelakuan seorang mahasiswa teladan universitas terkenal di negara ini dan juga seorang CEO dari tempat terkenal." Seloroh Dangelo dengan pandangan seakan memandang rendah Kael.
"Apa kau mau menggantikan posisi suamimu di perusahaaan yang ia pegang saat ini? Dan buat seakan itu sebagai suatu 'kecelakaan'?" Sebuah pernyataan yang entah dari mana atau siapa yang mengatakannya pada Kael, hingga dia bisa berkata seperti itu. Adley yang telah keluar dari Blue House dan menuju parkiran. Dirinya tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang mahasiswa hukum bisa mengatakan hal seperti itu! Jemari lentik nan panjang terawatnya mengetuk-ngetuk stir mobil yang semakin lama semakin kencang ketukannya, gemas juga cemas! Irisnya menyeloroh ke depan kaca mobilnya dan tiba-tiba, ia melihat Dangelo juga Amber keluar dari sebuah restoran yang berseberangan dengan Blue House. Dengan tawa lebar, sang wanita terus menggelayuti lengan Dangelo bagai lem kayu. Dan sang pria, tampak menikmati tawa lepas sang wanita. "Sudah kuduga! Mereka bukanlah klien 'biasa'! Siapa sebenarnya dua orang ini?" ucap Adley melihat keduanya bersiap akan meninggalkan tempat tersebut.
"Kita akan lakukan black conspiracy!" Senyum tipis di bibir atas Cleon terlihat samar namun ekspresi yang menyiratkan 'ada sesuatu' tampak dengan jelas tergambar di wajahnya. "Maaf, Pak. Tapi apa itu black konspirasi?" tanya salah satu dari mereka. Cleon hanya terdiam menanggapi pertanyaan salah satu pegawainya. Ia malah mengambil telepon yang ada di meja kerjanya dan menghubungi Stacy. "Stacy, ke ruanganku. Sekarang!" [Baik, Pak.] Tok ... tok ... "Masuk." "Pak, Anda memanggil saya?" tanya sang asisten pribadi, Stacy berdiri di antara pegawai lelaki yang dipanggil Cleon. "Kalian, keluarlah! Ada yang ingin kubicarakan dengan asisten baruku ini," titah Cleon melirik Stacy. "Baik, Pak." Kini hanya tinggal Stacy dan Cleon yang ada di ruangan itu. Cleon berdiri menghampiri Stacy, memutarinya dan berkata, "Aku memiliki sebuah misi untukmu!" "Misi? Misi apa, Pak?" tanya wanita itu de
Adley yang memarkir mobilnya di sebuah taman kota tengah Kota London, langsung menyelasar tempat itu dengan teliti. Suasana yang tak begitu ramai memudahkan netranya menemukan target yang ia cari. "Bingo, gotcha!" Ucapnya langsung melangkah cepat menghampiri kerumunan sekelompok remaja yang tengah bergumul dan menenggak bir lokal sambil bernyanyi-nyanyi. "Selamat malam, Tuan-tuan. Apa aku menggangu pesta kalian?" Tanya Adley tersenyum di hadapan para pemuda tanggung tersebut. "Hey, babe. Apa kau datang ke sini untuk memanaskan malam kami?" tanya salah seorang di antara mereka sambil tertawa lebar. "Anggap saja begitu, Tuan." Jawab Adley sembari mengamati ketujuh remaja itu. "Hei, teman-teman! Sepertinya malam ini akan menjadi malam 'panas'. Hottie ini akan menjadi tungku kita." Ucap remaja itu lagi tambah tertawa lebar. Di saat para remaja tanggung itu tertawa lebar, netra Adley langsung menangkap visual salah satu di antara mereka yang berusa
"Tuan Cleon!" Seorang wanita dengan dress one-shoulder hitam di atas lutut dan ketat serta anting-anting besar di kedua telinganya menyambangi Syden dan Cleon yang tengah minum di depan meja bartender. "Sst ... sst." Senggol Syden ke siku Cleon. "Benar, ternyata ini Anda! Tuan, bagaimana kabar Anda? Sudah lama sekali Anda tak datang ke sini." Wanita itu, Mady mengulas senyumnya lebar dan sesekali melirik Syden. "Hi, Nona. Siapa nama Anda?" tanya Syden tersenyum tipis sambil menatap genit Mady. "Madeleine. Panggil saja aku Mady, Tuan ...," "Syden. Itu namaku." "Syden? Bukankah Anda model terkenal itu, Anda yang sering berada di halaman depan majalah pria, Famous Magazine? Dan juga, anak seorang perancang tas ternama, Lilith Jude?" tanya Mady terkesiap. "Itu ..." Syden hanya tertawa sembari menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal. "Mau apa kau kemari?" Cleon menyela mereka dengan nada dingin. "S-
Kring ... kring ... kring Ponsel dengan volume dering nyaring terdengar di salah satu kantong jaket jenis hoodie milik seorang pemuda plontos dengan piercing telinga sebelah kanan. Pemuda yang tengah asyik minum dengan beberapa orang teman wanitanya di sebuah kafe pinggir Kota London mengacuhkan panggilan yang datang dari seseorang yang paling ditakutinya. "Brengsek! Bajingan! Cari mati dia!" Adley yang tampak kesal langsung menuju parkiran Blue House dan membuka pintu mobil sport merahnya. Kring ... kring ... kring Kali ini giliran ponsel Adley yang berdering. "Rupanya masih mau hidup dia, hah!" ucap Adley membuka kunci password gawainya dan matanya terbelalak ketika tahu siapa yang sedang menghubunginya. Beberapa menit Adley mendiamkan panggilan itu. Kini dia membisukan ponselnya dan hanya menggetarkannya, wajah kesal Adley semakin bertambah dengan panggilan masuk yang baru saja datang ke ponselnya. 'Mau apa orang
Wanita itu merendahkan tubuhnya, mensejajarkan tingginya dengan duduk di seberang meja Daria."A-Anda ... Nona Teonna!" serunya.Adley hanya mengulas senyum ramah. "Apa kabar? Kau kenal aku?" tanya Adley sok jual mahal."Eh, itu ...," Daria tampak tersipu malu menundukkan kepalanya."Hahaha, tenang saja. Aku hanya bercanda. Tapi, dari mana kau tahu namaku dan bagaimana kau yakin jika aku adalah Teonna?""Hanya menebak."Teonna mengulas senyumnya. Dia melihat wanita muda nan cantik dengan wajah eksotis itu terkesiap. "Kau itu cantik, apa kau tahu?" seloroh Adley menatap Daria lekat.Tersipu malu dan terkejut, dia membalas, "Terima kasih, Anda juga terlihat sangat cantik bahkan layaknya anugerah dewi Athena.""Hahaha, Athena, ya ... bijak dan adil. Tapi sayangnya, aku tak sebijak dan seadil dia." Ucap Adley tersenyum lepas. "Oh, ya ngomong-ngomong Daria, dari mana asalmu kemarin?""Uzbekistan, Nona.""Ah, ya.
"Bagaimana jika kita mainkan permainan yang kau mainkan sebelumnya?" bisik Cleon di telinga Adley."A--apa maksudmu?" Adley terkesiap dan memandangnya."Apa kau pikir aku tak tahu, hah! Kau yang akan mendapatkan keuntungan jika aku bekerja sebagai CEO di perusahaan keluarga! Sementara aku bekerja, kau bisa bebas dan leluasa bertemu dengan saudaraku!"Adley hanya terdiam, 'Kupikir dia curiga akan apa,' gumam Adley menatap datar ke arah sang suami."Kenapa diam? Benar begitu, kan?" tanya Cleon lantang.Adley menyeringai. "Kenapa kau senyum seperti itu? Apa yang lucu, hah?""Sejak kapan kau mulai memperhatikan gerak-gerikku, suamiku? Apa kau ... cemburu?" seloroh Adley."Jangan gila! Kita menikah tanpa cinta, tanpa mengenal satu sama lainnya, dan kini kau bilang aku cemburu? Sinting kau!""Benarkah? Jika kau memang tak ada rasa cemburu, berarti aku bebas mau pergi ke mana dan dengan siapa. Sekarang ... lepaskan tanganmu!" pe
"Aku menikahi Lucas karena satu alasan!" "Apa?" "Balas dendam!" "Apa!?" **** 'Jangan kau kira bisa lari dariku, Lucas! Aku tahu apa yang sedang kau lakukan di belakangku! Kali ini, aku tak akan membiarkan hal itu menimpa pada putriku! Nyawa pun akan kuberikan demi melindunginya.' Kediaman Graciano Mini dress warna hitam nan seksi dipilih Adley sebagai 'pembuka' untuk menyambut kedatangan sang 'suami'. Eyeliner yang tajam ditambah riasan nude dan pemerah bibir yang sangat mencolok, membuat Adley menunjukkan sisi yang lain dari dirinya. Kecantikan yang paripurna! Begitulah kiranya yang bisa menggambarkan sosok Adley Britta Calla. "Hmm, seharusnya ini bisa membuat pria itu 'jatuh cinta' denganku. Tapi kenapa sulit sekali menaklukkan Gunung Kilimanjaro, huh." Tin ... tin ... tin .... Adley melihat jam dinding yang terpasang di kamar utama mereka, "Pukul delapan, it's time for show!" Ucapnya setelah selesai m
"Kita akan lakukan black conspiracy!" Senyum tipis di bibir atas Cleon terlihat samar namun ekspresi yang menyiratkan 'ada sesuatu' tampak dengan jelas tergambar di wajahnya. "Maaf, Pak. Tapi apa itu black konspirasi?" tanya salah satu dari mereka. Cleon hanya terdiam menanggapi pertanyaan salah satu pegawainya. Ia malah mengambil telepon yang ada di meja kerjanya dan menghubungi Stacy. "Stacy, ke ruanganku. Sekarang!" [Baik, Pak.] Tok ... tok ... "Masuk." "Pak, Anda memanggil saya?" tanya sang asisten pribadi, Stacy berdiri di antara pegawai lelaki yang dipanggil Cleon. "Kalian, keluarlah! Ada yang ingin kubicarakan dengan asisten baruku ini," titah Cleon melirik Stacy. "Baik, Pak." Kini hanya tinggal Stacy dan Cleon yang ada di ruangan itu. Cleon berdiri menghampiri Stacy, memutarinya dan berkata, "Aku memiliki sebuah misi untukmu!" "Misi? Misi apa, Pak?" tanya wanita itu de
"Apa kau mau menggantikan posisi suamimu di perusahaaan yang ia pegang saat ini? Dan buat seakan itu sebagai suatu 'kecelakaan'?" Sebuah pernyataan yang entah dari mana atau siapa yang mengatakannya pada Kael, hingga dia bisa berkata seperti itu. Adley yang telah keluar dari Blue House dan menuju parkiran. Dirinya tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang mahasiswa hukum bisa mengatakan hal seperti itu! Jemari lentik nan panjang terawatnya mengetuk-ngetuk stir mobil yang semakin lama semakin kencang ketukannya, gemas juga cemas! Irisnya menyeloroh ke depan kaca mobilnya dan tiba-tiba, ia melihat Dangelo juga Amber keluar dari sebuah restoran yang berseberangan dengan Blue House. Dengan tawa lebar, sang wanita terus menggelayuti lengan Dangelo bagai lem kayu. Dan sang pria, tampak menikmati tawa lepas sang wanita. "Sudah kuduga! Mereka bukanlah klien 'biasa'! Siapa sebenarnya dua orang ini?" ucap Adley melihat keduanya bersiap akan meninggalkan tempat tersebut.
"Apa aku mengganggumu, Tuan Kael?" Suara bariton Dangelo membuat Kael terkejut dan segera merapikan pakaiannya. Dangelo hanya tersenyum satu garis menarik bibir atasnya melihat perbuatan Kael dengan salah satu 'kelinci putih' miliknya, Audrey. Dangelo melirik Audrey yang hanya mengenakan pakaian yang ada di bagian dalam tubuhnya dan terlihat kikuk di depan sang majikan. "Apa saya mengganggu Anda?" tanyanya sekali lagi. "Keluarlah, aku ada urusan." Perintah Kael seraya menepuk pelan bahu Audrey. Audrey dan Dangelo saling bertatap pandang, Dangelo mengangguk seakan memberi tanda padanya, "Ada apa, Tuan Dangelo? Kenapa Anda tiba-tiba datang ke sini tanpa memberitahu?" tanya Kael yang telah selesai berpakaian. "Jika saya memberitahu Anda, maka saya tak akan pernah tahu kelakuan seorang mahasiswa teladan universitas terkenal di negara ini dan juga seorang CEO dari tempat terkenal." Seloroh Dangelo dengan pandangan seakan memandang rendah Kael.