Rama pun menceritakan detail musibah yang dialami Yasmine dan Salman kepada Hanum dan Umi Sarah sebanyak yang ia tahu selama menjadi asisten nya Salman. Hanum menangis di dalam pelukan Umi Sarah karena merasa dirinya sudah berburuk sangka pada sang suami. "Hu... Hu... Hu...! Hanum menyesal Umi sudah berburuk sangka pada Mas Salman! Hanum mengira selama ini Mas Salman tidak peduli dengan Hanum karena pernikahan ini ada karena keadaan! Hanum menyesal Umi... Hanum menyesal! " ucap Hanum dengan terus menangis. "Sudah Nak, sudah! Apa kau tidak kasihan pada bayimu jika kau menangis terus? Bayimu pasti merasakan kesedihan Ibu nya dan itu tidak bagus untuk perkembangan bayimu! Sekarang kita sudah tau apa yang terjadi dengan suamimu, dan saatnya kamu menjaga janin ini dengan baik hingga nanti Salman kembali sebelum janin kalian lahir! " sahut Umi Sarah dengan lembut mengusap punggung putri nya. "Iya Mbak..! Selagi Pak Bos pergi menemani Nyonya Yasmine berobat, Mbak Hanum harus tetap sehat
Baru saja menginjakkan kaki di kota S, Salman langsung mendapatkan kabar buruk yang baru saja di sampaikan asistennya Rama dari sambungan telepon. "Astaghfirullahalazim... Ya Allah, kuatkan lah istri dan calon anakku... Selamatkan mereka berdua Ya Allah..! " gumam Salman sembari berlari keluar bandara untuk mencari taksi. Lututnya serasa lemas, dadanya sesak memikirkan keselamatan istri dan calon anak nya. "Pak, tolong ke rumah sakit umum ya? Cepetan jalan nya ya Pak karena istri saya mau melahirkan! " ucap Salman pada sopir taksi yang ia naiki. "Baik Tuan...! " jawab sopir taksi yang langsung tancap gas menuju rumah sakit. Sementara itu, Umi Sarah tidak henti-hentinya menguatkan Hanum agar tetap tersadar dan terus berdzikir untuk keselamatan anak dan cucunya. "Umi...! Sa-sakit Umi...! Hanum sudah tidak tahan lagi..! Sakit sekali...! " rintih Hanum kesakitan sembari memegang perut nya yang kencang dan kontraksi. "Kamu harus kuat Nak! Jangan putus asa untuk berdzikir memohon per
Umi Sarah yang mendengar ucapan menantu tentang anaknya sontak lemas di sekujur tubuhnya hingga ia hampir limbung ke lantai jika ia tidak berpegangan dengan lengan kursi tunggu. Salman masih terduduk di kursi tunggu dengan menangis sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan. Isakan tangis pilu Salman semakin membuat Umi Sarah terpukul dan meremas dadanya yang sakit. Umi Sarah memejamkan matanya sejenak sembari lisannya berdzikir kepada sang pemilik kehidupan agar ia diberi kekuatan dalam menerima cobaan ini. "Nak, hati Umi sakit dan sedih dengan keadaan Hanum. Tapi kita tidak boleh lemah dan terus terusan terpuruk. Hanum butuh kita, butuh kamu suaminya. Hanum butuh doa kita Nak, InsyaAllah Umi yakin jika anak Umi itu kuat dan Hanum akan baik-baik saja! Bagaimana dengan cucu Umi? " ucap Umi Sarah lembut dengan suara yang bergetar berusaha kuat di depan menantunya. Salman langsung menegakkan tubuhnya saat mendengar ucapan mertua nya. Ia menghapus air matanya seraya berusaha untuk
Sudah dua hari Hanum terbaring koma di rumah sakit. Ia sudah melewati masa kritis nya beberapa jam yang lalu. Saga akan di bawa pulang ke rumah oleh Umi Sarah besok pagi sesuai keputusan dokter. Saat ini Salman sedang bermain dengan memegang jemari mungil Saga dengan jari telunjuknya. "Doakan Bunda mu ya Nak biar cepat sadar dan bisa memeluk Saga setiap hari. Jika Papi pulang ke Jakarta, Saga yang menemani Bundamu di rumah! InsyaAllah Papi nanti akan sering-sering datang ke sini mengunjungi kalian berdua! Maafkan Papi yang belum bisa mempertemukan Saga dengan Opa! " ucap Salman berbicara pada bayi nya yang masih merah itu. Karena Hanum koma, maka Saga meminum susu formula dengan kualitas yang terbaik di berikan Salman agar bisa tumbuh dan berkembang seperti bayi-bayi lainnya. Saat ini Salman berada di ruang bayi untuk bermain bersama sang anak selagi Ibu mertuanya berada di kamar Hanum karena sedang membersihkan tubuh Hanum. "Bangun lah Nak! Buka matamu..! Apa kau tidak ingin mel
Sehari sebelum kembali ke Jakarta, Salman nekat berbicara dengan ibu mertuanya tentang keinginannya membawa Saga bersama nya. Saat ini Salman sedang duduk ruang tamu rumah Hanum yang ia beli di kota S. Ia duduk berhadapan dengan ibu mertuanya yang sedang memangku sang cucu Saga dengan penuh kasih sayang. "Umi, sebenarnya ada hal penting yang ingin Salman katakan sama Umi! Maaf jika keinginan Salman membuat hati Umi sedih! " ucap Salman sedikit agak ragu untuk mengutarakan niatnya ini. Melihat keraguan di wajah sang menantu, Umi Sarah perlahan meletakkan Saga di bouncer nya agar tidak keganggu. "Katakan saja Nak, jangan ragu! InsyaAllah Umi tidak akan marah dan akan mencoba mengerti! " sahut Umi Sarah dengan lembut. Salman menghela napasnya dalam-dalam sebelum membuka mulut nya untuk bicara. "Salman di harus kan kembali ke Jakarta Umi karena perusahaan Salman membutuhkan Salman di sana! Kalau Umi mengizinkan, Salman ingin membawa Saga ikut salman ke Jakarta karena Salman tidak bi
Hari yang di tentukan telah tiba, Umi Sarah memeluk erat tubuh Saga dalam gendongan nya sebelum Saga pergi ikut ayahnya. Umi Sarah mencium lembut pipi bayi yang berusia 10 hari itu dengan penuh cinta dan terasa berat untuk melepaskan nya. Salman memutuskan pulang dengan menggunakan pesawat untuk kenyamanan sang anak. Lagipula dengan menggunakan pesawat jarak tempuh nya lumayan singkat dari pada pulang naik kendaraan darat. "Baik-baik ya Nak di sana sama ayah! Do'akan Bunda kamu agar cepat sadar dan bisa berkumpul lagi dengan Saga! Eyang akan selalu mendoakan Saga dan merawat Bunda Saga hingga beliau sadar dan sembuh seperti sedia kala! " bisik Umi Sarah lembut di telinga Saga. Umi Sarah menyerahkan Saga ke pangkuan sang ayah dengan berat hati. Salman menerima anaknya dan menciumnya sesaat sebelum Saga di letakkan di stroller nya. Bayi yang baru berusia seminggu itu tetap tertidur lelap tanpa menghiraukan suara hiruk-pikuk bandara. "Umi titip Saga ya Nak! Selalu kirimkan setiap pe
Dua tahun kemudian... "Saga...! Jangan lari-lari Nak! Ayo pakai bajunya dulu! " pekik Yasmine sambil berlari mengejar Saga yang lari-lari sambil tertawa saat akan dipakaikan baju oleh Mami nya. Opa Sultan yang baru keluar dari kamarnya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah cucunya yang semakin aktif semenjak bisa berjalan dan berlari. Hingga terkadang Yasmine sampai kewalahan mengimbangi tingkahnya yang terkadang membuat jantung copot. Saga makin tertawa melihat Yasmine mengejarnya karena mengira Yasmine mengajaknya bermain. "Ayo ain Ami! " teriak Saga yang belum terlalu lancar bicara. "Pakai bajunya dulu Nak, baru kita main! Mami akan bawa Saga main di taman! Di sana nanti banyak teman-teman seusia Saga! Ayo pakai bajunya dulu biar tambah ganteng anak Mami! " bujuk Yasmine dengan iming-iming main di taman depan komplek. Mendengar ajakan main di taman membuat langkah kecil Saga terhenti. "Ain di aman? " tanya pada sang Mami. "Iya main di taman Nak! Saga mau kan? Ayo pakai
Salman diam mematung saat mendengar suara Papa nya yang menanyakan siapa Saga sebenarnya. Matanya celingak celinguk mencari keberadaan seseorang yang membuat jantung nya berdetak tidak normal. "Yasmine sedang pergi ke toko kue bersama Saga! Jelaskan dengan jujur siapa Saga itu! Bagaimana bisa anak itu mempunyai tanda lahir yang sama dengan ku, kau dan Syahdan? Apa benar ia anak yang kamu adopsi dua tahun lalu atau jangan-jangan ia anakmu dengan perempuan lain! Ingat Salman, hanya keturunan Hidayatullah lah yang mempunyai tanda lahir di tempat yang sama! " ucap Tuan Sultan dengan ucapan yang begitu menohok di hati Salman. "Pa....! " desis Salman dengan lirih sembari menatap wajah tua Papanya dengan sendu. Tuan Sultan yang tau arti tatapan sendu Putra nya seketika shock dan langsung terduduk di sofa dengan tubuh lemas. "Ba-bagaimana bisa kau melakukan hal ini pada Yasmine, Salman! Kau sudah menyakiti perempuan malang itu dengan memiliki anak dari perempuan lain! Papa benar-benar tid
Salman yang cemburu tidak sadar jika sikapnya itu membuat beberapa karyawan Hanum mencurigainya. Ia bahkan tidak sadar mendekati Yasmine dan Hanum yang ada di dekat pintu keluar setelah melepaskan tamunya pergi. "Tuan, mau ambil roti atau cake? Sedari tadi saya lihat Tuan hanya diam dan bengong saja melihat ke arah majikan kami," tegur pelayan yang bernama Mita dengan tatapan curiga. Salman yang di tegur karyawan sang istri langsung tersentak kaget sehingga tanpa sadar tangannya menyenggol kumis palsunya sehingga kumis tersebut copot. Yasmine dan Hanum yang kebetulan melihat kearahnya langsung terbelalak kaget melihat siapa yang di tegur karyawan Bakery. "Papi!!" teriak Yasmine kaget. "Mas Salman!!" ucap Hanum tidak kalah kagetnya. Mereka berdua syok melihat Salman ada di dalam toko dengan menyamar. Salman yang penyamarannya terbongkar menghela napas kasar sembari melotot kearah karyawan Bakery yang menegurnya tadi. "Kamu, gara-gara kamu tegur dan sok akrab, penyamaran saya ket
"Ah,membosankan! Hampir tiga jam menunggu Yasmine di depan butik, tetapi gak kelihatan karena dia tidak menampakkan diri keluar dari ruangannya. Padahal aku sangat merindukannya, meskipun hanya melihat dari jauh saja sudah membuat hatiku menjadi lega. Memang serba susah menghadapi amarahnya perempuan, marahnya awet. Apa aku ke toko Bakery Hanum saja ya? Siapa tahu bisa melihat wajah teduh Hanum? Ah, aku sangat merindukan mereka berdua! Tidak enak sekali di cuekin dan diasingkan seperti ini oleh istri sendiri," keluh Salman dengan wajah lesu sambil bertopang dagu. Ia bahkan tidak menghiraukan tumpukan berkas yang ada di atas mejanya. Sepulangnya dari mengawasi butik Yasmine, Salman terpaksa kembali ke kantor karena ada meeting penting dengan klien lamanya. Sehingga ia gagal mengawasi sang istri selama sehari penuh. Jangankan sehari penuh, setengah hari saja tidak sampai ia di sana. "Ah, bodoh amat! Lebih baik aku ke toko Hanum saja, lumayan bisa melihat Hanum dari jauh meskipun t
"Bu Bos, itu Tuan Salman gak di suruh masuk aja gitu ke dalam butik?" tanya Jamilah pada Bos cantiknya. "Biarin aja deh, Mil. Mas Salman lagi dalam masa hukuman. Lagian juga ada-ada aja tingkahnya, bikin orang tambah kesel tau gak!" jawab Yasmine dengan nada malas. "Hehehehe, Tuan Salman lucu juga Bu Bos! Masa ngawasin butik istrinya sambil bawa pedagang makanan segitu banyak kayak mau gelar pesta jajanan nusantara," kekeh Jamilah asisten Yasmine dengan geli. "Tau, bikin malu aja!" omel Yasmine membenarkannya. Yasmine mengintip kelakuan sang suami dari lantai dua butiknya dengan geleng-geleng. Ia tersenyum lega saat melihat sang suami kemudian memasuki mobilnya dan pergi dari tempat tersebut tidak lama berselang. "Mil, berhubung suamiku sudah pergi maka aku juga mau pergi! Kamu cek barang yang masuk dan rekapan nya harus dikirim ke e-mail aku secepatnya! Baik-baik di butik dan awasi karyawan lainnya," ucap Yasmine memberikan pesan pada asistennya itu. "Baik, Bu Bos!
Rama mencak-mencak mendapatkan tugas yang tidak biasa dari Bosnya. Ia memasuki rumah megah Hidayatullah dengan muka masam, bahkan teguran Mbok Yem yang sedang menyapu rumah pun tidak ia hiraukan. "Emak! Bapak! Rama mau pulang! Bisa-bisanya anak kalian ini disuruh mencari pasangan untuk kambing sedangkan mencari pasangan sendiri saja tidak mampu," teriak Rama merengek dengan wajah frustasi. "Rasanya pengen nangis guling-guling, tetapi malu sama umur!" keluhnya lagi sambil melihat keadaan sepanjang jalan. Tiba-tiba saja ia melihat Syahdan, adik sang Bos yang sedang turun dari ojol didepan toko bakery. "Aha..." ucap Rama tiba-tiba punya ide yang brilian. Ia langsung menepikan mobilnya ke pinggir, lalu keluar dari mobil dengan cepat sebelum Adan masuk ke dalam toko bakery tersebut. "Hei, lepaskan gue!" teriak Adan saat lengannya tiba-tiba ditarik seseorang dari belakang. "Ini saya, Tuan muda! Sekarang Tuan muda harus ikut saya tanpa banyak bantahan! Ini perintah Bos!"
Sudah seminggu yang lalu Salman menikah ulang dengan Hanum di kantor KUA dengan disaksikan keluarganya kecuali Yasmine. Padahal wanita satu itu yang paling antusias menyewa MUA terkenal untuk mendandani ia dan Hanum agar tampil memesona. Namun sayangnya ia gagal menyaksikan pernikahan ulang suami dengan adik madunya karena Saga tiba-tiba saja demam. Saat ini Salman mendatangi kandang kambing yang ada di bagian belakang kediamannya. Beberapa hari lalu tukang kebun yang merawat kambing tersebut izin pulang kampung karena anaknya mau dilamar. "Enak banget hidupmu Siti, makan tinggal makan sudah disiapin, tidur juga tinggal tidur, gak perlu galau karena kesepian," keluh Salman sambil memberi rerumputan yang sudah di cacah kecil. "Gak kayak aku merana seorang diri. Labelnya sih punya dua istri, tapi kenyataannya malah kayak lagu angka satu. Apes banget," curhatnya dengan si Siti. Si Siti bukannya bersimpati, ia malah mengembek dan terus mengunyah tanpa tahu penderitaan Tuannya.
Tidak seorangpun yang tidak terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut Yasmine terutama Hanum dan Umi Sarah. "Nak, apa kau yakin dengan apa yang kau katakan tadi?" tanya Umi Sarah yang akhirnya menampakkan diri sambil membawa nampan berisi teh. Ia meletakkan nampan tersebut di atas meja dan duduk di kursi yang kosong di sebelah Hanum. "Yakin Umi. Memangnya kenapa Umi bertanya seperti itu? Apakah Umi tidak mau anak perempuan Umi menikah secara sah dan diakui oleh negara?" jawab Yasmine sambil bertanya kembali. "Bukan begitu maksud Umi. Ibu mana yang tidak ingin anaknya menikah secara sah agama dan negara, tetapi Umi sadar diri karena pernikahan Hanum tidak seperti pernikahan perempuan pada umumnya. Mereka menikah karena keadaan dan terbukti secara agama saja Umi sudah bahagia asalkan mereka tidak berzina atu kumpul kebo. Hanya saja yang menjadi pertimbangan Umi adalah dirimu, Nak. Umi tidak mau nama baikmu tercoreng karena mempunyai adik madu dan Umi tidak ingin Hanum di
Salman yang baru saja sampai di depan gedung perusahaannya mendadak putar balik ke arah yang tadi sempat ia datangi. Ia tersenyum bahagia saat mendapatkan pesan dari istri pertamanya Yasmine yang menyuruhnya untuk datang ke panti asuhan yang dikelola mertuanya dari istri kedua, Hanum. Salman tidak sadar jika singa betina yang baru bangun dari tidur panjangnya sedang menunggu kedatangannya dengan amarah yang menggebu-gebu. "Mbak, apa gak merepotkan meminta Mas Salman kemari?" tanya Hanum dengan cemas sembari memilin tangannya yang mulai berkeringat. "Tentu saja tidak, Hanum! Suami kamu itu harus dikasih pelajaran biar pikirannya terbuka dan gak bodoh lagi," jawab Yasmine dengan ketus. "Tapikan Mas Salman suami Mbak juga," desis Hanum dengan kepala tertunduk. "Oh, iya, ya! Lupa saya," kekeh Yasmine dengan geli. "Baiklah, suami kita itu harus ingatkan jika ia telah dzalim pada istrinya sendiri yaitu kamu! Kamu gak usah khawatir, suami kita itu gak akan marah-marah ata
Sudah dua minggu Yasmine dan Saga tinggal di rumah istri muda suaminya. Saga juga sudah akrab dengan Bunda dan Nini nya selama dua mingguan ini. Terkadang Saga tidur dengan Mami nya dan terkadang dengan Bunda nya. Ia semakin senang karena punya banyak teman bermain anak-anak panti yang selalu mengajak Saga untuk bermain hingga terkadang susah di ajak tidur siang. Salman yang memendam rindu dengan istri dan anaknya hanya bisa melihat dari dalam mobilnya yang selalu datang dari kejauhan melihat Saga yang sedang asyik bermain dengan teman barunya. "Saga sayang, Papa kangen sama Saga! Papa juga kangen sama Mami kamu, tapi Papa gak mau bikin hukuman Papa makin bertambah jika Papa nekad menemui kalian! " ucap Salman lirih dari dalam mobil nya melihat Saga dengan tatapan penuh kerinduan. Hanum sedang berada di kamar Uminya karena mereka ada pembicaraan penting tentang toko bakery milik Hanum. "Jadi, gimana pendapat Umi tentang tawaran perusahaan Pak Kemas beberapa hari yang lal
"Dih, Umi gak tau aja bagaimana Mbak Yasmine memegang kendali penuh di rumah! Jangankan Bang Salman, Papa aja gak bisa membantah semua perkataan Mbak Yasmine termasuk aku! " cibir Adan ikutan bicara sambil mengemil camilan yang di dalam piring. "Nah, tuh kamu tau! Cepetan keluarin koper kami dan bawa ke sini! Makan aja kerjaannya! " sahut Yasmine kembali dalam mode galak. "Eh buset Rosalinda! Ini baru sesuap woi! Sedari tadi gue momong Saga di luar kapan gue makannya! Gak berkepriadikan banget sih jadi kakak ipar! Butuh tenaga gue tapi gue gak di kasih makan! Dasar kakak ipar durhakim lu! " omel Adan misuh-misuh namun mulut terus mengunyah kue tersebut. "Halah lambe mu! Misuh-misuh dari tadi tapi tangan tetap jalan masukin tuh kue ke dalam mulut! Ayo Umi kita ke dalam aja susulin Hanum dengan Saga, siapa tau Hanum kesulitan menidurkan Saga! Awas lu kalau kopernya gak di bawa kesini, gue pecat lu jadi Om nya Saga! " sahut Yasmine mencibir Adan dan mengajak Umi Sarah pergi dari ruang