Home / Romansa / Takut Kawin / Kerinduan

Share

Kerinduan

Author: Be Maryam
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ria seketika lenyap bersama hilangnya sirine ambulans. Luka parah yang ditemukan di kaki Ria pastinya bukan sembarang pisau.

“Gimana, gimana?” tanya beberapa pekerja kepada dua petugas keamanan dan seorang pelayan hotel yang baru tiba.

“Enggak dapet orangnya. Kami udah kejar,” jawab mereka dengan napas yang terengah-engah.

“Siapa yang tau kejadian sebetulnya?” tanya Dira. Amarah memenuhi dadanya. Kesal dan segera ingin menghajar, Dira tak kuasa untuk mendapatkan pelaku yang berani menyakiti rekannya Ria.

“Saya Mba!” sahut si pelayan hotel. Ia pun mulai menceritakan kejadian yang ia alami.

“Tadi saya ke lantai empat mau nganterin pesanan. Saya lihat teman Mba tadi ngikutin seseorang. Awalnya saya pikir dianya lagi mata-matai cowoknya. Nah, pas saya keluar kamar tamu saya lihat teman Mba lari gitu sambil minta bantuan untuk ngejar. Nah, saya bantu ngejar juga. Cowok yang dikejar masuk lift, sedangkan teman Mba naik tangga darurat. Kebeneran saya ikut juga dari belakang. Tapi lari teman
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Takut Kawin   Curi Kesempatan

    Langkah kaki terdengar, Dira yang merasa tersudut memilih untuk menuju balkon dan berdiri di sudut ruang. Tak lupa ia menutup pintu, namun keburu ketahuan jika harus menutup rapat. Tiada yang bisa ia lakukan, kecuali menahan napas yang terasa menyesakkan. Tak henti-hentinya Dira memaki dalam hati.“Sial, sial, sial! Dia pulak orangnya. Argh ... kenapa harus dia. Kalok tau dia ponakan Ibuk tau, enggak mau aku kawani malam ini. Aduh ... kalok udah kekgini cemana ya?” Dira terus menghardik dirinya sendiri. Ia merasa kesal karena tak percaya pada pendengaran. Sudah sedari awal ia sadar kalau suara pria itu sama dengan Daffin. Namun, tetap saja ia menepisnya. Hingga hari ini datang, Dira melihat sendiri Daffin menghampiri Bu Devi yang kini masih terbaring lemas.“Bibi, Daffin datang!” ucapnya sembari membelai lembut kepala wanita tua. “Daffin!” seru Devi yang tak menyangka akan kehadiran Daffin. Ucapan ini pun dibalas dengan kecupan di dahinya.“Bibi minum obat dulu ya. Maaf ... Daffin t

  • Takut Kawin   Rencana Devi

    Senyum Daffin mengembang hingga sulit dikendalikan. Hatinya terlalu bahagia seakan Tuhan telah mengabulkan doanya. Terus berjalan tenang hingga lupa menyembunyikan wajahnya, Daffin mengabaikan tatapan banyak orang terhadap dirinya. Meski gosip miring terus saja datang, namun tak sedikit dari penggemarnya yang masih setia kepadanya.Wajah bahagia ini pun terbaca oleh sang Bibi yang kini terlihat lebih baik setelah meneguk obat.“Kamu bilang apa?” tanya sang Bibi.“Ah, Bibi bilang apa?” tanyanya yang ternyata tak menangkap apa yang dipertanyakan.Devi hanya bisa menggeleng dengan senyum bahagia.“Kamu pasti ketemu Dira kan?” tanya Bibi kembali.“Akhirnya Bi, akhirnya Daffin ketemu dia juga! huh! Bahagianya ... Daffin jadi menyesal baru bisa datang ke sini sekarang,” ungkapnya sembari membaringkan tubuh di atas ranjang. Bermanja ria meletakkan kepala di atas pangkuan sang Bibi.“Ehm, jadi kamu ke sini bukan untuk Bibi?” ucap Devi meledek. Tangannya terus saja membelai lembut rambut hitam

  • Takut Kawin   Masuk Jebakan

    Selaku aparat, Ria mendapat perawatan yang mumpuni. Ia diminta beristirahat selama dua minggu lamanya. Terbaring tanpa harus melakukan apapun pastinya sangat membosankan. Namun, tidak dengan yang terlihat. Wajah Ria terlihat baik-baik saja saat ini. Ia menikmati istirahatnya dengan membaca banyak buku dan novel. Ditemani siaran TV dan makanan bergizi.“Hei! Berasa nginap di hotel ya? Ceria kali mukakmu itu. Yang aku pikirlah kau bosan terpenjara di sini. Ini lagi, buku dari mana semua ini. Apa sempat kau borong mall beli buku untuk dibaca di sini?” ledek Dira. Matanya menyolot sembari melirik ke arah Ria. Tak ketinggalan bibir yang menanjak tinggi karena dimonyongkan.“Hehehe, Dira. Makasih loh, udah mau datang! Kamu bawa apa itu?” jawab Ria. Ia terus saja melirik ke arah bungkusan yang dibawa Dira.“Alah, lupa pulak aku bawa makanan. Habisnya aku langsung ke sini. Baru nyampek tadi pagi pun,” ucap Dira sembari menepuk dahinya.“Oh ... jadi belum pulang ke mes?”“Belum. Oh ya ... aku

  • Takut Kawin   Perangkap

    Baru kemarin Dira datang ke rumah mewah ini. Kali ini ia harus kembali datang dengan membawa satu tas penuh berisi baju miliknya.“Paok, emang paok kalilah kau, Dir! Kenapa pakek acara salah ngomong. Sok kebaekan mau ngawani Ibuk ini segala. Kalok udah gini kan, enggak mungkin jilat ludah. Huh! Tapi kenapa hatiku enggak sepenuhnya nolak ya. Jangan bilang karena aku pengen lihat anak sebijik itu lagi. Bukan, bukan, ini karena Ria dipindah tugaskan. Jadi daripada sendirian di rumah, mending aku tinggal di sini. Lah, emang kenapa kalok aku sendirian. Aku enggak cemen kali. Jangankan penjahat, setan jugak aku tangkap,” gerutu Dira sembari berdiri mematung di depan pagar.“Tapi tenang, kan aku di sini sementara. Cuman tiga bulan, itupun selama anak itu keluar kota. Seenggaknya selama di sini aku enggak ketemu dia. Ini semua karena aku enggak bisa nolak permintaan Buk Devi.”“Hai, selamat datang. Mari masuk!” pinta Daffin dengan senyum kebahagiaan.“Loh, bukannya kau ....”“Biar gua bantu b

  • Takut Kawin   Sentuhannya

    Keinginan untuk menutup pintu kini beralih ingin membuka. Hasrat ingin buang air pun menjadi masalah. Tak ingin tinggal diam, mencoba mendobrak pintu dengan tubuhnya. Namun, tak sedikitpun pintu itu bergerak. Tak mau menyerah begitu saja, Dira kembali mendorong pintu lebih kuat, kali ini ia melangkah mundur terlebih dahulu agar dapat mendapatkan dorongan yang maksimal. Tetapi tetap saja pintu itu berdiri kokoh di hadapannya.“Sialan!” teriak Dira sembari melayangkan pukulan ke arah pintu. “Oke, tenang dulu Dir. Atur napas. Kumpulin tenaga dulu, baru coba lagi.”Dari luar pintu terdengar juga terjadi keributan. Terlihat Bu Devi dan Bu Minah menanti cemas di sana. Sedangkan Daffin baru saja tiba membawa seorang ahli kunci bersamanya.“Bapaknya udah coba dobrak ya sebelumnya?” tanya si tukang kunci. Matanya membulat menyala melihat engsel dalam pintu yang sedikit membengkok.“Belum kok, emang pintunya rada macet sih,” jelas Daffin yang tak kalah kaget melihatnya. Hanya bisa menggeleng se

  • Takut Kawin   Pagi yang Menyebalkan

    Baru saja Dira menapakkan kaki di kantor, gawainya sudah berdering beberapa kali. Berisik dan membuat kesal, nomor tanpa nama itu terlihat memaksa.“Halo!” ucap Dira dengan nada kasarnya.“Kenapa kamu perginya buru-buru? Kamu belum sempat sarapan kan?” tanya seseorang yang tanpa disadari membuat Dira terdiam seakan tak percaya. Kembali menatap layar gawai guna memastikan siapa yang menghubungi, Dira hanya mampu menyahut, “Ini siapa?”“Suami kamu,” sahut pria yang ada dibalik gawai.“Apa?!” teriak Dira semakin tak percaya. “Anak sebijik ini yah! Masih pagi udah buat orang palak!” seru Dira dengan kedua mata membulat. Tanpa ragu Dira segera memutus panggilan secara sepihak. Kembali melanjutkan langkahnya dengan kaki menghentak bumi.Baru beberapa langkah gawai Dira kembali berdering.“Enggak ada nama lagi? Huh! Emang carik berantam anak sebijik ini!” ungkap Dira kesal.Tak ingin pekerjaannya terganggu akibat gawai yang terus berdering, Dira memutuskan menonaktifkan gawainya. Sudah cukup

  • Takut Kawin   Berisik

    “Hah! Enggak papalah ya aku bilang Mamak angkat. Jadi, kalok pun diperiksa kan emang Buk Devi udah aku anggap macam Mamakku. Kalok enggak, ya enggak mungkin aku terjebak di rumah itu.”Dira melewati ruang kesehatan, sambil melangkah pelan Dira melirik ke arah dalam. Ternyata tidak ada orang yang terbaring di sana.“Huh! Syukurlah dia udah sadar berarti. Tapi kebal jugak ya anak itu, bisa tahan bogemku. Kebanyakan orang yang kenak bogem mentahku pingsan lah.”Tak menyadari akan apa yang terjadi, Dira memutuskan untuk kembali ke ruangannya. Ia berniat mempelajari data yang baru saja ia terima. Sesaat pandangannya mengarah kepada meja yang ada di depannya saat hendak meneguk botol air.“Kemana anak itu yah? Harusnya kalok udah enakan dia balik ke mejanyalah.”Merasa curiga karena Tomi tak kunjung masuk ruangan, Dira memutuskan untuk bertanya dengan rekan seruangan.“Si Tomi ke mana ya?”“Tomi? Dibawa ke rumah sakit katanya. Habisnya dia enggak sadar-sadar,” jawab rekan Dira.“Nah, betolk

  • Takut Kawin   Malu dan Bahagia

    “Pak, kita motong jalan dari sini bisa?” tanya Dira yang sesungguhnya tak memahami daerah itu.“Itu buntu, Mba!” “Udah, masuk aja dulu!” pinta Dira sedikit memaksa.Tak mampu melawan terlebih tahu jika Dira adalah aparat, si pengemudi ojek pun menurut. Memintanya menunggu sebentar, sedangkan Dira berjalan keluar lorong kecil memastikan kepergian si mobil hitam yang diduga penguntit.“Udah berasa di film-film aja ah. Emangnya ada yang ngikutin apa gimana?” gerutu si ojek online.“Ini, ambil aja baleknya yah!” seru Dira yang kemudian pergi begitu saja meninggalkan supir ojek yang kebingungan. Memutuskan menggunakan taksi, Dira berharap kepergiannya kali ini tak lagi diikuti.***Mobil hitam terus melaju mencoba mencari keberadaan Dira, tanpa ia sadar mobil silver yang sebelumnya juga mengikuti Dira kini berbalik mengikutinya. Terus melaju tenang dengan mata menatap sekitara, mobil hitam tak kunjung menemukan Dira. Ia pun memutuskan untuk kembali setelah salah seorang yang berada di da

Latest chapter

  • Takut Kawin   Siapa Cepat Dia Dapat

    Dira lebih dulu pulang bersama Bibi, sedangkan Daffin bersama kru lainnya. Rasa tak ingin berpisah itu hadir, namun Daffin tahan. Terlebih setelah melihat wajah jutek Dira. Bayang indahnya perjalanan pulang jika ia lalui bersama pun segera pudar setelah Sofia memanggil dirinya.“Bi, hati-hati ya. Jangan lupa untuk selalui kabari Daffin. Oke,” ucap pria tampan itu. Tatapan tulus serta kecupan penuh kasih ia layangkann pada wanita yang ada di hadapannya.“Ya sayang, Bibi tunggu di rumah.”Sesungguhnya Daffin ingin mengatakan sesuatu kepada Dira, tetapi sepertinya gadis itu menghindar dan memilih untuk pergi terlebih dahulu. Daffin hanya bisa menghela napas berat dari mulutnya. Ia pun mengantarkan Bibi menuju parkiran mobil.Sepanjang jalan Daffin terus tersenyum dalam diam. Sontak kejadian ini membuat banyak mata yang menaruh curiga.“Ehem, ada apa nih. Kok ada yang lain. Apa ada yang tau?” ledek salah satu kru.“Tanya Sofia gih. Kan dia yang paling dekat. Ngomong-ngomong cewek tadi sia

  • Takut Kawin   Tercium Sebuah Kebusukan

    Salah seorang kru mengetahui kabar kecelakaan yang dialami mobil Daffin. Ia pun segera menyampaikan kepada Leo selaku manajernya Daffin.“Mas Leo, aku dapat kabar kalau sopir mas Daffin kecelakaan,” ucapnya dengan tatapan cemas.“Apa?” tanya Leo dengan nada yang begitu kuat. Hingga membuat banyak mata memandang ke arahnya seketika. Tak terkecuali Daffin yang saat ini sibuk pemotretan.“Sebentar ya,” ucap Daffin meminta izin untuk menghentikan pemotretan sementara. Ia pun segera menghampiri Leo guna menanyakan apa yang telah terjadi.“Sopir lu kecelakaan!” jelas Leo dengan raut wajah cemas.“Emang dia kemana?” tanya Daffin yang tak mengetahui alasan sopirnya pergi.Leo pun menjelaskan, bahwa ia telah menyuruh si sopir mencari sesuatu di daerah kota. Untuk menjaga keamanan, ia menyuruhnya pergi dengan mengendarai mobil pribadi milik Daffin.Setidikitpun Daffin tak menaruh curiga. Ia justru sangat menghawatirkan keadaan pemuda yang menjadi sopir barunya. Sopir muda yang sengaja ia utus u

  • Takut Kawin   Awkaward

    Belaian lembut di kepalanya membuat Dira tersadar akan kantuknya. Wangi yang tak asing berhasil menggelitik hidungnya. Sadar betul akan sosok yang kini duduk memandanginya Dira, perlahan membuka matanya. Meski kabur, Dira tahu benar bahwa Daffin kini duduk tersenyum menatapnya.“Kau?” ucapnya menatap tak percaya.Memutuskan untuk bangkit dan segera memeluk Daffin. Tersenyum penuh haru kebahagiaan, Dira merasa senang sekali saat ini. Terisak, ia melampiaskan semua kekacauan hatinya. Memeluk kian erat, hingga membuat kerutan pada sebahagian kemeja Daffin.Sepertinya tidak hanya Dira, melainkan Daffin pun menunjukkan tatapan yang sama. Keduanya terhanyut dalam hangatannya pelukan rindu. Seling memeluk erat seakan tak ingin kembali dipisahkan.Semua ini terasa begitu nyata, hingga akhirnya tatapan Dira yang sedari tadi bersembunyi di dada Daffin kini beralih pada Devi. Senyum penuh syukur yang terlihat pada wajah wanita tua itu memberi isyarat bahwa semua ini nyata.Masih tak menyadari da

  • Takut Kawin   Titik Terang

    Dira masih saja menatap bingung ke arah pemuda itu. Pemuda yang begitu mirip dengan rekannya Tomi.“Kau kok bisa di sini, Tom?” tanya Dira dengan nyolotnya.“Maaf, salah orang. Saya bukan Tomi,” ucapnya sembari menunjukkan senyuman. Lalu memutuskan pergi. Namun, baru saja tubuhnya berbalik, Dira lebih dulu menahan pundaknya dengan tangan.“Enggak usah main-main kau! Ngapain kau di sini?” tanya Dira kembali. Perasaan curiga mendadak hadir. Tepatnya semenjak kemarin, dimana mereka harus menangkap pengedar di bar.“Le, Cepat sini! Malah kenalan sama cewek,” ucap relawan lain. Ia melambaikan tangan ke arah pria yang diduga Tomi.“Maaf, Mba. Sekali lagi saya bilang, saya bukan Tomi. Mungkin kami hanya mirip,” ungkapnya menolak halus. Tangannya dengan lembut melepaskan tangan Dira dari pundaknya.“Enggak, kau pasti Tomi!” ungkap Dira. Kali ini ia bertindak nekad dengan menepis tangan kemeja pria itu. Terlihat ada tato kecil bergambar bintang di sana. Memperjelas kalau dia bukanlah Tomi yang

  • Takut Kawin   Kenapa Ada dia

    Terik cuaca tak lantas membuat Dira menyerah. Perut yang belum sempat terisi tak menunjukkan gejala lapar. Yang ada dalam benak Dira saat ini hanyalah ingin segera menemukan Daffin. Terus melangkah dan mencoba memasang telinga, Dira berharap bisa mendengar kata tolong dari seseorang. Bayang wajah Daffin yang tengah kesakitan pun membuat Dira semakin cemas.“Woy! Kemari!” teriak salah satu relawan.Dira dan timnya pun turut mendekati asal suara. Ternyata mereka menemukan tas berisi uang tunai yang tak sedikit jumlahnya. Tas kecil berupa koper itu bewarna putih. Sesaat Dira sadar akan penjelasan aparat kemarin.“Jangan bilang yang dilihat supir truk itu koper ini. Bukannya orang,” gumam Dira yang mulai mencemaskan akan keberadaan Daffin saat ini.Kini hari mendekati siang, suasana semakin panas meski ada banyak pohon yang melindungi mereka. Lelah, kaki Dira mulai gemetar. Tak dapat dipungkiri jika saat ini tubuhnya terasa lemas sekali. “Mba, ini minum dulu! Wajah Mba pucat banget,” uca

  • Takut Kawin   Dira Menggila

    “Daffin!” teriakan Dira menggema. Sebuah tepukan di pundaknya membuka matanya.“Kamu enggak kenapa-kenapa, Nak? Minum teh dulu!” pinta Devi dengan wajah sembabnya.Dira tersadar dan seketika merasa malu. Ternyata apa yang baru saja ia lamai hanyalah sebuah mimpi.“Kamu mimpiin Daffin ya?” tanya Devi sembari mendekap tubuh Dira.Tangis yang sedari pagi ia tahan pun meledak. Dira menangis terisak berharap sesak didadanya berkurang. Ia terus menangis sambil membayangkan wajah Daffin yang ia lihat di dalam mimpi. Ia tak bisa membayangkan jika penampakan Daffin yang ia temui adalah keadaan nyata yang Daffin alami. Bisa saja darah yang ada pada tangan dan kaki Daffin itu nyata dan kini Daffin masih terbaring kesakitan menanti ajal di tengah hutan belantara.Tangis Dira sungguh sulit dikontrol, meski ia merasa malu dalam keadaan seperti ini. Namun, hatinya tak mampu membohongi diri. Pilu jika Daffin benar pergi untuk selamanya, sedangkan ia mulai menyadari bahwa telah jatuh hati.“Kita doaka

  • Takut Kawin   Cerita Semalam

    Malam itu mobil putih pintu geser yang sering Daffin gunakan untuk bekerja itu melaju kencang di tengah jalan sepi. Jalan lintas yang berjarak sempit dan cukup berkelok sedikit menyeramkan karena lampu penerangan jalan yang sangat minim. Seakan tak takut akan hal buruk yang mungkin terjadi, mobil putih itu terus melaju kencang seirama dengan musik DJ yang begitu deras.Sopir pribadi Daffin terus tertawa riang, bahkan sesekali ia bergoyang menikmati alunan nada. Bersorak dan ikut bernyanyi, ia begitu menikmati perjalanannya. Mungkin itu cara untuknya agar bisa terus melakukan perjalanan meski sudah tengah malam.Meski tak banyak kendaraan yang melintas, namun tak jarang mobil truk pengangkut barang berat melintas di tengah malam. Mereka sengaja bepergian di jam sepi, saat tak banyak kendaraan pribadi.Seakan memiliki nyawa cadangan, sopir itu terus saja melaju kencang meski sudah beberapa kali melewati mobil besar pengangkut barang berat. Langit malam itu terlihat lebih gelap, tanpa bi

  • Takut Kawin   Kabar Buruk

    Suasana berubah haru diikuti wajah kebingungan. Terdengar kabar bahwa mobil yang dikendarai Daffin mengalami kecelakaan fatal di salah satu tol. Berita ini disampaikan langsung oleh pihak kepolisian yang bertugas dan Devi selaku pihak keluarga diminta untuk datang ke kantor kepolisian sekitar.“Kenapa, Bu?” tanya Minah yang segera menghampiri nyonya pemilik rumah.Devi semakin syok setelah melihat foto yang berisi mobil Daffin yang penyot dibagian depan dan samping kiri. Dira yang sedari tadi diam pun turut menghampiri Devi. Saat ini sudah pukul setengah sebelas malam, tak mungkin mereka memaksakan diri untuk datang. Dira memutuskan untuk berangkat esok pagi bersama Devi dan sopir pribadinya.Malam ini terasa kacau. Pikiran Dira sungguh tak tenang. Waktu menunjukkan pukul satu malam, namun matanya masih enggan terpejam. Berulang kali mengubah gaya tidur, tak lantas membuatnya terlelap. Pikirannya dipenuhi dengan keadaan Daffin. Bayang wajah Daffin yang kini terbaring di atas ranjang d

  • Takut Kawin   Siapa Tomi Sesungguhnya

    Tomi lebih dulu masuk ke ruangan, memaksa Dira mengikuti rencana dadakannya. Melangkah masuk dengan gemuruh di dada Dira siap melakukan bela diri untuk menangkap salah satu bandar yang sedang berada di sana.Tetapi hal mengejutkan terjadi. Ruang yang Dira masuki terlihat kosong. Meninggalkan seorang pelayan yang tengah berbenah.“Kemana semua tamunya?” tanya Dira bingung.“Udah pada pulang, Mba. Emangnya Mba cari siapa ya?” tanya si pelayan bar yang tak kalah bingungnya. Menyadari Dira bisa masuk dengan mudah ke dalam ruangan, pelayan itu sadar jika Dira bukan orang sembarang. Jika bukan karena memiliki kenalan orang dalam, setidaknya ia pejabat negara.“Jadi, para pejabat sialan itu udah pada kabur?” tanya Dira kesal. Giginya saling beradu hingga menimbulkan bunyi.“Pejabat? Bukan Mba. Tapi anak muda biasa kok. Enggak ada anak pejabat juga pun,” ungkap si pelayan sambil menunjukkan wajah tengah berpikir keras.“Arrgh! Ini pasti kerjaan Tomi. Dia mau angkat telor rupanya,” gumam Dira

DMCA.com Protection Status