Zeta dan Albi berada di rumah, lebih tepatnya rumah Albi. Masing-masing dari mereka menggendong twins, tadi Zeta mendapatkan telepon jika twins menangis. Alhasil ia dan Albi langsung pulang tanpa pikir panjang, ia menggendong Syika yang rewel dan mengeluh pusing.
Sedari tadi ia menyuruh Syika minum obat, namun di balas celengan oleh sang empu. Sedangkan Albi sendiri menggendong Nathan sembari memejamkan matanya. Ia masih pusing dengan masalah di kantor, sekarang sampai rumah kedua anaknya menangis.
"Pusing mama," ucap Syika dengan suara para.
Zeta menurunkan Syika dan berjongkok di depannya. Ia mengelap keringat dingin yang mengalir di pelipis Syika.
"Tidur ya," ucap Zeta sebab merasakan suhu badan Syika naik.
"Yuk, mama gendong," tawar Zeta.
"Mau tidur sama mama," balas Syika.
Zeta menggendong Sy
Malam harinya Albi terbangun, ia melihat jam yang tergantung di tembok. Sudah pukul 7 malam, ia tertidur lebih dari 5 jam. Segera ia bangkit dan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Setelah selesai ia keluar kamar, sebenarnya tubuhnya masih sakit namun ia mencoba untuk menahnnya.Albi berjalan menuju kamar twins, ia mendengar suara bising. Dengan langkah cepat ia masuk ke dalam, pemandangan pertama yang dirinya lihat ialah Cakra dan Zeta mengompres Nathan dan Syika. Ia segera menghampiri twins dengan perasaan khawatir."Mereka kenapa?" tanya Albi tak sabaran."Kau tenang dulu, mereka demam," jawab Cakra."Anak saya demam dan kalian tak membangunkan saya sama sekali?!" bentak Albi marah."Tenang dulu, jangan buat twins bangun," cegah Zeta.Albi memijat pelipisnya pelan, ia duduk di tepi kasur dan mengelus kepal
3 Hari kemudian, masalah di kantor sudah selesai. Keputusan yang tepat ialah Albi yang harus ganti rugi semuanya baik secara materi maupun tenaga. Saat ini Albi dan Zeta berada ditempat proyek yang hancur. Suasana sepi, semuanya sudah ditemukan hanya tersia puing-puing bangunan saja.Selama 3 hari ini Albi bekerja keras menyelesaikan semua ini, bahkan dia hanya tidur 3 jam dalam satu hari. Satu hal yang pasti, ia sudah tau jika penyebab dari ini semua ialah bawahan Alex yang tak terima akan keadaan Alex sekarang. Akibat masalah ini, ia harus bekerja lebih keras lagi untuk mengembalikan semua yang sudah lenyap."Apakah kau berencana akan membuat bangunan lagi di sini?" tanya Zeta."Entahlah," jawab Albi yang saat ini memakai kacamata guna menutupi mata pandanya."Yuk kita pulang," ajak Zeta dan diangguki oleh Albi.Namun saat ingin melangkah, tiba-tib
Zeta menemani Albi berada di rumah sakit, ia duduk di sebelah tempat tidur Albi. Ternyata Albi kecapean dan harus istirahat di rumah sakit untuk memulihkan kembali kondisinya. Di tangan Albi sudah ada jarum infus, semoga setelah infusnya habis Albi sudah sembuh.Dari 2 jam yang lalu Albi tertidur, mukanya masih pucat. Dia kebanyakan pikiran dan stress berat, mungkin masalah beberapa hari lalu membuat Albi menjadi seperti ini. Lama melihat wajah Albi, Tiba-tiba pintu ruang rawat Albi terbuka. masuk lah Cakra dengan menggandeng tangan twins.Zeta menaruh jari telunjuknya di bibir. "Jangan berisik, dia baru aja tidur," kode Zeta dengan suara pelan."Bagaimana keadannya?" tanya Cakra."Kecapean dan harus masukin beberapa vitamin ke tubuhnya," jawab Zeta lalu melepaskan sepatu twins.Sekarang twins duduk di sofa yang tersedia di sana, untung saja ruangan
Albi terbangun, ia melihat Zeta yang tidur di kursi sampingnya dengan tangan yang digunakan sebagai bantalan. Dia tertidur dalam posisi duduk, pandangannya beralih ke samping. Di sana Cakra tertidur, kedua anaknya pun tertidur di sofa. Ia menjadi merasa merepotkan mereka.Tubuhnya sendiri sudah enakan, hanya saja pusing yang kadang ada kadang tidak dan itu cukup menggangu. Lebih dari 5 jam ia tidur, pasti mereka capek menjaga dirinya di sini. Sampai akhirnya ia mengelus pundak Zeta, detik itu juga Zeta terbangun."Kamu udah bangun?" tanya Zeta dengan suara khas orang bangun tidur.Albi mengangguk. "Maafkan saya yang merepotkan kamu," ujarnya."Tidak apa-apa," balas Zeta."Kamu mau makan?" tanya Zeta.Albi menggeleng pelan. "Saya ingin pulang saja," ujarnya."Tapi kata dokter kamu harus tetap di si
Zio berada di dalam ruangan kantornya, ia berdiri berhadapan dengan neneknya. Entah angin dari mana neneknya datang ke sini tanpa dirinya undang. Kalian tau tujuan dia berada di sini? Untuk membujuk dirinya agar mau mencarikan donor jantung untuk pria tua itu. Dia datang kepada dirinya saat butuh saja, lentas ke mana saja mereka ketika ia terpuruk? Sekalinya datang meminta pertolongan seperti itu, benar-benar konyol dan sangat tak pantas juga tak tau malu! Sedari tadi wanita tua itu terus menjelaskan bagaimana kondisi suaminya yang saat ini berada di rumah sakit ternama. "Silakan pergi dari sini!" usir Zio dengan nada pelan. "Berikan adikmu kepada kita, jantung dia yang akan kita donorkan untuk kakekmu," ucap Leni tanpa beban. "Anda gila?" Zio menatap ke arah neneknya itu. "Anda membujuk saya supaya mau menyerahkan adik saya kepada kalian, dan kalian mengambil nyawa ad
Setelah menaruh cangkir ke dapur, Zeta naik ke lantai atas. Sebab tadi Syika menyuruh dirinya mengambil iPad dia yang berada di kamar. Ia pun menaiki tangga demi tangga, ia menuju kamar twins. Namun saat melewati kamar Albi, ia mendengar suara seseorang batuk.Kebetulan pintu kamar Albi terbuka, ia sedikit mengintip keadaan Albi dari sela-sela pintu. Ternyata Albi sedang duduk di pinggir kasur sembari minum air. Ia pun melihat kegiatan Albi, tak lama kemudian Albi kembali tidur. Perlahan-lahan ia kembali menutup pintu agar tak menimbulkan suara nyaring."Anda di cari oleh seseorang di halaman bawah."Zeta berbalik badan dan sedikit terkejut mendapati keberadaan bodyguard Albi yang berbicara kepada dirinya. "Ada yang mencari saya? Siapa?" tanya Zeta."Saya tidak tau, lebih baik anda turun ke bawah.""Baiklah, terima atas informasinya," ucap Zeta.
Albi terbangun dari tidurnya, ia duduk di tepi ranjang dan berdiam diri. Ia memejamkan mata guna menghilangkan rasa pening ini, ia bangkit dan berjalan keluar dari kamar. Ia menuruni tangga demi tangga menuju lantai utama, sesampainya di ruang tamu ia melihat Cakra tiduran di sofa.Sedangkan twins tidur di karpet berbulu, di mana Zeta? Ia tak menemukan keberadaan perempuan itu. Tak mau ambil pusing, ia mendekat ke arah twins, ia menggendong Syika dan membangunkan dia secara perlahan-lahan. Tak lama kemudian Cakra terbangun, mungkin dia mendengar rengekkan Syika."Di mana Zeta?" tanya Albi."Dia pulang dijemput sama kembarannya," jawab Cakra jujur."Bangunkan Nathan," titah Albi dan langsung dilaksanakan oleh Cakra."Papa udah sembuh?" tanya Syika yang kini sudah membuka matanya dan sadar seratus persen."Udah, karena Syika
Zeta berada di apartemen Zio, ia tengah memasak untuk dirinya makan malam dan juga untuk Zio. Barang-barangnya sebagian sudah berada di sini, barang-barang yang tak terlalu penting ia tinggal di apartemen. Di sana hanya Vio sendiri yang tempati, biarlah dari pada kosong.Apartemen Zio sangat mewah, besar, dan luas.Jauh sekali jika dibandingkan dengan apartemen miliknya. Padahal Zio tinggal sendiri, memikirkan ini semua membuat ia heran sekaligus bingung. Tapi tak apa, terserah Zio saja. Sampai pada akhirnya ia sudah selesai memasak, lantas ia membawa 2 buah mangkuk yang berisikan sup daging ke meja makan."Zio?" panggil Zeta."Iya?" balas Zio yang baru saja keluar dari dalam kamarnya."Yuk makan, udah aku siapin semuanya," ujar Zeta dan mendapatkan anggukan dari Zio."Baiklah, kau tunggu di sana. Aku akan mengambil ponselku terlebih dahulu," ujar Zio dan mendapa