Sandi mengernyitkan dahinya menatap siapa wanita yang berada di depannya ini. Kenapa ia begitu lancang bisa berkata demikian."Nyalimu ternyata besar juga berani mengkritikku!" seru Sandi."Kenapa tidak berani? Sama-sama manusia. Aku pikir kamu juga tidak paham dengan laporan keuangan yang aku berikan. Jangan sok bisa mengelola perusahaan!" tegas Meli dengan berani.Pernyataan Meli yang meremehkan Sandi membuatnya marah dan ingin langsung mencekiknya. Beruntung Ani berhasil mencegahnya."Nona Meli lebih baik anda jangan merendahkan seseorang kalau belum mengenalnya. Silahkan minum teh ini dahulu," ucap Ani."Nona Ani aku tidak merendahkan tuan Sandi. Tapi aku dengar tuan mudamu yang ingin merebut kembali perusahaan yang sudah dikelola tuan Toni memang tidak mempunyai kemampuan apa-apa selain membuat onar," balas Ani sambil mencecap teh yang disediakan Ani.Meli meneguk habis tehnya lalu ia menyadari apa yang tidak biasa di dalam teh yang di berikan Ani setelah ia meminumnya. "Kenapa
Sandi tersenyum lalu mendekati bibi dan pamannya yang sedang ketakutan itu. kedua pasangan tua terus menatap Sandi dengan tatapan menyedihlan. "Bagaimana rasanya terpuruk dan tidak ada yang menolong kalian?" tanya Sandi sambil jongkok menatap pamannya."Sandi jangan siksa kami lagi. Kami sudah sampai seperti apa kamu belum puas," jawab tuan Toni.Sandi tertawa lepas di depan pamannya dan membisikkan kalimat mungkin bisa membuat mental tuan Toni semakin dwon."Paman aku tidak akan berhenti sampai kamu menjadi begitu terpuruk. Dan semua kejahatan paman akan terbongkar!" seru Sandi."Aku tidak ada salah apapun padamu. Sandi kamu jangan bertindak gegabah. Memangnya apa salahku?" tanya tuan Toni.Sandi memencet luka pada tangan tuan Toni. Tentu saja sang paman berteriak kesakitan atas apa yang dilakukan oleh Sandi. Pria tampan itu kesal kenapa Toni masih bisa bertanya apa salahnya. Kalau dijawab mungkin tidak cukup satu hari."Sakiittt!" seru tuan Toni."Apa yang kamu lakukan Sandi. Pama
Martin menatap Sandi dengan seksama. Memang benar kata Hazel ada banyak pertanyaan yang ingin ia katakan. Tentang teka teki kehidupan Jason si pemimpin organisasi bawah tanah bernama ular hitam itu."Ada hanyak yang ingin aku tanyakan. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat. Sahabat kita masih belum pulih ingatannya. Jadi saat semuanya sudah membaik. Aku akan mengajak bajingan ini duel di arena tinju dan juga dia harus menjawab semua pertanyaanku!" seru Martin."Sekarang aku juga bisa melawanmu di ring tinju Martin," balas Sandi.Martin menggelengkan kepalanya tubuh Sandi masih lemah. Bahkan saat mengingat hal yang dirasa berat ia akan merasakan sakit kepala.Tentu saja jika itu membahayakan sang sahabat Martin akan menolak. Luka di tubuh Sandi juga belum sepenuhnya membaik."Sandi aku tidak akan mengambil resiko. Saat luka di tubuhmu membaik mari kita duel di arena tinju," tantang Martin sambil menyesap winenya."Hazel berilah aku obat yang paling bagus dan perawatan ekstra agar tubuhk
Sandi mengernyitkan dahinya ternyata teman-temanya lebih tahu mengenai si ular hitam ini daripadanya. Tapi dia juga tidak paham kepada ayah angkatnya itu mau menolongnya dan juga melatihnya supaya tidak menjadi pemuda yang lemah lagi. Bahkan memberikan Sandi tugas untuk terjun langsung ke lapangan selama beberap tahun ini."Entahlah tapi yang kalian katakan itu benar. Ayah angkatku tidak akan mengampuni siapapun yang mencoba meneroboh kediaman aslinya. Atau dia akan mengabaikan seseorang yang dicoba dibunuh dan terdampar di pulau yang dekat dengan tempat tinggalnya," jawab Sandi. Karena dia memang tidak tahu pasti alasan Jason menyelematkan hidupnya."Anggap saja kau beruntung karena Tuhan masih melindungimu dari kematian melalui tangan Jason," ucap Hazel.Martin penasaran pelatihan seperti apa yang didapat oleh Sandi sehingga ia menjadi kuat seperti sekarang ini. Luka di tubuhnya juga tidak mungkin hanya dipukuli dan penyerangan di kapal waktu itu. Sebaagi seorang yang sudah lama dan
Sandi masih berdiri di depan pintu kamar nyonya Lusi. Ia termenung mungkinkah memang Jason ayah angkatnya ada hubungan dengan masa lalu nyonya Lusi."Kakak apa yang kamu lakukan di depan pintu kamar mami?" tanya Sonia yang kebetulan sedang tidak bisa tidur dan ingin jalan-jalan."Aku hanya melihat kondisi kesehat mami saja. Sudah larut cepatlah istirahat karena tidak baik begadang setiap malam untuk kesehatan," jawab Sandi lalu pergi meninggalkan Sonia.Sandi masuk kembali ke kamarnya dan melihat ketiga sahabatnya yang tepar tidur tak kenal tepat karena mabuk. "Begini lebih baik. Ada orang yang masih peduli dan setia padaku daripada tidak sama sekali," ucap Sandi sambil tertawa. Lalu dia naik ke ataa ranjangnya untuk tidur.Sswoowsssshhh!Semilir angin pagi masuk ke kamar Sandi melalui celah jendelanya. Sandi masih tertidur nyenyak karena semalam sebelum tidur berlatih bela diri sebentar."Para tuan muda bangunlah kalian karena hari sudah siang!" seru Ani yang membangunkan mereka."J
Harun mengintip dari jauh dan karyawan ketakutan mendengar suara histeris itu. Sandi sendiri yang melerai pertikaian diantara Joy dan Jerri."Joy sebaiknya kamu tidak banyak bertingkah karena aku akan mematahkan lidahmu jika aku dengar lagi kamu menghinaku!" seru Sandi."Memangnya kamu bisa apa Sandi?" tanya Joy dengan angkuh.Kreteekkk! Sandi menginjak tangan Joy sebelah kiri sampai bunyi seperti tulangnya patah. Joy menjerit lagi kesakitan karena tangannya terluka."Lempar dia keluar dari sini Jerri. Aku tak mengijinkan orang-orang yang berada di pihak pamanku masuk ke perusahaan ini!" seru Sandi."Baik tuan muda," balas Jerri lalu membawa Joy ke klinik karena masih merasa iba.Jerri menunggu Joy yang sedang diperban tangannya oleh Dokter. Ia masih saja menggerutu kesal kenapa Jerri mencari muka didepannya."Jerri kamu benar-benar bodoh kenapa bisa kamu menolong musuh!" seru Joy."Diamlah aku ini masih memandangmu karena pernah menolongku. Sepertinya waktuku sudah habis aku harus pe
Velope melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Managernya benar juga ia melihat Sandi dan Ani makan malam dengan Riang sambil tertawa di pinggir jalan seperti itu. Velope menggertakkan gigiya kesal dengan apa yang dilihatnya. Langkah kakinya tak terasa menuju tempat itu berada. Dia kesal lantaran Sandi selalu menolaknya tapi Sandi makan dengan wajah yang menunjukkan kegembiraan bersama wanita yang derajatnya ia anggap lemah.Byurrr! Velope menumpahkan minuman dari gelas yang ada di meja itu ke wajah Ani. Orang yang melihat bakalan berpikir kalau ada istri sah melabrak pelakor."Apa yang kamu lakukan Velope?" tanya Sandi kesal dengan kehadiran Velope yang membuat keributan."Dia pantas mendapatkan ini Sandi. Kamu selalu menolakku tapi kamu asyik makan malam dengannya di tempat kumuh seperti ini. Apa dia gila mengajak seorang tuan muda kaya raya makan di tempat seperti ini. Walau kamu hilang ingatan kamu jangan merendahkan diri sendiri seperti ini," jawab Velope.Sandi membantu Ani membe
Nyonya Lusi mengatakan kepada putra sulungnya untuk tidak gegabah mengambil tindakan. Seperti apa yang dipikirkan Sandi sebelumnya. Membiarkan tuan Toni meninggal begitu mudah akan membuat semuanya selesai begitu mudah."Jangan buru-buru Sandi. Ingat balas dendam yang paling indah adalah membuat lawanmu mengakhiri hidupnya sendiri," jawab nyonya Lusi."Maksud mami aku tidak boleh bertindak?" tanya Sandi."Jangan dulu. Mami mau kamu membuat pamanmu dan keluarganya itu hidup segan mati tak mau. Hidup dalam kesengsaraan seperti apa yang mami rasakan lima tahun ini. Terutama pada istri pamanmu yang melunjak. Saat dia miskin siapa memangnya yang mengangkat derajatnya," jawab Nyonya Lusi.Sandi menganggukkan kepalanya. Ia tahu pasti dari raut wajah maminya tersirat kebencian yang mendalam. Mungkin inilah saatnya membalas dendam kepada siapa saja yang membuat keluarganya menderita selama lima tahun ini."Kalau begitu aku akan menjalankan misi balas dendam ini dengan hati-hati. Juga tidak bur