hi, readers. Boleh mampir juga ke ceritaku yang sudah tamat. Judulnya YOU ARE MY BRIDE. Happy reading, ya... semoga suka
Georgina menggeliat sambil menguap ketika dia baru saja terbangun dari tidurnya. Dia bangun kesiangan karena acara tadi malam tetapi dia tidak perlu mencemaskan Zion karena tadi malam putranya tidur bersama dengan Brittany. Sang nenek pasti akan menjaga cucunya dengan baik.Georgina masuk kamar mandi, menggosok gigi, membasuh wajahnya, dan dia turun ke lantai satu. Melihat Zion sedang menikmati sarapan di meja, dia tersenyum. “Sepertinya ada yang melupakanku,” ucap Gina dan Zion reflek berbalik karena suaranya. “Biasanya putraku akan ke kamar untuk membangunkanku tapi pagi ini dia tidak melakukannya.”Georgina mencium kepala Zion dan duduk di sebelahnya. “Mama kelelahan,” jawab Zion.“Aku mengatakan pada Zion kalau kamu kelelahan dan membutuhkan tidur lebih panjang. Dia mengerti dan langsung meminta sarapan,” ucap Brittany.Georgina mengusap kepala Zion. “Kamu sangat manis, sayang. Bagaimana bisa kamu sangat perhatian padaku”“Karena aku adalah putramu,” jawab Zion sebelum
Air mata yang sempat ditahan kini mengalir deras di wajah Georgina. “Kau bertanya kenapa aku menghindarimu?” tanya Georgina. Suaranya bergetar karena tangisan yang masih ditahan.“Gina, aku mohon padamu. Jangan membuat aku bingung.” Joel meminta, masih memegang pergelangan tangan Georgina. “Berikan aku kesempatan untuk mendengar semuanya.”Georgina menoleh ketika Brittany menghampiri mereka. “Aku pikir kalian harus bicara. Aku akan menjaga Zion,” ucap Brittany. Georgina hendak menolak, namun tak sengaja dia melihat beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka. Mendadak dia merasa tidak enak hati dan akhirnya setuju dengan ibunya.Tidak ingin membuat Zion kebingungan, Georgina melepaskan Zion dari gendongannya dan dia mencium pipinya. “Granny akan menjagamu. Mama tidak akan lama.”Zion mengangguk, kemudian dia mengambil tangan Brittany dan menggenggamnya. Melihat Brittany membawa anaknya, Gina menghela napas dan dia berbalik ke Joel. “Aku harap ini akan menjadi percakapa
Georgina masuk ke kamar saat putranya sedang terlelap dalam tidur siangnya. Georgina berbaring di samping putra kecilnya, dan dia mengusap kepalanya. “Kita harus pergi dari sini, Zi. Mama tidak sanggup jika harus membuka luka lama. Ini sangat menyakitkan. Maafkan mama karena tidak bisa memperpanjang waktu kita di sini.” Air mata menetes dari sudut mata Georgina. Seharusnya dia tidak mengorbankan keinginan Zion tetapi dia benar-benar tidak sanggup menanggung luka setiap kali Joel muncul di depannya. Tinggal di kota yang sama hanya akan membuat Joel lebih mudah untuk melihatnya dan Zion. Pergi dari Shadowfall adalah keputusan terbaik, itulah yang Georgina pikirkan sekarang. Joel tidak akan menyerah jika sudah menginginkan sesuatu. Georgina tahu itu.Georgina memeluk Zion, perlahan kantuk juga menyerang dirinya.***Joel tidak mengenal kata menyerah meskipun Georgina menolaknya. Joel pikir ini adalah konsekuensi dari keputusannya di masa lalu dan dia akan melewatinya. Joel ti
Langkah cepat membawa Georgina kepada Joel, dan kemarahan mendorongnya untuk menampar wajah tampan mantan tunangannya. Joel terkejut karena tamparan Gina namun dia mengabaikan perih di wajahnya. Fokusnya tertuju pada wajah wanita itu. Napas Georgina terengah-engah karena kemarahan dan dia segera menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Georgina memberontak tetapi Joel tidak mau melepaskan tubuhnya.“Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kemarahanmu reda. Aku tidak tahu apa yang membawamu ke sini tapi aku tidak suka saat melihatmu marah,” ucap Joel.Perlahan perlawanan Georgina melemah dan dia terisak di dada Joel. Banyak hal yang ingin dia katakan pada Joel tetapi mulutnya tidak sanggup mengatakannya.Dengan lembut Joel mengusap punggung Georgina, membiarkan wanita itu menangis sampai dia mendapatkan ketenangannya. Lima belas menit lebih Georgina menangis di pelukan Joel. Merasa lelah, dia menarik tubuhnya dari Joel. Matanya basah saat menatap pria itu. “Kenapa kamu melakukan i
Tadi pagi, saat jam masih menunjukkan angka lima, Georgina terbangun karena racauan putranya. Awalnya Georgina berpikir jika Zion bermimpi dan dia ingin menenangkannya dalam pelukan. “Ya, Tuhan!” Georgina terkejut tatkala melihat bulir-bulir keringat di pelipis putranya. Zion terlihat sulit bernapas dan Georgina semakin panik.“Zi, bangun sayang!” Georgina mengguncang tubuh putranya.Berpikir jika putranya tidak baik-baik saja, Georgina menggendongnya dan segera keluar dari kamar. Dia hendak ke rumah sakit dan kebetulan sopir di rumahnya telah bangun.“Kita ke rumah sakit sekarang!” Georgina buru-buru, tidak peduli jika saat ini dia masih memakai piyama.Zion masuk rumah sakit dan dokter segera memeriksanya. Setelah melakukan beberapa prosedur, dokter menyimpulkan jika Zion mengalami kelainan darah, atau sering disebut dengan anemia sel sabit.“Putra Anda mengalami sickle cell anemia atau sering disebut dengan anemia sel sabit.” Dokter memberi tahu kenyataan pahit pada Georgina.
“Apa yang akan terjadi pada putra kami, Dokter?” tanya Joel ketika dia dan Georgina duduk di depan dokter yang bertanggung jawab atas Zion.“Untuk saat ini obat-obatan sangat diperlukan, dan tentu saja saat hemoglobinnya di bawah rata-rata dia harus melakukan transfusi darah. Transfusi darah pun memiliki resiko dan sebagai orangtuanya kalian harus ekstra hati-hati saat merawatnya. Perhatikan asupan gizi dan dia harus mendapatkan istirahat yang cukup dan tidak boleh kelelahan,” jelas pria yang bertugas sebagai dokter anak.“Apakah tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya?” Joel bertanya lagi, sementara Georgina hanya diam sejak tadi. Georgina terlalu sedih memikirkan putranya hingga untuk mengeluarkan suara saja rasanya dia tidak sanggup. Jika boleh jujur, rasanya Georgina tidak bisa mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut dokter namun dia harus mengetahuinya.“Satu-satunya cara untuk menyembuhkan sickle cell anemia adalah dengan melakukan transplantasi sumsum tulang. Tapi
“Kamu gila, Joel!” jawab Gina sambil menahan suaranya. Rasanya dia ingin membentak dan memaki Joel namun dia tidak mau mempermalukan pria itu di tempat umum.“Aku tidak mau berpisah lagi dari kalian. Aku mau menikah denganmu supaya kita bisa merawat Zio bersama. Aku tidak mau kamu sendirian lagi.”Senyuman Georgina mencemooh kata-kata Joel. “Aku memperkenalkanmu pada Zion bukan karena aku ingin mengemis cinta lagi darimu. Kamu harus tahu, Joel. Kamu adalah orang yang paling aku benci di dunia ini dan aku lebih bahagia sendirian daripada harus menikah denganmu.” Georgina berdiri, segera pergi tanpa menoleh ke belakang. Tiga tahun lalu dia sangat ingin mendengar kata-kata itu dari Joel tetapi sekarang dia sangat membencinya. Joel mengajaknya menikah di saat hatinya sudah tertutup pada semua pria.Joel mendesah sambil bersandar di kursinya. Dia terlalu buru-buru sehingga tidak mempertimbangkan jika sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan pernikahan dengan Georgina.
Joel sedang menyuapi Zion ketika ponselnya berbunyi. Georgina melihatnya dan Joel mengerti apa yang diinginkan wanita itu. Georgina pasti menginginkan dia menerima panggilan yang masuk ke ponselnya.“Tolong ambilkan ponselku,” pinta Joel dan Georgina mengambil ponselnya dari atas meja.Georgina melihat nama wanita di ponsel Joel tetapi dia menolak untuk memikirkannya. Apa pun yang dilakukan Joel bukan urusannya lagi.Tangan kiri Georgina memberikan ponsel dan tangan kanannya mengambil makanan Zion dari Joel. “Aku akan menggantikanmu untuk menyuapi Zion. Kau bisa menerima panggilan itu,” ucap Georgina.Joel berdiri dan dia berjalan mendekati jendela. “Halo, Raisa. Ada apa kamu meneleponku?” tanya Joel sambil melihat pemandangan di luar kamar.“Klien dari Vietnam ingin memajukan jadwal pertemuan, Tuan. Ini mendadak karena dia harus kembali ke negaranya nanti sore. Apakah Tuan bisa menemuinya?”Joel tidak bisa menolak meskipun dia sangat ingin menemani Georgina dan Zion di rumah
Usai menemui dokter, Georgina mengajak Joel ke toko kue. Dia menginginkan kue coklat dan Joel mau mewujudkannya. Sopir telah menunggu mereka di depan rumah sakit. Joel tidak bisa menyetir tanpa SIM sementara dia tidak mengizinkan Georgina yang sedang hamil menyetir. Untung saja Gabriel berbaik hati, dia memberikan salah satu sopir dari kantornya untuk membantu mereka. “Kita akan mampir di toko kue,” ucap Joel pada sopir yang sedang membukakan pintu untuk mereka. “Baik, Tuan.” Hanya membutuhkan sepuluh menit, akhirnya mereka tiba di toko kue. Joel dan Georgina turun dari mobil, membiarkan sopir memarkir mobil di tempat yang telah tersedia. Karena ingin makan kue di tempatnya langsung, Joel mencari meja kosong untuk mereka. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” pelayan toko bertanya saat melihat Joel dan Georgina kebingungan. “Sepertinya semua meja sudah penuh tapi kami ingin makan kue di sini.” “Ada satu ruangan khusus di lantai tiga. Dari ruangan itu Anda bisa melihat pemand
Joel tidak bisa membendung kebahagiaannya. Dia memeluk Georgina sangat erat, mengalirkan semua kebahagiaannya kepada wanita itu. Joel tidak menyangka jika Brittany akan mengatakan hal itu, tetapi dia tahu Georgina tidak mungkin berbohong padanya. “Mama kamu tidak akan berubah pikiran, kan?” tanya Joel untuk memastikan, meskipun dia yakin hal itu tidak akan terjadi. Georgina tertawa melihat reaksi Joel. Dia pun sangat bahagia, akhirnya hubungan mereka mendapatkan restu dari Brittany. “Aku yakin mama tidak akan berubah pikiran, Jo. Aku sangat mengenalnya. Dia pasti sudah memikirkan ini dengan baik.” “Ya, aku tahu itu. Akhirnya aku mendapatkan restu dari ibumu.” “Aku ingin meyakinkan papa lagi, Jo. Kamu mau menemaniku, kan?” tanya Georgina, masih tersenyum sambil menyaksikan kebahagiaan Joel. “Tentu saja aku mau. Aku juga akan memberitahu orangtuaku tentang hal ini.” Joel sangat tidak sabar, dia ingin segera menikah dengan Georgina. “Sepertinya kita tidak perlu memberitah
Joel terkesiap saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu rumah Georgina. Brittany datang ke Italia tanpa memberitahu siapa pun. Tentu saja Joel tidak keberatan, tetapi di sisi lain dia memikirkan orangtuanya yang menginap di rumah Georgina. “Kapan mama datang? Kenapa tidak memberitahu kami? apakah mama naik taksi?” hujan pertanyaan keluar dari mulut Joel, masih terkejut melihat calon ibu mertuanya. Seandainya Joel tahu, dia pasti menjemput Brittany di bandara. Brittany tak menjawab semua pertanyaan Joel. Dia masuk, reflek Joel menyingkir dan memberikan jalan padanya. Brittany menelusuri rumah itu dengan matanya, mulutnya tak berhenti memanggil Georgina dan Zion. “Ma, mereka sedang keluar bersama mama dan papa.” Joel memberitahu Brittany tetapi wanita itu masih mengabaikannya. Menganggap Joel tidak ada, Brittany masuk ke kamar Georgina. Ternyata benar, dia tidak menemukan putrinya di sana. Brittany pergi ke kamar tamu dan dia menemukan koper dan barang-barang milik Har
“Hari ini Anda sudah bisa pulang. Kehamilan Anda baik-baik saja, tidak perlu khawatir.” Dokter tersenyum setelah melakukan pemeriksaan terakhir terhadap Georgina. “Terima kasih, Dokter.” Georgina tersenyum ke arah Joel dan pria itu mengambil tangannya. “Apakah Gina bisa makan apa saja yang dia mau? dia tidak memiliki pantangan, kan?” tanya Joel. Dia khawatir wanitanya akan mengidam tetapi makanan yang dia inginkan tidak sesuai dengan anjuran dokter. “Tidak ada larangan, asalkan tetap makan dalam porsi yang wajar.” Gabriel masuk ke ruangan, Georgina terkejut melihatnya. Dia tidak memberitahu Gabriel apa pun tetapi pria itu mengetahui keberadaannya. “Mobil sudah menunggu di depan. Ayo turun!” ajak Gabriel, sepertinya dia sengaja datang untuk menjemput Georgina. “Dari mana kau tahu kalau aku ada di rumah sakit? Apakah Syera memberitahumu?” Georgina mencurigai asistennya. Kemungkinan besar hanya Syera yang memberitahu Gabriel. “Aku meminta Gabriel untuk menjemput kita. Aku
“Darren membutuhkan bukti, bukan kata-kata manis. Jika kau berhasil membuat Gina bahagia, aku yakin hatinya akan luluh. Selama ini Darren masih merasa bersalah karena perceraiannya dengan Brittany telah membuat dia berpisah dengan Gina. Darren hanya ingin melihat Gina menikah dengan pria yang bertanggung jawab, mencintai, dan bisa menjaga Gina seumur hidupnya. Dia tidak ingin Gina bercerai seperti dirinya.” Camelia memberikan saran kepada Joel.“Aku tidak akan bercerai dari Gina. Jika dia menginginkannya maka aku akan memakai ribuan cara untuk membatalkan keinginannya.”Camelia tersenyum sambil menepuk pundak Joel. “Darren dan Brittany ingin kau berjuang lebih keras karena mereka ingin kau menghargai Gina. Kelak, ketika kalian memiliki masalah besar, kalian tidak akan mudah menyerah karena perjuangan itu.”“Aku mengerti.”“Jangan menyerah, Joel. Suamiku memang keras kepala tapi sebenarnya dia memiliki hati yang lembut. Dia hanya takut orang-orang yang dia cintai tersakiti.
Sesampainya di rumah sakit, Darren buru-buru bertanya di mana ruangan Georgina Moore. “Terima kasih,” ucapnya setelah mendapatkan apa yang dia inginkan.Darren dan Camelia berjalan cepat, tidak mempedulikan Harold dan Diane yang mengikuti mereka. Sesampainya di ruangan, mereka melihat Joel sedang memperhatikan anak dan istrinya yang sedang tidur.“Bagaimana keadaan Gina?” tanya Darren, tiba-tiba melupakan kemarahannya kepada Joel. Kekhawatirannya pada Georgina mengalahkan kebenciannya pada mereka.“Pa, jangan terlalu berisik. Dokter mengatakan kalau Gina membutuhkan tidur nyenyak.” Joel menegur, tampak seperti anak menantu dan ayah mertua yang akrab.Darren berdiri di samping ranjang sambil melihat putri dan cucunya. “Apa yang terjadi? Kenapa Gina tiba-tiba dirawat di rumah sakit?” tanya Darren dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya. Dia masih mendengarkan teguran Joel meski tidak menyukainya.“Bisakah kita bicara di luar? Aku tidak ingin Gina terbangun karena suara kit
Dua hari telah berlalu tetapi Georgina masih bersikap dingin pada Joel. Tidak ada ciuman dan pelukan, bahkan mereka tidak tidur di kamar yang sama. Georgina ingin sampai batas mana Joel akan memperjuangkan dirinya. Diane dan Harold memilih tinggal di hotel karena mereka tidak mau membuat Georgina merasa tidak nyaman. Sejak kejadian di rumah Darren, Georgina masih bersikap dingin kepada mereka. Untuk menghindari kesalahpahaman yang lebih banyak, akhirnya mereka mengalah. Mungkin Georgina akan memaafkan saat mereka tidak memaksa. Georgina sedang duduk di depan cermin. Dia memperhatikan wajahnya sambil menghela napas. Pagi ini mereka akan bertemu dengan seorang terapis frekuensi darah, hal itu membuat jantung Georgina berdebar. Sebagai seorang ibu, dia hanya menginginkan yang terbaik untuk putranya. Lamunan Georgina menghilang saat ketukan pintu menyentuh telinganya. Georgina beranjak dari tempat duduknya, membuka pintu, dan menghela napas lagi saat melihat Joel di depannya.
Satu jam kemudian Georgina membuka matanya dan dia terkejut saat matanya bertemu dengan mata Joel. Dia hendak duduk tetapi Joel menahan tubuhnya. “Kamu masih mengantuk. Jangan meninggalkan ranjang ini.” “Aku harus pergi,” ucap Georgina tetapi Joel tetap menahan tubuhnya. “Kamu tidak bisa pergi tanpa izinku.” Joel harus bersikap tegas karena dia tidak mau melepaskan Georgina lagi. “Simpan kepercayaan dirimu untuk dirimu sendiri. Aku tidak mau mendengarnya.” Joel tertawa dan mendekatkan wajahnya ke wajah Georgina. “Aku sangat merindukanmu,” ucapnya dan segera mencium bibir Georgina. “Joel, aku tidak mau melihat wajahmu. Aku sangat membencimu.” Joel terkekeh mendengar kata-kata Georgina. “Aku tahu kamu sangat mencintaiku. Kamu hanya marah padaku.” Georgina hendak protes tetapi kata-katanya tertahan saat mereka mendengar suara dari pintu. Zion memukul pintu sambil memanggil mereka. “Joel, Zion memanggilku,” ucap Georgina, berharap Joel akan melepaskannya. “Zion tidak
Syera menghampiri Georgina yang masih meringkuk di sofa. Beberapa menit yang lalu Zion tertidur di sofa dan Syera memindahkannya ke kamar. Kesempatan itu pun dia gunakan untuk bertanya kepada Georgina. Awalnya Syera marah tetapi kemudian dia mencoba mengendalikan dirinya. “Apa kau yakin, Gina? Aku yakin Joel pasti panik dan mencarimu sekarang.” Georgina menggelengkan kepalanya. “Jangan memberitahunya, Syera. Aku belum siap untuk menemuinya. Ini terlalu menyakitkan.” Syera hanya bisa menghela napas, tidak bisa memaksa Georgina. “Istirahatlah. Kau harus memikirkan bayi yang ada di dalam perutmu.” Georgina mengusap perutnya dan dia menangis lagi. Georgina takut akan mengalami hal yang sama tetapi dia belum siap untuk menemui Joel. Melihat tangisan Georgina, Syera mendekat dan memeluknya. “Kau tidak sendirian, Gina. Kau memiliki keluarga dan aku akan selalu membantumu.” Georgina menangis di dalam pelukan Syera, mengeluarkan sakit hatinya melalui air mata. “Aku takut, Sy