Share

Chapter 59

Penulis: Amelia Siauw
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-01 20:00:00

Seharusnya He Xian telah bisa memprediksi hari ini akan mendatangkan bencana baginya. Semenjak sore tadi langit mendung kelabu, dan walaupun sekarang tengah musim dingin, hawa dingin yang berhembus amat tak wajar, sangat menusuk pula membekukan. Ia seharusnya tahu sesuatu yang buruk telah terjadi, dan akan menjadi jauh lebih buruk jika ia terus menundanya. 

     Tidak. Ia tidak boleh mengikuti kata-kata Min-Hwa, terus berdiam diri di sini dan bersembunyi seperti seorang pengecut. Ming Shi menawan orangtuanya jelas hanya untuk menjadikan mereka umpan, tujuan kaisar muda itu yang sebenarnya adalah dirinya, jadi bila ia menyerahkan diri, orangtuanya pasti akan dibebaskan dan tidak perlu ada nyawa tidak bersalah yang dikorbankan. 

     He Xian menggertakkan giginya, ia pun bangkit dan berjalan keluar dari rumah penginapan tempatnya berdiam. Saat ia membuka pintu, sebutir bola putih kecil menimpa wajahnya. He Xian mengamati pemandangan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 60

    Para pengawal bergegas menghampiri mereka, di lain pihak Tuan Sun kembali berujar, “Dan setelah saya bertemu dengannya dan mengajarinya perilaku pantas yang seharusnya dimiliki seorang pejabat, Anda boleh membinasakan nyawa saya!” Mereka semua terhenti. Melihat kata-katanya kembali mendapatkan perhatian, Tuan Sun meneruskan, “Memang, sebuah kesalahan besar kami sebagai orangtua, karena tidak mampu mendidik dan mengarahkan putera kami di jalan yang semestinya. He Xian memang pintar, tapi juga kekanakan dan tidak tahu mana yang benar dan salah. Dan sebelum ia membuang sifat kekanakannya, ia telah terlanjur dihasut oleh para pemberontak. Tapi saya sangat mengenal putera saya, ia sebetulnya adalah seseorang yang amat teguh menjunjung keadilan. Yang Mulia, Anda sendiri juga merasa begitu, bukan?” Tuan Sun menengadahkan wajahnya. “Bila Anda tidak menyetujui pendapat saya, Anda tidak mungkin mengangkat He Xian menjadi Menteri Anda. Anda juga menyadari potensi anak

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-03
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 61

    He Xian berderap cepat menuju An Chang, Min-Hwa mengikutinya di belakang. Mereka memacu kudanya dengan kecepatan pehuh sehingga tidak sampai sehari mereka sudah tiba di An Chang. Terburu-buru mereka melaju ke Istana. Sesampainya di sana, He Xian berseru lantang, “Saya adalah Sun He Xian! Mohon perkenankan saya menghadap Paduka sekarang juga!” Gerbang Istana berderit terbuka, dan keluarlah Jenderal Wei disertai Letnan Xiang. “Pengkhianat negara Sun He Xian! Ternyata kau masih memiliki sedikit nyali patriotis untuk kembali ke sini.” “Tuan, saya bersedia menyerahkan diri saya. Jadi karena itu, mohon pertemukan saya dengan Paduka! Agar Beliau membebaskan keluarga saya! Mereka tidak ada kaitannya dengan semua ini, mohon ampuni mereka!” “Yang Mulia tidak ingin bertemu denganmu,” Jenderal Wei berkata dingin. “Dan mengenai keluargamu. sayang sekali. Mereka baru saja menjalani hukuma

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 62

    Sebuah perahu kecil mendekat, perlahan-lahan berhenti di hadapan mereka. Dua orang turun dari atasnya. He Xian dan Min-Hwa tercegang bukan buatan saat mengenali kedua sosok tersebut. “Ratu Seo-Yu dan Perdana Menteri Ryu-Na!” “Sssttt!” Seo-Yu lekas-lekas berbisik memperingatkan. “Jangan keras-keras seperti itu! Kalau tidak, kita semua bakal celaka!” Ia memandang sekelilingnya, kemudian tersenyum. “Tapi bagus sekali, kalian semua masih hidup. Rupanya aku belum terlambat.” Min-Hwa menghaturkan hormat, “Kami juga merasa senang kedua junjungan dalam kondisi sehat wal’afiat. Saya tadinya sudah teramat cemas” “Terima kasih banyak, Min-Hwa, kami baik-baik saja. Kalau tidak, kami tidak mungkin bisa berada di sini untuk menolong kalian.” “Yang Mulia Ratu, maksud Anda, Anda berencana membawa kami ke Yeong-Shan?” Tuan Kurava tidak dapat menahan rasa penasarannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 63

    Para pembesar Yeong-Shan menyatakan keengganan mereka ikut serta dalam perjuangannya, tetapi setidaknya He Xian masih bersyukur karena pihak Tukhestan masih berkeinginan melawan Han. Begitu pula Min-Hwa, yang menyatakan setia mengikutinya ke manapun ia pergi. “Kalau begitu, Min-Hwa, kau bersedia mengikutiku ke Wu?” He Xian bertanya serius. Saat itu mereka baru saja berhasil melewati perbatasan Han. Waktu kira-kira menunjukkan pukul empat subuh. Sinar mentari sudah mulai merekah sedikit di ujung timur, menembus pepohonan yang berderet di kiri kanan jalan yang mereka lalui. Min-Hwa balas bertanya heran, “Mengapa kau ingin pergi ke sana?” “Aku mendengar di Wu ada seorang Guru yang sangat hebat. Namun walaupun kehebatannya termasyur ke seluruh penjuru, sang Guru malah memilih mengasingkan diri. Beliau seorang yang sangat setia. Beliau t

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 64

    “Tapi rumput ini panjang dan lebat! Bisa membuat gatal-gatal!” Min-Hwa mengernyit. Ia mengambil pedang kecilnya, lantas menggunakannya untuk menyabit rerumputan. He Xian melakukan hal yang sama. Hal yang sama mereka lakukan saat menjelang tidur, setiap hari. Ketidakberhasilan mereka menemukan Lembah Kedamaian lama-kelamaan membuat mereka frustrasi, terutama karena ketiadaan pemandangan lain yang dapat mereka lihat selain rumput menambah perasaan tertekan mereka. Di suatu malam, Min-Hwa memangkas rumput lebih banyak dari biasanya. Tingkahnya serta merta mengundang keheranan He Xian. “Hei, itu terlalu banyak!” “Biar. Aku benci tiap hari melihat rumput melulu,” Min-Hwa memangkas semakin keras, dan sebaris rumput kembali terbang terpangkas. He Xian hanya dapat geleng-geleng kepala melihatnya. “Kau hanya membuang-buang waktu dan tenagamu saja.” “Toh, tidak ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-12
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 65

    “Apa yang salah dengan kata-kataku?” ia bertanya setengah berbisik. Min-Hwa tercenung. “Ya sudahlah, kita pergi saja dari sini.” “Orang pintar memang biasanya aneh. Jangan langsung menyerah begitu saja. Kita teliti saja dulu keadaannya, dan cari celah untuk mengambil hatinya,” Min-Hwa berujar optimis. He Xian mengangguk-angguk setuju. Iapun kembali mencoba keesokan harinya. Dan keesokan harinya. Dan esoknya lagi. Dan seminggu pun terlewati, namun hasilnya selalu sama. Berbagai taktik dan bujuk rayu telah dilancarkan He Xian, namun hasilnya selalu pemuda itu menutup pintu dengan ekspresi hampa. Kesabaran He Xian akhirnya mencapai batasnya. Setelah si pemuda menutup pintu di hari ketujuh, He Xian mengentakkan kakinya dengan kesal, mulai merutuk. “Setidaknya ia bisa berbicara dan menjelaskan keengganannya menerima permintaanku, dan bukannya menutup pintu tanpa eks

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 66

    Hanya ada satu hal yang ingin ia lakukan kini. Mempelajari ilmu pengendalian-chi dengan sungguh-sungguh. Karena ia menemukan, setelah ia menguasai kemampuan tersebut tubuhnya menjadi lebih peka terhadap hal-hal lain yang dulu tidak dirasakannya. Kedamaian, ketenteraman hati, perasaan nyaman dan teduh, gejolak kekuatan yang memuncak dalam ketenangan... semuanya berpusaran membentuk sensasi energi yang pada puncaknya memberikan suatu aura yang tak terdefinisikan, yang sementara ini hanya bisa ia sebut dengan istilah “puncak energi positif”. Entah berapa lama He Xian berlatih ilmu “pengendalian-chi” di bawah bimbingan Xing Long. Mungkin setahun, mungkin dua tahun. Min-Hwa dengan setia menemaninya. Hanya gadis itu yang masih mantap dengan tujuannya balas menyerang negeri Han, mungkin karena ia tidak ikut serta dalam latihan “pengendalian-chi”. Ia pula yang berulang kali mengingatkan He Xian setiap pemuda itu nyaris “terhisap” dan melup

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 67

    Sore itu, ketika penyambutan telah selesai dilakukan dan mereka kini dapat bersantai, Raja Amanet dan Tuan Fomenko mengajak He Xian, Min-Hwa dan Xing Long beristirahat di salah satu paviliun kecil dalam istana. Raja Amanet memperlakukan mereka bak tamu amat istimewa. Para dayang berseliweran membawa hidangan-hidangan lezat nan menggiurkan, pula menyuguhkan mereka hiburan yang dibawakan seniman-seniman kesohor Tukhestan. Dan sembari memanjakan tamu-tamunya, Amanet mengajak mereka mengobrol santai. “Tuan Sun dan Nona Park, bagaimana keadaan Anda berdua selama ini?” He Xian menjawab, “Lapor Baginda. Kami sangat bersyukur karena berhasil mendapatkan Guru Xing Long sebagai mentor kami. Ini benar-benar merupakan suatu karunia, sebab untuk mencapainya kami harus melewati banyak sekali rintangan...” Iapun menceritakan petualangannya, dimulai dari kisah propagandanya ke Ming dan Tse-Kuan yang gagal, dilanjutkan dengan kedatangannya ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19

Bab terbaru

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 96

    “Run... Xiang...” Ming Shi bergumam lemah. “Juga... Yan Xu... kurasa aku tak akan bisa bertahan di dunia ini lebih lama...” “Kakanda! Jangan berkata seperti itu! Tabib akan dapat menyembuhkan luka Anda!...” Yan Xu menjerit histeris, sementara He Xian dan Sekretaris Li memandang Ming Shi dengan lesu. Luka di tubuhnya sudah terlalu parah untuk dapat disembuhkan. Nyawanya tak mungkin diselamatkan. “Percuma saja Yan Xu...”M ing Shi menatap Yan Xu lekat-lekat. “Aku hanya menyesalkan satu hal, mengapa aku tidak diperbolehkan berada di dunia ini lebih lama. Aku masih belum sempat membahagiakan permaisuri yang aku cintai...” Yan Xu tergugu. Selama ini tidak pernah ia mendengar Ming Shi mengatakan bahwa pria itu mencintainya. Jangankan itu, pria itu bahkan tidak pernah memujinya cantik seperti yang lumrah dilakukan seorang pria terhadap kekasihnya. Mendadak, ia merasa limbung luar bi

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 95

    Putri Chang menyentak sinar setar, begitu keras dan mengejutkan hingga membangkitkan suatu sengatan yang secepat kilat menstimulasi otak He Xian. Senyum sang putri mengembang. Ia telah berhasil memengaruhi He Xian sepenuhnya, dan pemuda itu akan mengangkat pedangnya untuk selanjutnya menyerang Ming Shi. “Kalian salah. Hatiku tidak lagi menyimpan kebencian dan dendam terhadap Kaisar Han. Dan itu jauh lebih baik. Dendam bagaikan kumpulan api yang panas membakar, belum tentu kalian berhasil meluapkannya, namun kobaran api tersebut sudah pasti melukai diri kalian sendiri. Dengan membuang kobaran api tersebut, aku menghentikan melukai diriku sendiri.” He Xian berkata bijaksana. “Aku tahu Tuhan menciptakan aku ke dunia ini bukan untuk mewujudkan misi negatif. Melainkan untuk mewujudkan sebuah misi positif dengan mengalahkan rintangan berupa hasrat negatif. Begitu juga dengan kalian. Singkirkanlah semua kebencian kalian, dan

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 94

    Mangkuk tersebut kini berada dekat sekali dengan tangan Ming Shi. Si wanita menyentak halus, dan Ming Shi mulai mengangkat mangkuk itu, siap meminumnya. TSRATTT! Lontaran panah secepat kilat menjatuhkan mangkuk beracun tersebut. Si wanita berbalik, siap membuat perhitungan pada orang yang berani mengacaukan pekerjaannya yang nyaris rampung itu. “Siapa kau?!” Ia berseru marah. Di saat bersamaan Ming Shi juga tersadar sepenuhnya dari hipnotis si wanita. “Sun He Xian dan Run Xiang?!” serunya. “Juga... Yan Xu! Bagaimana kalian bisa ada di sini?!” He Xian dan Sekretaris Li menghaturkan hormat, “Berkat Yang Mulia Permaisuri, Yang Mulia, beliaulah yang mendapatkan firasat Anda tengah mengalami bahaya. Dan syukurlah, rupanya kami datang tepat pada waktunya. Anda nyaris saja membunuh diri Anda sendiri!” &

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 93

    Mereka telah merencanakan akan mengadakan di bawah pohon willow raksasa ini. Dua orang telah berdiri di sana, menunggu dengan tak sabar orang ketiga yang tak kunjung datang. “Mengapa ia lama sekali datang?” si wanita berseru tak sabar. “Apa dia lupa kalau hari ini kita akan mengadakan pertemuan di sini?” Si pria menenangkan. “Tidak mungkin, Putri. Dia pastilah sedang sibuk, bagaimanapun dia adalah kepala kasim di istana ini.” “Huh, dia baru seorang kasim, sedangkan kau Menantu Raja!” “Aku bukanlah Menantu Raja dengan gelar resmi, Putri... Pernikahan kita hanya beratapkan sinar rembulan di dalam hutan...” “Bagaimanapun juga kau menikah denganku yang merupakan seorang putri!” ujar si wanita berapi-api. “Kau tidak seharusnya merendahkan diri seperti itu, ap

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 92

    Mulanya Yan Xu bingung melihat jumlah pengawal Istana Barat bertambah dua kali lipat, pula mendapati He Xian dan San Jin kini ganti mengiringinya ke mana-mana. Ming Shi sendiri pun selalu datang menemaninya tepat setelah pria itu menyelesaikan tugasnya di istana. “Apa kalian mau mengatakan si pembunuh kini ganti mengincarku?” tanyanya pada He Xian, yang menjawab, “Kami tidak tahu, Yang Mulia. Tetapi para selir telah mendapatkan pengawalan yang aman, sementara Anda tidak sama sekali, padahal Anda adalah permaisuri.” Yan Xu melengos. “Aku tidak apa-apa, kalian sama sekali tidak perlu mengkhawatirkanku. Apa kau tak tahu Tuan Sun, aku kan pernah membunuh Khan Khanate! Jadi si pelaku tentunya bukan tandinganku!” Ia berseloroh. “Ohya, tentu saja kau tak tahu. Kau kan tengah menuju negeri Qi saat itu.” Walaupun Yan Xu mencoba bergu

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 91

    Secara tak terduga Min-Hwa melintas di hadapan mereka. He Xian terpana. Min-Hwa kini nampak sangat feminim dan gemulai, dan jauh lebih cantik, dengan sorot matanya yang sendu dan sayu. Gadis itu sendiri juga melihat He Xian. Mulutnya pun membuka, “He Xian!...” Min-Hwa tak sempat melanjutkan kata-katanya; Ming Shi telah menotok jalur energi pada gadis itu. Ia segera terkulai lemas sementara pria itu segera merengkuhnya, sangat mesra. “Kaulihat, Sun He Xian. Aku sangat mencintai selirku, termasuk dia yang dulu pernah melawanku,” Ia berujar, jari-jari tangannya kini sibuk membelai-belai wajah Min-Hwa. “Bukankah dia merupakan rekan sejawatmu yang terbaik? Dia selalu membantumu dan menyertaimu, benar kan? Sekarang, ia bersedia menyerahkan dirinya menjadi milikku. Tidakkah kau membencinya? Tidakkah kau membenciku, yang telah merenggut orang yang kausayangi darimu?” Ming Shi menata

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 90

    Mau tak mau He Xian merasa heran juga. Sama sekali tidak melintas gejolak kemarahan dalam benaknya saat bertatap muka dengan Ming Shi tadi. Seakan semua dendam dan kemarahannya telah menguap habis tanpa sisa sedikitpun. Bagaimanapun, cerita Li Sha mengenai masa lalu Ming Shi memang telah mengubah total pandangannya akan sang kaisar, pula kehidupannya di Qi selama dua tahun ditambah pengalamannya membantu sesama semakin menguatkan tekadnya. Bahwa apa yang mampu membuatnya bahagia bukanlah menang atas musuhnya dan membalaskan dendamnya, atau mewujudkan keinginannya yang berdasar nafsu duniawi semata. Bahwa jika kita dapat melakukan panggilan terpendam hati kita, serta membuat orang di sekitar kita merasa bahagia, itu semualah yang akan memberikan kita kebahagiaan yang sesungguhnya. Karena landasan pikiran itulah mungkin, maka He Xian sama sekali tidak merasa marah ataupun dendam saat berhadapan dengan Ming Shi. Malah, raut kegelisahan san

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 89

    He Xian sangat terkejut saat mendapati para utusan Han mendatangi pemondokan tempat ia tengah berceramah. Walaupun ia telah menyiapkan batin dari jauh hari sebelumnya, ternyata tetap saja ia masih menyimpan trauma dan ketakutan saat menghadapi mereka. Bahkan kakinya nyaris berderap melarikan diri ketika batinnya mencelos, Bukankah misi utamaku adalah mengubah pola pikir Kaisar Han? Sekarang pihak istana mencariku, ini menandakan aku punya kesempatan untuk mewujudkan misiku. Maka iapun tetap berdiri di tempatnya, dengan tenang menyambut mereka semua. “Selamat datang Tuan-Tuan sekalian, ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?” Di pihak lain, Sekretaris Li tidak kalah terkejut. Ternyata Sang Guru Besar adalah Sun He Xian. Sang sekretaris negara merutuk dalam hati. Kalau begini, keadaannya bisa menyulitkan. Dan ia apatis Ming Shi mau menerima si pemuda jangan-jangan malah sang kaisar aka

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 88

    Diawali dengan kematian salah seorang selir di harem paling terkucil. Para pelayan menemukan mayat gadis itu mengapung di atas kolam teratai taman istana pada pagi hari. Menurut pemeriksaan, selir tersebut mati atas dasar kemauannya sendiri - ia menggores pembuluh nadi besar di pergelangan tangannya sebelum menjatuhkan dirinya ke dalam kolam. Pisau pembunuh ditemukan di tepi kolam. Dan segalanya terjadi begitu cepat. Dalam seminggu tiba-tiba saja telah ada tiga selir lain yang bunuh diri, dan jumlah kematian para selir itu meningkat di minggu berikutnya. Kini, telah ada lebih dari selusin selir yang mati bunuh diri sementara alasan di balik tindakan mereka masih belum tersingkap. “Yang mengherankan, jika mereka bunuh diri atas kehendak sendiri, seharusnya gelagat nereka telah terlihat pada hari-hari sebelumnya. Akan tetapi, tidak terlihat sama sekali kesedihan dalam raut wajah mereka. Bahkan menurut para

DMCA.com Protection Status