Kemang Resident, Tante Gita sedang berkacak pinggang di depan putranya, Rahez."Mami? Are you okay?" tanya Rahez santai. "Rahez! Duduk kamu! Mami mau ngomong ssuatu denganmu!" serunya kepada sang putra.Beberapa saat yang lalu mereka baru saja sampai di rumah."Oma, lihat tuh Mami mulai ngomel-ngomel lagi," serunya kepada Oma Rika, sang nenek."Gita, kamu kenapa? Tolong jelaskan kepada kita," tukas Oma Rika, sang ibu mertua."Rahez nih, Oma!" keluh sang ibu."Lho? Aku kenapa, Mi?" tanyanya masih bingung dengan ibunya yang tiba-tiba saja marah."Kamu, kenapa tidak jadian sama Zemi? Apa kamu menunggu ada pria lain yang mendekatinya? Coba tuh Edward dan Tian sudah pada jadian dengan Agnes dan Arlyn! Tinggal kamu yang jomlo sendiri!" sergah sang ibu. "Yaelah, Mi. Jadi gara-gara itu Mami marah sama aku?" tutur Rahez nggak menyangka."Yaiyalah! Masa yaiya, dong!" Mami Gita masih saja ketus kepada putranya. Sedangkan Oma Rika juga tetap bingung dengan perbincangan yang terjadi diantara m
Setelah acara memasak di rumah Tante Jasime. Tidak ada perkembangan yang berarti pada kisah percintaan ketiga pria tampan itu.Untuk itu Edward pun mengambil langkah terakhir yang dia pikir mungkin akan bisa mengorek informasi, apa yang sebenarnya terjadi diantara tiga gadis itu.Bahkan, Rahez dan Tian telah menyerahkan kepada Edward sepenuhnya untuk mencari tahu semuanya. Akhirnya yang ditunggu-tunggu oleh Edward datang juga. Zemi, sang sekretaris sedang duduk di hadapannya saat ini."Zemi! Akhirnya, Anda datang juga. Duduklah," seru Edward."Maaf, Bos. Saya agak telat. Saya ada kerjaan sebentar tadi," seru Zemi sambil menunduk.Pasalnya jam istirahat telah selesai. Gadis itu baru saja menemui Rahez. Sang pacar menginginkan Zemi untuk menemui keluarganya. Mereka sedang mendiskusikan hari yang tepat kapan waktunya Rahez akan membawa Zemi untuk menemui kedua orang tuanya. Terutama Oma Rika yang ingin berkenalan secara pribadi dengannya.Namun sayangnya, Tuan Jack ayah Rahez. Masih be
Setelah berembuk dalam waktu yang cukup lama. Akhirnya para 'Genk The Boy's' mengambil satu kesepakatan untuk menyelidiki perihal perjanjian No Man No Cry yang telah mengikat ketiga pacar mereka masing-masing.Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh Edward dari Zemi, sang sekretaris. Jika perjanjian itu sah, karena telah ditandatangi oleh mereka bertiga di atas materai sebanyak tiga rangkap. Masing-masing dari mereka telah menyimpan dengan rapi perjanjian tersebut di dalam lemari. Untuk itu para pacar mereka telah menyusun rencana yang sangat matang untuk mengunjungi apartemen ketiga gadis itu, dengan alasan untukmembuat laporan tentang kinerja perusahaan yang bersifat darurat. Karena akan ditinjau oleh tim audit khusus dari pemerintahan.Mobil yang ditumpangi Rahez dan Tian, yang disetir oleh Edward, baru saja sampai dan mulai memasuki area parkiran apartemen, tempat tinggal para pacar mereka.Ketiganya segera mengirimkan pesan kepada para sekretaris, jika mereka saat ini sedan
"Boleh, kok." jawab Edward santai.Lalu tiba-tiba sesuai rencana para pemuda itu,"Aduh ... duh! Perut gue melilit!" ujar Tian meringis menahan sakit di perutnya.Seketika Arlyn menjadi panik.Gadis itu pun berkata,"Kak Tian! Kamu kenapa?" serunya cemas."Kak Tian?" ulang Zemi dan Agnes menaruh curiga kepada Arlyn."Eh, sorry-sorry! Maksud gue, Bos Tian what happen with you?" ucap Arlyn buru-buru, masih dengan wajah cemas."Gue kelaparan nih, gara-gara memikirkan laporan penting ini. Gue sampai lupa makan siang." sahutnya semakin mendramatisir keadaan."Sama, Bro. Sepertinya penyakit maag gue mulai kambuh!" Rahez ikut meringis sambil memegang perutnya."Apa? Kamu kelaparan, Hez?" ujar Zemi khawatir.Sontak ucapannya itu membuat Agnes dan Arlyn menatap tajam ke arahnya. "Maksud saya, Bos Rahez. Apakah Anda kelaparan?" tutur Zemi mencoba untuk bersikap biasa saja."Pakai nanya lagi Lo, Zemi! Ya jelaslah kami kelaparan! Ini kan waktunya makan siang!" sengit Edward."I ... iya, Bos. Maa
Para gadis terlihat sibuk packing baju-baju. Pasalnya, ketiga bos baru saja menghubungi jika perusahaan mereka akan mengadakan meeting penting di Bali bersama para investor asing."Kalian sudah selesai? Taksinya sebentar lagi sampai," seru Agnes kepada ketua sahabatnya."Sudah, kok." sahut Zemi."Gue juga, ready to go!" ucap Arlyn. Lalu mengajak kedua temannya untuk ke luar dari unit apartemen mereka.Saat ini ketiganya telah masuk ke dalam mobil kantor yang akan membawa mereka menuju bandara. Sesampai di bandara, mereka segera check in lalu masuk ke dalam ruang tunggu. Ternyata para bos telah lebih dulu sampai di Bali. Setelah menempuh perjalanan udara kurang lebih selama satu jam lima puluh lima menit, pesawat yang membawa para gadis itu, akhirnya mendarat juga di Bandar udara I Gusti Ngurah Rai Bali.Mobil jemputan telah menunggu ketiganya. "Selamat pagi, Nona-nona. Selamat datang di Bali. Mari silakan masuk ke dalam mobil," seru sopir taksi online, yang akan membawa mereka ke s
"Ya, kamu berbeda dengan mantanku, yang tak bertanggung jawab itu, Kak Tian." seru Arlyn."Kamu sungguh spesial, Ed. Seperti martabak spesial dicampur telur lima butir!" Agnes ikut memuji Edward."You are the best, Rahez." Zemi juga memuji kekasihnya. Lalu ketiga pria itu pun menganggukkan kepala pertanda jika telah tiba waktunya saat ini.Edward pun angkat bicara,"Maka dari itu, perjanjian konyol kalian ini tidak berlaku lagi mulai dari sekarang!" seru Edward kepada para gadis itu.Lalu dengan cepat, Edward, Rahez, dan Tian segera merobek-robek kertas yang berisikan perjanjian tersebut menjadi potongan-potongan kecil, di hadapan para gadis. Agnes, Arlyn, dan Zemi sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa saat ini. Mereka hanya bisa memandang kertas itu, dengan perasaan tak menentu. Di satu sisi ketiganya sangat senang mereka akhirnya bisa terlepas dari perjanjian konyol itu. Namun di sisi lain ada rasa takut yang menghinggapi hati mereka. Mungkinkah pria pilihan mereka adalah pili
Rahez terlihat melangkah mondar-mandir di Lobi hotel, menunggu Zemi ke luar dari dalam kamar yang berada di lantai atas gedung itu. Pasalnya pemuda itu akan mengajak sang kekasih untuk bertemu dengan keluarganya yang sedang berada di Bali.Rencananya setelah bertemu dengan keluarga besarnya, Rahez pun akan dikenalkan oleh Zemi kepada kedua orang tuanya, sebagai calon suaminya. Semua itu mereka lakukan untuk menentangperjodohannya dengan anak kolega ayahnya.Rahez pun akhirnya dapat tersenyum lega saat ini, karena melihat sang kekasih yang cantik paripurna, begitu sangat memukau, harum mewangi sepanjang hari, sedang melangkah ke arahnya dengan begitu anggunnya. "Sayangku! Finally kamu datang juga. Aku pikir kamu baru menghampiriku saat sang surya mulai tenggelam di ufuk barat," rayunya kepada sang kekasih."Apaan sih, Hez! Gombal banget, deh!""Ini bukan gombal, Sayang. Tapi ini adalah kesungguhan hatiku yang begitu sejuk kepadamu layaknya mata air di atas pegunungan nun jauh yang di
Setelah pertemuan keluarga yang tak terduga itu, Zemi dan Rahez mulai disibukkan dengan persiapan pernikahan mereka yang akan dilangsungkan di sebuah ballroom hotel bintang lima yang ada di Bali. Apalagi seluruh keluarga besar telah memutuskan jika pernikahan keduanya akan dilaksanakan akhir minggu ini. Demi untuk menjaga kestabilan mood dan mental kedua mempelai. Semua urusan tentang persiapan pernikahan mereka, telah diserahkan kepada wedding organizer. Zemi dan Rahez hanya tahu bersih saja. Sementara untuk gaun pengantin, Mami Gita menginginkan jika calon menantunya memakai gaun yang dulu pernah dirinya pakai saat menikah. Gaun terlihat sangat mewah setelah dimodifikasi oleh seorang designer terkenal yang didatangkan langsung oleh sang ibu mertua dari luar negeri. Sepertinya kedua mempelai terlihat bersantai-santai ria sampai hari pernikahan tiba.Sementara dua pasangan lainnya, melanjutkan liburan mereka di Bali."Honey, ayo kita eksplore Bali." ucap Tian kepada Arlyn, sang
Ketiga keluarga yang bersahabat diantaranya Keluarga Edward dan Agnes, Keluarga Tian dan Arlyn, serta keluarga Rahez dan Zemi telah merencanakan liburan ke Negara Sakura, Jepang tepatnya di Disneyland yang berada di Tokyo.Para ayah muda tersebut, saat ini sedang berkumpul di sebuah kafe untuk membicarakan rencana liburan tiga keluarga."Bro, bagaimana persiapan keluarga Lo dalam rangka rencana liburan kita ke Jepang?" tanya Rahez kepada Edward dan Tian."Keluarga gue aman, Bro. Semua barang-barang telah dipacking dengan baik sama Agnes." sahut Edward."Bagaimana dengan Lo, Tian?""Beres! Semua tinggal berangkat," sahut Tian.Mereka pun merencanakan keberangkatan ke sana, akhir minggu ini.Perjalanan udara dari Jakarta ke Jepang adalah petualangan yang menarik bagi keluarga Arlyn, Tian, Edward, Agnes, Rahez, dan Zemi beserta anak-anak mereka: Harvey, Eva, Isaac, Jacob, Josie, Fritz, dan Leticia. Mereka semua sangat bersemangat untuk menjelajahi keajaiban Disneyland, yang berada di Tok
Hari libur sekolah telah tibaRahez dan Zemi telah berjanji kepada kedua anaknya, Fritz dan Leticia akan membawa mereka ke Taman Safari yang terletak di daerah Puncak Bogor."Fritz, Leticia. Kita berangkat sekarang ke Taman Safari," tutur Papa Rahez kepada kedua anaknya."Hore! Aku sudah nggak sabar, Pa!" Leticia bersorak kegirangan sudah tidak sabar untuk segera sampai di sana."Ayo, Pa! Tunggu apalagi. Kita berangkat sekarang saja. Selagi masih pagi. Ntar semakin siang akan semakin macet." Fritz ikut mengingatkan sang ayah agar segera melajukan mobil.Mama mana? Kok nggak kelihatan?" tanya Papa Rahez kepada kedua anaknya.Lalu dari arah dalam rumah Mama Zemi terlihat sedang melangkah menuju ke tempat mobil berada."Mama, buruan! Nanti kita bisa kena macet!" teriak Leticia kepada sang ibu."Iya, Sayang. Mama memang akan masuk ke dalam mobil." ucap Zemi lalu masuk ke dalam mobil, dan mulai bergabung dengan anggota keluarga lainnya."Baik ... karena semua sudah lengkap. Kita berangkat
Hari ini Harvey dan Eva menerima raport dari sekolah. Mereka sungguh senang karena keduanya mendapatkan nilai yang bagus.Sang ayah pernah berkata jika mereka mendapatkan nilai bagus saat pembagian raport, Papi Tian dan Mami Arlyn akan membawa mereka untuk berjalan-jalan ke Ancol."Harvey, Eva .... Seperti janji Papi jika nilai kalian bagus, Papi akan membawa kalian untuk jalan-jalan ke Ancol. Jadi kita besok ya, kita ke sana." ucapnya kepada kedua putra-putri nya."Hore!" teriak Harvey."Asyik! Jalan-jalan ke Ancol!" Eva juga turut senang saat ini. "Ya sudah, anak-anak. Ayo kalian mandi dulu. Hari sudah sore," tutur Arlyn kepada kedua anaknya."Beres, Mami!" sahut keduanya.Keluarga Arlyn dan Tian sangat bersemangat ketika mereka memutuskan untuk menghabiskan hari istimewa di Sea World Ancol dan Dufan Ancol bersama kedua anak mereka, Harvey dan Eva. Hari itu pastinya akan dipenuhi dengan kebahagiaan dan petualangan yang tak terlupakan.Mereka tiba di Sea World Ancol di pagi cerah
Liburan sekolah telah tiba, Edward dan Agnes pun menghadiahi ketiga anak-anaknya untuk menghabiskan waktu liburan mereka di Pulau Komodo."Daddy! Jadi benar kita akan ke sana?" tanya Isaac tak percaya."So pasti, dong! Kan Daddy sama Mommy sudah janji kepada kalian,"serunya menjawab perkataan anak sulungnya."Dad, di sana kami bisa berenang dan snorkeling?" Kali ini Jacob, si putra kedua yang bertanya."Tentu saja boleh, Jacob. Asalkan kalian melakukan kegiatan di laut atas izin dari Daddy dan Mommy," jawab Edward kepada anak laki-lakinya yang ke dua."Hore .... Aku sudah tidak sabar ingin segera sampai ke sana, Dad!" Si bungsu Josie juga ikut antusias."Ya sudah, kalau begitu kalian bantu Mommy untuk packing," ujar Agnes kepada ketiga anaknya."Siap, Mommy!" jawab ketiganya serentak.Persiapan keluarga Agnes dan Edward untuk perjalanan dari Jakarta ke Pulau Komodo adalah momen yang penuh antusiasme bagi keluarganya.Dengan tiga anak mereka yang bersemangat, Isaac, Jacob, dan Josie, y
Saat siang hari, di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta Selatan,Rahez terlihat sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, dengan perasaannya yang campur aduk. Dia merasa cemas dan khawatir, akan tetapi juga penuh antusiasme. Sejak beberapa menit yang lalu, Zemi, istrinya telah dibawa ke ruang operasi untuk menjalani prosedur operasi caesar. Mereka akan segera menjadi orangtua untuk pertama kalinya.Saat Rahez sedang menunggu istrinya. Seketika dia mengingat momen-momen indah yang mereka telah lewati bersama selama perjalanan panjang menuju kehamilan ini.Keduanya telah bersiap dan merencanakan semuanya dengan cermat. Mereka ingin memastikan bahwa kelahiran Baby Fritz, berlangsung dengan aman dan baik.Di sisi lain, Rahez merasa sedikit cemas. Operasi caesar adalah tindakan medis yang serius, dan meskipun risiko adalah bagian dari setiap prosedur medis, dia ingin Zemi dan bayi mereka dalam keadaan sehat.Sang pria tak luput untuk berdoa agar semuanya berjalan lancar dan tanpa komplik
Di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.Tiano Pisceso, suami dari Arlyn Virgolin. Terlihat sangat tegang saat ini. Pasalnya sang istri sedang berjuang di atas meja operasi untuk melahirkan bayi pertama mereka yang sesuai prediksi dokter, bayi dalam kandungan Arlyn itu berjenis kelamin laki-laki.Tian sengaja menunggu di luar karena pria itu tidak sanggup melihat istrinya disayat-sayat perutnya oleh alat-alat kedokteran. Tak berapa lama setelah itu, seorang dokter kandungan ke luar dari ruang operasi. Seraya berkata,"Tuan Tiano Pisceso.""Iya ... saya, dok." jawabnya dengan wajah tenang.Sang dokter segera mengulurkan tangannya kepada Tian dan mengucapkan selamat kepadanya,"Selamat, Tuan Muda. Bayi Anda terlahir sehat dan semua anggota tubuhnya juga lengkap," ucap sang dokter dengan mengulas senyum kepadanya."Keadaan istri saya bagaimana, dok? Apakah Arlyn baik-baik saja? Bisakah saya menemuinya? Saya sangat ingin melihatnya dokter. Terus terang saya sangat khawatir dengan keadaa
Hari ini adalah jadwal Agnes untuk melahirkan anak pertamanya bersama Edward. Sesuai kesepakatan bersama, sang istri akan menjalani operasi caesar.Tak tanggung-tanggung, Edward menyewa satu lantai rumah sakit, untuk menyambut kelahiran putra pertamanya.Para keluarga besar mereka juga turut hadir menunggu Agnes ke luar dari kamar operasi. Edward ikut masuk ke dalam ruang operasi untuk mendampingi istrinya.Agnes dan Edward telah sepakat memberi nama anak laki-laki pertama mereka dengan nama Isaac Connor Award.Tak lupa pemuda itu mengabadikan kelahiran Baby Isaac melalu rekaman video. Edward dari tadi sangat fokus untuk mengabadikan momen mendebarkan itu.Karena perkembangan zaman yang semakin canggih, kurang dari setengah jam Baby Isaac terlahir di dunia.Wajahnya kemerah-merahan, dengan hidung mancung dan rahang yang sangat kokoh seperti ayahnya. Sepertinya delapan puluh persen wajah Baby Isaac mendominasi wajah Edward.Agnes menangis terharu melihat bayi yang berada di dalam rahim
Ternyata para pria mesum itu, berhasil membuat istri mereka hamil yang berjarak beberapa minggu saja. Sepertinya istri-istri mereka akan melahirkan secara berdekatan.Sangat kebetulan juga, para istri saat ini sedang mengandung bayi laki-laki. Ternyata oh ternyata, pria-pria mesum itu memiliki bibit unggul yang sangat bagus sehingga dapat membuat istri-istri mereka hamil dengan berjenis kelamin laki-laki.Namun karena ketakutan mereka jika para istri kesakitan saat melahirkan. Baik Edward, Rahez, dan Tian pun memutuskan agar istri-istri mereka melahirkan secara operasi caesar.Walaupun sebenarnya para istri ingin melahirkan normal. Akan tetapi mereka tidak kuasa untuk menolak permintaan para suami yang suka memaksakan kehendak mereka itu."Baby, hati-hati jalannya!" ucap Edward kepada Agnes."Honey, pelan ya kamu jalannya!" Tian juga ikut khawatir dengan Arlyn."Sayang, satu-satu langkahnya!" Rahez ternyata juga mewanti-wanti Zemi.Sementara ketiga istri mereka terlihat saling pandang
"Andra! Anda belum rapi memangkas tanaman yang itu! Jangan sampai Pak Bos Rahez memecat Anda!" perintah Asisten Frans yang sedang mengawasi pemuda itu untuk membersihkan taman di depan kantor."Tolong, saya jangan dipecat Asisten Frans. Saya akan menata ulang taman ini agar lebih indah lagi.""Buruan kamu kerjakan!""I ... iya, saya akan melakukannya lagi." seru Andra sambil mulai mengerjakannya lagi."Asal Anda, tahu. Taman ini adalah salah satu spot kesukaan istri dari Bos Rahez. Jadi Anda harus mengerjakannya dengan baik. Bahan-bahan juga sudah lengkap. Anda tinggal menatanya kembali. Kalau Anda memang tidak mampu. Jujur saja! Bos Rahez bisa memperkerjakan orang lain yang lebih kompeten di bidangnya!" Asisten Frans lagi-lagi menakut-nakuti Andra."Jangan diganti orang lain, Asisten Frans. Saya akan melakukannya sendiri." sahut Andra.Sudah dua minggu lamanya dia bekerja sebagai tukang kebun di sebuah perusahaan besar itu. Andra terpaksa menerima pekerjaan ini karena bayarannya yang