"Aku tidak buru-buru kok. Hanya saja aku tegaskan, aku tidak sedang bermain-main denganmu. Mari kita hadapi masalah perjodohan itu sampai akhirnya malah kita yang berjodoh dan tak akan terpisahkan!" tegas Rahez sambil menatap penuh cinta ke arah Zemi."Aku mencintaimu, Zemi Rania," serunya lalu dengan berani sang pria mengecup kedua punggung tangan Zemi dan tak lupa juga dia ikut mencium kening gadis itu."Ka ... kamu!" Zemi menjadi tak dapat berkata-kata saat ini. Bagaimana tidak, bibir Rahez dengan seenaknya mengecup beberapa area di tubuhnya. Bahkan dia melakukannya di dalam restoran yang terlihat ada beberapa pengunjung lain yang berada di sana."Kenapa denganku, Zemi?" serunya sambil tersenyum penuh rasa bahagia."Kamu kok berani-beraninya menciumku? Kamu tahu begitu banyak orang di tempat ini?" ketusnya sambil terus mencoba melepas genggaman pria itu dari tangannya, namun tidak bisa."Tentu saja aku berani! Karena kamu adalah milikku!""Hah? Sejak kapan?" tukas Zemi tak habis pi
"Bagaimana dengan cincinnya? Apakah kamu suka?" tanya Rahez kepada Zemi sesaat setelah dia selesai melakukan pembayaran.Zemi mengangguk, karena memang sang gadis menyukai bentuk dan desain cincin itu, sesuai dengan keinginannya. Walaupun Zemi sedikit kesal karena Rahez tetap merahasiakan harganya."Tapi, Hez. Apakah cincin ini tidak berlebihan? Kita kan baru ketemu hari ini. Ngobrol langsung juga baru sekarang," Zemi kembali mengeluarkan argumennya. "Ha-ha-ha. Zemi Rania, untuk mu memang harus terlihat berlebihan semuanya. Karena kamu adalah wanitaku, jadi nikmati semua fasilitas dariku!" tegas Rahez."Tapi aku nggak suka seperti ini!" protes Zemi."Harus suka! Kita tim solid sekarang. Kamu mau perjodohan itu batal, bukan?""Iya, dong! Siapa juga yang mau dijodohkan?" sergah Zemi."Maka dari itu, kita harus kompak. Ikuti saja semua rencanaku. Toh juga hasilnya nanti untuk kebahagiaan kita berdua. Apakah kamu setuju?" tanya Rahez, sambil menatap ke arah gadis itu dalam-dalam."I ...
"Baby, kamu kok fokus banget sih nontonnya?" tutur Edward kepada Agnes. "Karena filmnya keren, Ed." jawab Agnes."Yaelah! Aku juga bisa buat film yang lebih seru dari itu," tukas Edward sambil tersenyum ditengah kegelapan di dalam studio itu.Edward mulai membuka bungkus popcorn rasa coklat kesukaan keduanya. Sembari berkata lagi kepada Agnes,"Baby, kita suap-suapan popcorn ya!" Namun belum sempat Agnes menjawab, Edward mulai menyodorkan camilan itu di mulut sang kekasih.Tangan Agnes yang dari tadi juga sibuk menyuapi popcorn di mulut kekasihnya. Malah disedot oleh Edward sekarang. Pria itu juga ikut merapatkan tubuhnya dengan sang kekasih. Agnes pun mulai berontak. Konsentrasinya menonton film menjadi terganggu.Namun sang kekasih tidak membiarkan itu terjadi. Edward tetap merapatkan tubuhnya kepada Agnes."Edward! Kamu mau ngapain, sih? Kita sedang berada di dalam bioskop saat ini!" kesalnya kepada pria itu.Bukannya menjawab, Edward malam kembali membuka mulutnya mengisyaratk
"Sepertinya kita bertiga harus bicara!" sergah Arlyn."Siapa takut?" tukas Zemi."Yap, benar banget. Sepertinya kita memang harus bicara!" tutur Agnes kepada kedua temannya.Mereka pun mulai melangkah menuju ke dalam lift yang akan membawa ketiganya ke unit apartemen yang selama ini mereka tinggali. Di dalam lift baik Zemi, Arlyn, maupun Agnes menatap penuh selidik satu sama lain. Saling curiga mulai terlihat diantara ketiganya. Apalagi tadi di dalam area bioskop mereka diam-diam telah saling memergoki jika ketiganya masing-masing sedang bersama para pria, bukannya lembur seperti yang mereka katakan di group media sosial milik ketiganya."Nes, kenapa tuh leher Lo? Kok merah-merah begitu?" selidik Arlyn. Demikian halnya dengan Zemi juga menatap sinis ke arah Agnes."Oh ... gue sedang masuk angin sekarang! Uhuk ... uhuk!" Agnes pun memulai sandiwaranya dengan terbatuk-batuk."Hah? Masuk angin?" sahut Arlyn dan Zemi serentak."Iya, setiap masuk angin dan terkena angin malam, leher gue
Lalu tiba-tiba ponsel ketiga para gadis kembali bergetar dan hal itu terjadi beberapa kali."Eh, Bos gue nelpon, nih!" seru Arlyn lalu mencari tempat yang aman untuk mengangkat panggilan telepon dari Tian."Waduh ... Bos galak gue juga lagi hubungi gue nih, guys! Gue angkat dulu, ya!" ucap Zemi lalu berlalu dari ruang tv.Sedangkan Agnes tersenyum puas saat melihat kedua temannya menepi dari ruang tv itu. Dengan hati tenang Agnes pun mengangkat telepon dari Edward.Namun ketiga gadis itu masing-masing marah kepada kekasih hati. Bagaimana tidak, hampir saja mereka ketahuan karena para pacar menelepon yang tiada berhenti.Alhasil ketiganya masuk ke dalam kamar dengan muka cemberut dan langsung menonaktifkan ponsel mereka."Kenapa muka kalian?" celutuk Arlyn kepada kedua sahabatnya."Tauk, nih! Bos gue ngasi kerjaan yang berat banget," jawab Zemi sekenanya."Ya ampun, Zem! Kok Bos kita sama, ya?" tukas Agnes."Lho memangnya kenapa Bos Lo, Nes?" Arlyn semakin penasaran."Iya, reseh bange
Epicentrum Mall,Ketiga pria galau Rahez, Edward, dan Tian. Sepertinya memang benar-benar badmood hari ini. Terbukti disaat mereka selesai meeting pagi di kantor masing-masing, para pemuda tampan itu meninggalkan pekerjaan yang menumpuk kepada asisten dan sekretaris mereka di kantor.Lalu ketiganya pun berjanji untuk bertemu di Epicentrum Mall yang letaknya tidak jauh dari perusahaan mereka."Kenapa wajah kalian, woi? Kusut amat, lebih kusut dari benang yang tergulung berantakan," celutuk Rahez melihat wajah kedua sahabatnya pagi ini, yang sangat berbeda dari biasanya."Pakai nanya lagi, Lo!" sergah Edward."Ya ... gue nanya karena gue nggak tahu, Bro!" tukas Rahez lagi.Edward terdiam. Dia juga bingung harus memulai pembicaraan tentang pacar barunya kepada kedua temannya. Sementara Rahez, menunggu penjelasan dari pria itu."Baiklah, gue akan jujur. Sekarang gue sudah punya pacar," tutur Edward."Apa?" kaget Rahez dan Tian secara bersamaan.Tian yang dari tadi berdiam diri juga ikut
"Aneh bagaimana sih maksud Lo, Bro?" tanya Rahez penasaran.Sementara Edward mencoba menyimak perkataan kedua temannya. Karena pemuda itu juga curiga tentang sesuatu."Ya ... aneh. Arlyn melarang gue datang ke apartemen, tempat tinggal mereka. Terus jika dia telah pulang kantor, tidak boleh ada panggilan video call, maupun panggilan suara melalui ponsel. Seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikan olehnya. Kemudian Arlyn juga melarang gue untuk mengenal kedua sahabatnya dengan alasan mereka alergi dengan pria dan tidak suka jika Arlyn berpacaran dengan laki-laki manapun," seru Tian berapi-api."Wait a minute!" celutuk Rahez."Kenapa Zemi juga mengatakan hal yang sama ke gue?" "Maksud Lo, Hez? Zemi juga melarang Lo semuanya?" tanya Tian semakin penasaran."Yap! Tepat sekali! Zemi melarang gue sama seperti Arlyn melarang Lo melakukan semuanya!" Rahez mulai mengeraskan rahangnya.Teka-teki penuh misteri yang diciptakan oleh para gadis, berhasil membuat kepala ketiga pria tampan itu me
Hari ini bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia,Tiga perusahaan raksasa yang berlokasi di Area Epicentrum Rasuna Said, yaitu ZM Corp, AT Corp, dan PT Wilson Reality Tbk. Yang mana ketiga CEO perusahaan itu, diantaranya Rahez Finley, Tiano Pisceso, dan Edward Wilson. Sengaja merancang lomba persahabatan tujuh belasan di lingkungan kantor mereka, demi untuk melakukan penyelidikan awal atas kecurigaan mereka kepada para pacar masing-masing.Benar saja dugaan mereka, sehari sebelum lomba dimulai, ketiga gadis cantik itu telah mewanti-wanti pacar mereka untuk berpura-pura saling tak mengenal satu-sama lain. Dengan alasan Bos kantor mereka sangatlah galak.Ketiga gadis cantik itu, saat ini sedang melakukan pertemuan rahasia dengan pacar mereka di masing-masing kafe di dalam sebuah mall yang sama."Pokoknya kalau sedang lomba, kita pura-pura tidak kenal!" seru Zemi kepada Rahez."Sayang ... kok begitu, sih? Kan kita sudah resmi pacaran. Bos kamu itu adalah sahabat baikku," tu
Ketiga keluarga yang bersahabat diantaranya Keluarga Edward dan Agnes, Keluarga Tian dan Arlyn, serta keluarga Rahez dan Zemi telah merencanakan liburan ke Negara Sakura, Jepang tepatnya di Disneyland yang berada di Tokyo.Para ayah muda tersebut, saat ini sedang berkumpul di sebuah kafe untuk membicarakan rencana liburan tiga keluarga."Bro, bagaimana persiapan keluarga Lo dalam rangka rencana liburan kita ke Jepang?" tanya Rahez kepada Edward dan Tian."Keluarga gue aman, Bro. Semua barang-barang telah dipacking dengan baik sama Agnes." sahut Edward."Bagaimana dengan Lo, Tian?""Beres! Semua tinggal berangkat," sahut Tian.Mereka pun merencanakan keberangkatan ke sana, akhir minggu ini.Perjalanan udara dari Jakarta ke Jepang adalah petualangan yang menarik bagi keluarga Arlyn, Tian, Edward, Agnes, Rahez, dan Zemi beserta anak-anak mereka: Harvey, Eva, Isaac, Jacob, Josie, Fritz, dan Leticia. Mereka semua sangat bersemangat untuk menjelajahi keajaiban Disneyland, yang berada di Tok
Hari libur sekolah telah tibaRahez dan Zemi telah berjanji kepada kedua anaknya, Fritz dan Leticia akan membawa mereka ke Taman Safari yang terletak di daerah Puncak Bogor."Fritz, Leticia. Kita berangkat sekarang ke Taman Safari," tutur Papa Rahez kepada kedua anaknya."Hore! Aku sudah nggak sabar, Pa!" Leticia bersorak kegirangan sudah tidak sabar untuk segera sampai di sana."Ayo, Pa! Tunggu apalagi. Kita berangkat sekarang saja. Selagi masih pagi. Ntar semakin siang akan semakin macet." Fritz ikut mengingatkan sang ayah agar segera melajukan mobil.Mama mana? Kok nggak kelihatan?" tanya Papa Rahez kepada kedua anaknya.Lalu dari arah dalam rumah Mama Zemi terlihat sedang melangkah menuju ke tempat mobil berada."Mama, buruan! Nanti kita bisa kena macet!" teriak Leticia kepada sang ibu."Iya, Sayang. Mama memang akan masuk ke dalam mobil." ucap Zemi lalu masuk ke dalam mobil, dan mulai bergabung dengan anggota keluarga lainnya."Baik ... karena semua sudah lengkap. Kita berangkat
Hari ini Harvey dan Eva menerima raport dari sekolah. Mereka sungguh senang karena keduanya mendapatkan nilai yang bagus.Sang ayah pernah berkata jika mereka mendapatkan nilai bagus saat pembagian raport, Papi Tian dan Mami Arlyn akan membawa mereka untuk berjalan-jalan ke Ancol."Harvey, Eva .... Seperti janji Papi jika nilai kalian bagus, Papi akan membawa kalian untuk jalan-jalan ke Ancol. Jadi kita besok ya, kita ke sana." ucapnya kepada kedua putra-putri nya."Hore!" teriak Harvey."Asyik! Jalan-jalan ke Ancol!" Eva juga turut senang saat ini. "Ya sudah, anak-anak. Ayo kalian mandi dulu. Hari sudah sore," tutur Arlyn kepada kedua anaknya."Beres, Mami!" sahut keduanya.Keluarga Arlyn dan Tian sangat bersemangat ketika mereka memutuskan untuk menghabiskan hari istimewa di Sea World Ancol dan Dufan Ancol bersama kedua anak mereka, Harvey dan Eva. Hari itu pastinya akan dipenuhi dengan kebahagiaan dan petualangan yang tak terlupakan.Mereka tiba di Sea World Ancol di pagi cerah
Liburan sekolah telah tiba, Edward dan Agnes pun menghadiahi ketiga anak-anaknya untuk menghabiskan waktu liburan mereka di Pulau Komodo."Daddy! Jadi benar kita akan ke sana?" tanya Isaac tak percaya."So pasti, dong! Kan Daddy sama Mommy sudah janji kepada kalian,"serunya menjawab perkataan anak sulungnya."Dad, di sana kami bisa berenang dan snorkeling?" Kali ini Jacob, si putra kedua yang bertanya."Tentu saja boleh, Jacob. Asalkan kalian melakukan kegiatan di laut atas izin dari Daddy dan Mommy," jawab Edward kepada anak laki-lakinya yang ke dua."Hore .... Aku sudah tidak sabar ingin segera sampai ke sana, Dad!" Si bungsu Josie juga ikut antusias."Ya sudah, kalau begitu kalian bantu Mommy untuk packing," ujar Agnes kepada ketiga anaknya."Siap, Mommy!" jawab ketiganya serentak.Persiapan keluarga Agnes dan Edward untuk perjalanan dari Jakarta ke Pulau Komodo adalah momen yang penuh antusiasme bagi keluarganya.Dengan tiga anak mereka yang bersemangat, Isaac, Jacob, dan Josie, y
Saat siang hari, di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta Selatan,Rahez terlihat sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, dengan perasaannya yang campur aduk. Dia merasa cemas dan khawatir, akan tetapi juga penuh antusiasme. Sejak beberapa menit yang lalu, Zemi, istrinya telah dibawa ke ruang operasi untuk menjalani prosedur operasi caesar. Mereka akan segera menjadi orangtua untuk pertama kalinya.Saat Rahez sedang menunggu istrinya. Seketika dia mengingat momen-momen indah yang mereka telah lewati bersama selama perjalanan panjang menuju kehamilan ini.Keduanya telah bersiap dan merencanakan semuanya dengan cermat. Mereka ingin memastikan bahwa kelahiran Baby Fritz, berlangsung dengan aman dan baik.Di sisi lain, Rahez merasa sedikit cemas. Operasi caesar adalah tindakan medis yang serius, dan meskipun risiko adalah bagian dari setiap prosedur medis, dia ingin Zemi dan bayi mereka dalam keadaan sehat.Sang pria tak luput untuk berdoa agar semuanya berjalan lancar dan tanpa komplik
Di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.Tiano Pisceso, suami dari Arlyn Virgolin. Terlihat sangat tegang saat ini. Pasalnya sang istri sedang berjuang di atas meja operasi untuk melahirkan bayi pertama mereka yang sesuai prediksi dokter, bayi dalam kandungan Arlyn itu berjenis kelamin laki-laki.Tian sengaja menunggu di luar karena pria itu tidak sanggup melihat istrinya disayat-sayat perutnya oleh alat-alat kedokteran. Tak berapa lama setelah itu, seorang dokter kandungan ke luar dari ruang operasi. Seraya berkata,"Tuan Tiano Pisceso.""Iya ... saya, dok." jawabnya dengan wajah tenang.Sang dokter segera mengulurkan tangannya kepada Tian dan mengucapkan selamat kepadanya,"Selamat, Tuan Muda. Bayi Anda terlahir sehat dan semua anggota tubuhnya juga lengkap," ucap sang dokter dengan mengulas senyum kepadanya."Keadaan istri saya bagaimana, dok? Apakah Arlyn baik-baik saja? Bisakah saya menemuinya? Saya sangat ingin melihatnya dokter. Terus terang saya sangat khawatir dengan keadaa
Hari ini adalah jadwal Agnes untuk melahirkan anak pertamanya bersama Edward. Sesuai kesepakatan bersama, sang istri akan menjalani operasi caesar.Tak tanggung-tanggung, Edward menyewa satu lantai rumah sakit, untuk menyambut kelahiran putra pertamanya.Para keluarga besar mereka juga turut hadir menunggu Agnes ke luar dari kamar operasi. Edward ikut masuk ke dalam ruang operasi untuk mendampingi istrinya.Agnes dan Edward telah sepakat memberi nama anak laki-laki pertama mereka dengan nama Isaac Connor Award.Tak lupa pemuda itu mengabadikan kelahiran Baby Isaac melalu rekaman video. Edward dari tadi sangat fokus untuk mengabadikan momen mendebarkan itu.Karena perkembangan zaman yang semakin canggih, kurang dari setengah jam Baby Isaac terlahir di dunia.Wajahnya kemerah-merahan, dengan hidung mancung dan rahang yang sangat kokoh seperti ayahnya. Sepertinya delapan puluh persen wajah Baby Isaac mendominasi wajah Edward.Agnes menangis terharu melihat bayi yang berada di dalam rahim
Ternyata para pria mesum itu, berhasil membuat istri mereka hamil yang berjarak beberapa minggu saja. Sepertinya istri-istri mereka akan melahirkan secara berdekatan.Sangat kebetulan juga, para istri saat ini sedang mengandung bayi laki-laki. Ternyata oh ternyata, pria-pria mesum itu memiliki bibit unggul yang sangat bagus sehingga dapat membuat istri-istri mereka hamil dengan berjenis kelamin laki-laki.Namun karena ketakutan mereka jika para istri kesakitan saat melahirkan. Baik Edward, Rahez, dan Tian pun memutuskan agar istri-istri mereka melahirkan secara operasi caesar.Walaupun sebenarnya para istri ingin melahirkan normal. Akan tetapi mereka tidak kuasa untuk menolak permintaan para suami yang suka memaksakan kehendak mereka itu."Baby, hati-hati jalannya!" ucap Edward kepada Agnes."Honey, pelan ya kamu jalannya!" Tian juga ikut khawatir dengan Arlyn."Sayang, satu-satu langkahnya!" Rahez ternyata juga mewanti-wanti Zemi.Sementara ketiga istri mereka terlihat saling pandang
"Andra! Anda belum rapi memangkas tanaman yang itu! Jangan sampai Pak Bos Rahez memecat Anda!" perintah Asisten Frans yang sedang mengawasi pemuda itu untuk membersihkan taman di depan kantor."Tolong, saya jangan dipecat Asisten Frans. Saya akan menata ulang taman ini agar lebih indah lagi.""Buruan kamu kerjakan!""I ... iya, saya akan melakukannya lagi." seru Andra sambil mulai mengerjakannya lagi."Asal Anda, tahu. Taman ini adalah salah satu spot kesukaan istri dari Bos Rahez. Jadi Anda harus mengerjakannya dengan baik. Bahan-bahan juga sudah lengkap. Anda tinggal menatanya kembali. Kalau Anda memang tidak mampu. Jujur saja! Bos Rahez bisa memperkerjakan orang lain yang lebih kompeten di bidangnya!" Asisten Frans lagi-lagi menakut-nakuti Andra."Jangan diganti orang lain, Asisten Frans. Saya akan melakukannya sendiri." sahut Andra.Sudah dua minggu lamanya dia bekerja sebagai tukang kebun di sebuah perusahaan besar itu. Andra terpaksa menerima pekerjaan ini karena bayarannya yang