Castle Koloni Bloodmoon, Empping Forest.
Setelah selesai menyantap makanan yang disajikan, Anthoni meminta para wolf pelayan mengantarkan aku dan El ke kamar agar kami bisa beristirahat terlepas dari orang tua kami. Tn. Severus dan Lucia yang masih tinggal diruang makan membicarakan beberapa hal yang menurutku mungkin cukup penting.
Aku membiarkan mereka, menunda rasa keingintahuanku dan tidak ingin ikut mencampuri privasi diantara mereka. Aku begitu yakin jika kembalinya keluarga kami ke koloni adalah hal yang akan mendatangkan kegemparan diantara para rakyat Koloni lainnya dan mungkin juga beritanya bisa sampai ditelinga para kaum dan petinggi lain.
Saat aku mengitari Castle menuju ke ruangan yang disiapkan untukku, aku dibuat takjub dengan indahnya p
"kami akan segera mengumumkan ke pulangan anda Tuan". Ucap Anthoni saat berbicara empat mata dengan papa. Nampak tenang, tidak ada ekspresi yang berlebih dari papaku menanggapi perkataan Anthoni.___"Yang ku lihat papa hanya terdiam, mungkinkah dia berpikir sebelum memberikan jawaban atas pertanyaan Anthoni" Ucapku."Mungkin! Kita lihat saja apa yang Alpa Jasson akan lakukan. Bukannya tidak sopan mendengarkan percakapan pribadi orang lain?" Timpal Dami.Aku segera menghentikan aktivitasku, setelah sadar apa yang dikatakan Dami benar adanya, walaupun aku sedikit banyak menaruh rasa penasaran atas percakapan yang terjedah tadi.Tidak selang beberapa lama, Castle bloodmoon menjadi gempar akibat kedatangan para petinggi Godwolf yang mendengar bahwa sang Alpa yang pernah meninggalkan Koloni telah kembali."Beritanya cepat juga sampai di telinga mereka" Ucap Dami.
Iko's memory👇🏻"kami akan melalukan pelantikan kembali untuk Alpa Jasson, beritanya akan di sampaikan untuk para Alpa Koloni lain, sehingga mereka bisa menghadiri upacara Api Suci". Ucap Anthoni dengan bangga di depan para Godwolf.Salah satu werewolf berjubah itu terlihat geram dan memberikan pukulan tepat di bagian perut Anthoni, membuatnya tergeletak dan mengundang para kesatria untuk datang membantunya berdiri. Papa cukup kaget dengan keadaan yang terjadi menimpa anthoni, namun tetap kembali dengan sikap tenangnya."Kami tidak akan mengizinkan pengkhiatan untuk kembali menjadi pemimpin dalam Koloni kalian!".Papa terlihat cukup tersentak dengan perkataan yang dilontarkan oleh salah satu petinggi itu.Mama, El dan Lucia hanya terdiam menyimak pembicaraan mereka, dengan mama yang sesekali menyandarkan diri di bahu El. Dengan masih memegangi perutnya, anthoni memberanikan diri berbicara dengan p
Castle werewolf Bloodmoon, Epping Forest.____Sudah tiga hari berlalu, masih belum ada tanda-tanda dari Dami. Walaupun hampir tiap jam aku memastikan mindlink-ku terhubung dengannya, namun tetap tidak ada jawaban.Dan juga kali ini, timbul masalah baru mengenai pemilihan Alpa dalam Koloni Bloodmoon. Ucapan Dami yang lalu ingin mengambil bagian menjadi Alpa dalam Koloni menjadi pertimbangan besar, tidak hanya oleh para petinggi tapi juga para Alpa disetiap penjuru yang menentang jika She-wolf kembali menduduki tahta Alpa.Entah sejak kapan, peraturan mengenai 'She-wolf tidak diperkenankan memimpin sebuah koloni' diadakan, sehingga membuat para Alpa menolak gagasan pengangkatanku dan Dami.Bagiku tidak masalah, toh aku pun tidak menging
Mainhall castle Bloodmoon, Empping Forest.Suasana ramai terlihat, para Alpa datang bersamaan dengan Beta dan Omega dalam Koloni mereka, namun enggan rasanya kakiku melangkah menyapa atau sekedar berbasa-basi memperkenalkan diriku.Aku melihat papa yang tengah berbincang dengan salah satu lelaki paruh baya bermata emerald. Cukup tampan untuk kategori pria paruh baya. Terlarut dalam obrolan yang asik, sehingga papa mengabaikanku yang sedari tadi berada disampingnya, sampai lelaki itu yang kali ini bisa ku sebut om Redolf Vian (nama yang ku dengar saat papa memanggilnya), menoleh ke arahku dan memberiku senyum sembari memberi isyarat papa tentang keberadaanku."Aku sedari tadi melihat wanita muda yang sangat cantik. Saking cantiknya sampai-sampai aku tidak bisa mengalihkan pandanganku
“The moon will guide you through the night with the brightness, but it will always dwell in the darkness, in order to be seen.” - Shannon L. Alder_____Ketika semuanya terasa gelap, tidak ada cahaya sedikit pun yang ku lihat, yang terasa hanya kehampaan."Dimana aku?". Ucapku lantang..Aku berharap siapapun bisa membantuku untuk keluar dari kegelapan ini. Aku berjalan terus menerus entah kemana arah kakiku melangkah. Lelah? Jelas saja, tapi aku lebih memilih untuk merasakannya dan menemukan jalan untuk keluar ketimbang harus diam dalam kegelapan seorang diri."Siapapun.. tolong keluarkan aku dari sini!". Ucapku lagi dengan sedikit teriakan.Sampai saat secerca cahaya nampak di depan mataku, cahaya itu berterbangan berkumpul pada satu titik berubah mengambil form wolf, yang awalnya ku yakini adalah Dami."akhirnya Dami kembali"
Langkah kaki & wangi aroma tubuh Anthoni tercium semakin mendekat berjalan ke arah ruanganku."Masuklah" ucapku bahkan sebelum anthoni mengetuk pintu terlebih dahulu."Hormat saya Nona Aqueene, Alpa Jasson sudah menunggu anda di mainhall bersama para tamu undangan".Aku tersenyum menatap Anthoni, "baiklah, 10 menit lagi aku akan turun. Kau duluanlah anthoni". Ucapku memintanya dengan lembut.Walau sebenarnya jauh dalam lubuk hatiku, begitu banyak ketegangan dan tekanan yang kurasakan sekarang. Dan bagaimana aku bisa berdiri tegap tanpa Dami di sisiku."Huff, sadarkan dirimu Ene. Sebentar lagi Dami pasti akan kembali, yap! Aku harus bersiap-siap sekarang".Melangkah ke arah lemari pakaian, memilih pakaian terbaik dan sedikit berpoles, agar wajah pucat ku tak teelihat dihadapan para rakyat Koloni dan juga para tamu undangan."Walaupun di tentang, setidaknya penampilanku tid
Haruskah perang terjadi lagi?Jika waktu bisa diputar kembali, jiwaku tidak akan berkelana cukup jauh hanya untuk kembali menyaksikan kekelamanku.____"MAJULAH, akan ku bunuh kalian semua"."CUKUP!". Tiba-tiba saja Lucianna muncul, tepat detik-detik dimana Dami akan menghabisi mereka yang tidak setuju ataupun membatah keputusan Koloni kami."Aku, Noblesse perantara para kaum dunia Immortal memperingatkan kalian para werewolf untuk tidak mengulangi kesalahan yang pernah leluhur kalian lakukan. Jika kalian mengabaikan peringatanku, penguasa Dunia Immortal akan menghancurkan kalian tanpa tersisa sekalipun".Kali ini aku merasa Dami sedikit menurunkan level niatnya setelah mendengarkan ucapan Lucia dan kembali mengambil form human."Heh! Dasar Noblesse gila... Setelah menyegel kekuatanku, sekarang kau datang untuk menakut-nakuti bangsaku". Ucap Dami melalui min
"Damicielle, please! Jangan lakukan itu". Gemah seorang lelaki terdengar cukup jeles sedang terisak dengan pilunya."Maafkan aku dan tetaplah seperti ini, semuanya adalah kesalahan sejak awal, tidak seharusnya kita bertemu. Walau Moongoddess mengikat takdir kita, tapi biarlah aku yang menanggung semuanya"."Tidak..... Ku mohon! Ku mohon jangan, Dami. Akan ku lakukan hal yang sama jika sampai itu terjadi. A...a..atau biarkan aku menyelesaikan ini, hmm? Aku tidak ingin kau menanggungnya sendiri". Ucapnya lagi."Maafkan aku MATE! ".🥀"TIDAAKKK!"..."Hah hah hah".Aku terbangun dengan mimpi buruk yang sama namun versi yang berbeda. Kali ini sangat menusuk dan menyesakkan dadaku. Bermimpin kembali tentang Dami yang mengakhiri hidupnya dan juga tentang seseorang yang ditinggalkannya."Siapa Lelaki itu...?"
"ku mohon, jawab aku!" turutku tegas.Terik matahari menyengat, merambatkan cahayanya melintasi selah-selah tirai kamarku.Setelah pertemuan kami selesai, aku bergegas kembali ke ruangan. Anthoni dan beberapa guards sedang menjalankan tugas untuk menyampaikan pesan ke tiap-tiap koloni dan para kaum immortal yang ada.Entah mengapa, firasatku berkata ini bukan hanya sekedar tentang pack atau bahkan kaum kami saja, "apa ini akan jadi perang besar?" ucapku, membatin.Tuk.. tuk.. tuk..Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku, tercium aroma khas tubuh sosok yang ku kenal, "masuklah" timpalku.Lucia tersenyum, dengan jubah putih yang indah menyampu lantai kamarku, ia berjalan mendekat."Apa dia masih tertidur?" tuturnya sembari menatapku."Kau tahu?" ucapku spontan menanyainya."Hm.." ia kembali tersenyum dan kini mengambil tempat tepat di sampingku."Biar ku bantu, dia tidak akan meresponmu tanpa desakan." ucapnya la
"siapkan pasukan! Waktunya telah tiba. Kekeke.." ucap salah seorang wanita yang wajahnya nampak tertutup oleh bayangan hitam dalam cahaya malam. Dengan tawa dan lantunan mantera yang ia ucapkan, membuat para pasukan bayangan kegelapan bangkit dari tidur mereka dan bertebaran dilangit malam."Baik, Ratu!" timpal seorang dengan deep tone yang terdengar dibalik kegelapan."Saat bulan berdarah tiba, semuanya akan menjadi milik kita. Dunia immortal akan menjadi milik kita" ucapnya lagi.***"Alpa.." sapa Anthoni dibalik pintu ruanganku."Ada apa, An?" tanyaku."Semuanya tengah menunggu anda dibawah.""Baiklah" ucapku meminta Anthoni untuk turun terlebih dahulu.Pagi ini aku terbangun dengan gelisah, tubuhkan mengeluarkan hawa panas, tidak seperti biasanya.Aku berjalan menuju mainhall, dari jauh beberapa mata memandangku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Kali ini pun diriku dibuat terheran dengan berkumpulnya semua orang
"Besok aku akan kembali ke Pack" tuturku membuka percakapan ditengah keheningan antara diriku dan Arrone malam ini."Tak bisakah kau menundanya lagi?" balasnya.Sembari menggelengkan kepalaku pelan, "ini sudah terlalu lama, Ar. Ku mohon mengertilah." ucapku, menolak keinginannya dengan lembut.Terdengar suara tarik nafas kasar sebelum mateku berkata lebih lagi, "baiklah, kita akan ke perbatasan besok pagi. Aku akan mengawalmu." tuturnya lagi, walau dengan wajah kekecewaan yang tersirat.Setelah insiden yang terjadi di perbatasan terakhir kali, aku menunda kepulangan ke pack selama seminggu penuh dan hanya ditemani oleh Groovin, sedangkan Anthoni dan para guards lain telah beranjak mendahuluiku untuk kembali ke Koloni Bloodmoon terlebih dahulu."Vin, kau mendengarku" sapaku melalui mindlink."Ada yang bisa saya bantu, Alpa?" timpal guardku."Persiapkan kepulangan kita besok." pintahku."Baik, Alpa."***Keesokan ha
Butuh beberapa puluh menit lagi untuk sampai keperbatasan. Namun faktanya, wilayah Koloni Redmoon kembali dibobol oleh para serigala liar dan..., entahlah!Tercium aroma asing yang tidak pernah ku ketahui sebelumnya, "tipis, seperti sengaja untuk disamarkan." batinku."Apa ini ulah mereka lagi?" ucap Arrone."Mereka?... Siapa?..."***Anthoni terlihat bergegas mengarah ke arahku dan Arrone, "Lapor Alpa, didepan para rogue sedang mencoba untuk menghadang para warrior dan guards, namun kali ini ada yang berbeda, para serigala liar itu seperti memiliki sepuluh kali lipat kekuatan dari biasanya. Pergerakan mereka pun sulit untuk diprediksi dan bahkan mereka terlihat menyerang tidak hanya dengan tangan kosong.""Apa maksudmu, An. Tidak dengan tangan kosong?" tuturku heran. Baru kali ini mendengar jika kawanan serigala liar itu mampu membuat kawanan mereka di akui.Kali ini Arrone kembali memimpin dengan Alpa tonenya, memberi arahan pada Be
Malam ini terasa panjang dan menggairahkan setelah ku lalui bersama dengan Arrone. Kami menuangkan segala kerinduan yang mendalam setelah terpisahkan jarak dan waktu yang cukup lama.Perlahan tanganku menyusuri setiap lekuk wajah mateku, menancapkan kerinduan yang mendalam pada rona wajahnya. Pandangan kami bertemu satu sama lain dengan nafas dan detak jantung yang memburu, Arrone perlahan kembali memberikan sensasi yang menaikkan adrenalin untuk menghabiskan malam panjang kami.***Silauan cahaya matahari menembus sela-sela jendela, perlahan aku membuka mata dan beranjak dari tempat tidur terlebih dahulu tanpa membuat Arrone terbangun. Aku merasakan keberadaan Anthoni di balik pintu seakan menunggu kami hingga tersadar."Anthoni.." ucapku melalui mindlink."Ya Alpa, selamat pagi. Maaf membuat anda terbangun.""Tak apa, kalian sudah siap?" tuturku lagi."Sudah, Alpa. Alpa Christ dan Luna Diana sedang menunggu di ruang jamuan unt
"Arbyon!" tuturku terkejut melihat pemuda itu dipenuhi baluran darah segar disekujur tubuhnya.Tatapan tajam dengan kilauan nanar hitam nan pekat menggambarkan segala hal yang terjadi padanya. "Arbyon..." ucapku lagi, namun kali ini dengan nada yang terdengar lebih pelan dan lembut."Apa yang terjadi?" tanyaku.Hening melanda kami hingga beberapa saat. Aku melempar tatapan disegala sisi ruangan, tercium bau amis darah segar memenuhi sekitar kami. "Sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan, selain dari kami berdua." pikirku."Mereka semua pergi meninggalkanmu!" ucapnya datar. Perlahan kabut gelap menutupi tubuh pemuda itu, membawanya lenyap dalam sekali kedipan mata, dan sekejap saja ruangan dimana aku berada terlihat seperti pemakaman maut.Mereka.. mereka semua..."Aarrgg.. hah, hah, hah!"***Aku menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya setelah tenggorokanku terasa sulit untuk menelan salivah. Mataku menjelajahi sel
Suasana kembali tegang seketika Dami menampilkan senyum sinisnya menatap tamu yang dibawah Orlambus untuknya."Selamat datang, my new Guard." ucap Dami, yang membuat beberapa orang terkejut, termasuk diriku.*****"Wah, kau merekrut guard baru tanpa memberitahuku terlebih dahulu?" hardikku, melalui mindlink.Tak ada jawaban darinya, benar-benar membuatku kesal dan ujung-ujungnya, hanya akan membuat ku terdiam dan menjadi pengamat yang baik atas segala tindakan yang ia lakukan."Selamat datang di gubuk kami Fikarus Alezo." pungkas Dami.Pria itu hanya tersenyum kecil, meraih tangan ku dan menggenggamnya lembut."Senang bisa melihatmu lagi, kau tak kalah cantiknya seperti dulu." ucap pria itu."Uh, dia melayangkan godaan padamu" hardikku kembali tak kalah sarkasnya, namun tetap saja perkataanku seperti tak terdengar olehnya."Untung saja Arrone tak disini, kali ini aku bisa memaklumi tindakanmu." batinku.Dami tampa
Alexa, Guard yang ditempatkan menjadi kepala untuk para warrior penjaga perbatasan menyalakan petasan tanda sesuatu hal yang genting sedang terjadi dan berasal dari pintu perbatasan utara, membuat ku yang saat itu berada di perbatasan selatan bersama Groovin sedikit terkejut, Groovin terdiam menunggu perintah dariku, aku mencoba memindlink Alexa dari jarak jauh dengan kekuatan yang ku punya."Alexa, kau bisa mendengarku?" ucapku."Bisa, Alpa" timpalnya."Apa yang terjadi?""Perbatasan diserang oleh beberapa rogue, vampir liar dan seorang black witch. Semua tampak diluar kendali, Alpa. Mereka menyerang dengan membabi buta" ucap Alexa terdengar sedikit panik."Baiklah aku mengerti, bertahanlah sejenak, aku akan meminta yang lain untuk menyusul, kau bisa ku andalkan, kan?""Baik, Alpa" ucapnya sebelum memutuskan mindlink denganku.Aku meminta Groovin mengarahkan seperempat pasukan gerbang selatan untuk membatu para warrior dan wolf
Kicauan burung terdengar, menapaki silauan senja yang terlihat dibalik pegunungan yang menjulang indah di depan mata. Aku sedang menikmati waktu senggang ku bersama papa, mama dan El, menikmati secangking teh hijau tepat di halaman belakang kastil Bloodmoon. Kembali mengenang masa dimana kami masih tinggal dan berbaur bersama para manusia."Pa, bagaimana dengan usaha Cafe yang papa tinggalkan?" tanyaku menaruh penasaran dengan nasib usaha yang pernah papaku tekuni untuk menghidupi dan memenuhi segala kebutuhan kami."Rencananya, jika keadaan menjadi lebih membaik, papa dan mama akan berkunjung ke dunia manusia untuk mengecek segala sesuatunya dan juga mungkin, ini hanya kemungkinan yang akan terjadi, papa dan mama akan menetap disana untuk waktu yang belum bisa dipastikan." jawab papa seraya menjelaskan beberapa planning yang telah ia pikirkan dan sepakati bersama dengan mama.Aku cukup terkejut dengan keputusan yang mereka buat, hanya saja, aku tidak ingin bert