WUISH! "Ganteng banget." Sampai memutar bola mata dari gadis gadis cantik, berbinar, pada saat Joe menepikan kendaraanya di area parkir. Bahkan ada yang tergesa gesa menyelesaikan polesan lipstik di bibir begitu melihat sedan mewah yang ditunggangi supir super tampan berhenti di dekatnya.Beberapa dari mereka sibuk mengambil momen ini untuk keperluan konten sosmed. Hanya sayangnya, mereka tidak bisa mengambil wajah Joe dari depan. Cuma punggung belakang Joe saja yang nampak lantaran posisi yang membelakangi. Tapi paling tidak gadis gadis itu sudah banyak mengambil gambar sedan mewah yang hanya bisa mereka lihat dalam channel otomotif saja."Mimpimu ketinggian," sahut rekannya, sambil menoyor kepala temannya yang mengatakan itu. "Woy! Iri aja!" Balasnya, ngegas. Joe baru saja menginjakan kaki di kedai susu. Sebelumnya dia sudah membeli sepatu dan kemeja di mall terdekat. Joe tidak mau bermasalah lagi dengan petugas karena disangka pengemis lalu akibatnya dia akan dilarang masuk. Du
Ruanganya cukup kecil dan penerangannya pun sangat minim. Dugaan Joe ini tempat pembuangan barang barang tidak terpakai. Setelah memastikan kalau situasi aman, barulah pria itu mengatakan, "orang yang tuan tanyakan itu sudah mati." Sungguh kaget Joe mendengarnya. Namun dia masih penasaran kenapa semua orang takut karena menyebut namanya. "Jason dibunuh oleh mafia yang kejam, tuan. Dan pria yang membunuhnya berpesan akan melenyapkan semua orang yang berurusan dengan Jason," lanjutnya. Di titik ini Joe mengerti kenapa semua orang takut menyebut namanya. Khawatir kalau mereka pun jadi korban. Joe membuang pandangannya sedikit ke arah lain. Jadi Jason sudah mati. Padahal dia satu satunya orang yang mengetahui siapa pembunuh Nadira kata pimpinan. Atau pembunuh Jason juga ada hubungannya dengan kematian Nadira? Batin Joe. "Siapa yang membunuh Jason?" Tanya Joe. "Mereka dikenal dengan kelompok Azzura," jawabnya. Azzura! Sepertinya akan panjang pekerjaanku untuk menyelidik dan menyisi
"Tolong, jangan serahkan aku kepada mereka," lirih gadis itu. Dia nampak sangat ketakutan sekali. "Ini bukan urusanku," sahut Joe dingin. Mendapatkan Joe tidak peduli, membuat kedua pria asing ini berani untuk mendekat ke arahnya. "Tolong tuan, mereka akan membunuhku," mohonnya. Gadis itu merengek dengan memegangi tangan Joe begitu kuat. Joe hanya terdiam dan tidak mau ikut campur urusan orang lain. Dia tidak kenal siapa gadis ini? Bisa saja dia pencuri yang tertangkap. Atau apapun bisa terjadi di negeri yang kacau seperti ini. Lagipula, Joe sendiri masih punya dua misi yang belum tuntas. Saat yang bersamaan, kedua pria itu sudah memegangi tangan si gadis. Dan Joe pun pergi tanpa merasa bersalah sudah membiarkan wanita itu ditangkap mereka. "Lepaskan aku!" Teriaknya, sambil meronta. "Haha! Teriaklah sampai suaramu habis. Kau akan menyusul si Jason sialan, biadap!" Seru salah satunya. Kemudian dia menampar pipi gadis itu dengan sangat keras hingga meneteslah darah segar dari sela
"Tadi aku mendengar kedua orang ini menyebut nama Jason. Apa kamu kenal dengan Jason?" Sontak jantungnya berdebar dengan apa yang baru saja dia dengar. Aissh! Benar juga. Sepertinya aku baru saja masuk ke kandang singa yang nampaknya lebih ganas, batin wanita itu cemas. "Tidak. Aku tidak kenal dengan orang yang kamu katakan," sahutnya. Nampak sekali kalau dia sedang berdusta. Joe bisa melihat dari sorot matanya yang seperti lagi menutupi sesuatu. Langsung saja Joe mengarahkan pandangan tajam ke wajah gadis itu. "Aku paling tidak suka dibohongi! Atau kamu lebih suka aku kembalikan lagi pada orang orang itu?" Ucap Joe penuh penekanan. "Jangan. Tolong jangan." "Kalau begitu katakan! Siapa Jason? Dan ada hubungan apa kamu dengan Jason?" Desak Joe. Nampak khawatir, hanya saja dia tidak bisa menghindari intervensi Joe. "Jason ... dia mantan suamiku," ujarnya gugup. "Lalu, kenapa dia dibunuh?" "Jason ... dia ... dia ... " "Aku tidak punya banyak waktu!" Sambar Joe gregetan. "Jason
"Steve!" Pevita memanggil manager kedai susu ini dengan pita suara melengking. Gegas saja pria berjas hitam dengan dasi kupu kupu itu datang menghampiri. "Non Pevita, anda ... " Sungguh kaget Steve mendapatkan bosnya ada di depan mata. Bagaimana dia bisa berada di sini? Bukankah tuan Rayzen sudah ... gumam Steve dalam hati bingung. "Apa yang kau pikirkan, hah!" Seketika ekpresi Seteve berubah mendapatkan intimidasi dari bosnya. Dia salah tingkah menghadapi Pevita. "Buk-bukan seperti itu maksudku. Tapi ... " Sampai Steve pun tak mampu melanjutkan perkataannya. Kemudian, Steve mengalihkan ke pembicaraan yang lain. "Ada yang perlu saya bantu non Pevita?" Di titik ini, bola mata Pevita pun berputar, sinis, ke arah Jilly dan Vino. "Apa kau bisa mengusir mereka dari tempat ini? Sungguh, mereka sangat menggangguku!" Perintah Pevita. Sontak Jilly dan Vino pun tercengang mendengarnya. "Haha! Lelucon macam apa ini? Hei! Kau tidak tau siapa kami, hah!" Sinis Jilly. Dengan percaya diri
Di titik ini, barulah Pevita mengerti kalau semua ini perbuatan Rayzen.Dia mengancam pemilik kedai susu untuk tidak berhubungan denganku dan menghapus kepemilikan sahamku begitu saja. Sungguh keterlaluan! Tapi kenapa orang ini yang mengaku pemilik kedai susu? Bukankah tempat ini pemiliknya tuan Rey? Pikir Pevita. Wajah bingung Pevita rupanya membuat Jimmy mengerti. "Oh kamu pasti bertanya tanya kemana tuan Rey? Baiklah, biar kamu tidak penasaran akan aku jelaskan. Beberapa hari yang lalu Rey menjual saham kedai susu ini padaku. Dan aku bisa melihat potensi besar di sini. Jadi, segera saja aku beli. Dan mulai saat ini, akulah penguasa di tempat ini." Dengan sikap pongahnya dia mengatakan ini. Benarkah? Jadi tuan Rey sudah menjual kedai susu pada orang ini? "Bagaimana kamu bisa melarikan diri?" Giliran Jimmy yang bertanya bersamaan dengan senyum liciknya.Beat!Kemudian pandangan Jimmy berpaling menatap Joe. "Oh i see. Pasti karena laki laki ini. Aku bisa menebaknya. Tentu dia yang
Tidak ada yang tahu kalau sebenarnya Ceasar ada di antara mereka. Dia duduk persis di belakang Jilly dan Vino. Dari tempatnya, Ceasar bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan dengan sangat jelas. Tentu saja kecuali Joe yang menyadari keberadaan Ceasar. Hanya saja Joe sudah memberi isyarat pada Ceasar untuk tidak ikut campur urusannya sampai diperintahkan. Tadinya, kedatangan Ceasar ke kedai susu ingin menemui Joe lantaran ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Namun begitu dia tiba, kondisi berkata lain. Akibatnya Ceasar terpaksa bersabar sebentar sampai Joe selesai dengan masalahnya. Begitu saatnya tiba, hanya dengan satu kedipan mata dari Joe, Ceasar mengerti harus melakukan apa. Si sombong Jimmy dengan bangganya petantang petenteng di depan Joe dengan mengandalkan dirinya sebagai pimpinan di kedai susu. Sungguh saja itu malapetaka baginya. Ceasar langsung mengurusnya dengan baik. Dia menghubungi pihak ketiga untuk mencari status kepemilikan kedai susu. Alhasil, Ceasar berbica
"Hei Joe, apa yang terjadi? Ada apa dengan dia?" Pevita bertanya pada Joe dengan sangat penasaran ketika Jimmy sibuk menghubungi seseorang untuk memastikan kebenarannya. "Tunggu saja, sebentar lagi kamu akan mengerti," sahut Joe santai. Dan begitu Jimmy selesai berbicara via telpon genggam dengan seseorang, wajahnya berubah pucat, keringat dingin lalu memberi hormat kepada Pevita selaku pemilik kedai susu yang baru. "Maafkan saya non Pevita. Saya undur diri," ucapnya. Dan kemudian, Jimmy pun berlalu. Nampak sekali wajahnya menyimpan rasa malu sekaligus dendam kepada Joe dan Pevita yang mudah sekali membalikan keadaan. Hanya saja Jimmy tidak bisa berbuat apa apa selain pergi. Sontak semua orang tercengang melihat kejadian aneh ini, termasuk Pevita sendiri yang belum mengerti dengan apa yang terjadi. Tiba tiba saja, Ceasar menemui Pevita dengan mengaku sebagai pihak bank untuk memberitahukan kalau kedai susu ini sudah berpindah alih ke tangannya. Semakin memperjelas apa yang terjadi
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia