NARASI LADY VISCARIASetelah mengetahui apa yang terjadi pada Zaylie, hati-Nya begitu hancur. Dia merasa tidak ada lagi yang dapat dilakukan—tidak ada lagi artinya hidup, jika harus melalui penderitaan itu sendirian.Dengan hati-hati, Freesia hadir di sana untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan Zee. Dulu, Dia berpikir jika itu sudah cukup. Freesia memiliki kehangatan dan kasih sayang yang belum pernah Dia rasakan sebelumnya. Namun, sekali lagi, ternyata itu belum cukup. Dia merasa hampa dan tidak dapat memahami persoalan-persoalan sepele tentang diri-Nya sendiri.Jika diingat kembali, Freesia selalu datang berkunjung bersama seorang gadis yang kehadirannya begitu kuat dan positif—itu adalah sesuatu yang benar-benar menyilaukan. Dia hampir akan selalu memalingkan pandangannya ke arah lain yang lebih gelap dan dingin daripada harus melihat kearahnya. Namun, gadis penuh tenaga itu tidak pernah mau meninggalkan-Nya sendirian.Kak Iris tidak memaksakan kehendaknya setiap kali kami bert
Ruang duduk yang nyaman itu terasa sepi setelah Lady Viscaria menjawab pertanyaan Azalea sebelumnya. Dengan kebingungan, Azalea mengulang jawaban si wanita paruh baya, “Alastor masih hidup? Maksudmu, Alastor yang itu?”Lady Viscaria mengangguk tanpa mengatakan sepatah kata pun.“Tapi apa hubungannya dengan Dokter Blalock?”“Banyak,” jawab Lady Viscaria. “Cukup banyak sebenarnya.”“Jelaskan apa yang sebenarnya dikatakan dokter itu padamu.”Lady Viscaria tertawa geli dan mengembuskan napas panjang sebelum memutuskan untuk menunjukkan betapa lega perasaannya saat itu.“Kau tahu,” katanya. “Sudah lama Dia mengejar bayang-bayang pembunuh itu—dan akhirnya perjuangan itu tidaklah sia-sia.”“Aku nggak menyangkalnya, tapi bisakah informasi itu kita percayai?”“Hanya ada satu cara untuk membuktikan kebenarannya.”“Well,” ucap Azalea. “Ini akan menjadi sangat berbahaya.”“Karena itu, Dia tidak akan melibatkan kalian dalam hal ini.”Azalea tertawa dan menatap mata Lady Viscaria dengan tidak perca
Untuk sebuah hari yang cerah di musim liburan, kereta Orient Express pagi itu cukup sepi. Kereta mewah yang lebih sering digunakan untuk sebuah perjalanan bisnis dan karyawisata ini terdiri dari sebelas gerbong tidur, tiga gerbong restoran, dua gerbong staf dan sebuah gerbong bar.Di salah satu gerbong restoran dengan interior yang begitu memanjakan mata, Lady Viscaria duduk berhadap-hadapan dengan Azalea dan Rita.“Ada yang sedang Nona pikirkan?” tanya Rita ketika menyadari wajah cemberut Azalea. “Apakah karena Tuan dan Nyonya tidak ada di rumah?”Wanita itu menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada menyindir, “Bukan itu. Sejujurnya, aku nggak begitu memedulikan apakah mereka ada di rumah atau nggak.”“Kalau begitu apa yang sedang mengusik Nona?” “Well, kau tahu,” ucap Azalea dengan ragu-ragu. “Apakah tadi kau memerhatikan bagaimana dia berusaha menyembunyikan perasaannya?”“Oh, tentang itu. Tentu saya memerhatikan,” jawab Rita. “Nona Patricia terlihat begitu lelah dan bingung
I “Selamat datang, Nyonya,” sambut Vivian dengan penuh perasaan lega. “Biar saya bawakan barang-barang Anda.” “Terima kasih, Vivian.” Gadis itu segera mengambil barang-barang bawaan Lady Viscaria dan membawanya masuk ke dalam rumah, meninggalkan majikannya yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam Wisteria Manor. Lady Viscaria berhenti sejenak sambil memejamkan matanya. Azalea dan Rita yang ada di belakangnya hanya menunggu tanpa pikiran penuh pertanyaan. Bagi mereka, apa yang dilakukan Lady Viscaria adalah sesuatu yang biasa—sebuah ritual yang dilakukannya ketika kembali ke habitatnya. “Sepertinya ada yang baru di sini,” ucap Lady Viscaria. “Aku nggak melihat ada dekorasi baru di sini,” kata Azalea. “Bukan—bukan itu, ada orang lain selain Vivian dan para pelayan lainnya.” Mendengar perkataan Lady Viscaria yang cukup mencurigakan, Azalea dan Rita segera mengambil posisi berisiap untuk kemungkinan terburuk yang dapat mereka alami. Si wanita paruh baya menoleh ke arah me
Ruang makan Wisteria Manor terletak di lantai satu—tepatnya di sebelah kanan foyer. Ruangan itu berbentuk persegi panjang dan memiliki dua sisi terbuka berbentuk L di mana sisi lebarnya menghadap tangga di foyer yang menuju ke lantai dua, sedangkan sisi panjangnya menghadap ke dapur. Malam itu merupakan salah satu malam yang cukup tenang dan hangat di kediaman Lady Viscaria yang hampir setiap waktunya menerima surat-surat berisikan permohonan penyelidikan dan lain sebagainya. Malam itu, Lady Viscaria meletakkan topengnya dan tersenyum dengan kepuasan yang terasa asing. “Ini malam yang menyenangkan,” gumamnya. Dilihatnya Vivian dan Rita yang sedang sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk malam itu sambil sesekali bercanda—yang tentu saja membuat Vivian sering melirik majikannya karena bertingkah saat bekerja. Namun, Lady Viscaria berpura-pura untuk tidak melihatnya dan sebisa mungkin tidak memunculkan pandangan penuh selidik ke arah gadis canggung itu. Di seberang meja makan, Aza
Sebuah mobil polisi memperlambat lajunya ketika berbelok memasuki gerbang Wisteria Manor yang terbuat dari bebatuan setinggi satu meter dengan tiang-tiang besi yang tertancap padanya membentuk sebuah pagar kokoh mengitari kediaman sang detektif. Jalan masuknya yang sedikit berputar mengitari taman bunga dan pepohonan wisteria membuat siapapun yang datang berkunjung akan secara tidak langsung menikmati keindahan pemandangan itu.“Sudah lama saya tidak mengunjungi tempat ini,” kata seorang polisi yang duduk dibelakang kemudi sambil sesekali mengagumi lingkungan tempat tinggal Lady Viscaria.“Kau berbicara seolah-olah ini adalah sebuah lokasi wisata,” sindir Inspektur LeBlanc. “Perhatikan saja jalannya, aku tidak ingin membuat masalah dengan wanita itu.”Polisi yang sedang mengemudi itu tertawa mendengar kata-kata atasannya yang hampir tidak pernah didengarnya ketika sedang bertugas.“Saya selalu menikmati kunjungan ke Wisteria Manor karena selain tamannya yang indah, saya berkesempatan
09:33 MalamDengan langkah pendek dan berat, Emily Jess berjalan menuju ruang baca Lady Viscaria. Sesekali dia akan berhenti dan melihat ke luar jendela yang berada di sisi kirinya. Malam itu begitu sunyi dan menyesakkan—hampir-hampir membuat kedua tangan dan kakinya tidak berhenti bergetar. Emily menggenggam tangannya erat-erat di dekat dadanya dan melanjutkan langkah kakinya.“Rasanya seperti sedang menuju tiang gantungan,” gumam Emily.Wanita itu berhenti di depan pintu ruang baca dan memberanikan diri untuk mengetuk. Beberapa saat dia menunggu tapi tidak ada jawaban dari dalam. Emily mengetuk sekali lagi dengan sedikit lebih keras.“Masuk,” kata suara dari dalam ruang baca.Mendengar suara Lady Viscaria yang begitu dingin dan tegas, Emily segera membuka pintu dengan hati-hati.Ketika pintu terbuka, kondisi di ruang baca cukup mengejutkan Emily.Tidak ada satupun lampu di ruangan itu yang menyala—perapian pun tidak. Satu-satunya cahaya yang menerangi sebagian tempat itu adalah caha
Rabu, 8 Januari 2025/09:17 PagiRuang Keluarga Wisteria Manor“Jadi, apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku?” tanya Azalea setelah dirinya merasa cukup dengan basa basi Alphonse. “Kau membuat dirimu terdengan cukup serius tadi.”Rita melirik Alphonse dan berhenti dari permainannya.“Itu benar. Jika ini sesuatu yang serius, saya lebih baik tidak ada di sini.”Alphonse menatap kedua wanita itu secara bergantian dan berkata, “Ini tentang kasus yang kalian tangani sebelum malam panjang yang harus kalian lalui di Hawthorn Lodge.”Mendengar pertanyaan yang tidak terduga dari Alphonse itu, Azalea dan Rita saling bertukar pandang. Rita mengangkat bahunya kepada Azalea—yang membuat wanita itu mengeluh dan menoleh ke arah Alphonse sambil bertanya, “The Frappuccino Murder?”“The what?” tanya Alphonse dengan bingung. “Kau nggak sedang bercanda, ‘kan?”“Aku memang menyebutnya bagitu,” kata Azalea dengan serius.Alphonse hampir tertawa namun disadarinya bahwa tatapan Azalea dan Rita benar