#Testpack (128) Test Pack ART-ku-Harus Dengan Apa Meyakinkanmu-Secepat kilat aku mengambil sapu tangan di saku. Sapu tangan itu adalah sapu tangan miliknya yang sampai saat ini belum aku kembalikan.Lalu mengusap mulut dan bibirnya yang berdarah dengan perasaan yang kacau.“Kita duduk, Bang.” Kupapah ia berjalan ke salah satu sofa terdekat.Salma, sahabat SMA-ku yang memiliki asma menawarkan oksigen portable yang masih disegel. “Thanks Salma.” Aku segera membuka segel dan memberikannya kepada Bang Saga yang terengah-engah.“Ya Allah, Bang. Aku baru sadar, kenapa mengajakmu berdansa terlalu lama.”Bang Saga menekan tombol oksigen dan menghirupnya dalam-dalam. Berkali-kali sampai lega kembali.“Enggak apa-apa, bukankah Abang, yang ajak.”“Kita pergi dari sini, Bang, kita ke klinik atau RS terdekat, oke?”Ia membuka telapak tangannya, menolakkan ke arahku.“Nggak usah, Abang baik-baik saja.”Ia berkata sembari melepas jaketnya. Aku membantunya. Lagi, kuusap bibir dan hidungnya yang m
#Testpack (129) Test Pack ART-ku-Ada Harapan dan Cinta Yang Kau Pungkiri-“Hush, kok Abang tumben bicaranya blak-blakan begitu?”“Karena khawatir kamu nggak bisa melihat ini secara objektif, Rin. Kamu selalu berharap Shania jadi dengan Mas Hangga, tapi apakah kamu juga bisa lihat gimana sebenarnya isi hati Mas hangga?”“Mas Hangga mulai membuka hati untuk Shania belakangan ini, Bang. Pada acara ulang tahun Altaf, begitu besar keperdulian Mas Hangga pada Shania dan anak-anaknya. Aku melihat ada cinta tumbuh dalam hatinya. dan di pesta kemarin, Mas Hangga pula yang mengumumkan rencana pernikahan mereka, ‘kan?”“Cinta bisa tumbuh karena keterpaksaan.”“Maksud Abang?”“Kamu yang menjodohkan mereka, ‘kan?”“Ya, tapi mereka berdua yang akhirnya memutuskan, mau atau nggak, ‘kan, Bang. Kalau mereka nggak mau, nggak akan melangkah sejauh ini.”Bang Saga diam. jari-jemarinya mengetuk perlahan sandaran jati pada lengan kursinya.“Lalu kalau Abang bisa menebak sebuah hubungan didasari cinta ata
#Testpack (130) Test Pack ART-ku-Selamat Kalian Akhirnya Akan Menikah-Aku segera melepaskan genggaman tangannya. “Abang nggak pernah meninggalkanmu.”Kutunggu ia melanjutkan kata-katanya. Tapi ia sama sekali tak mengeluarkan kata-kata lagi.Aku pergi melangkah meninggalkannya. Mencari Mama dan Nenek.“Kamu sabar saja, Rin. Saga sedang terguncang. Dia belum bisa menerima kenyataan bahwa dia menderita sakit itu, hanya ia tak ingin terlalu menunjukkannya di hadapanmu. Tapi kamu bisa melihat, dengan dia bersikap plin plan seperti itu saja, sebenarnya ia sedang goyah.” ucap Nenek. Raut wajahnya menunjukkan keprihatinan yang dalam padaku. Ah, Nek. Betapa aku menyayangimu dengan segenap hatiku. Kamu begitu sayang padaku.“Iya, jadi biarkan dia sendiri dan merenung. Saga tak akan benar-benar siap kehilanganmu. Mami yakin, dia akan menghubungimu. Kamu sabar aja dulu ya, Rin.” Aku terdiam mendengar ucapan Mami. Mami mengelu-elus lembut punggungku.Lalu mengangguk mengiyakan. Ya, apalagi?
#Testpack (131) Test Pack ART-ku-Situasi Tak Terduga Mereka Berempat-Aku membuang wajah ke arah lain mengatakan itu. Berharap Mas Hangga tak melibat ekspresiku.“Karin, kamu terlalu sayang untuk diabaikan,” ucapnya pelan.Aku makin membuang wajah ke samping.“Jangan terbebani dengan semuanya. Kamu punya banyak pilihan untuk menempuh jalan bahagiamu. Hanya kamu yang tau jawaban itu.” lanjutnya lagi.Jawaban yang ia berikan membuatku memahaminya dua kali. Tapi itu sama sekali tak berguna untukku. “Kehidupan terus berjalan, Mas. Aku sedih. aku memang terluka. Tapi ada waktu, ada Allah yang akan bantu menenangkan hatiku. Dan Mas, fokuslah saja sama segala persiapan pernikahan. Mas beruntung akan menikahi wanita muda yang cantik dan begitu mencintaimu, Mas. Pergilah.”Aku membalik wajah kembali. Memasukkan dua tupperwa*re ke dalam dua plastik yang berbeda.Lelaki di hadapanku meremas-remas tangannya. Wajahnya nampak gelisah.“Kamu bener-bener rela, Dek. Mas menikah dengan shania?”“Ya,
#Testpack (132) Test Pack ART-ku-Biarkan Setiap Hati Jujur Bicara-“Ya Allah, Shan, teganya kamu ngomong begitu?”Aku makin tak mengerti, kenapa tiga orang terdekatku ini semuanya jadi tak kukenali. Mas Hangga yang nggak gentle. Shania yang jadi emosional, dan Bang Saga yang plin-plan dan tak berkarakter kuat. Entah kenapa dengan mereka. Ada apa sebenarnya dengan mereka bertiga.“Ya, tadi kata Mbak, Mas Hangga sudah mau jalan. Bukannya Mbak suruh pergi, malah kalian berduaan lagi enjoy santai kaya di pantai gini? Kan Mbak tau aku sama Mas Hangga ada janji sama orang butik.”“Mas, kamu ngomong deh sama Shania. Aku nggak mau lo jadi salah paham gini.”Mas Hangga masih duduk dengan santainya nonton televisi dan mengambil castangle dalam toples yang digenggamnya.“Mas, ngomong lah, jangan diem aja,” pintaku.“Duduk, Ga. Silahkan duduk. Duduk, Shan.” Ia justru berucap demikian masih dengan santai.Eh, ini orang makin gila saja.“Mas, kok suruh duduk. shania itu buru-buru.” Aku menepuk ba
#Testpack (133) Test Pack ART-ku-Hangga di Ambang Putus Asa-Bang Saga pergi meninggalkan kami bertiga.“Bang.” Langkah itu terhenti.---Menampakkan punggung dan bahu lebarnya seakan orang di hadapanku tak memiliki sakit apapun.“Jadi Abang sudah siap untuk menikah sekarang?” tanyaku lembut.“Ya, Abang ke sini mau bilang itu ke kamu sebenarnya tadi.”Kutarik napas dalam-dalam. Keputusanku juga sudah bulat. Aku memang menginginkan ini. Aku berjanji dalam hati akan membantu kesembuhannya. Dan karena aku mencintainya. Juga agar Mas Hangga tidak lagi galau terhadap rencana pernikahannya yang sudah di depan mata.“Besok malam, Abang akan bawa orang tua Abang datang ke rumah untuk melamarmu secara resmi.”“Baik, Bang. Aku akan siap-siap untuk itu.”Aku tahu, lelaki dengan kumis tipis pada wajah bersihnya itu sangat serius mengatakan ini. Dia bukan tipikal orang yang suka bercanda apalagi bermain-main dengan kata-kata.Mas Hangga mengusap wajahnya berkali-kali. Ia tampak kacau. Rahangnya
#Testpack (134) Test Pack ART-ku-Berita Mengejutkan Dari si Misterius-Mas Hangga mengangkat gawainya, yang ternyata sedang berbicara dengan seseorang dan diloudspeaker.“Shania, kamu dengar ‘kan? dua bulan lagi. 15 Maret. Jadi tanggal itu juga pernikahan kita akan berlangsung,” ucapnya.Aku yakin, baik Bang Saga maupun Shania sama-sama mendengarnya.To Be Continued.“Ya Allah, Mas. Jadi kamu itu sedang menelepon Shania? Kenapa kamu memperlakukan Shania seperti itu, sih?” Kukatakan itu dengan berbisik. Berharap Shania tak mendengarnya.“Loh, kamu kenapa lagi, Rin? Bukannya bagus, kita sama-sama akan menikah?”Kututup mulutku dengan telunjuk berharap ia mengerti.“Iya, tapi nggak gini juga caranya. Kamu bisa bicara baik-baik ‘kan. Datang ke rumahnya. Ketemu kedua orang tuanya. Bukan hanya karena tanggal itu keluar dari bibirku semata.”“Mas nggak ada niat apa-apa. Hanya ingin menikah di tanggal yang sama denganmu. Karena Shania juga kan tanya. Makin jelas main baik ‘kan?” bisiknya.A
#Testpack (135) Test Pack ART-ku-Lamaran Resmi dari Keluarga Saga----Sedetik kemudian dia menyelinap masuk ke lorong. Dari caranya berjalan, gerak bahunya, aku mengenalnya. Seperti … Seperti … Inem?ya, ya, ya, Inem. Apakah artinya benar Inem memang masih hidup? Sehebat apa dia sampai mampu menyelamatkan diri dari kecelakaan maut itu. Bahkan kepolisian sudah menyatakan ia tak akan mungkin selamat.Tapi barusan yang kulihat semakin meyakinkanku bahwa Inem memang masih hidup. Dia ada, dan dia mulai mengintai hidupku lagi. dia pasti sedang merencanakan sebuah kejahatan lagi kepadaku. Terlebih kecelakaan itu, pasti membuatnya menderita. Dan dia akan selalu membalas dendam kepada sesiapapun yang membuatnya menderita.“Mas? Kamu di sini?” Seseorang muncul di hadapanku.“Ya, aku mau menjenguk Yana, bagaimana keadaannya, Rin?”“Alhamdulillah terus ada progress, Mas. Oya, ada yang ingin kubicarakan sama kamu, Mas.”Mas Hangga mengamati wajahku, mungkin terlihat sebuah kekhawatiran di sana.
TEST PACK 174Test Pack ART-ku-Bahagia Tak Berujung-“Nggak bisa apa, Mas ...?”Dia merebahkan tubuhku ke bantal perlahan. Lelaki bermata bening dengan sepaket wajah yang selalu memabukkanku itu, mendekati wajahku.---“Nggak bisa jauh-jauh dari perempuan cantik di hadapan, Mas ini pastinya.” Kali ini wajahnya serius menatapku.“Mas, liatin akunya harus gitu, ya?”“Emm, memang Mas lihatnya gimana, si?”“Kayak, em … apa, yaa …?”“Mas juga nggak tahu, Dek. Mungkin karena kemarin-kemarin, Mas selalu buang jauh-jauh tatapan Mas ke tempat lain saat lihat kamu.”“Terus sekarang.” “Sekarang sayang dong, sudah halal nggak dilihatin. Mubajir. Heheheh.”“Oh, gitu, Mas …”“Iya, jadi ya Mas lihatinnya sepenuh hati. Biar masuk ke hati juga.”“Kelihatannya sudah bukan masuk ke hati saja. Sudah meresap ke jiwa sampai ke sum-sum tulang juga, Mas. Aku ‘kan sayang banget sama, Mas.”Ia membelai rambut lurus tergeraiku yang kini sudah panjang sepinggang.“Mas ….”“Hmmm …”“Jadi, Mas tadi mau minta apa?
#Testpack (173)Test Pack ART-ku-Dua Hati Mencecap Rasa-“Adududu … sakit, Dek.”Mas Hangga menghindar ke ujung kasur.“Coba jawab, apa dia itu kamu, Mas?” Aku mengejarnya dan mulai memegang kupingnya. Wajahku kini di atasnya dengan mata melotot.“Yang mana, sih?” Kini ia mulai sok cool.“Ish, emangnya Mas mau jelasin yang mana lagi? Dia yang selama ini mengganjal pikiranku. Belakangan dia bukan memberi informasi, malah jadi orang sok bijak yang banyak menasehatiku.”“Ya mungkin dia termasuk orang-orang yang sangat sayang sama kamu, Dek.”“Tapi kok Mas nggak kaget aku cerita begini? Nggak curiga. Kalau bukan Mas, pasti Mas akan langsung penasaran dan cari tahu siapa pengganggu itu?”Ia tergelak. Lalu memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga kami berguling-guling.Kini tubuhnya ada di atasku. Kedua netra ini hanya berjarak sekian inci saja. Napasnya memburu.“Kamu gemesin, Sayang, kalau marah-marah seperti ini.”“Ih, malah ngegombal!”“Beneran. Makanya Mas nggak kuat liat
#Testpack (172)Test Pack ART-ku-Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?-Perlahan tubuh kokoh itu meletakkan tubuhku ke atas springbed. Tubuhnya kini menjadi tepat ada di hadapanku.Bulu-bulu lentik itu bergerak, mengerjap. Bola mata cokelat itu menatapku lekat.“Tak pernah berubah dan tak ada yang berubah. Yang ada, rasa rindu yang terpendam lama dan kini mulai terobati.” Lirih suara itu, namun helaan napas itu hangat menyentuh wajahku.Seketika aku menjadi teramat kasihan kepada lelakiku ini. Bertahun-tahun ternyata aku mengabaikannya dalam kesendirian. Mungkin aku akan lega ketika dia sempat melupakanku. Tapi nyatanya dia justru tak pernah berhenti untuk terus berusaha membuat agar aku kembali padanya.Kubelai wajah putih dengan cambang tipis yang terlihat baru di cukur itu. Kubelai kumis tipis di atas bibirnya. Aku menikmati keadaan ini. dia sudah sah kembali menjadi suamiku. Dari dulu, aku sangat menyukai keadaan ini. Berdua-dua, dan menyentuh seluruh area wajahnya. Saat ini seakan mey
#Testpack (171)Test Pack ART-ku-Honeymoon ke Norwegia-Mas Hangga membuktikan semuanya. Saat aku datang ke KJRI semua surat-surat telah secepat kilat ia urus. Kugunakan pakaian serba putih yang telah ia persiapkan untukku sekeluarga. Di sini prosesi ijab kabul akan berlangsung. Tentunya resepsi nanti akan dilaksanakan di Indonesia. Aku duduk di sebuah ruangan serba putih.“Bismillah, Nak. Ternyata benar, kalau kita berbuat baik, sama Allah ditambah nikmatnya. Siapa yang mengira, pada akhirnya kamu justru menikah dengan Hangga saat umroh, Nak.”Mama mengelus bahuku lembut. Dirapikannya jilbabku itu. Mama menatapku dengan senyuman paling menyejukkan seakan menenangkan dan menyemangatiku bahwa ijab kabulku akan berjalan lancar. Mama paling tahu apa yang ada dalam benakku. Kupeluk Mama erat, lalu aku dan Mas Hangga mencium tangannya khidmat.Mama kemudian mengelus pipiku juga Mas Hangga, dan mengangguk-angguk seakan ingin bicara bahwa ia memberi restu.“Selamat Hangga. Papa salut sama u
#Testpack (170)Test Pack ART-ku-Aku Mau, Mas-Seketika aku merasakan duniaku hening!Sedang bercandakah dia? Rasa-rasanya dia sedang men-chat prank-ku. [Jangan meragukan Mas, Dek. Mas tidak sedang bercanda.]Ah, kenapa dia bisa membaca pikiranku.Aku masih diam mematung. Memandangi sebaris tulisan yang baru masuk ini. [Turunlah, Mas ingin bicara lebih serius lagi. Mas tunggu di lobi.][Jangan ragu lagi. Semuanya sudah Mas putuskan. Mas ingin kembali denganmu. Masih bolehkan, Dek?][ Boleh juga ‘kan Mas kali ini GR, meyakini bahwa kamu dan anak-anak berharap Mas kembali?”]Aku hanya mampu membaca pesan demi pesannya yang terus masuk satu demi satu.[Mas akan terus berada di lobi ini sampai kamu turun. Tak perduli kalau security sampai mengusir Mas pun. Mas akan tunggu!]Kupegang dadaku yang berdebar. Kugigit bibirku berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpi.Kuusap aku air mata yang dengan kurang ajarnya menerobos begitu saja melewati pipiku. Aku tak ingin menangis di hadapan
#Testpack (169)Test Pack ART-ku-Kita Menikah Sekarang-“Sudahlah, Mas. Kenapa kamu sekarang jadi kolokan begini. Kamu lagi akting, ya?”“Akting?”“Ya kamu berminggu-minggu nggak datang ke rumah kemarin-kemarin biasa saja. Kenapa sekarang kok jadi aneh merasa bersalah, mohon-mohon begini?”“Ya … Karena ….” Ia menjeda kata … bukan terlihat berpikir, tapi terlihat menahan kata. Wajahnya tampak malu-malu. Jujur itu menggemaskan di mataku. Seandainya dia suamiku, seandainya aku tak marah padanya. Seperti yang dulu biasa kulakukan, akan kucubit hidung atau pipinya lalu mengoyak-ngoyak rambutnya. Tapi rasa kesalku saat ini masih jauh lebih besar. Rasa emosiku muncul kala mengingat dia berkelahi membabi buta menghajar Bang Saga. Begitu sulit kuhentikan."Ah sudahlah, cepat pergi saja dari sini. Hidup menjauh dariku dan anak-anak. Kamu kelihatannya sudah cukup berbahagia hidup berdua saja dengan Zayyan, putra mahkota kamu itu!" Aku mendengkus kesal.“Loh, kok gitu, Dek. Zayyan kan anak kes
-Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi-Mas Hangga, seemosional itu dia. Dia mungkin bahkan sudah mengira hubunganku dengan Bang Saga semakin rekat, karena semakin dekat dengan tanggal pernikahan. Maka dari itu dia semakin menjauh dariku, dan jadi sangat kecewa melihat keadaan ini.Kalau begitu, kondisi Bang Saga benar-benar berbahaya. Tak akan ada yang bisa melerainya kecuali aku.“Clarissa, kamu bisa pulang sendiri ‘kan? Rasanya aku tak bisa membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah ini tanpa ada pihak lain. aku khawatir sesuatu terjadi.”“Aku bisa pulang sendiri, tapi aku merasa perlu ikut kamu, Rin. Karena ada aku masalah ini timbul. Ada andil aku dalam masalah kalian. Aku merasa perlu meminta maaf dan menjelaskan ke Mas Hangga.”“Please Clarissa. Cukup aku.”“Kamu percaya aku, kan Karin, aku janji kehadiranku tak akan memperkeruh apapun. Aku hanya berusaha bertanggung jawab atas ini semua.”Kedua tangannya ditelangkupkannya di hadapanku, memohon. “Nggak Clarissa! Kamu te
#Testpac k (167)Test Pack ART-ku-Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin-“Benar, Rin. Sebaiknya memang begitu. Jangan terlalu memikirkan Mas Hangga dulu. Fokus saja mendekat pada Allah. Jika dia jodohmu. Allah akan bukakan hati Mas Hangga.”“Ya. Yasudah, yuk bahas kapan persiapan kalian akan menikah ulang?”“Aku ingin kamu yang menentukan tanggalnya, Rin.”“Dua bulan lagi terlalu lama tidak?”“Emm, berapapun tanggal yang kamu kasih. Aku akan siapin.”“Tunggu, sepertinya aku harus lihat tanggalan. Nanti aku kabari lagi, ya?“Oke, nggak apa-apa, kabari saja kalau sudah nemu.”“Ya udah sekarang Abang Istirahatlah. Kan masih harus jaga tubuh biar kankernya nggak tumbuh-tumbuh lagi. Semangat selalu Abang dan Clarissa, ya. Aku mau urusin si duo kembarku.”“Ya, Insyaa Allah. Titip sun ya buat duo kembar.” Suaranya sedih. "Iya, Abang bisa kapan saja datang atau video call mereka, ya. Anak-anakku, anak Abang juga. Mereka tetap menganggapmu Papa mereka."Setelah mengucap salam, kututup panggilan
#Testpac k (166)Test Pack ART-ku-Biarkan Semesta Yang Membuka Hati-Aku paham, Bang Saga mengumbar kata manis untuk Clarissa di hadapanku, sebagai penanda, bahwa semuanya sudah berakhir. Bahwa dia sudah benar-benar memutuskan melepas tali kasih yang pernah terjalin. Ini bukan suatu keburukan. Ini suatu tindakan tegas darinya. Bang Saga Mengingatkanku pada momen yang tepat, pada saat Clarissa sedang bersamaku. Bahwa kini, Bang Saga sudah menjadi milik Clarissa.“Clarissa, kamu dengar sendiri ‘kan? Bang Saga meletakkan hatinya untukmu. Bukan karena aku. Tapi karena cintamu memang layak diperjuangkan. Aku dan Bang Saga sudah tak ada hubungan apa-apa. Kami baik-baik saja. Kamu jangan lagi merasa bersalah seolah kahadiranmu mengacaukan segalanya. Kamu wanita yang sangat berarti, sangat dibutuhkan Bang Saga.” Kugenggam erat tangannya, mengangguk menatap netranya. tersenyum memberi peyakinan bahwa tak ada masalah yang berat antara aku dan Bang Saga.Aku bangkit, melangkah, kutinggalkan me