#Testpack (150) Test Pack ART-ku-Rasa Iba Mendalam-Tak lama ada panggilan di gawaiku. Bang Saga.“Dek, Abang akan pulang ke Indonesia.”Aku terlonjak mendengar kabar darinya. Apakah artinya dia telah sembuh? Artinya apa yang kukhawatirkan terpatahkan oleh kabar ini.“Bang, ini sungguhan?”“Iya, sungguhan …”“Bang, kamu tahu nggak sich, aku deg-degan. Ini waktu yang aku tunggu-tunggu. Kamu tahu, belakangan ini aku merasa Abang beda. Abang jarang ngabarin, jarang telepon. Apa maksudnya Abang mau bikin aku kesel dulu buat kasih kejutan ini?”Suara di seberang sana tertawa. Tawanya renyah. Bahagia. Bahagia sekali.“Abang bahagia mendengar kamu ceria sekali Abang telepon.”Ia menjawab sembari mengunyah sesuatu.“Abang sedang makan?”“Iya, Abang makan sup ayam dan nasi lembut.”Seseorang sedang menyuapkan sendok berisi makanan ke mulut Bang Saga.Aku memperhatikan senang karena wajah itu kini terlihat cerah. Sangat cerah.“Abang disuapi siapa, Mami?”“Suster di sini.”“Oh, suster.”“Iya,
#Testpack (151) Test Pack ART-kuDua Keluarga yang MembaurPukul dua siang, Dokter Chandra datang. Dia meminta maaf karena agak terlambat sehabis menangani pasien bermasalah di kliniknya.Setelah berbincang sesaat, aku langsung memintanya untuk memeriksa Mas Hangga.“Baiklah, Dok. Sekarang Dokter tolong periksa papanya anak-anak. Dari kemarin dia demam dan tak mau dibawa periksa ke rumah sakit. Saya khawatir dengan kondisinya,” pintaku.“Baik. Bu Karin Saya ijin langsung masuk kamar kalau begitu.” Dokter melangkah sembari menenteng tas alat-alat kedokterannya.Tak lama Mama datang. Aku selalu tak kuat berjumpa dengan Mama Inda. susah payah kutahan saat melihatnya datang menghampiriku.“Ya Allah Karin, apa kabar kamu, Nduk? Mama kuangen sama kamu. Anak-anak mana, ikut kan mereka?”“Anak-anak masih di rumah, Ma. Sedang belajar. Mama pasti kangen, ya, sama mereka. Nanti Karin minta mereka datang ke sini, Ma.”Kupeluk erat wanita yang banyak memberi kenangan membekas dalam hidupk
#Testpack (152) Test Pack ART-ku-Bangunlah dari Koma Panjangmu, Kami membutuhkanmu-Sembari menyusui dua bujangku, aku mendengarkan percakapan Mama dan Mama Inda. Aku agak sedikit heran. Karena aku tahu, Mama adalah orang yang paling menentangku untuk rujuk dengan Mas Hangga. Tapi kenapa kali ini dia begitu welcome dengan Mama Inda. Sudah terbukakah hatinya? ***AjtMalam ini aku merasa tak tenang. Setiap jam membuka mata. Berusaha untuk nyenyak tak bisa apalagi sembari sesekali menyusui duo kembar ini. Ada yang mengganjal dalam hati, entah apa dan berusaha kutepis. Mungkin karena tidak sedang tidur di rumah, jadi ada rasa tak nyaman sehingga jadi tak nyenyak.Pukul dua dini hari, shalat tahajud, lalu menyempatkan ke kamar Mas Hangga. Mama Inda tertidur di sebelah Mas Hangga. Masyaa Allah, melihat mereka berdua hatiku gerimis. Semua hal tentang mereka berdua membuatku de javu dan kembali mengingat kepingan-kepingan masa lalu. Sebagian besar hidupku, sebenarnya begitu banyak terisi
#Testpack (153) Test Pack ART-ku-Ada Air Mata di sudut Netranya----Lihatlah Mas, semua menanti kesembuhanmu. Berharap kamu kembali bangun. Bangunlah, Mas. Jangan buat kami khawatir. Ternyata keberadaanmu kemarin-kemarin adalah sebuah oase bagi kami yang kami tak pernah sadari. Kini, kamu terdiam berhari-hari saja. Kami sangat-sangat kehilanganmu, Mas. akupun mulai menyadari, kehidupanku, tanpa dirimu seperti saat ini, ternyata jauh berbeda. Sepi.Bahkan Mama yang tadinya membencimu, sekarang sudah mulai terbuka padamu. Papa juga. Bangunlah Mas. Aku tak tahu apa yang terjadi kedepan. Aku sendiri sejujurnya berada dalam bimbang yang belum terjawab. Tapi aku mulai bisa merasakan kecondongna hatiku padamu. Please bangun, bantu aku, untuk bisa yakinkan hatimu, barangkali, hatiku bisa menerimamu kembali. Walau entah harus bagaimana menjelaskan kepada Bang Saga, lelaki yang sudah berjanji untuk menikahiku.Sayangnya sampai seminggu ia terbaring koma. Tak ada perubahan … Ia tetap diam, b
#Testpack (154) Test Pack ART-ku-Bertemu Mas Aksa-Masih tak bergerak. senaif itu aku berharap setelah aku ungkapkan semua isi hatiku, lalu Mas Hangga akan bangun. Tangannya tetap diam. Tubuhnya tetap beku.Kutatap wajah itu. Tunggu! Apa itu … kudekati wajahnya. Ada air tergenang di sudut matanya. Membentuk bulatan yang siap meleleh jatuh ...--Mas Hangga menangis? Benarkah ini? Apa dia, dia mendengar apa yang aku ucapkan?“Ma-Mas … Apa kamu mendengarku?”Tak ada reaksi. “Apa yang kamu rasakan, Mas? Aku ada disebelahmu …. Katakanlah.”“Mas, jawab, kamu dengar sesuatu? Kamu butuh sesuatu?”Karena air mata itu, memberiku keyakinan, sebenarnya dia mendengar, walau tak bisa membuka mata. Artinya usahaku membuahkan hasil. Walau kemajuan itu sangat sedikit. Dia bersedih, dia menangis. Jadi aku terus membombardinya dengan banyak pertanyaan, agar muncul keinginan dalam dirinya untuk berbicara, menjawab tanya, lalu kesadarannya perlahan kian memulih.“Mas …” kubisikkan kata itu lembut ke t
#Testpack (155) Test Pack ART-ku-Dia Sudah Menantimu, Rin.-Tangan itu melambai, memintaku untuk keluar.“Karin, keluarlah. Mas kangen. Jangan takut … sini … cepat keluar … buka pintunya … Ayuk ikut, Mas … Kita ke suatu tempat yang indah, nyaman, sejuk.---- Mas Aksa terus melambai-lambaikan tangannya meski pelan. Akhirnya tanganku menyentuh gagang pintu kembali. Daun pintu terbuka. Panas, udaranya sangat panas. Tapi kemudian Mas Aksa maju, menyentuh tanganku. Nyesss, jadi dingin. Udara yang panas seketika tak kurasakan lagi, seolah tangan itu mengaliri tubuhku dengan suhu dingin yang menjalari seluruh tubuh. Aku bahagia sekali, rindu yang tertahan seperti terobati. Aku ingin banyak bicara padanya. “Kita mau kemana, Mas? aku kangen kamu, Mas,” ucapku.Dia tak menjawab. Tapi genggaman tangannya seolah membawaku terbang. Semilir angin menerpa wajahku. Kugenggam lebih erat jari-jemarinya. Aku seperti menggenggam es.“Tangan kamu dingin sekali, Mas.”Ia hanya menatapku. Tatapan itu,
#Testpack (156) Test Pack ART-ku-Mengungkap Kejujuran Hati-Bermunajat kepada-Nya. Berpanjang-panjang dalam doa. Berdzikir. bermunajat.Hingga satu jam berlalu.Mama Inda mencariku.Memanggil-manggil namaku.Mama berbisik di telingaku.“Hangga sudah membuka mata, Rin.”Aku terperanjat menatap Mama.“Yuk, kita ke atas. Hangga menunggumu.”----“Ma, beneran Mas Hangga sudah siuman?” Kugenggam tangan Mama seketika.Mungkin sudah dengan wajah campur aduk.“Ya, Sayang. Hangga sudah membuka mata, terbatuk, dan tangannya menggenggam tangan Mama tadi.”“Masya Allah ….” Akhirnya cuma itu yang bisa kukatakan. Tubuhku merinding seketika. Aku lekas membuka dan melipat mukena dan menarik tangan Mama untuk segera kembali ke kamar Mas Hangga.Didepan pintu, aku berdiri sejenak. Menatap sosok yang terbaring itu, tapi dengan mata yang terbuka, jemarinya tampak mengelus perutnya perlahan. Ah, Ya Allah, terima kasih, dia bergerak, dia tidak tidur lagi, dia sudah bangun. Aku tergugu, buncahan air mata
#Testpack (157) Test Pack ART-ku-Saling Membuka Isi Hati-Aku tak ingin terus menekan suara hatiku yang paling dalam, yang selama ini selalu kuabaikan lalu lebih mendengarkan ego diri, memihak kepada rasa sakit dan penderitaan yang kuanggap itu bersumber dari dirimu, Mas Hangga.Padahal sejatinya, ketika kamu ada, kamu datang, kamu memberi cinta, sisi hatiku yang lain mengatakan bahwa aku damai, aku bahagia.“Mas, aku tak mau lagi membohongi hatiku. Dan aku ingin berhenti menyakitimu.”“Aku sakit ketika kamu koma. aku terluka ketika membayangkan seandainya kamu benar-benar pergi untuk selamanya. Ternyata aku tak kuat. Ternyata aku butuh kamu. Bahkan aku tak sekhawatir seperti padamu ketika menyadari seseorang yang akan menikahiku dalam keadaan yang juga sama buruknya sepertimu.”“Begitu banyak perenungan yang aku lalui ketika kamu koma. Begitu banyak penyadaran dalam diri yang merubah sudut pandangku tentang kamu. Aku tak boleh egois, anak-anak sangat butuh kehadiran kamu dalam kehi
TEST PACK 174Test Pack ART-ku-Bahagia Tak Berujung-“Nggak bisa apa, Mas ...?”Dia merebahkan tubuhku ke bantal perlahan. Lelaki bermata bening dengan sepaket wajah yang selalu memabukkanku itu, mendekati wajahku.---“Nggak bisa jauh-jauh dari perempuan cantik di hadapan, Mas ini pastinya.” Kali ini wajahnya serius menatapku.“Mas, liatin akunya harus gitu, ya?”“Emm, memang Mas lihatnya gimana, si?”“Kayak, em … apa, yaa …?”“Mas juga nggak tahu, Dek. Mungkin karena kemarin-kemarin, Mas selalu buang jauh-jauh tatapan Mas ke tempat lain saat lihat kamu.”“Terus sekarang.” “Sekarang sayang dong, sudah halal nggak dilihatin. Mubajir. Heheheh.”“Oh, gitu, Mas …”“Iya, jadi ya Mas lihatinnya sepenuh hati. Biar masuk ke hati juga.”“Kelihatannya sudah bukan masuk ke hati saja. Sudah meresap ke jiwa sampai ke sum-sum tulang juga, Mas. Aku ‘kan sayang banget sama, Mas.”Ia membelai rambut lurus tergeraiku yang kini sudah panjang sepinggang.“Mas ….”“Hmmm …”“Jadi, Mas tadi mau minta apa?
#Testpack (173)Test Pack ART-ku-Dua Hati Mencecap Rasa-“Adududu … sakit, Dek.”Mas Hangga menghindar ke ujung kasur.“Coba jawab, apa dia itu kamu, Mas?” Aku mengejarnya dan mulai memegang kupingnya. Wajahku kini di atasnya dengan mata melotot.“Yang mana, sih?” Kini ia mulai sok cool.“Ish, emangnya Mas mau jelasin yang mana lagi? Dia yang selama ini mengganjal pikiranku. Belakangan dia bukan memberi informasi, malah jadi orang sok bijak yang banyak menasehatiku.”“Ya mungkin dia termasuk orang-orang yang sangat sayang sama kamu, Dek.”“Tapi kok Mas nggak kaget aku cerita begini? Nggak curiga. Kalau bukan Mas, pasti Mas akan langsung penasaran dan cari tahu siapa pengganggu itu?”Ia tergelak. Lalu memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga kami berguling-guling.Kini tubuhnya ada di atasku. Kedua netra ini hanya berjarak sekian inci saja. Napasnya memburu.“Kamu gemesin, Sayang, kalau marah-marah seperti ini.”“Ih, malah ngegombal!”“Beneran. Makanya Mas nggak kuat liat
#Testpack (172)Test Pack ART-ku-Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?-Perlahan tubuh kokoh itu meletakkan tubuhku ke atas springbed. Tubuhnya kini menjadi tepat ada di hadapanku.Bulu-bulu lentik itu bergerak, mengerjap. Bola mata cokelat itu menatapku lekat.“Tak pernah berubah dan tak ada yang berubah. Yang ada, rasa rindu yang terpendam lama dan kini mulai terobati.” Lirih suara itu, namun helaan napas itu hangat menyentuh wajahku.Seketika aku menjadi teramat kasihan kepada lelakiku ini. Bertahun-tahun ternyata aku mengabaikannya dalam kesendirian. Mungkin aku akan lega ketika dia sempat melupakanku. Tapi nyatanya dia justru tak pernah berhenti untuk terus berusaha membuat agar aku kembali padanya.Kubelai wajah putih dengan cambang tipis yang terlihat baru di cukur itu. Kubelai kumis tipis di atas bibirnya. Aku menikmati keadaan ini. dia sudah sah kembali menjadi suamiku. Dari dulu, aku sangat menyukai keadaan ini. Berdua-dua, dan menyentuh seluruh area wajahnya. Saat ini seakan mey
#Testpack (171)Test Pack ART-ku-Honeymoon ke Norwegia-Mas Hangga membuktikan semuanya. Saat aku datang ke KJRI semua surat-surat telah secepat kilat ia urus. Kugunakan pakaian serba putih yang telah ia persiapkan untukku sekeluarga. Di sini prosesi ijab kabul akan berlangsung. Tentunya resepsi nanti akan dilaksanakan di Indonesia. Aku duduk di sebuah ruangan serba putih.“Bismillah, Nak. Ternyata benar, kalau kita berbuat baik, sama Allah ditambah nikmatnya. Siapa yang mengira, pada akhirnya kamu justru menikah dengan Hangga saat umroh, Nak.”Mama mengelus bahuku lembut. Dirapikannya jilbabku itu. Mama menatapku dengan senyuman paling menyejukkan seakan menenangkan dan menyemangatiku bahwa ijab kabulku akan berjalan lancar. Mama paling tahu apa yang ada dalam benakku. Kupeluk Mama erat, lalu aku dan Mas Hangga mencium tangannya khidmat.Mama kemudian mengelus pipiku juga Mas Hangga, dan mengangguk-angguk seakan ingin bicara bahwa ia memberi restu.“Selamat Hangga. Papa salut sama u
#Testpack (170)Test Pack ART-ku-Aku Mau, Mas-Seketika aku merasakan duniaku hening!Sedang bercandakah dia? Rasa-rasanya dia sedang men-chat prank-ku. [Jangan meragukan Mas, Dek. Mas tidak sedang bercanda.]Ah, kenapa dia bisa membaca pikiranku.Aku masih diam mematung. Memandangi sebaris tulisan yang baru masuk ini. [Turunlah, Mas ingin bicara lebih serius lagi. Mas tunggu di lobi.][Jangan ragu lagi. Semuanya sudah Mas putuskan. Mas ingin kembali denganmu. Masih bolehkan, Dek?][ Boleh juga ‘kan Mas kali ini GR, meyakini bahwa kamu dan anak-anak berharap Mas kembali?”]Aku hanya mampu membaca pesan demi pesannya yang terus masuk satu demi satu.[Mas akan terus berada di lobi ini sampai kamu turun. Tak perduli kalau security sampai mengusir Mas pun. Mas akan tunggu!]Kupegang dadaku yang berdebar. Kugigit bibirku berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpi.Kuusap aku air mata yang dengan kurang ajarnya menerobos begitu saja melewati pipiku. Aku tak ingin menangis di hadapan
#Testpack (169)Test Pack ART-ku-Kita Menikah Sekarang-“Sudahlah, Mas. Kenapa kamu sekarang jadi kolokan begini. Kamu lagi akting, ya?”“Akting?”“Ya kamu berminggu-minggu nggak datang ke rumah kemarin-kemarin biasa saja. Kenapa sekarang kok jadi aneh merasa bersalah, mohon-mohon begini?”“Ya … Karena ….” Ia menjeda kata … bukan terlihat berpikir, tapi terlihat menahan kata. Wajahnya tampak malu-malu. Jujur itu menggemaskan di mataku. Seandainya dia suamiku, seandainya aku tak marah padanya. Seperti yang dulu biasa kulakukan, akan kucubit hidung atau pipinya lalu mengoyak-ngoyak rambutnya. Tapi rasa kesalku saat ini masih jauh lebih besar. Rasa emosiku muncul kala mengingat dia berkelahi membabi buta menghajar Bang Saga. Begitu sulit kuhentikan."Ah sudahlah, cepat pergi saja dari sini. Hidup menjauh dariku dan anak-anak. Kamu kelihatannya sudah cukup berbahagia hidup berdua saja dengan Zayyan, putra mahkota kamu itu!" Aku mendengkus kesal.“Loh, kok gitu, Dek. Zayyan kan anak kes
-Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi-Mas Hangga, seemosional itu dia. Dia mungkin bahkan sudah mengira hubunganku dengan Bang Saga semakin rekat, karena semakin dekat dengan tanggal pernikahan. Maka dari itu dia semakin menjauh dariku, dan jadi sangat kecewa melihat keadaan ini.Kalau begitu, kondisi Bang Saga benar-benar berbahaya. Tak akan ada yang bisa melerainya kecuali aku.“Clarissa, kamu bisa pulang sendiri ‘kan? Rasanya aku tak bisa membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah ini tanpa ada pihak lain. aku khawatir sesuatu terjadi.”“Aku bisa pulang sendiri, tapi aku merasa perlu ikut kamu, Rin. Karena ada aku masalah ini timbul. Ada andil aku dalam masalah kalian. Aku merasa perlu meminta maaf dan menjelaskan ke Mas Hangga.”“Please Clarissa. Cukup aku.”“Kamu percaya aku, kan Karin, aku janji kehadiranku tak akan memperkeruh apapun. Aku hanya berusaha bertanggung jawab atas ini semua.”Kedua tangannya ditelangkupkannya di hadapanku, memohon. “Nggak Clarissa! Kamu te
#Testpac k (167)Test Pack ART-ku-Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin-“Benar, Rin. Sebaiknya memang begitu. Jangan terlalu memikirkan Mas Hangga dulu. Fokus saja mendekat pada Allah. Jika dia jodohmu. Allah akan bukakan hati Mas Hangga.”“Ya. Yasudah, yuk bahas kapan persiapan kalian akan menikah ulang?”“Aku ingin kamu yang menentukan tanggalnya, Rin.”“Dua bulan lagi terlalu lama tidak?”“Emm, berapapun tanggal yang kamu kasih. Aku akan siapin.”“Tunggu, sepertinya aku harus lihat tanggalan. Nanti aku kabari lagi, ya?“Oke, nggak apa-apa, kabari saja kalau sudah nemu.”“Ya udah sekarang Abang Istirahatlah. Kan masih harus jaga tubuh biar kankernya nggak tumbuh-tumbuh lagi. Semangat selalu Abang dan Clarissa, ya. Aku mau urusin si duo kembarku.”“Ya, Insyaa Allah. Titip sun ya buat duo kembar.” Suaranya sedih. "Iya, Abang bisa kapan saja datang atau video call mereka, ya. Anak-anakku, anak Abang juga. Mereka tetap menganggapmu Papa mereka."Setelah mengucap salam, kututup panggilan
#Testpac k (166)Test Pack ART-ku-Biarkan Semesta Yang Membuka Hati-Aku paham, Bang Saga mengumbar kata manis untuk Clarissa di hadapanku, sebagai penanda, bahwa semuanya sudah berakhir. Bahwa dia sudah benar-benar memutuskan melepas tali kasih yang pernah terjalin. Ini bukan suatu keburukan. Ini suatu tindakan tegas darinya. Bang Saga Mengingatkanku pada momen yang tepat, pada saat Clarissa sedang bersamaku. Bahwa kini, Bang Saga sudah menjadi milik Clarissa.“Clarissa, kamu dengar sendiri ‘kan? Bang Saga meletakkan hatinya untukmu. Bukan karena aku. Tapi karena cintamu memang layak diperjuangkan. Aku dan Bang Saga sudah tak ada hubungan apa-apa. Kami baik-baik saja. Kamu jangan lagi merasa bersalah seolah kahadiranmu mengacaukan segalanya. Kamu wanita yang sangat berarti, sangat dibutuhkan Bang Saga.” Kugenggam erat tangannya, mengangguk menatap netranya. tersenyum memberi peyakinan bahwa tak ada masalah yang berat antara aku dan Bang Saga.Aku bangkit, melangkah, kutinggalkan me