"Bela!? Bela!? Bela!?" teriak Marvel sembari berjalan menuju ke kamar tidurnya.
Bela yang masih tertidur pulas tidak mendengar teriakkan Marvel yang semakin keras, Bela masih terbuai dalam mimpi indahnya. Marvel berjalan dengan wajah yang begitu marah, dia tidak sabar untuk segera bertemu bela dan mengusirnya dari sana. Marvel masih tidak terima dengan apa yang Bela lakukan, sebab dia dengan lancang masuk ke kamar tidur Marvel tanpa izin sebelumnya.
"Bela!?" teriak Marvel lagi saat Bela belum juga memberikan jawaban.
Marvel pun membuka pintu kamarnya, dan menghidupkan lampunya. Terlihat Bela yang masih tetap tertutup oleh selimut yang dipakainya, Marvel mendekat, perlahan dia menarik selimut yang menutupi tubuh Bela.
"Bangun!? Bangun, Bela!?" Marvel menarik tangan Bela.
"Ada apa? Aku masih mengantuk, tolong! Jangan ganggu aku dulu, biarkan aku beristirahat," jawab Bela. Bela pun kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Marvel
Malam ini sangat dingin, hembusan angin mampu menusuk kelapisan kulit yang paling dalam. Nadia dengan tubuh gemetar dan perlahan mulai menggigil, tidak ada yang dapat menolongnya saat ini. Bahkan untuk menggedor-gedor pintu rumah juga tidak ada yang sudi membukakannya pintu, dengan terpaksa, dia pun berusaha memejamkan matanya. "Kamu harus kuat, Nadia. Kamu tidak boleh putus asa dengan apa yang terjadi kepadamu, kamu harus bisa melewati semua ini, kau tidak boleh lemah." Nadia mencoba menyemangati dirinya sendiri. Nadia kembali teringat akan almarhumah ibunya, dia kembali merindukan ibunda yang selama ini selalu memanjakannya. Bahkan, Nadia juga tengah mengingat ayahnya yang mungkin sudah melupakannya. Ingin sekali dia pergi ke rumahnya yang dahulu, namun dia tidak punya keberanian, dan juga cukup uang untuk memesan kendaraan. "Semoga ayah baik-baik saja, meskipun aku sadar, ayah tidak akan mungkin mengingatku," gumam Nadia. Sedangkan di dalam rumah,
"Apa yang kamu lakukan di kamarku?" tanya Marvel saat dia mengetahui bahwa dirinya sudah tidak memakai sehelai pakaian apapun di atas kasur bersama Bela. Terlihat Bela sangat menikmati malam itu, bahkan dia hanya tertawa kecil ketika melihat wajah Marvel yang sudah mulai memerah. "Kamu pikir saja, sendiri! Kamu juga tengah menikmatinya, kan? Semalam?" Dengan senyuman sengit Bela menatap wajah Marvel. "Aku tidak mungkin melakukan hal itu! Itu tidak mungkin!" seru Marvel. "Buktinya sekarang kita sudah sama-sama tidak berpakaian, kan? Kamu tidak bisa mengelak begitu saja!" Bela menutupi tubuhnya dengan selimut berwarna putih itu. Marvel terus mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi, namun tetap saja yang dia ingat hanyalah bagian dimana dia pusing setelah minum kopi. Marvel beranjak dari tempat tidur dan segera memakai pakaian yang sudah tergeletak di atas lantai, dia begitu syok dan tidak menyangka akan hal ini. "Kamu mau ke man
"Nadia!? Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Marvel saat dia sudah menggendong Nadia kembali ke kamar tidurnya."Kenapa kamu bisa seperti ini, Nadia? Apa yang sebenarnya terjadi?"Nadia belum juga sadarkan diri, meskipun Marvel sudah berusaha untuk membangunkan dia dengan berbagai macam cara. Di tengah kekhawatiran Marvel, Bela hanya berdiri menyaksikan dan menyeringai apa yang sedang terjadi."Kamu kenapa hanya diam mematung saja!? Bantu aku untuk menyadarkan Nadia!" bentak Marvel kepada Bela."Apa peduliku?" Dengan santai, Bela tidak mempedulikan Marvel.Bela justru pergi ke kamar Sherina dan membangunkan Sherina, Bela lagi-lagi mengatur rencana untuk menghasut Sherina."Nadia!? Ayo! Bangun!" Marvel terus mencoba untuk membangunkan Nadia yang masih tidak sadarkan diri.Sedangkan Bela, dia mencoba untuk membangunkan Sherina."Sherina, ayo! Bangun! Ibu butuh bantuanmu," ujar Bela."Ada apa, Bu?" Sherina perlahan membuk
"Sudah, Bu, Yah. Jangan bertengkar lagi, Sherina minta maaf, Ayah. Sherina sadar, ini semua salah Sherina. Ibu Bela tidak bersalah," ucap Sherina meneteskan air mata. "Sini, kamu!" Marvel menarik tangan Sherina yang sedang bersembunyi dibelakang Bela. "Iya, Yah." Sherina menuruti apa yang diperintahkan Marvel. "Sekarang, kamu pergi dari rumah ini!" usir Marvel. "Aku tidak mau pergi dari rumah ini sebelum Sherina ikut denganku!" ujar Bela. "Apakah kamu aku lupa! Kalau akulah yang berhak atas Sherina!" bentak Marvel. Saat Bela sudah merasa kalah berdebat dengan Marvel, dengan berat hati, dia pun pergi dan meninggalkan rumah Marvel. "Kamu jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi!?" imbuh Marvel. Sherina terus saja menangis, dia tidak ingin berpisah dengan Bela lagi. Dia ingin sekali bersama dengan Bela untuk selamanya. "Bu Bela tidak bersalah, Ayah. Semua ini terjadi karena bu Nadia." Isak ta
Sementara Marvel sedang merenung di kamarnya, Nadia bergegas menemui Sherina di kamarnya. "Sherina!? Kamu sedang apa?" tanya Nadia. Sherina memalingkan wajahnya, dia tidak menjawab pertanyaan Nadia. "Sherina!?" panggil Nadia sekali lagi. "Ibu tidak usah menggangguku! Sherina belum bisa sepenuhnya memaafkanmu, Ibu." Sherina masih terus mencorat-coret bukunya, ternyata dia sedang menulis sebuah kalimat permintaan maaf, seperti yang diperintahkan oleh Marvel. "Baiklah, jika memang itu maunya Sherina. Ibu tidak bisa berbuat apa-apa." Nadia pergi ke ruang tamu, dia merebahkan tubuhnya yang masih sedikit demam. "Semoga Sherina bisa berubah seperti dulu, saat aku dan dia pertama kali bertemu." Nadia pun mengambil buku yang tergeletak di atas meja, tepatnya di samping tempat tidurnya. Dia membacanya dan mempelajari semuanya. "Aku hampir lupa dengan kuliahku, aku juga belum mendapatkan informasi. Sudah lama Zacky tid
Nadia menyelinap keluar rumah menuju toko perhiasan yang berada di ujung jalan, dia menaiki ojek untuk pergi ke toko perhiasan. Sesampainya Nadia di toko perhiasan, dia pun dengan berat hati menjual perhiasan yang dia miliki. "Mungkin sudah waktunya, perhiasan ini aku jadikan korban untuk membayar biaya kuliahku. Untuk selanjutnya, aku akan membuka bisnis online seperti menjual kue dan catering, agar kebutuhan biaya kuliahku terpenuhi," gumam Nadia. Tanpa banyak berpikir lagi, dia pun langsung menjualnya dan segera pulang ke rumahnya. Dia pulang dengan penuh kehati-hatian, dia tidak ingin, orang yang berniat jahat akan mengganggunya. Apalagi uang yang dia bawa sekarang, jumlahnya tidak sedikit. Namun na'asnya, dia bertemu dengan preman yang meminta uangnya. "Serahkan semua uang itu!" kata sang preman. "Uang apa? Aku tidak memiliki uang," ujar Nadia. Sang preman menarik paksa uang itu, beruntung, waktu itu Zacky datang dan menol
Nadia pun keluar dari kamar Sherina, dia tidak ingin, menangis sejadi-jadinya di kamar Sherina. Dia pun ke kamar tamu dan membersihkan badannya, dia pun bergegas pergi ke kampus. Karena ada pemberitahuan kalau sekarang sudah saatnya kuliah dimulai."Marvel! Aku pamit keluar dulu, nanti sore, aku pastikan pulang ke rumah ini," pamit Nadia saat dirinya sudah selesai bersiap-siap.Tanpa banyak bertanya, karena dia sedang berbicara dengan Zacky, Marvel mengizinkan Nadia pergi.Marvel tidak menyadari bahwa wajah Nadia bengkak akibat menangis tadi, sedangkan Sherina, dia juga keluar menemui Marvel dan Zacky. Sherina belajar lebih giat lagi hari ini, dia tampak bersemangat dan wajahnya kembali ceria."Ayah, ibu Nadia kemana?" tanya Sherina."Tadi dia pamit keluar, memangnya ada apa?" tanya Marvel."Tidak apa-apa, Yah. Sherina hanya bertanya saja."Sherina pun melanjutkan belajarnya, dan Zacky juga memperhatikan Sherina disaat Sherina b
Setelah selesai mengabsen, Ilham pun memperkenalkan dirinya dan melanjutkan untuk menerangkan pelajaran yang harusnya dia sampaikan. Nadia pun menyimak dengan baik pelajaran yang telah disampaikan oleh Ilham, dia begitu antusias untuk mendapatkan ilmu yang disampaikan oleh Ilham. Begitu juga dengan mahasiswi lainnya, mereka semua tidak hentinya bertanya tentang pelajaran yang disampaikan, terlebih mereka semangat karena aura wajah yang dipancarkan oleh Ilham begitu mempesona. "Aku betah kalau dosennya tampan dan belum menikah seperti dia," ucap Ghea. "Kamu ini, mau belajar apa mau mencari dosen ganteng?" tanya Nadia. "Yah, kalau aku, pastinya ingin mencari ilmu. Akan tetapi, kalau saat mencari ilmu bertemu dengan dosen ganteng atau teman kuliah yang ganteng. Tidak apa-apalah, anggap saja bonus. Dan siapa tahu saja, salah satu diantara mereka adalah jodohku, kan enak, kuliah dapat bonus jodoh," jawab Ghea. Mendengar jawaban dari Ghea, Nadia hanya bisa
Zacky merasa senang karena Nadia akhirnya mendapatkan surat cerai juga, itu tandanya wanita itu bisa didekati dan mungkin dinikahi.Setelah mengucapkan terima kasih pada tukang pos, Nadia masuk ke rumah dengan keadaan lemas. Sedangkan Zacky pamit pulang karena tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang tengah dirasakan. "Ternyata aku resmi juga bercerai, kenapa aku jadi sedih begini? Apakah aku merasa kehilangan?" pikir Nadia merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Selanjutnya, dia berusaha untuk membuat dirinya sibuk agar bisa melupakan masa lalu serta bisa fokus dengan cita-cita yang diinginkan. Lain hal dengan Marvel yang masih sibuk mencari keberadaan Nadia. "Mas ngapain masih mencari keberadaan Nadia, Mas? Sudah jelas dia pergi tanpa pamit, sekarang ada surat gugatan cerai darinya." Bella memberikan sebuah surat pada sang Suami. "Aku tidak percaya Nadia akan menggugat cerai, Bella. Semua ini pasti hanya akal-akalan kamu saja 'kan?" hardik Marvel dengan sorot mata tajam."Sudah
Nadia pergi sejauh mungkin, meskipun tidak tahu harus ke mana. Tanpa membawa uang sepeser pun. Di perjalanan, dia bertemu dengan Zacky dan memberikan pertolongan."Kamu gak usah sungkan, Nadia. Aku membantumu dengan ikhlas, tidak mengharap apa pun," kata Zacky memaksa.Awalnya Nadia enggan menerima lima lembaran uang kertas berwarna merah yang diberikan Zacky. Namun, saat dia teringat kalau sedang butuh. Wanita itu pun menerimanya."Aku akan menerimanya, tapi semua ini aku anggap sebagai hutang. Sudah pasti, nanti aku bayar ketika aku memiliki pekerjaan dan gaji," kata Nadia menerima uang tersebut."Iya, terserah kamu saja. Yang terpenting, gunakan yang ini sebaik mungkin. Aku yakin, kamu pasti membutuhkannya." Mustahil jika Zacky melakukan semua tanpa pamrih, pria itu memang memiliki perasaan pada Nadia. Namun, tidak berani mengungkapkan karena mengetahui Nadia adalah istri dari temannya. Tidak ingin terlalu berlarut dalam perasaan yang dimiliki, Zacky memilih untuk pergi. "Alhamdul
Kepergian Bella tidak dicegah Marvel, membiarkan sang istri yang hamil pergi dari rumah. "Kenapa gak dikejar, Mas?" tanya Nadia meskipun ragu dan sedikit takut."Biarkan saja, nanti juga dia pasti kembali. Lebih baik, semua makanan ini diberikan kepada tetangga agar tidak mubazir begitu saja." Marvel memerintah. Nadia langsung membawa makanan yang sudah terbungkus untuk diberikan kepada para tetangganya. Siapa sangka, ketika dia membagikan makanan itu. Sebuah nyinyiran yang diterima oleh wanita berjilbab itu. Lagi-lagi dihina karena belum hamil, dikatakan mandul. Ada juga yang mengatakan kalau Nadia cuma wanita tidak tahu diri dan perebut suami orang. Betapa sakit hati Nadia, hingga dia pulang dengan deraian air mata."Kamu kenapa nangis? Siapa yang sudah menyakitimu?" tanya Marvel tidak terima melihat sang Istri menangis."Mas, apakah kamu tidak ingin melepaskanku saja? Aku rasa, mbak Bella lebih membutuhkan Mas dari pada aku," ucap Nadia memberanikan diri. Dia sudah tidak sanggup
Pria mana yang tidak marah melihat istrinya digoda serta dirayu oleh teman sendiri, bahkan di depan mata. Jadi, emosi Marvel benar-benar meluap. Dia dengan cepat mengusir semua rekan kerja yang sudah mempermalukan Nadia."Aku undang kalian ke sini untuk merasakan apa yang aku rasakan, untuk tasyakuran bayi dalam kandungan istriku. Namun, apa yang kalian lakukan? Kalian tidak memiliki hati! Kenapa harus merayu istriku?" cecar Marvel penuh amarah."Salah sendiri punya istri dua. Bahkan aku mengira, wanita ini bukan wanita yang baik. Hanya menutup kegenitannya di balik kerudung saja. Makanya, aku suka mengganggunya." Farrel angkat bicara."Yang dikatakan Farrel benar. Kalau dia wanita yang baik, tidak mungkin mau jadi istri kedua," imbuh Tegar. Hinaan kembali diterima oleh Nadia, tapi wanita itu cuma bisa tertunduk malu tanpa perlawanan. Yang membelanya saat ini hanyalah Marvel. Sebuah tinju langsung mendarat pada pipi kedua rekan kerjanya yang paling menggebu-gebu menghina Nadia."Kel
Nadia sudah siap dengan pakaian yang sudah dibelikan Marvel sebelumnya. Pun Bella yang terlihat lebih cantik dari biasanya karena ada riasan tipis di wajah. Sherina tidak kalah manis, gadis kecil itu ternyata sudah mengenakan pakaian rapi. Namun, Marvel belum juga membersihkan diri dan masih bau keringat. "Kalian semua duduk dulu ya, aku mau siap-siap dulu!" pamit Marvel kepada semua rekan kerjanya."Wih, memang suami idaman. Untuk acara empat bulanan sang Istri saja mau repot-repot membantu di dapur," ledek salah satu rekan kerja bernama Ricko."Sebagai suami, memang sepantasnya begitu 'kan?" Marvel menyeringai. Kemudian, berlalu pergi untuk masuk ke kamar. Ketika langkah kakinya hendak masuk ke tempat beristirahat, Bella datang menghampiri. "Apa aku temui mereka sekarang juga, Mas?" tanya Bella dengan mengulum senyumnya."Gak usah, kamu nanti keluar sama aku saja. Sekarang, biarkan Nadia yang mengurus semuanya." Marvel tidak ingin Bella capek, jadi meminta istri pertama untuk sant
Di rumah lagi gak ada orang, hanya ada Bella seorang diri. Wajar saja kalau hati suasana hati menjadi tidak tenang. Dia semakin risau mengingat sang suami lebih memilih untuk bersama dengan madu dibandingkan dengannya."Sudah tahu aku sedang hamil, tapi mereka malah asik pergi bersama. Seolah-olah aku tidak pernah ada di rumah ini." Bella bermonolog dengan air muka yang kesal. Dia memilih untuk berselancar di sosial media, melihat konten yang ada. "Lihat saja nanti, kalau mereka tetap bersikap begini. Akan aku viralin saja si Nadia sebagai wanita yang suka merebut suami orang!" Ucapan Bella memang sering ngelantur sejak Nadia dan Marvel semakin dekat seperti perangko. Dia sudah memastikan, kalau sang suami pasti sudah mengutarakan isi hatinya.Tepat ketika menunggu hingga satu jam, suara canda tawa terdengar bersamaan dengan bunyi pintu rumah terbuka. Wanita yang saat ini sedang mengenakan daster berusaha untuk tidak peduli, masih fokus dengan gagdet yang ada dalam genggaman tanganny
Nadia mengurus Bella dengan baik, memberikan sebuah perhatian dan juga cinta kepada wanita yang sudah menjadi madunya serta bayi yang ada dalam kandungan Bella."Mbak, kalau butuh apa-apa, jangan lupa panggil aku. Aku mau menemani Sherina bermain dulu," pamit Nadia karena Bella yang terlihat santai duduk sembari menonton televisi."Kamu jangan pergi dulu! Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu." Bella mencegah kepergian Nadia."Mau bicara apa, Mbak?" tanya Nadia sembari membenarkan posisi jilbabnya."Kenapa kamu mau berbuat baik padaku, sedangkan aku sudah berbuat jahat padamu." Bella menuntut sebuah alasan kebaikan Nadia."Karena aku sayang sama keluarga ini, Mbak. Juga Mbak." Nadia menjawab singkat."Itu artinya, kamu juga mencintai suamiku?" cetus Bella."Suami Mbak 'kan, suamiku juga." Nadia menjelaskan."Oh! Jadi, kamu sudah mencintai mas Marvel juga sekarang?" Bella bertanya penuh selidik."Enggak gitu maksudku, Mbak." Nadia berusaha menjelaskan, tapi tetap saja Bella tidak mau
Nadia pulang dengan mengucapkan ojek yang sedang mangkal di sekitar rumah sakit, dia pun pulang dengan selamat dan masuk ke rumah Marvel.Dengan langkah ragu, dia terus berjalan dan membuka pintu. "Dari mana saja kamu? Bukannya di rumah, malah keluyuran," ucap Marvel yang memang sengaja menunggu kepulangan Nadia."Maaf, Mas. Aku tadi menghadiri acara reuni," sahut Nadia dengan wajah tertunduk malu serta ketakutan yang luar biasa."Reuni? Kamu yakin itu reuni? Kamu sudah pintar mencari-cari alasan sekarang ya! Padahal, aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu lagi berboncengan dengan Zacky. Ternyata memang benar, kamu dan dia main belakang!" cetus Marvel."Aku boncengan sama dia cuma kebetulan saja, Mas." Nadia berusaha untuk menjelaskan."Kebetulan katamu? Aku tidak percaya, jangan-jangan ... kamu gak mengangkat teleponku juga karena lagi sibuk bersamanya, ya 'kan?" tuduh Marvel."Aku dan dia benar-benar tidak ada hubungan, Mas. Aku berani bersumpah, Mas." Nadia berusaha u
Nadia terlihat bahagia karena bertemu teman lama, teman semasa SMA. Saking senangnya, bahkan wanita itu tidak menghiraukan handphone yang terus berbunyi. Dia memilih untuk tidak mengangkat karena kemungkinan hanya akan menimbulkan permasalahan lagi."Kamu kegiatannya apa sekarang?" tanya Cinta yang merupakan salah satu teman Nadia."Aku sibuk kuliah saja." Nadia menjawab singkat. Tidak banyak yang dibicarakan oleh wanita yang merupakan istri kedua Marvel. Semua ditutupi secara rapat karena tidak ingin ada yang tahu tentang kehidupan yang dijalani. Kedekatan mereka masih terlihat jelas meskipun banyak yang datang membawa keluarga, tapi tidak membuat Nadia merasa iri atau apa pun itu. Bahkan, meskipun sama sesama temannya diledek. "Kenapa di umur segini kamu masih betah sendiri? Padahal kita semua sudah punya anak, bahkan ada yang punya tiga." Galang berbicara dengan nada suara yang keras."Iya, aku masih sibuk dengan kuliah," ucap Nadia yang sebenarnya mencari-cari alasan. Mereka me