“Kenapa kamu diam, Mas?”“Atau apa yang dikatakan Bu Warti memang benar kalau selama ini kamu juga yang mengeluarkan untuk keperluan renovasi rumah itu?”“Kamu keterlaluan Mas!”“Kamu sudah membohongi aku!”“Katamu kita harus terbuka, saling jujur dan saling percaya tetapi kenyataannya nol besar!”“Kamu tidak menghargai aku sebagai istrimu, buat apa kita menderita begini toh saudaramu yang menikmati hasil kerja kerasmu!”“Mungkin aku juga bisa menyimpulkan kalau kamu tidak sampai kuliah gara-gara kamu membiayai kuliah saudaramu juga, kamu terlalu baik dan juga bodoh!” teriak Susi kesal.Susi lalu mengambil bayinya dari gendongan Bu Warti dan meninggalkan mereka berdua.“Cepat susul istrimu, dia sangat marah, Ibu tidak ingin terjadi apa-apa sama mereka,”“Baik, Bu!”Suratmin mengejar Susi yang menangis tersedu-sedu, dia pun merasa bersalah telah membohonginya selama dua tahun pernikahan mereka.“Dek! Tolong dengarkan aku dulu, Sayang!” teriak Suratmin saat mengejar istrinya itu.“Apa y
Karena merasa jengkel akhirnya ponsel itu dimatikan oleh Susi.“Kalau begini kan nggak ada yang berani telepon Mas Ratmin. Mereka akan berpikir dua kali untuk menghubungiku,” ucapnya dengan penuh keyakinan.***Beberapa saat kemudian Bu Warti datang menemui Susi ditemani oleh Suratmin. Beliau lalu memeriksa kondisi Susi.“Semuanya bagus ya Nduk, hanya saja tekanan darahmu sedikit tinggi,” ucap Bu Warti lembut.“Ya mau bagaimana nggak tinggi, Bu , kalau ada masalah di depan tetapi saya sengaja menutup mata,” sindirnya.“Nduk, jangan marah-marah toh , itu akan berpengaruh juga dengan Asi mu, kamu harus rileks dan tenang.”“Semua ada jalannya, suatu hari pasti saudaranya Ratmin akan menyadari kesalahannya.”“Kamu harus membantu suamimu untuk selalu berdiri tegap tanpa menunduk, suamimu orang baik hanya saja terlalu polos.”“Makanya dia juga ingin memperbaiki hidupnya, tidak ingin menjadi bayangan saudara kembarnya lagi, untuk itu kamu harus bantu suamimu, selalu ada di sampingnya, membe
“Dok tolong penuhi keinginan istri saya, Dokter nggak mau kan membuat pasien kecewa apalagi kalau pasiennya lagi hamil, kata orang hamil itu lebih sensitif loh,” ucap Suratman memohon kepada Dokter Ramli.“Baiklah Pak, Bu jika kalian berisi keras tetapi kami tidak bertanggung jawab jika seandainya terjadi sesuatu kepada istri Bapak, karena risikonya besar untuk melakukan operasi,” jelas Dokter Ramli pelan.“Oh jadi maksudnya Dokter menyumpahi istri saya begitu, doanya jelek sekali,” ucapnya terlihat marah.“Maaf bukan seperti itu Pak, kami selalu mengutamakan keselamatan pasien, bahkan kami melakukan yang terbaik, hanya saja kami sangat memperbolehkan untuk normal bukan sesar, tetapi jika kalian berisi keras baiklah, saya bersama tim akan menyiapkan kamar operasi.”“Kalau begitu kami permisi dulu, Pak, Bu, jika sudah siap kami akan memberitahukan jadwal operasinya jam berapa,” jelas Dokter itu tersenyum.“Dok, kalau boleh usuk saya mau jadwal operasinya jam sebelas siang sesuai dengan
Suratmin dan Susi saling berpandangan.“Maaf Pak, ba-bagaimana Bapak tahu sedangkan kami belum memberitahukan kepada siapa pun?” tanya Suratmin gugup.“Hahaha ... kalian heran ya kenapa saya tahu semua tentang kalian, bagaimana hidup kalian?” “Itu rahasia dong,” jawab Pak Dirga tersenyum.“Saya kira ada apa, ternyata masalah itu toh,” ledek Bu Susi yang ikut tertawa membuat mereka bertambah bingung.Ratmin, Susi, kami sudah tahu bahkan uang itu tidak ada kaitannya dengan kamu punya rumah atau tidak, miskin atau tidak, itu hannyalah hadiah untuk kamu karena telah bekerja dengan saya selama tujuh tahun.“Memang saya tidak tahu apa uang gajimu ke mana, ke rumah itu kan?” tanya Pak Dirga.“Justru itu Min, Ibu memberikan uang bulanan itu anggap saja sebagai modal kamu untuk membuka usaha tidak usah besar yang kecil-kecil saja dan bisa di kerjakan di rumah saja.”“Kalau untuk urusan rumah kamu, kami tidak ingin ikut campur karena itu masalah keluarga kalian tak perlu orang lain campur tang
“Huh sungguh terlalu!”“Atau mungkin si Susi itu yang mempengaruhi si hitam manis untuk tidak bermain di sosial media, dasar katrok banget deh!”“Pasti Suratmin lagi bantu Susi nyuci baju, memasak, atau nggak bantuin jagaan bayinya.”“Duh aku kok jadi ngiri sama mereka, sedangkan di sini suamiku yang katanya tampan ini sibuk membalas satu persatu pesan dari ponstingannya,” gerutunya kesal.“Sayang, kamu sudah siapkan namanya kan?” tanya Siska sembari memegang perutnya.“Nama untuk siapa?”“Calon madumu!” jawab Siska asal“Belum ke pikiran!”“Apa, berarti kamu memang ada niat tambah istri lagi?” emosinya sudah memuncak.“Iya!”“Kurang ajar kamu Mas, kamu berani main belakang?”“Iya!”“Mas!” teriaknya lagi membuat Suratman terkejut dan menghentikan sementara kegiatannya.“Oh maaf Sayang, aku nggak bermaksud seperti itu, aku tadi baca postingan orang katanya yang pria nikah lagi dan bawa istri mudanya ke rumah, tinggal satu atap dengan istri tua,” ucapnya menjelaskan sembari mendatang
“Dasar Abunawas kampung ngapain sih ini orang telepon melulu, nggak tahu apa kalau kita lagi di rumah sakit, mana nggak ada Suratmin lagi?”“Aku ini malas banget menunggu Siska di sini, coba kalau ada Suratmin pasti dia mau gantian sama aku,” gerutunya sepanjang jalan koridor rumah sakit.“Suratmin belum selesai urusannya eh datang lagi masalah baru pakde Karso, apalagi ya alasannya?” batinnya berkata.“Penasaran sih tetapi nggak ah nanti saja dipikirkan lebih baik aku update status dulu deh,” lanjutnya lagi dengan bersemangat.***Setelah selesai semuanya, Siska yang menggunakan kursi roda diantar sampai ke ruang operasi bersama Suratman suaminya dan tidak lupa Siska menitipkan pesan untuknya.“Mas, doakan semoga selamat semuanya,” ucap Siska saat ingin masuk ke ruang operasi.“Ya jelas Sayang, kamu kan belum menikmati hasil warisanmu,” ucapnya pelan.“Apa, Mas, kamu ngomong apa?”“Oh nggak maksudku ya jelas lah Sayang pasti aku doakan semoga kalian selamat operasinya dan baik-baik
Pria tampan itu langsung menoleh ke sumber suara parau itu dan betapa terkejutnya saat dilihat adalah orang yang tidak ingin ditemuinya yaitu Pakde Karso.Dengan tongkat panjang kebesarannya yang selalu dipegang tidak segan-segan melayang ke udara dan mendarat di kaki Suratman.“Pa ... Pak ... Pakde Karso ... augh!” “Pakde ... sakit Pakde augh ... maaf Pakde!”“Kamu ya keterlaluan sama sekali, di telpon nggak diangkat-angkat, kenapa?”“Untung saja kamu update statusmu terus sehingga saya tahu apa yang kamu lakukan jika tidak ada Pakde di sini!” hardiknya yang masih marah.Kamu pikir siapa Pakdemu ini, bukan artis bukan pula pejabat yang mempunyai kekuasaan, tetapi bukan berarti telepon saya tidak kamu angkat!” jelasnya lagi sembari berhenti sebentar memukuli kaki Suratman.“Sudah Pakde, ini sakit, kalau soal nggak terima telepon Pakde itu karena lagi sibuk ini itu. Pakde lihat sendiri kan kalau saya sibuk menemani istri saya yang masih berjuang di dalam kamar operasi itu.“Lagian, ini
“Maaf kenapa, Sus?” tanyanya lagi dengan bingung.“Ibu Siska sudah keluar dari ruang operasi dua puluh menit yang lalu, maka nya saya diminta untuk memberitahukan Bapak kalau Bu Siska sekarang sudah berada di kamarnya lagi,” jelas Suster itu.“Apa, jadi sudah keluar, terus kenapa saya nggak dikasih tahu dari tadi sih?” tanya Suratman terlihat emosi karena merasa dikerjai.“Maaf Pak, hal ini atas permintaan Bu Siska sendiri, saat Ibu meminta mencari Bapak di luar tidak ada sehingga Bu Siska tidak ingin memberitahukan kepada Bapak kalau operasinya sudah selesai,” jelasnya lagi.“Aduh mati aku, kalau Siska ngambek ini bahaya harus cari cara agar dia kembali tersenyum tetapi apa ya?”“Maaf, Pak, saya permisi dulu!”“Oh iya terima kasih, Sus!”“Ini semua gara-gara Pakde Karso, coba dia tidak datang ke rumah sakit dan tidak membuat keributan, pasti aku stand by di depan sini, dan sekarang Siska marah lagi,” gerutunya kesal.“Duh kasih apa ya supaya dia nggak marah lagi, kalau kasih cokelat
Memang tidak diragukan dulu saat mereka satu kampus. Ayu yang terlahir dengan wajah cantik dan tubuh seksi, membuat siapa saja akan jatuh cinta dan tergoda, sehingga banyak para lelaki yang mencuri pandang dengannya dan ingin merasakan pelukan hangat dari Ayu. Apalagi cara berpakaian yang sangat terbuka membuat para pria panas dingin dibuatnya.“Apakah Ayu yang mengatakan hal itu dengan Bapak?” “Iya, kamu juga mencintai Ayu, kan?” tanya Suratman bersemangat dan melirik sinis kearah Suratmin. Rayhan menghela napas panjang, dia tahu akan terjadi seperti ini. Apalagi beberapa hari yang lalu Rayhan bersama Hanin melihat Ayu bergandengan tangan dengan pria yang lebih tua darinya.Saat mereka berbincang di ruangan Rayhan, tiba-tiba saja Pak Dibyo ayah kandung Rayhan masuk ke ruangan itu. Dia pun ikut terkejut dengan kehadiran dua orang saudara kembar itu. Dengan cepat Suratman berdiri untuk menyambut Pak Dibyo dan menghambur ke pelukan seakan mereka baru bertemu kembali sebagai seorang
Tepat pukul dua siang akhirnya Suratman sudah sampai di kantor Rayhan. Setelah memarkirkan mobilnya dia keluar dari mobil dengan senyuman semringah, berjalan tegak dengan membusungkan dadanya. Pria paru baya itu yakin kalau selain kerja sama itu dia juga menawarkan Ayu untuk dinikahinya. Apalagi kata putrinya sendiri kalau Rayhan juga sangat mencintai Ayu.“Ah sebentar lagi perusahaan ini akan menjadi milikku . Rasanya tidak sabar untuk bisa masuk di dalam keluarga Rayhan,” batin Suratman sambil menatap gedung tinggi itu, lalu melanjutkan langkahnya menuju lift. Dia pun menekan tombol lift pergi ke lantai empat tempat di mana ruang kerja Rayhan berada. Rasa gugup dan sedikit gelisah sudah menyelimuti hatinya. Tak lama kemudian pintu lift terbuka dia ib berjalan sedikit cepat karena waktu sudah menunjukkan pukul dua lewat lima menit.“Selamat siang Pak, dengan Bapak Suratman dari PT. Citra Kencana?” tanya Mila sekretaris Rayhan, menghentikan langkah Suratman yang ingin langsung masuk
“Ah sial ... kenapa harus sekarang?” tanyanya dalam hati.“Ada apa, Sayang?”“Nggak apa-apa, Pa!”Ayu lalu membalas pesan singkat itu sesaat lalu menaruh kembali ponselnya di dalam tas.“Sayang, kamu tidak usah ikut dulu, biar Papa yang bertemu Rayhan. Jika urusan Papa dengannya selesai dan menyetujui kerja sama ini maka itu sangat mudah kita masuk di dalam keluarga Wardana yang kaya raya,” jelas Suratman tersenyum bahagia.Namun saat mereka sedang membicarakan masalah itu, tiba-tiba perut Ayu terasa mual dan muntah.“Uek ... uek ...! Pa, perut Ayu sakit Pah!”Suratman yang melihat Ayu yang memegang perut langsung menghampiri dirinya dengan rasa panik.“Kenapa perut, Nak? Apakah tadi pagi kamu tidak makan atau kamu salah makan mungkin, kita ke dokter saja?” Suratman lalu mengambil kunci mobil dan ingin mengantar Ayu ke rumah sakit.Saat ingin memapah Ayu, dia merasa tidak tahan dan berlari ke toilet dengan cepat, Suratman begitu panik saat melihat Ayu muntah-muntah lagi.“Ayu ke kamar
“Oh ya kalian mau makan siang di sini?” tanya Hanin mengalihkan pembicaraan.“Nggak, mau main bola! Ya makan lah, kamu nggak lihat kita lagi nunggu antrean panjang itu, nyesel saya datang kemari dan bertemu kamu lagi di sini!” kilahnya berbohong.“Ayuk Dim, kita cari makan di tempat lain!” ajaknya lagi.“Kalian mau ke mana? Makan di sini saja,” ajak Hanin tersenyum.“Dengar ya Hanin, tidak usah berbaik hati dengan kami, memang hanya kamu saja yang menjual makanan, banyak kali dan pastinya enak juga,” Rayhan menatap lekat wajah Hanin yang masih terlihat lelah.“Kamu kenapa sih, dari awal kita bertemu kamu selalu jutek sama aku? Ada apa denganmu, Ray? Memang aku ada salah apa sama kamu?” tanya Hanin kesal kepada Rayhan.“Ayolah Ray, elo kenapa sih? Benar tuh yang dikatakan Hanin, elo itu bersikap aneh sama Hanin! Tunggu dulu kalian sudah saling kenal?” tanya Dimas penasaran.“Iya Mas, kita sudah kenal semenjak kami masih kecil,” jawab Hanin tersenyum.Rayhan hanya diam melihat Dimas ter
“Ah sial!”“Kenapa aku tidak langsung mengatakan kalau dia adalah simpanan Pak Alvin, aku tidak mau berurusan dengan orang itu!”“Maafkan aku Yu, sebagai teman aku bisa mengingatkanmu untuk tidak melakukan hal itu, kalau perlu, kamu harus menikah dengannya!”“Namun aku tidak menerimamu sebagai pendamping hidupku, karena aku mulai mencintai seseorang!”Senyuman mengembang saat terlintas wajah Hanin yang begitu bisa membuat hati seorang Rayhan berbunga-bunga.“Untung saja wajah Hanin terlintas di pikiranku, coba kalau tidak pasti aku terbuai dengan bujuk rayu Ayu,” gerutunya sembari tersenyum.“Duh senyumannya aku tidak bisa melupakan senyuman Hanin, tetapi ... tidak ... tidak dia milik bang Rayyan.”“Aku tidak boleh memikirkannya, aku harus bisa membencinya jika tidak rasa cinta dan sayang itu selalu muncul dan itu sangat menyiksaku!”“Ya ... ada apa denganku?”Rayhan berusaha kembali fokus dengan pekerjaannya, dan dia pun berencana datang ke warung makan Hanin saat makan siang.Nam
“Ya Allah dia saudara sepupuku, dia sangat cantik sama persis dengan di foto yang Rayhan tunjukan di dalam ponselnya,” gerutunya dalam hati.Tanpa terasa bulir-bulir air mata pun berjatuhan tak tertahankan.Hanin membiarkan Ayu mencaci maki dirinya, karena dia sangat rindu dengan suara khas Ayu saat memarahi orang lain.“Jika kamu tahu aku adalah Hanin, apa yang akan kamu lakukan?”“Apakah kamu tetap membenciku?” tanya Hanin dalam hati.“Halo ... Kamu dengar nggak sih apa yang aku katakan?”“Apa yang kamu lihat?” tanyanya lagi dengan penasaran.Mendengar ada keributan Rayhan yang sibuk di ruangannya pun keluar dan mencari tahu.“Ada apa ini, kenapa ada ribut-ribut di kantor saya?” tanyanya sembari memperhatikan mereka.“Ray, ini loh gadis kampung nggak punya etika!”“Ayu!” Rayhan kaget karena sahabatnya itu kembali muncul setelah enam bulan tidak bertemu langsung.“Iya aku Ayu, Ray, kamu seperti lihat hantu saja,” gerutunya kesal.“Siapa sih dia Ray, kenapa ada gadis seperti ini di ka
“Bagaimana kamu sudah siap?”“Tenang saja saya akan melakukannya dengan pelan-pelan, kamu akan menikmatinya juga kok,” ucapnya tersenyum.“Kenapa Om ingin melakukan semua ini?” tanya Ayu seketika.“Kamu sudah diberi tahu alasannya kan dari Papahmu, kalau istri saya tidak bisa lagi melayani saya dengan baik.”“Hidup itu kejam, Sayang jika kamu tidak bisa bertahan maka pilihan hanya satu yaitu kematian.”“Saya tahu kamu sangat sayang dengan Papahmu, sehingga kamu mau melakukan apa saja untuk dia, kamu memang anak yang baik, kamu tidak akan kekurangan kasih sayang lagi, karena saya juga akan menyayangi kamu,” ucapnya sembari memegang paha mulus Ayu yang terpampang jelas menggoda.Awalnya risih dipegang tetapi Ayu tidak ingin membuat Pak Alvin marah sehingga dia pun membiarkan tubuhnya dipegang oleh pria itu.Semenjak itu kehidupan Ayu berubah, dia jarang bertemu Rayhan, karena sibuk dengan kuliah dan Pak Alvin.Hubungan mereka berjalan dengan baik, Pak Alvin sangat puas dengan Ayu, tida
“Begini Man, saya ingin anakmu menjadi wanita simpanan saya,” jawabnya serius.Mendengar perkataan Alvin, Suratman naik pitam dan langsung berdiri dengan wajah amarah.“Apa maksud Bapak, menyuruh anak saya menjadi simpanan Bapak?”“Bapak ini sudah nggak waras, dia itu pasti seumuran dengan anak Bapak, dan dengan mudahnya Bapak bilang seperti itu, bagaimana dengan istri Bapak di rumah jika mengetahui kalau suaminya mempunyai simpanan yang pantas menjadi ayahnya?” amarah Suratman meledak-ledak.“Tenang Man, pikirkan saja dulu tawaran saya, jika kamu setuju saya segera menyuntikkan dana ke perusahaan dan rumahmu yang telah di sita oleh bank, dengan gratis asalkan anakmu bersedia untuk menjadi kekasih gelap saya?” “Maaf Pak saya tidak mungkin membiarkan anak saya menjadi simpanan Bapak, apa kata orang nanti, dan bagaimana dengan istri dan anak Bapak?” Suratman merasa kesal dan harga dirinya seperti diinjak-injak karena baru kali dia menjadi dilema untuk memutuskan kehidupan anak gadisnya
Mobil mewah itu meluncur dengan baik sampai masuk di kawasan perumahan elit. Gedung menjulang tinggi dengan ornamen bernuansa putih gading.Halaman rumah yang begitu luas dan dihiasi dengan tanaman bunga yang beraneka ragam.Rumah itu terlihat sangat indah dan asri, di dalamnya tidak banyak barang, sehingga kita memandang luas setiap ruangan.Di halaman itu juga di bangun sebuah garasi yang luas dan berbagai koleksi mobil antik dan mewah berjejer rapi menghiasi rumah itu.Mereka masuk dan segera menaruh camilan dan es teler itu yang sudah tidak ada rasanya, sehingga Ayu pun langsung pergi ke dapur dan membuka kulkas lalu meracik es teler itu dengan menambahkan susu kental manis agar lebih terasa manis.Setelah itu dihidangkan di meja makan lengkap dengan camilan yang baru di beli di taman itu.Pria paruh baya itu lalu duduk di meja makan setelah berganti baju santai menggunakan kaos tanpa kerah polos berwarna biru dengan bawahan celana pendek.Terlihat sekali bulu-bulu kaki pria itu