Share

06. Hutang Bensin

last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-07 15:30:11

“Wah, selamat ya Sus, Ratmin, kalian sudah menjadi orang tua, duh gemas banget lihatnya,” ucap Bu Retno bahagia.

“Terima kasih, Bu Retno,” jawabnya dengan tersenyum bahagia.

“Aku juga ngucapin selamat deh buat kalian, tetapi kok hidungnya pesek gitu dan kulitnya ... duh makanya Sus, kalau lagi hamil itu perawatan juga dong kasihan banget bayi kamu, bukan memperbaiki keturunan malah lebih parah lagi,” hina Siska tanpa koma.

“Iya, kamu juga Min, sebagai suami itu harus memanjakan istrinya seperti aku ini, masa kamu biarkan Susi nggak terawat banget, lihat bayimu saja aku malas gendong deh!” rutuknya sewot.

 

“Aduh, sudah deh Mbak, Mas, kalau kalian di sini hanya untuk berkomentar nggak jelas, lebih baik kalian pulang deh, aku mau menikmati menjadi Ibu dulu,” ucapnya tanpa melihat ke arah mereka.

“Kalian pulang saja sana, tuh lihat kasihan istrimu sudah seharian di luar,” sahut Bu Retno yang geram juga melihat tingkah laku sepasang suami istri itu.

“Ya sudah, kami pulang dulu nggak betah juga lama-lama di tempat seperti ini, oh ya Min, kamu bayar sekarang atau kamu ngutang nih?”

“Maksudnya ngutang apa nih, Mas, perasaan kami nggak pernah meminjam uang sama sampean?”

“Lah, piye toh, itu yang tadi bawa istri kamu kan pakai mobilku, berarti jatuhnya nyewa dong dan bensinnya memang gratis,  buang air kecil saja bayar kok apa lagi nyewa mobil!”

“Memang berapa harus saya bayar Mas?” tanyanya sedikit emosi.

“Sebenarnya uang itu tidak bersaudara, tetapi karena kamu adalah saudara kembarku cukup bayar Rp. 250.000 deh, bagaimana ada nggak uangnya?”

“Mas, jarak dari rumah kami ke rumah bidan dekat, Mas kok mahal banget sih?”

“Itu sudah murah loh, Min, masa kamu terlalu kere sih, uang segitu nggak punya?” hinanya kembali dengan berkacak pinggang.

 

“Aduh, Mas Ratman ini perhitungan banget jadi orang, ya sudah kalau begitu anggap saja sedekah sama orang seperti kita, pahalanya besar loh Mas, katanya Mas Ratman itu adalah orang dermawan di kampung ini, malu dong sampai minta-minta sama saudaranya yang miskin ini,” bela Susi mulai geram dengan tingkah laku saudara iparnya itu.

“Ya elah Sus, namanya utang di mana-mana harus bayar dong, bukannya sebelum kita meninggal tidak baik meninggalkan hutang kepada keluarga, kasihan nantinya merasa terbebani gitu lah,” sahutnya dengan percaya diri.

“Terus kalian datang tiap hari ke rumah, apa sampean nggak malu masa minta makan sama orang miskin, alasannya banyak banget deh, giliran kita mau ke rumah sampean malah nggak boleh!” rutuknya kesal.

“Kalau itu lain dong Sus, itu kan namanya silaturahmi sesama keluarga, wajar dong kalau aku menjenguk kalian, bagaimana kabar kalian itu saja!”

“Kalaupun makan di sana ya kebetulan saja, namanya juga rezeki masa di tolak,” jawabnya enteng.

“Kamu ini Man, orang lagi baru melahirkan istrinya, kamu malah bertanya tentang uang bensin, nggak boleh loh menzalimi saudara seperti ini, bisa kena karma loh,” celetuk Bu Retno menimpali.

“Katanya kaya masa minta uang bensin sama saudaranya gitu, apa kata warga  kalau sampai tahu, malu nggak tuh?”

“Ya ... nggak malu lah, sama saudara sendiri kok mintanya!” celanya lagi tanpa rasa bersalah.

Susi dan Suratmin saling berpandangan dan mengerti satu sama lain. Mereka memakai bahasa isyarat yang hanya mereka yang tahu, sehingga membuat Siska dan Suratman menjadi bingung.

“Aduh, apa sih yang kalian bicarakan hanya memakai kode alis kalian, mau hutang apa nggak nih, atau aku kasih waktu saja deh seminggu lah bagaimana?”

“Sebenarnya aku juga nggak tega sama kalian , tetapi ya mau bagaimana namanya hutang ya harus dibayar lah. Kamu nggak mau kan nanti kalau meninggal dikejar-kejar hutang atau kamu mau membebani saudaramu gitu?” tanyanya sembari mengejeknya dengan halus.

“Owalah padahal aku pikir Mas Ratman ikhlas membantu aku, ternyata bayar toh, tetapi ya udalah nasi sudah menjadi bubur.”

“Mas, bayar saja jika itu dianggap kita mengutang ya kasih saja uangnya, toh kita nggak mau juga hanya masalah ini kita menjadi musuh, masalahnya kita bersaudara dan tetanggaan pula.”

“Mas Ratman terima kasih atas bantuannya sudah mengantar Susi ke rumah bidan,” ucap Susi dengan tersenyum.

“Iya, Sus namanya kita ini bersaudara ya tolong menolong itu wajib hukumnya,” sahut Ratman dengan bangga.

“Tolong menolong apa Man, buktinya itu kamu minta bayar Rp. 250.000, itu apa namanya, padahal nggak jauh-jauh amat, tetapi uang bensinnya mahal banget, sedangkan kita nggak bilang mau ganti bensinmu loh, Man,” celetuk Bu Reyno yang tidak habis pikir dengan sikap saudara kembarnya itu.

“Lah, Bu di mana-mana kalau memakai jasa orang harus bayar dong, masa gitu saja harus diajari sih?” kilah Suratman yang tak mau kalah.

“Iya, maaf Mas, kami bayar saja tidak enak berdebat di sini hanya masalah seperti ini,” ucap Suratmin dan mengeluarkan dari saku celananya.

Suratmin mengeluarkan uang pecahan dua ribuan, lima ribu, sepuluh ribu dan dua puluh ribu. Susi juga mengorek dari isi dompetnya yang ternyata hanya mempunyai uang sepuluh ribu saja.

Bu Retno yang melihat Suratmin dan Susi mengeluarkan semua uang sisa pembayaran biaya persalinan dan merogoh dalam-dalam saku celananya merasa iba dan  sangat miris, tetapi dia tidak mau terlalu mencampuri urusan mereka, dia hanya bisa berdoa agar selalu memberikan kesehatan dan kemudahan dalam mencari rezeki.

“Maaf, Mas uangku cuma ada sisa ini, nggak apa-apa ya?” tanya Suratmin dengan menyerahkan uang yang belum genap dua ratus lima puluh ribu rupiah.

Suratman menerima uang yang diberi oleh Suratmin dengan sedikit di tekuk dan lalu menghitungnya dengan teliti.

“Loh, Min ini uangnya kurang, kamu bagaimana sih, terus bayar pakai uang beginian lagi, miskin amat sih hidup kamu, Min!” Suratman menggeleng-gelengkan kepalanya dan menghela napas panjang.

“Makanya nggak usah pakai mobil kita sekalian kalau nggak punya uang, begini jadinya sok-sok an sih, rumah bidan kan dekat cuma dua kilometer saja!” celetuknya membela suaminya Suratman.

“Memang kurang berapa sih?” tanya Bu Retno penasaran.

“Min, aku anggap hutang ya ... kurangnya sih nggak banyak cuma tiga puluh dua ribu rupiah,” ucapnya lagi dengan santai.

“Nggak usah jadi hutang biar saya saja yang bayar, gitu saja kok repot,” sahut Bu Retno sembari mengeluarkan uang dari dompet kecilnya dan memberikan kepada Suratman.

“Bu, nggak usah repot-repot, biar kami saja yang bayar, Ibu sudah banyak membantu kami, nggak enak rasanya kalau Ibu yang mengeluarkannya, ini hutang kami, Bu!” jelas Suratmin memelas.

“Kamu ini Min, jangan bilang begitu, saya ini ikhlas membantu kalian!”

“Kamu dan Susi juga sering membantu Ibu, bahkan melebihi dari tiga puluh dua ribu rupiah, bahkan kamu sempat mendonorkan darahmu buat Bapak, padahal kita bukan keluarga, tetapi kalian tanpa pamrih membantu kami dengan tenaga kalian.”

“Uang segini belum cukup membayar apa yang kalian lakukan untuk keluarga Ini, jadi terima lah, Nak,” jelas Bu Retno dan memaksa Suratmin menerima uang yang dikasih oleh Bu Retno.

“Te-terima kasih, Bu!”

“Dan kamu Man, hutang Suratmin sudah lunas ya, tidak ada lagi jangan sampai kamu amnesia bilang belum bayar, ingat itu!” ancam Bu Retno menatap tajam ke arah pasangan suami istri pelit itu.

“Iya, Bu , nggak ada hutang, gini kan enak,” ucapnya bahagia karena bisa mendapatkan uang untuk mengisi dompet tebalnya.

“Kalau begitu aku pulang dulu, Min, sumpek aku di sini, ayuk Sayang!” ajaknya menggandeng istrinya dan berpamit pulang.

Namun, saat ingin melangkahkan kakinya  tiba-tiba  pemilik warung makan tempat Suratmin bekerja ternyata datang menjenguk mereka.

Seketika Suratman dan Siska merasa heran dan tidak percaya dengan kedatangan tamu yang berpenampilan sangat rapi dan nampak elegan.

 

 

Bab terkait

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   07. Alhamdulillah Sudah Lahir

    Suratmin sangat bahagia walaupun pemilik warung itu tidak pernah ke rumah, tetapi sosok beliau itu sangat bersahaja dan baik.“Assalamu’alaikum!” sapanya sembari melontarkan sebuah senyuman ramah.“Wa ’alaikumsalam, Pak Dirga, silakan masuk, Pak, Buk!” sahut Suratmin terkejut saat di datangi oleh mereka. “Terima kasih!” ucap Pak Dirga bersama Bu Sari.“Iya, Sama-sama, Pak Dirga, Bu Sari, silakan duduk!” “Siapa itu , Sayang?” tanya Suratman kepada istrinya Siska saat ingin mau ke luar dari kamar.“Sepertinya itu bosnya Suratmin, Mas!”“Ayuk pulang pegal nih berdiri terus, ngapain juga kita di sini, sumpek tahu,” gerutunya dan hendak pergi dari sana.“Tunggu dulu, Sayang!” cegah Suratman kepada istrinya.“Mau ngapain lagi kita di sini. Kita kan sudah dapat uang dari Suratmin lumayan buat makan malam kita,” sahut Siska yang mulai gerah karena merasa kepanasan. “Kamu ini, Sayang, kamu mau uang tambahan nggak?” tanya Suratman dengan tersenyum licik.“Ya maulah, tetapi maksudnya bagaiman

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   08. Kunjungan Pak Dirga

    “Ya, setidaknya dapat pujian gitu, saya kan juga kaya seperti sampean, toh,” sahutnya yang memuji dirinya sendiri.Pak Dirga hanya menanggapnya dengan sebuah senyuman tipis.“Mas, jangan buat malu toh, situ kan nggak kenal bos ku, jangan buat masalah!” ancam Suratmin sedikit berbisik di telinga Suratman.“Ya suka-sukaku lah, ini mulutku sendiri kok kamu yang repot, dia saja nggak marah tuh buktinya bosmu tersenyum gitu,”sahutnya tanpa ada rasa malu.Suratmin merasa tidak enak hati kepada Pak Dirga dan Bu Sekar yang sudah dianggapnya seperti orang tuanya sendiri.“Pak Min, ini betul saudara kamu?” tanya Bu Sekar bingung.“Lah piye toh, Bu? Wong wajah saya sama dengan Suratmin bagai pinang di belah dua, cuma yang membedakan itu saya berkulit putih sedangkan Suratmin berkulit ya gitu deh dan yang sangat berbeda adalah nasib kita saja,” jelasnya melirik saudara kembarnya itu dengan menyunggingkan sebuah senyuman sinis.“Oh kirain cuma mengaku-ngaku saudaraan gitu, seperti acara di TV,” sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   09. Rezeki Untuk Suratmin

    “Begini Pak Min, seperti yang kamu dengar kalau saya ingin membantu kamu, tidak banyak memang tetapi kami harap bisa meringankan beban kalian.”“Saya sebenarnya sudah tahu siapa saudara kamu sebenarnya bahkan para tetangga kalian sangat mengenal kamu dan saudara kembar kamu itu yang kepedeannya itu.”“Saya salut dengan kerja keras kamu selama tujuh tahun ini Pak Min, dan sebagai hadiah atas kinerjamu, walaupun kamu hanya sebagai cleaning servis tetapi kamu mempunyai jiwa sosial yang tinggi, tidak pernah saya lihat kamu berat sebelah, tetap kamu kerjakan meskipun itu bukan tugasmu.”“Bahkan saya tahu kamu diam-diam sering membantu teman-temanmu di karyawan walaupun dalam artian kamu hanya memberikan lima ribu saja, bagi mereka sangat berarti buat mereka.”“Saya dengar teman-teman akan datang ke rumahmu setelah pulang dari sini. Memang bukan wilayah saya untuk mengomentari keluarga kalian, sebelumnya saya tidak ada maksud untuk sok menggurui siapa-siapa!”“Begini Pak Min, saya tahu kala

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   10. Suratman Lagi Ngambek

    “Nggak ada Mas,” jawabnya singkat.“Ndak ada yang kamu sembunyikan dari aku kan?” tanyanya lagi yang masih penasaran.“Oh ya Mas, tadi katanya mau pulang nggak jadi?” Suratmin sengaja mengalihkan pembicaraan.“Nanti saja, tanggung sudah mau magrib,” jawabnya ketus.“Kamu belum jawab pertanyaanku, Min, apa yang dikatakan mereka sama kamu?”“Dengar ya Min, bos mu keterlaluan banget, masa dia nggak kenal aku? Dan parahnya katanya orang kaya kok nggak ngasih apa-apa sama kamu masa cuma di kasih buah-buahan?” “Atau jangan-jangan tadi lama, kamu baru di kasih uang ya, mana-mana uangnya? Kamu umpetin di mana?” tanya Suratman sembari meraba-raba badan Suratmin.“Ya Allah, kamu kenapa seperti kebakaran jenggot gitu?”“Meskipun Pak Dirga kasih aku uang atau tidak, apa urusanmu, mau minta, katanya orang kaya kok masih minta sama orang miskin?” ejek Suratmin.“Bukan begitu Min, aku mau tahu saja berapa yang orang kaya itu kasih kamu uang siapa tahu cuma sedikit buat apa,” kilahnya.“Bos apaan tu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   11. Pemberian Nama Anak Suratmin

    “Ayuk Mas kita pulang saja lama-lama aku bisa stres!”“Betul kamu, Sayang serasa kita nggak dihargai lagi jadi keluarga!” Suratman pergi dalam keadaan marah begitu juga dengan istrinya.Susi memandang pasangan suami istri itu dengan bingung, dia pun hanya bisa melongo melihat kepergian mereka.“Kapan mereka taubat, nggak sadar-sadar tuh orang, masih saja buat ulah,” ucap Susi bingung.“Mereka itu sudah tahu salah malah mereka yang marah, ada apa sih dengan mereka, memang ada masalah apa sih Bu?” tanya Susi yang tidak mengerti dengan sikap saudara kembar suaminya itu.Bu Retno terdiam dan menunduk, tiba-tiba tanpa sengaja bulir-bulir air matanya pun sudah menganak sungai membasahi kedua pipinya yang mulai keriput.Susi menjadi merasa bersalah karena tidak membelanya saat Bu Retno dihina oleh Siska.“Maafkan Susi, Bu, tadi Susi hanya diam saja saat Ibu diperlakukan seperti itu, seharusnya Susi kasih pelajaran buat mereka, nantilah aku akan membuat mereka meminta maaf sama Ibu!”“Bagi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   12. Suratman Berulah Lagi

    “Angkat Mas, siapa tahu penting, speaker saja aku mau dengar apa lagi yang ingin dia bicarakan,” celetuk Susi.“Iya, Dek!”[Assalamu’alaikum, Mas][Wa’alaikumsalam, Min][Ada apa, Mas? Telepon malam-malam begini?][Min, minta tolong kamu sekarang ke rumah sakit Bakti Husada, Mbakmu mau melahirkan!][Loh kok mendadak Mas, bukannya kehamilan mbak Siska masih delapan bulan lebih ya][Salah perhitungan ternyata Min, usia kandungan istriku sudah sembilan bulan, dia salah lihat di buku KIA nya padahal disitu sudah ditulis][Terus kenapa nggak ke sini saja melahirkan?][Di tempat Bidan Warti? Nggak mau ah, istriku maunya melahirkan di rumah sakit][Terus aku ke sana ngapain, Mas, kan ada kamu suaminya?][Aku minta tolong jaga in sebentar istriku sebentar, aku mau pulang ngambil perlengkapan istriku yang sudah dia siapkan][Biar aku yang ambilkan di rumahmu, nanti aku ke rumah sakit minta kunci rumah dan mengambil perlengkapan mbak Siska][Kamu yang ke rumah dengan kunci rumahku? Nggak mau n

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   13. Pesona Suratmin

    “Ternyata sangat mudah membuat Suratmin masuk lagi diperangkapku. Lebih baik aku pulang istirahat dan tidur sebentar, besok pagi baru aku akan datang ke rumah sakit,” ucapnya dalam hati dengan semangat.“Ngapain balik ke sana, bisa-bisa aku malah nggak bisa tidur , lagian mau tidur di mana coba, hanya bisa mendengar suara rengekan si Siska!”“Maaf ya Sayang aku mau tidur dulu di rumah sudah aku wakilkan dengan saudara kembarku si Suratmin, anggaplah dia suamimu sebentar saja!” ucapnya dalam hati sambil tersenyum.Suratman lalu mengemudikan mobilnya dengan perasaan bahagia, dia tidak peduli dengan istrinya yang berada di rumah sakit.Baginya menunggu di rumah sakit adalah hal yang membosankan dan membuang-buang waktu.Pria tinggi itu selalu memanfaatkan saudara kembarnya jika dalam keadaan mendesak, tetapi Suratmin tetap saja mengalah untuk saudaranya.***Di rumah sakit Bakti Husada ...Suratmin yang tidak tahu rencana busuk dari saudara kembarnya, dia langsung mencari kamar yang dise

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   14. Aku Dikerjai Lagi

    “Maksudnya dia nggak ada masalah dengan kandungannya tetapi memilih tinggal di rumah sakit?” tanyanya lagi heran.“Iya, Pak, bahkan suaminya sudah menjadwalkan operasi untuk Ibu Siska tepat jam sembilan pagi, tetapi kata dokter minta tolong dipertimbangkan kembali karena sebenarnya bu Siska itu bisa melahirkan dengan normal,” lanjutnya lagi.“Memang aneh mereka buat apa coba buang-buang uang, tenaga untuk melakukan tindakan operasi!” gerutunya kesal.“Terima kasih informasinya, Sus, kalau begitu saya permisi dulu, tolong jaga sebentar Bu Siska nya, saya panggil suaminya dulu.” Suratmin meminta tolong agar bisa menjaga kakak iparnya selama dia pergi.“Iya nggak apa-apa, Pak,” sahut Suster itu dengan ramah.“Terima kasih, Sus, saya permisi dulu.”“Iya, sama-sama, Pak.Suratmin lalu bergegas pergi ke luar, dia tidak memedulikan lagi kalau sudah tengah malam dan hawa udara dingin menembus kulitnya walaupun sudah memakai jaket tebal.“Keterlaluan sekali si Ratman, aku yang disuruhnya men

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14

Bab terbaru

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   124. Tolakan Rayhan

    Memang tidak diragukan dulu saat mereka satu kampus. Ayu yang terlahir dengan wajah cantik dan tubuh seksi, membuat siapa saja akan jatuh cinta dan tergoda, sehingga banyak para lelaki yang mencuri pandang dengannya dan ingin merasakan pelukan hangat dari Ayu. Apalagi cara berpakaian yang sangat terbuka membuat para pria panas dingin dibuatnya.“Apakah Ayu yang mengatakan hal itu dengan Bapak?” “Iya, kamu juga mencintai Ayu, kan?” tanya Suratman bersemangat dan melirik sinis kearah Suratmin. Rayhan menghela napas panjang, dia tahu akan terjadi seperti ini. Apalagi beberapa hari yang lalu Rayhan bersama Hanin melihat Ayu bergandengan tangan dengan pria yang lebih tua darinya.Saat mereka berbincang di ruangan Rayhan, tiba-tiba saja Pak Dibyo ayah kandung Rayhan masuk ke ruangan itu. Dia pun ikut terkejut dengan kehadiran dua orang saudara kembar itu. Dengan cepat Suratman berdiri untuk menyambut Pak Dibyo dan menghambur ke pelukan seakan mereka baru bertemu kembali sebagai seorang

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   123. Pertemuan Saudara Kembar

    Tepat pukul dua siang akhirnya Suratman sudah sampai di kantor Rayhan. Setelah memarkirkan mobilnya dia keluar dari mobil dengan senyuman semringah, berjalan tegak dengan membusungkan dadanya. Pria paru baya itu yakin kalau selain kerja sama itu dia juga menawarkan Ayu untuk dinikahinya. Apalagi kata putrinya sendiri kalau Rayhan juga sangat mencintai Ayu.“Ah sebentar lagi perusahaan ini akan menjadi milikku . Rasanya tidak sabar untuk bisa masuk di dalam keluarga Rayhan,” batin Suratman sambil menatap gedung tinggi itu, lalu melanjutkan langkahnya menuju lift. Dia pun menekan tombol lift pergi ke lantai empat tempat di mana ruang kerja Rayhan berada. Rasa gugup dan sedikit gelisah sudah menyelimuti hatinya. Tak lama kemudian pintu lift terbuka dia ib berjalan sedikit cepat karena waktu sudah menunjukkan pukul dua lewat lima menit.“Selamat siang Pak, dengan Bapak Suratman dari PT. Citra Kencana?” tanya Mila sekretaris Rayhan, menghentikan langkah Suratman yang ingin langsung masuk

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   122. Periksa Ke Dokter

    “Ah sial ... kenapa harus sekarang?” tanyanya dalam hati.“Ada apa, Sayang?”“Nggak apa-apa, Pa!”Ayu lalu membalas pesan singkat itu sesaat lalu menaruh kembali ponselnya di dalam tas.“Sayang, kamu tidak usah ikut dulu, biar Papa yang bertemu Rayhan. Jika urusan Papa dengannya selesai dan menyetujui kerja sama ini maka itu sangat mudah kita masuk di dalam keluarga Wardana yang kaya raya,” jelas Suratman tersenyum bahagia.Namun saat mereka sedang membicarakan masalah itu, tiba-tiba perut Ayu terasa mual dan muntah.“Uek ... uek ...! Pa, perut Ayu sakit Pah!”Suratman yang melihat Ayu yang memegang perut langsung menghampiri dirinya dengan rasa panik.“Kenapa perut, Nak? Apakah tadi pagi kamu tidak makan atau kamu salah makan mungkin, kita ke dokter saja?” Suratman lalu mengambil kunci mobil dan ingin mengantar Ayu ke rumah sakit.Saat ingin memapah Ayu, dia merasa tidak tahan dan berlari ke toilet dengan cepat, Suratman begitu panik saat melihat Ayu muntah-muntah lagi.“Ayu ke kamar

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   121. Benci Tapi Sayang

    “Oh ya kalian mau makan siang di sini?” tanya Hanin mengalihkan pembicaraan.“Nggak, mau main bola! Ya makan lah, kamu nggak lihat kita lagi nunggu antrean panjang itu, nyesel saya datang kemari dan bertemu kamu lagi di sini!” kilahnya berbohong.“Ayuk Dim, kita cari makan di tempat lain!” ajaknya lagi.“Kalian mau ke mana? Makan di sini saja,” ajak Hanin tersenyum.“Dengar ya Hanin, tidak usah berbaik hati dengan kami, memang hanya kamu saja yang menjual makanan, banyak kali dan pastinya enak juga,” Rayhan menatap lekat wajah Hanin yang masih terlihat lelah.“Kamu kenapa sih, dari awal kita bertemu kamu selalu jutek sama aku? Ada apa denganmu, Ray? Memang aku ada salah apa sama kamu?” tanya Hanin kesal kepada Rayhan.“Ayolah Ray, elo kenapa sih? Benar tuh yang dikatakan Hanin, elo itu bersikap aneh sama Hanin! Tunggu dulu kalian sudah saling kenal?” tanya Dimas penasaran.“Iya Mas, kita sudah kenal semenjak kami masih kecil,” jawab Hanin tersenyum.Rayhan hanya diam melihat Dimas ter

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   120. Senyumannya

    “Ah sial!”“Kenapa aku tidak langsung mengatakan kalau dia adalah simpanan Pak Alvin, aku tidak mau berurusan dengan orang itu!”“Maafkan aku Yu, sebagai teman aku bisa mengingatkanmu untuk tidak melakukan hal itu, kalau perlu, kamu harus menikah dengannya!”“Namun aku tidak menerimamu sebagai pendamping hidupku, karena aku mulai mencintai seseorang!”Senyuman mengembang saat terlintas wajah Hanin yang begitu bisa membuat hati seorang Rayhan berbunga-bunga.“Untung saja wajah Hanin terlintas di pikiranku, coba kalau tidak pasti aku terbuai dengan bujuk rayu Ayu,” gerutunya sembari tersenyum.“Duh senyumannya aku tidak bisa melupakan senyuman Hanin, tetapi ... tidak ... tidak dia milik bang Rayyan.”“Aku tidak boleh memikirkannya, aku harus bisa membencinya jika tidak rasa cinta dan sayang itu selalu muncul dan itu sangat menyiksaku!”“Ya ... ada apa denganku?”Rayhan berusaha kembali fokus dengan pekerjaannya, dan dia pun berencana datang ke warung makan Hanin saat makan siang.Nam

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   119. Rayuan Maut Ayu

    “Ya Allah dia saudara sepupuku, dia sangat cantik sama persis dengan di foto yang Rayhan tunjukan di dalam ponselnya,” gerutunya dalam hati.Tanpa terasa bulir-bulir air mata pun berjatuhan tak tertahankan.Hanin membiarkan Ayu mencaci maki dirinya, karena dia sangat rindu dengan suara khas Ayu saat memarahi orang lain.“Jika kamu tahu aku adalah Hanin, apa yang akan kamu lakukan?”“Apakah kamu tetap membenciku?” tanya Hanin dalam hati.“Halo ... Kamu dengar nggak sih apa yang aku katakan?”“Apa yang kamu lihat?” tanyanya lagi dengan penasaran.Mendengar ada keributan Rayhan yang sibuk di ruangannya pun keluar dan mencari tahu.“Ada apa ini, kenapa ada ribut-ribut di kantor saya?” tanyanya sembari memperhatikan mereka.“Ray, ini loh gadis kampung nggak punya etika!”“Ayu!” Rayhan kaget karena sahabatnya itu kembali muncul setelah enam bulan tidak bertemu langsung.“Iya aku Ayu, Ray, kamu seperti lihat hantu saja,” gerutunya kesal.“Siapa sih dia Ray, kenapa ada gadis seperti ini di ka

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   118. Jebakan Untuk Rayhan

    “Bagaimana kamu sudah siap?”“Tenang saja saya akan melakukannya dengan pelan-pelan, kamu akan menikmatinya juga kok,” ucapnya tersenyum.“Kenapa Om ingin melakukan semua ini?” tanya Ayu seketika.“Kamu sudah diberi tahu alasannya kan dari Papahmu, kalau istri saya tidak bisa lagi melayani saya dengan baik.”“Hidup itu kejam, Sayang jika kamu tidak bisa bertahan maka pilihan hanya satu yaitu kematian.”“Saya tahu kamu sangat sayang dengan Papahmu, sehingga kamu mau melakukan apa saja untuk dia, kamu memang anak yang baik, kamu tidak akan kekurangan kasih sayang lagi, karena saya juga akan menyayangi kamu,” ucapnya sembari memegang paha mulus Ayu yang terpampang jelas menggoda.Awalnya risih dipegang tetapi Ayu tidak ingin membuat Pak Alvin marah sehingga dia pun membiarkan tubuhnya dipegang oleh pria itu.Semenjak itu kehidupan Ayu berubah, dia jarang bertemu Rayhan, karena sibuk dengan kuliah dan Pak Alvin.Hubungan mereka berjalan dengan baik, Pak Alvin sangat puas dengan Ayu, tida

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   117. Negosiasi

    “Begini Man, saya ingin anakmu menjadi wanita simpanan saya,” jawabnya serius.Mendengar perkataan Alvin, Suratman naik pitam dan langsung berdiri dengan wajah amarah.“Apa maksud Bapak, menyuruh anak saya menjadi simpanan Bapak?”“Bapak ini sudah nggak waras, dia itu pasti seumuran dengan anak Bapak, dan dengan mudahnya Bapak bilang seperti itu, bagaimana dengan istri Bapak di rumah jika mengetahui kalau suaminya mempunyai simpanan yang pantas menjadi ayahnya?” amarah Suratman meledak-ledak.“Tenang Man, pikirkan saja dulu tawaran saya, jika kamu setuju saya segera menyuntikkan dana ke perusahaan dan rumahmu yang telah di sita oleh bank, dengan gratis asalkan anakmu bersedia untuk menjadi kekasih gelap saya?” “Maaf Pak saya tidak mungkin membiarkan anak saya menjadi simpanan Bapak, apa kata orang nanti, dan bagaimana dengan istri dan anak Bapak?” Suratman merasa kesal dan harga dirinya seperti diinjak-injak karena baru kali dia menjadi dilema untuk memutuskan kehidupan anak gadisnya

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   116. Derita Ayu

    Mobil mewah itu meluncur dengan baik sampai masuk di kawasan perumahan elit. Gedung menjulang tinggi dengan ornamen bernuansa putih gading.Halaman rumah yang begitu luas dan dihiasi dengan tanaman bunga yang beraneka ragam.Rumah itu terlihat sangat indah dan asri, di dalamnya tidak banyak barang, sehingga kita memandang luas setiap ruangan.Di halaman itu juga di bangun sebuah garasi yang luas dan berbagai koleksi mobil antik dan mewah berjejer rapi menghiasi rumah itu.Mereka masuk dan segera menaruh camilan dan es teler itu yang sudah tidak ada rasanya, sehingga Ayu pun langsung pergi ke dapur dan membuka kulkas lalu meracik es teler itu dengan menambahkan susu kental manis agar lebih terasa manis.Setelah itu dihidangkan di meja makan lengkap dengan camilan yang baru di beli di taman itu.Pria paruh baya itu lalu duduk di meja makan setelah berganti baju santai menggunakan kaos tanpa kerah polos berwarna biru dengan bawahan celana pendek.Terlihat sekali bulu-bulu kaki pria itu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status