Hari ini Bara bersiap untuk berangkat ke Kalimantan. Tak lupa dibawanya dua bingkai foto, yaitu foto dirinya bersama keluarga dan figura yang berisi foto dirinya bersama Amanda. "Maafkan aku, Mand. Maaf jika terpaksa aku menghindarimu." gumam Bara ketika bersiap akan pergi meninggalkan kota kelahirannya untuk memenuhi tugas kerja di Kalimantan. Bara meninggalkan kota yang penuh dengan kenangan bersama Amanda. Pertama kali bertemu Amanda hingga membuatnya jatuh cinta, namun dirinya tidak mampu mengungkapkan karena ketidakmampuannya secara finansial dan rapuhnya hati Bara. Bu Maya dan Rani turut mengantarkan Bara ke Bandara untuk melepas kepergiannya dalam menjalankan tugas. Pagi ini juga Amanda kembali bekerja setelah dua hari izin untuk menjaga sang Ayah di rumah sakit. Cukup aneh ketika sampai di kantor. Tidak ada sosok Bara hang selalu menyapanya, bahkan tak jarang Bara sengaja menunggunya di lobi. "Aku harus meminta maaf kepada Bara. Entahlah, aku bersalah sekali dengannya." Am
Naya hari ini mulai mengenyam pendidikan di universitas yang telah dipilih oleh Yeti. Naya terpaksa menuruti apa yang Yeti perintahkan, seperti memakai pakaian yang lebih tertutup meski tidak berhijab dan cukup menggunakan angkutan umum ketika berangkat atau pulang dari kuliah."Gak banget deh aku pakai baju seperti ini!" Naya menggerutu ketika memakai celana jeans dan kemeja. Merasa dirinya tidak bisa berpenampilan seksi."Nih uang jajan kamu dan ongkos angkot!" Yeti memberikan uang lima puluh ribu satu lembar kepada Naya. Naya meraih sembari bergumam sendiri. "Cepek dapat apa?" Naya berdecak kesal ketika menatap uang lima puluh ribu di tangannya.Biasanya uang lima puluh ribu hanya cukup untuk membeli dua buah camilan. Dan Sekarang dia harus menggunakannya untuk kuliah. Itupun termasuk angkutan umum yang harus dia gunakan."Aku harus mencari tambahan, tapi dari mana? uang Mas Romi sudah dikuasai Yeti. Sedangkan aku harus menunggu belas kasihan dari mereka."Naya mondar mandir gelisa
"Obatmu jangan lupa diminum, Faris!" pesan Dokter Amir ketika kembali mengingatkan Faris untuk selalu mengkonsumi obatnya."Tenang saja, Aku akan selalu mengkonsumsi obat ini agar usiaku lebih panjang."Dokter Amir heran dengan perubahan Faris, wajahnya selalu menampakkan rona kebahagiaan. Tidak seperti biasanya yang hanya pasrah menunggu maut datang menjemputnya. Lemahnya otot jantung akibat dari kebiasaannya dulu."Tumben semangat, apa sedang jatuh cinta?" Dokter Amir mengorek alasan pasien sekaligus temannya atas perubahan yang telah dia dapatkan."Hanya bertemu dengan cinta pertamaku, dan statusnya juga akan resmi menjanda. Mungkin ini kesempatanku agar bisa hidup bersama dengan wanita pujaanku diakhir hayatku."Faris menerawang ke langit - langit ruangan Dokter Amir. Dokter Amir menggeleng pelan atas sikap Faris."Ya, setelah hidup bersama terus kamu juga pasti akan meninggalkannya selamanya."Faris menatap sendu ke arah Dokter Amir. Selama ini Dokter Amir meminta Faris untuk men
Faris asik bercengkerama bersama dengan kedua sepupunya dan Bu Maya. Faris memang lelaki humoris dan tidak pernah mengeluh, terlebih lagi Faris bisa menjadi contoh bagi mereka berdua atas banyaknya prestasi yang didapatkannya semenjak masih sekolah."Baiklah Tante, karena disini Faris merasa betah maka Faris akan menginap malam ini di sini." Faris begitu nyaman bersama dengan keluarga Bara. Bu Maya mempersilahkan Faris menginap dengan senang hati dan mengantarnya ke kamar tamu. "Aku tidur di kamar Bara aja, Tan!" Faris menolak ketika Bu Maya mengantar ke kamar tamu. Faris ingin mendapatkan info mengenai Amanda lebih banyak lagi. Bara terpaksa menerima permintaan Kakaknya untuk tidur di kamarnya. Bara segera menyiapkan ranjang sorongnya untuk Faris."Tidurlah, Kak! Bara akan tidur dulu." Bara merebahkan tubuhnya di ranjang yang nyaman. Begitu juga dengan Faris merebahkan di ranjangan bagian bawah."Apa yang harus aku berikan kepada Amanda agar dia bisa menerimaku kembali?" Bara diam
Bara menghindari kontak mata dengan Amanda. Bara berbalik dan segera menuju ke ruang direktur. Amanda menatap punggung Bara yang semakin menjauh. Entahlah, perasaannya tidak rela jika Bara menjauhinya."Bolehkah aku memintamu untuk jangan pergi?" gumam Amanda yang tidak mampu mengucapkan.Amanda beralih keruang kerjanya, duduk dan memijit pelipisnya. Merasakan dua cinta yang begitu mendalam disaat dirinya belum ingin menjalin hubungan dengan orang lain.Drtt Drtt. Panggilan dari mantan mertua, Amanda merasa malas sekali untuk menerima panggilan darinya. Namun dengan sangat terpaksa dia menerima panggilan masuk dari mantan mertua."Iya, Tante. Ada apa?" Amanda mencoba bersikap lembut meski hatinya terasa gemas sekali dengan sikap mantan ibu mertuanya."....""Apa? seratus juta?" Amanda terkejut ketika sang mantan mertua meminta uang sejumlah seratus juta dengan ancaman akan membayangi dirinya dengan teror.".....""Tapi sepertinya saya tidak takut, CCTV butik saya terhubung dengan piha
Amanda mengusap air mata kesedihannya ketika Bara pergi meninggalkannya. Disandarkan badannya kembali di kursi agar lebih tenang. Ingatannya bersama dengan Bara dalam susah maupun duka membuatnya tidak rela jauh dengan Bara.Drrt drrt. Panggilan dari Om Herman yang mengatakan jika sidang ketiga Amanda tidak perlu datang. Karena khawatir pihak Arman akan mempengaruhi Amanda karena kesuksesan Amanda telah tercium oleh mereka. Om Herman memang sosok pengacara paruh baya yang cukup banya prestasi dalam memenangkan sidang kliennya. Ada perasaan lega namun tetap harus waspada jika sewaktu - waktu pihak Arman dan keluarganya kembali mengusik mereka.Drrt drrtt. Ponsel Amanda kembali berdering dan melihat Arman menghubunginya. Amanda segera mematikan panggilan dari Arman dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Ponsel kembali berdering ketika Arman menghubunginya namun Amanda kembali menonaktifkan ponselnya. "Kenapa masih menggangguku, sih!" Amanda menggerutu karena Arman berkali - kali menghu
Malam sepulang dari rumah Arman, gegas Vera kembali ke apartemennya. Perasaan kesal ketika kembali ke apartemennya karena harus bertemu dengan Heru yang keadaannya sudah miskin. Apalagi semenjak berpisah dengan Giselle, Heru hanya berdiam diri di apartemen tanpa usaha untuk kembali bekerja atau apapun yang menhasilkan uang. Pekerjaannya hanya minta dilayani dan bermain ponsel."Bisa gak sih kamu cari pekerjaan, Mas?" Heru tak menghiraukan ucapan Vera dan fokus ke ponselnya."Buat apa kerja, anakku akan diasuh Arman. Kamu juga pastinya akan dapat jatah dari Arman juga." Heru tanpa bersalah mengucapkan hal itu kepada Vera. Vera memijit pelipisnya dengan perubahan sikap Heru sehingga Vera ingin sekali menendangnya keluar dari apartemen. Ditambah lagi sekarang Heru tidak punya apa - apa lagi selain menumpang di apartemen Vera. Heru senyum sendiri sembari menatap ponselnya, seperti sedang berinteraksi dengan seseorang."Kenapa kamu tersenyum, Mas?" "Bukan urusanmu!" sahut Heru tanpa men
Vera sengaja pendekatan dengan Bu Ratna demi kelancaran sampai pernikahan tiba. Dan setelah itu, Vera akan mengusir Bu Ratna. "Tante, Vera seneng banget akhrinya perceraian mereka telah usai. Dan sebentar lagi Vera akan menikah dan melahirkan anak Mas Arman." sengaja Vera mengatakan tentang anak yang dikandungnya agar Bu Ratna semakin menyayanginya."Iya, Tante juga senang sekali. Pernikahan kalian kan sebentar lagi, Tante harap kalian berdua menjaga kesehatan agar tidak sakit ketika pernikahan." Vera terlihat bahagia karena Bu Ratna semakin mengharapkan cucu yang ada dalam kandungan Vera."Tenang saja, Tante. Vera selalu menjaga kesehatan kok. Oh ya, Vera mau pulang dulu Tan. Nanti sore rencana mau perawatan." Vera mulai mengada - ngada agar segera menyingkir dari Bu Ratna yang matre."Ini hanya berlaku hari ini, Tante. Lihat saja setelah aku menikah dengan Mas Arman. Siap - siap aja aku kirim kamu ke panti jompo." batin Vera dengan senyum sinis melihat Bu Ratna berfoto dengan cinci
Tiga hari usai mendapatkan tiket pemberian Faris, Bara mengajak Amanda pergi berlibur ke Disneyland selama sepekan. Melihat kebahagiaan Amanda apalagi tawa Amanda membuat Bara tak hentinya merasa bersyukur. Bara selalu menjaga senyum Amanda tetap terjaga tanpa pernah ingin menyakitinya sedikitpun. "Sayang, jujur aku bahagia sekali." Bara memeluk Amanda dari belakang ketika Amanda berdiri dekat jendela kaca kamar hotel mereka. Bara menghirup aroma wangi parfum tubuh Amanda."Aku juga Sayang, aku sangat bahagia bersamamu. Kebahagiaanku sudah lengkap hanya saja.."Kita akan berusaha dan berdoa agar segera dikaruniai buah hati lagi, Sayang." Amanda menggenggam tangan Bara yang melingkar di perutnya.Tiga bulan setelah berlibur dari Disneyland, Amanda mendapatkan hadiah tepat dihari ulang tahun Bara. Hadiah berupa garis dua yang tertera di tespacknya, Amanda diam - diam melakukan USG untuk memastikan jika dirinya tengah hamil tanpa memberitahukan kepada Bara. Bara begitu terharu dan sanga
Tiga minggu usai pulang dari rumah sakit, Bara tak hentinya menghibur Amanda supaya tidak terlarut dalam kesedihan. Dalam hati Bara memang berkeinginan untuk memilihi buah hati hanya dari rahim Amanda namun bagaimana lagi, pemilik alam bekehendak lain. Bagaimanapun ini adalah ujian dalam rumah tangganya."Sayang, jangan melamun dong." Amanda menerawang kaca di balkon. Bara memeluknya dari belakang sembari menikmati harumnya tubuh Amanda yang terawat. Amanda merasakan pelukan suami tercintanya sembari ikut menggenggam tangan Bara yang melingkar di pinggangnya."Aku tidak melamun, Sayang. Hanya rasa syukur memiliki suami terbaik sepertimu." Amanda berbalik menatap wajah Bara, perlahan kedua tangannya menangkup ke pipi Bara. Bara seketika membawa Amanda dalam dekapannya."Tak ada yang bisa menggantikanmu, Amandaku sayang." "Kita jalan - jalan yuk!" Bara mengajak Amanda untuk jalan - jalan sekedar refresing sejenak dari musibah yang telah menimpa keluarga kecilnya. Amanda dan Bara segera
Karena sudah tidak ada lagi hubungan dengan Rina, Tedi pagi ini berencana menemui Naya dan keluarganya untuk melamar Naya. Tedi melajukan mobilnya ke kediaman Naya dan keluarganya. Kedatangan Tedi disambut hangag oleh kedua orang tua Naya termasuk Naya dan Sony. Naya begitu canggung bahkan untuk menatap Tedi rasanya tidak mampu."Maaf sebelumnya, Om dan Tante. Niat Tedi kemari karena Tedi memiliki rasa cinta teramat besar pada Naya sehingga Tedi memberanikan diri untuk meminta restu kepada Om dan Tante." ucapan mulai sedikit tidak nyambung karena Tedi begitu grogi bahkan keringat dingin sebesar biji jagung mengalir deras. Takut jika niat baiknya melamar Naya ditolak oleh keluarga Naya. Frans dan Riana hanya tersenyum melihat kepolosan seseorang ketika mau melamar Naya. Sony yang ikut mendengarkan bahkan menahan tawa dan sesekali menggoda Naya."Iya, saya tahu jika kamu menyukai anak saya. Tapi saya rasa kurang tepat jika kamu menyukai Naya hanya dengan rasa cinta. Jika nanti kamu mene
Pagi ini Amanda tidak seperti biasanya. Amanda setiap hari akan bangun sebelum subuh untuk menyiapkan semuanya dibantu dengan Bu Maya, Ibu mertua yang selalu terbuka padanya. Namun kali ini Amanda tidur lagi usai shalat subuh. Bara menghampirinya memastikan jika Amanda baik - baik saja."Sayang, sudah siang loh. Ayo bangun." Bara menggoyang - goyangkan tubuh Amanda dengan pelan karena takut membuat Amanda sakit atau tidak nyaman."Badanku capek semua, Sayang." Sahut Amanda yang masih berada dalam selimut. Bara meletakkan punggung telapak tangannya di dahi Amanda."Alhamdulillah tidak demam, ya sudah istirahat saja, Sayang." Bara meninggalkan Amanda dan menuju ke dapur membuatkan sarapan untuk Amanda."Amanda mana? kok gak turun." Bu Maya melihat Bara turun sendiri."Amanda sedang tidak enak badan, Ma.""Biasa ibu hamil ya begitu, Mama dulu lebih parah dari Amanda saat hamil kamu." Bara menyimak penjelasan Bu Maya saat hamil dulu. Bara akhirnya mengerti tentang apa saja yang akan terja
Bu Fatimah mengamati dari kejauhan pada lelaki yang bersama dengan Rina. Lelaki itu bahkan terlihat mesra sama seperti Rina yang bergelayut manja. Usai dari Cafe, Rina dan Dodit menuju ke sebuah hotel yang berada di sebelah Cafe tempat nongkrongnya mereka berdua. Bu Fatimah segera mengikuti mereka berdua secara diam - diam supaya tidak kehilangan jejak.Rina dan Dodit masuk ke dalam sebuah kamar. Bu Fatimah menuju ke resepsionis dan meminta nomor kamar Rina dan Dodit sekarang, akan tetapi pihak hotel tetap merahasiakan privasi pengunjung hotel. Bu Fatimah mengatakan jika pihak wanita adalah calon tunangan anaknya sehingga pihak hotel akhirnya memberikan nomor kamar yang Rina dan Dodit.Bu Fatimah segera naik ke lantai dua tepat nomor kamar yang disewa Rina dan Dodit.tok tok tokBu Fatimah mengetuk pintu dan betapa terkejutnya ketika Rina membuka pintunya dan masih memakai lingerie merah. "Ri - Rina?""Ta - Tante?" Rina terkejut sekali melihat Bu Fatimah memergokinya sedang bersama
Meskipun mendapatkan banyak dukungan dari keluarganya namun Naya tetap merasa tidak percaya diri. Masa lalu yang begitu kelam tak lebih dari pelacur murahan yang dipakai orang banyak. Naya tak bisa tidur memikirkan ekspresi Tedi nanti seandainya Naya sudah mengungkapkan isi hatinya."Bantu hamba, Ya Allah." ucapan tersebut yang selalu dia lantunkan, berharap dari kekuasaan Allah yang menentukan akan nasibnya.Ting[Bang Tedi besok mau bicara sebentar dengan Naya. Bolehkan?] sebuah pesan dari Tedi[Iya boleh, Bang] balas Naya dengan harap - harap cemas.[Istirahat besok kita makan di warung biasanya] Tedi mengacak bicara Naya di warung Bh Faridah.[Baik, Bang Tedi jangan pernah kecewa ketika mengetahui apa Naya sampaikan besok] Tedi terkejut dengan pernyataan Naya, itu artinya ada sesuatu yang disembunyikan Naya dan akan diungkapkan besok. Semalaman mereka berdua tidak ada yang bisa tidur karena memikirkan pertemuan besok. Perasaan mulai maju mundur ketika dirinya harus mengungkapkan s
Meskipun Naya hidup bersama kedua orang tuanya yang cukup kaya, namun Naya tak serta merta memanfaatkan semua harta Ibunya. Naya tetap bekerja di tempatnya yang lama karena sudah merasa nyaman. Riana bahkan meminta sopir untuk mengantar jemput Naya ketika bekerja.Tedi selalu saja terbayang wajah Naya yang selalu tersenyum. Tedi ingin sekali bertemu dengan Naya dan menyatakan cintanya, tak peduli siapapun yang akan mencekal hubungannya dengan Naya.Seperti biasa, di waktu istirahat Tedi akan menunggu Naya di warung tempat Naya membeli minum. Tedi kali ini membawa kue brownis untuk Naya berharap Naya mau menerima pemberian sederhananya.Tak butuh waktu lama, Naya muncul dan menuju ke warung tempat Tedi berada. Perasaan Tedi mulai tak beraturan saat Naya mulai berjalan mendekati warung. Pemilik warung yang sudah lama mengenal Tedi sebagai pelanggan setia warungnya. "Suka dengannya?" celetuk Bu Farida ketika melihat tatapan Tedi mengarah pada Naya."Banget, Emak." sahut Tedi tanpa melih
Bu Ratna kembali merasakan sakit di kakinya, nanah kembali keluar dari luka bekas luka palsu. Baunya begitu amis dan anyir sehingga Bu Ratna segera ke kamar mandi membersihkannya meski harus mengesot untuk sampai ke kamar mandi. Berkali - kali Bu Ratna membersihkan lukanya dengan air, nanah itu selalu keluar kembali. Satu jam Bu membersihkan lukanya, Bu Ratna segera ke ruang tamu untuk mengoleskan salep anti septik ke dalam lukanya. Berharap jika lukanya segera sembuh seperti sedia kala.Bu Ratna merasa pengap jika pintunya ditutup dan segera membukanya supaya lebih segar dan sejuk. Namun beberapa tetangga kontrakannya merasa terganggu dengan aroma yanh ditimbulkan oleh luka Bu Ratna. Beberapa orang yang lewat bahkan sampai menutup hidungnya karena tidak kuat."Bu, tolong dong lukanya itu dibawa kerumah sakit supaya tidak bau seperti ini." Mak Rika termasuk salah satu penghuni kontrakan menegur Bu Ratna, namun bukannya menyahuti dengan baik, Bu Ratna malah bersikap sok jagoan meski ti
Pagi ini Riana beserta suami dan anak mereka pergi mengunjungi Naya di kosnya. Rencananya Bu Ratna akan mengajak Naya sekedar menikmati kebersamaan di taman."Assalamu alaikum." Riana mengucap salam di depan pintu kamar Naya. Ceklek"Waalaikum salam." Naya membuka pintu dalam posisi masih menggunakan mukenah karena habis melaksanakan shalat dhuha dan mengaji sebentar."MasyaAllah Naya." Riana menangkupkan kedua tangannya ke pipi Naya. Kecantikannya begitu natural dan manis."Ibu, ayo masuk dulu." Naya mempersilahkan masuk Riana dalam kamarnya. Riana masuk ke kamar sembari melihat - lihat kamar kos sederhana milik Naya. Hanya terdapat dipan beserta kasur berukuran single, lemari dan meja. Terdapat juga sebuah kipas dinding sebagai penghilang rasa panas. Karena kos Naya khusus untuk wanita maka Frans dan Sony menunggu di mobil."Nay, ikut Ibu, yuk!""Kemana?""Jalan - jalan, Papa kamu ada di bawah dengan Adikmu, Sony. Dia ingin sekali bertemu denganmimu, pengen tahu dengan Kakak peremp